NovelToon NovelToon

CRAZY WEDDING

PROLOG

"APA!! MENIKAH!?"

Pekik gadis itu masih menggunakan jas putih panjang dengan kedua bola mata yang hampir keluar dari tempatnya.

Pria dengan gaya elegan itu mengangguk santai. Kemudian menghampiri adik bungsunya itu.

"Jangan bercanda lo Kak." Dia menatap tajam sang Kakak.

Alando, Direktur Utama George Corp merupakan Kakak dari gadis itu menatap lekat adiknya.

"Ayolah dek, lagian lo nikah sama Bintang cuma setahun aja. Nggak lebih, setelah itu lo bisa bebas dan kembali ke kehidupan lo yang sekarang."

"Gila lo ya!! Nggak mau gue."

"Gue nggak mau hidup gue hancur cuma gara-gara rencana laknat lo itu Kak!!" lanjut Aluna.

Aluna George merupakan gadis berumur 23 tahun yang sedang menempuh pendidikan profesi dokter muda atau koas.

Cita-citanya sejak kecil adalah menjadi seorang dokter spesialis yang sukses dan menjalani kehidupan sempurna tanpa seorang laki-laki sampai tua nanti. Dan kemudian menyumbangkan seluruh hartanya kepada anak-anak yatim sebelum meninggal.

Cita-cita yang cukup mulia bukan.

"Ini demi perusahaan almarhum Papa dek. Perusahaan yang udah Papa rintis dari nol. Papa pasti bakalan sedih, kalau perusahaan yang selalu dia banggain bangkrut karena anak-anaknya yang nggak becus buat ngurus." Alando memasang wajah sedih.

Aluna berdecih. "Lo aja yang nggak becus buat ngurus perusahaan Papa. Akibat ulah dan kecerobohan lo perusahaan Papa bentar lagi bangkrut. Dan lo malah tumbalin gue buat nikah sama om-om itu. Cih."

Aluna bersedekap sambil menatap tajam Alando.

"Kenapa lo nggak tumbalin Kak Anya aja? Dia seksi, sesuai dengan kriteria om-om. Nggak kaya gue yang kaya triplek gini."

Huh! Aluna memang tak memungkiri jika bentuk tubuhnya memang jauh dari kata 'seksi'.

"Itu dia masalah nya. Bintang nggak mau sama janda." Alando mendengus.

"Cih."

"Jadi ayolah. Harapan perusahaan, gue dan Anya cuma ada di lo dek."

"Gue tetap nggak mau Kak." Aluna tetap pada pendiriannya. Sekali tidak maka tidak akan sampai kapanpun. "Lo dan Kak Anya masih muda dan masih bisa nyari duit sendiri setelah perusahaan bangkrut."

Anya juga merupakan kakak Kedua dari Aluna. Anya pernah menikah sekali dan dikaruniai sepasang anak kembar, lalu beberapa tahun kemudian suaminya meninggal akibat kecelakaan pesawat bersama kedua mertuanya.

"Nasib perusahaan, ratusan karyawan, gue, Anya dan ponakan-ponakan lo gimana?"

"Okey, Lo gak usah mikirin gue dan Anya deh. Tapi coba lo pikirin Asya dan Azka. Dua keponakan yang sangat lo sayang. Apa lo tega ngebiarin mereka melarat hidup miskin di jalanan trus nggak sekolah lagi. Dan gimana sama ratusan karyawan-karyawan yang mengharapkan makan dari kita, dari gaji yang kita kasih. Trus gimana juga sama biaya coas lo kalau misalkan perusahaan bangkrut dek. Coba lo pikirin lagi deh."

Aluna terdiam.

Ucapan Alando ada benarnya juga. Dia juga tidak bisa melanjutkan cita-cita mulianya jika tidak memiliki biaya. Mengingat selama ini yang memfasilitasi dirinya untuk berkuliah kedokteran adalah Kakaknya.

Tetapi dia juga tidak mau menikah muda.

Lalu apa yang harus Aluna lakukan?

"Dek ..."

Aluna menghela kasar.

"Okey okey gue mau. Tapi ada syarat."

Alando yang sudah mulai putus asa mendadak langsung mantap adiknya.

"Syarat apa? Apapun syarat lo bakalan kakak penuhi."

"Yakin?"

Alando mengangguk mengiyakan.

"Okey, gue mau nikah sama si Om om Bintang itu asalkan dia mau ngebebasin gue buat tetap lanjutin cita-cita gue dan ngebebasin gue buat ngelakuin apapun yang pengen gue lakuin seperti sekarang. Intinya jangan ada kekangan dari dia."

"Kan kita cuma nikah selama setahun, jadi otomatis gue pengen menjaga masa depan gue. Biar Setelah cerai, gue bisa kembali ngejalanin hidup gue senormal mungkin." Jelas Aluna sambil bersedekap.

Sebenarnya dia juga sangat berat hati untuk menikah. Apalagi dengan Om om. Ya walaupun setahu Aluna, umur calon suaminya itu sama dengan umur Kakaknya Alando tapi tetap saja bagi Aluna dia adalah om om.

Bayangkan saja Kakaknya sudah berusia 30 tahun dan otomatis pria itu pun sama. Sedangkan Aluna baru 23 tahun, masih belum cukup sebenarnya untuk menikah di usia muda.

Masa depannya masih sangat panjang, tapi ya sudah lah.

"Okey, Kakak akan ngasih tau ke dia. Dan kalau dia setuju maka Minggu depan kalian nikah."

"MINGGU DEPAN!!!!"

Kedua bola mata Aluna hampir keluar dari tempatnya.

"Nggak kecepatan Kak?"

"Lebih cepat lebih baik. Perusahaan kita butuh perusahaan Bintang secepatnya sebelum bangkrut dek."

Aluna hanya bisa mengangguk pasrah dan menerima nasibnya.

"Terserah lah, toh Aluna kan cuma tumbalnya Kakak di sini. Luna ngikut aja."

"Mama Papa mana Luna mau dinikahin sama om-om sih. Andaikan Mama Papa masih ada, pasti Mama sama Papa nggak setuju kalau Luna nikah muda, huuuaaaaaaaa," jerit Aluna dalam hati.

BAB 1 BAD WEDDING

"Yaampun say ... you cantik banget sih. Eke yakin deh, calon suami you pasti akan terpanah dan klepek-klepek pas ngelihat you dengan dandanan seperti ini." Ucap seorang MUA pria yang memiliki gaya agak kemanyu.

Aluna hanya melirik sinis MUA tersebut dari arah pantulan cermin.

Setelah bernegosiasi panjang dengan Alando kakaknya untuk mengundur hari pernikahan yang seharusnya dilaksanakan satu minggu setelah perdebatan itu. Akhirnya pernikahan itu berhasil diundur menjadi 3 minggu setelahnya.

Ya walaupun tidak terlalu lama. Tetapi setidaknya Aluna bisa memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan dirinya lagi dan mencerna kembali semua nasib buruknya ini.

Nasib buruk perihal pernikahan gila yang direncanakan oleh Alando dan calon suaminya untuk menyelamatkan perusahaan keluarga Aluna.

Jika bukan karena perusahaan keluarganya dan cita-cita, maka Aluna tidak akan sudi mengikuti kemauan Alando.

"Senyum dong say, masa dari tadi eke lihat you cemberut mulu. Nanti aura pengantin barunya bisa ilang lho, kalau mempelai wanita nya kelihatan cemberut dan judes kek gini." Ucap MUA itu sembari merapikan beberapa helaian rambut Aluna.

"Ribet!!" Satu kata pertama yang keluar setelah beberapa jam Aluna di make up oleh MUA tersebut.

Bisa diakui Aluna saat ini begitu cantik dengan make up natural dan balutan kebaya modern yang pas ditubuhnya yang sintal.

Namun, dibalik kecantikan itu tak ada sedikitpun wajah bahagia maupun guratan senyum yang terpancar dari wajahnya.

Hanya ada tatapan sinis dan wajah tanpa ekspresi dengan banyak pikiran yang berkecamuk didalamnya.

Dan semua orang paham akan hal itu. Baik itu Alando, Anya maupun calon suaminya Bintang.

Berbanding terbalik dengan kedua calon mertuanya. Orang tua dari Bintang, Mr dan Mrs Winata. Mereka sangat bahagia menyambut pernikahan putra semata wayangnya.

Mereka tidak tahu bahwa pernikahan ini merupakan pernikahan yang direncanakan oleh putranya untuk mengelabuhi mereka.

Karena usia putra tunggal mereka yang sudah menginjak 30 tahun. Membuat mereka khawatir jika putra mereka tidak akan menikah sampai kapanpun akibat trauma masa lalu.

Terlebih lagi mereka juga sudah tua, mereka takut tak bisa melihat pernikahan putranya. Hingga mereka memutuskan untuk menjodohkan Bintang dengan seorang model blasteran Indonesia-Belanda.

Namun sayangnya, Bintang bersih keras tidak ingin dijodohkan dengan wanita tersebut dan berjanji dalam waktu dekat akan membawa calon istri nya untuk segera dinikahi.

Dan bertemulah Bintang dengan sahabatnya yang kebetulan sedang membutuhkan bantuan nya. Siapa lagi jika bukan Alando.

Hingga mereka pun sepakat dengan perjanjian yang mereka buat. Namun sangat merugikan bagi Aluna.

Perjanjian agar Aluna menjadi istri sementara bagi Bintang selama satu tahun lebih dan Bintang akan membantu menopang kembali perusahaan Alando yang hampir bangkrut hingga kembali seperti dulu.

Aluna akan menjadi istri Bintang untuk membuat orang tua Bintang tidak menjodohkan Bintang dengan model tersebut lagi. Dan tentu saja pernikahan itu juga didasari oleh beberapa peraturan dan syarat yang sudah Aluna ajukan sebelumnya.

"Ingat dek, di depan orang tua Bintang lo harus kelihatan bahagia," pesan Alando sebelum acara ijab Kabul dimulai.

"Hum."

2 minggu sebelumnya, Aluna sempat bertemu dengan calon mertuanya. Dan Aluna akui calon mertuanya begitu sangat baik padanya dan terlihat begitu menyayangi Aluna. Walaupun mereka baru kenal.

Aluna bahkan tidak tega melihat kedua orang tua Bintang yang seolah dipermainkan oleh rencana bodoh Bintang dan Alando. Bagaimana bisa dia ikut dalam permainan bodoh ini.

Bahkan dalam 3 minggu saja, Bintang berhasil menyiapkan sebuah pernikahan sederhana namun tetap terlihat berkesan. Semuanya Bintang siapkan sampai ke detail-detail nya, agar tak ada satupun orang yang curiga tentang pernikahan sementara ini.

"Yaampun menantu Bunda cantik banget. Bintang memang tidak salah pilih istri." Mrs. Winata datang menghampiri Aluna dengan senyum manis.

Aluna yang dipuji oleh mertuanya hanya tersenyum kikuk. Dia berusaha untuk mengikuti skenario Bintang dan Alando untuk terlihat bahagia dan baik-baik saja dengan pernikahan ini.

"Ah Tante bisa aja."

"Eh kok masih panggil Tante sih. Panggil aja Bunda, Bunda Mona. Jangan Tante. Kan sebentar lagi kamu udah resmi jadi menantu Bunda." Mrs. Winata mengelus punggung Aluna dengan sayang.

Aluna kembali tersenyum.

"Iya Tan- eh Bunda maksudnya."

"Gimana? Kamu udah siap? Tante dan Kak Anya yang bakalan temenin kamu turun ke bawah setelah ijab Kabul ya."

Aluna melirik Kakaknya, Anya yang baru saja masuk ke kamar. Acara pernikahan ini diadakan di kediaman keluarga mempelai wanita.

"Gimana An?" tanya Mona. Dia mencoba memastikan bahwa Bintang putranya sudah mengucapkan ijab Kabul, sehingga bisa membawa Aluna ke bawah.

"Alhamdulillah udah Bun. Sah." Anya tersenyum.

"Sejak kapan Kak Anya juga ikutan manggil Bunda ke Tante Mona?" Batin Aluna.

"Alhamdulillah." Mona beralih menatap Aluna yang masih bergeming. "Yuk nak, kita turun." Mona menggandeng tangan Aluna.

"Selamat ya dek, akhirnya sekarang kamu sudah sah menjadi istri Bintang." Ucap Anya dengan wajah sumringah.

"Selamat pala lo peak Kak! Gue akuin akting kalian semua bagus untuk main film layar lebar sih," batin Aluna.

Wajahnya sedikit kesel menatap Anya. Dan Anya tahu itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tepat pukul 22.15 serangkaian acara pernikahan Aluna dan Bintang pun akhirnya selesai.

Walaupun pernikahan ini sedikit tertutup tetapi tidak menutup kemungkinan acara pernikahan ini juga dihadiri oleh beberapa kolega bisnis dari keluarga Winata maupun keluarga George.

Makanya tak heran jika acaranya bisa selesai hingga larut malam seperti ini.

Dan kini Aluna sudah sah menjadi istri Bintang. Begitu pun juga Bintang yang sudah sah menjadi suami Aluna.

"Kamu bisa pakai kamar mandi nya terlebih dahulu, biar saya belakangan." Ucap Bintang sambil meletakkan jas, kemudian meraih ponselnya.

Aluna yang sedang menghapus riasan di depan cermin melirik sinis.

"Iyalah, bagus kalau lo sadar diri. Kan ini kamar gue, jadi gue yang harus pertama pake kamar mandinya."

Aluna langsung berdiri dan menuju kamar mandi. Tak lupa pintu kamar mandi yang ditutup dengan keras, hingga menimbulkan suara.

Bintang hanya menggeleng.

"Gilak ya, mimpi apa semalam gue bisa nikah sama calon om om kaya si Bintang," gerutu Aluna sambil bercermin di dalam kamar mandi.

Dia menatap dirinya yang masih mengenakan kebaya pernikahan di pantulan cermin.

"Tapi kalau di lihat-lihat gue cantik juga. Cuma kurang seksi aja." Ucapannya lagi sambil memutar-mutar di depan cermin.

Jika ada yang melihat Aluna saat ini, pasti mereka akan beranggapan bahwa wanita itu sudah gila akibat dipaksa menikah oleh Kakak-kakaknya.

"Seharusnya gue nggak nikah sama Bintang. Kan prinsip hidup gue adalah hidup tanpa menikah. Trus sekarang apa? Sekarang gue malah nikah."

"Mana nikahnya tanpa ada rasa cinta lagi dan cuma setahun. Gilak gak tuh."

"Gimana kalau gue ..."

Aluna menggeleng cepat.

"Gimana kalau gue sampe di hamilin Si Om Bintang?"

"Bisa habis masa depan dan sisa prinsip hidup gue."

"Ya walaupun si Om Bintang itu udah janji nggak bakalan ada itu. Tapi kan bisa aja dia kelepasan suatu saat nanti. Setahun lebih bukan waktu yang singkat lho Lun. Sadar Lun, gimana kalau sampe dia ngehamilin lo trus habis itu lo diceraiin. Trus lo jadi single mom, trus hidup lo ...."

"ARRRRGGGGGGGG ... NGGAK BOLEH. Jangan sampe itu terjadi. Kalau nggak ini bisa jadi mimpi buruk buat gue. Huuuaaaaa Mama, Papa ... huaaaa."

Aluna terus berbicara frustasi dengan dirinya sendiri di depan cermin sambil mengacak-acak rambutnya.

Apalagi jika membayangkan dia akan hamil anak Bintang suatu saat nanti, kemudian diceraikan setelah satu tahun mereka menikah.

"Luna, apa kamu baik-baik saja?" Suara dingin itu membuyarkan Aluna.

Aluna menatap ke arah pintu kamar mandi dan mendengar Bintang yang terus memanggil nya sambil mengetuk pintu.

"Luna, apa kamu baik-baik saja?" Ucap Bintang sekali lagi.

"Sialan. Dia pasti denger teriakan gue tadi!"

"Luna ...," Bintang terus mengetuk pintu kamar mandi sambil memanggil nama Aluna.

"Jika kamu tidak menjawab maka dengan terpaksa saya harus mendobrak pintu ini." Ancam Bintang hingga membuat Aluna terbelalak.

"Goblok, pintu kamar mandi kesayangan gue mau dirusakin. Awas aja."

"IYA IYA, GUE BAIK BAIK AJA. PUAS KAN. DAN KALAU SAMPAI LO RUSAKIN PINTU KAMAR MANDI KESAYANGAN GUE, AWAS AJA LO." Teriak Aluna dengan penuh emosi.

"Wanita aneh," gumam Bintang di luar sana.

BAB 2 SUSATA?

"Ini kamar kamu, tepat di sebelah kamar saya. Jadi kalau kamu perlu sesuatu atau butuh bantuan, kamu bisa mengetuk pintu kamar saya." Bintang meletakkan koper istrinya.

"Hmm," gumam Aluna.

Ya, setelah menghabiskan malam di rumah Aluna. Bintang pun akhirnya memutuskan untuk membawa Aluna ke rumahnya.

Sebagai pasangan suami istri, tentu saja mereka harus satu rumah bukan. Jika tidak, itu akan menimbulkan pertanyaan orang-orang. Apalagi dengan Bundanya yang super cerewet.

Dan jika kalian berfikir malam itu mereka habiskan sebagaimana layaknya suami istri yang menghabiskan malam pertama seperti biasanya. Maka kalian salah besar.

Malam itu justru mereka tidak melakukan apapun yang seharusnya sudah sah mereka lakukan.

Mereka hanya tidur dan mengistirahatkan tubuh mereka, hingga pagi menyapa.

"Tapi jangan coba-coba kamu masuk ke kamar saya tanpa izin." Peringat Bintang sebelum ia benar-benar pergi.

"Ck, iya iya. Lagian siapa juga yang mau masuk kamar lo? Nggak sudi gue, ih."

"Baguslah."

Aluna bersedekap dengan wajah angkuhnya menatap Bintang yang mulai menghilang dari balik pintu kamar barunya.

Aluna menghela, menutup dan tidak lupa mengunci pintu kamar.

Mereka berdua sudah sepakat untuk pisah kamar agar menghindari hal-hal diluar kehendak mereka.

Lagipula mereka hanya akan menjalani pernikahan ini selama setahun, jadi untuk apa satu kamar?

"Huh! Kamar baru gue lumayan juga. Dan kalau dipikir-pikir ini rumah lebih mewah dari rumah keluarga gue." Aluna menatap sekeliling kamar barunya yang jauh lebih luas dari kamar yang sebelumnya.

Kamar dengan nuansa cokelat-putih dipadukan dengan sedikit nuansa biru muda membuat kesan kamar ini cukup terlihat nyaman bagi Aluna.

"Bisalah buat gue beradaptasi dengan lingkungan baru ini selama setahun." Aluna merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk, sambil memikirkan masa depannya nanti setelah cerai dari Bintang.

Baru juga nikah Lun, udah mikir cerai aja -_- ~author~

Dringggg .... Driinggg

Bunyi ponsel membuyarkan semuanya.

"Sialan, siapa sih yang nelpon. Ganggu aja!!"

Dengan kesal Aluna melihat nama yang tertera di sana.

"Ada perlu apa?" ucap Aluna datar.

"LUNAAAAAA!!! LO KEMANA AJA HAH? DOKTER DIMAS NANYAIN LO MULU TAUUU. NGILANG TIBA-TIBA, NGGAK NGASIH KABAR. LO-"

Aluna sedikit meringis mendengar teriakkan lawan bicaranya. Untung gendang telinga nya termasuk gendang telinga yang cukup kuat untuk mendengarkan teriakan orang itu terus.

"Bisa nggak kalau ngomong tuh jangan teriak-teriak," desis Aluna.

"Lagian ngapain si Dimas nyariin gue? Gue kan udah izin sama profesor Heru buat nggak masuk beberapa hari ini."

"Iya lo emang udah izin sama profesor Heru. Tapi lo nggak izin sama Dokter Dimas kesayangan lo itu. Makanya kalau mau izin tuh ke dua-duanya, biar nggak dicariin."

Aluna memutar bola matanya malas.

"Iya deh lain kali gue kalau izin bakalan ke dua-duanya."

"Nah bagus tuh. Btw lo kemana sih? Ngilang kok 5 hari."

"Kan udah gue kasih tau Nay."

"Jenguk Tante lo yang lagi sakit parah di luar kota? Nggak percaya gue."

"Yaudah kalau nggak percaya. Terserah lo." Aluna langsung mematikan sambungan telepon nya, apalagi saat ada seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Siapa?"

"Saya." Suara dingin itu, Pasti adalah Bintang.

"Tuh om-om nggak bisa lihat gue santai dikit gitu."

Dengan kesal Aluna membuka pintu kamar.

"Ada apa sih om Bintang? Gue capek pengen istirahat. Bisa kan kasih gue waktu buat istirahat."

Bintang tersenyum tipis, saking tipisnya Aluna tak menyadari itu.

Berbeda dengan Aluna yang malah dibuat sedikit terkesima dengan penampilan Bintang yang terkesan santai saat ini. Dengan kaos putih yang melekat pada tubuh kekar dan celana panjang hitam, membuat Bintang terlihat sangat tampan di mata Aluna saat ini.

"Ternyata nih om-om keren juga kalau kaya gini. Kek seumuran gue. Tampan."

"Eh, Luna sadar sadar. Jangan gampang terhipnotis sama pesona nih om om." Batin Aluna lagi.

"Luna ..." panggil Bintang sekali lagi membuyarkan Aluna.

Suka banget ngelamun Lun ~Author~

"Eee-eh Iya. Ada apa Om?"

Bintang menghela. "Yang pertama jangan panggil saya 'om' karena saya bukan om kamu. Saya seumuran dengan Alando kakak kamu. Jadi saya tidak setua itu untuk dipanggil om Lun."

Aluna berdecih. "Iya iya deh. Jadi ceritanya lo ngambek kalau gue panggil 'om'? Kalau lo lupa? Gue sama lo beda 7 tahun lho, kaya om sama ponakan nggak sih. Jadi nggak salah dong kalau gue panggil om? Masa gue panggil 'Kakak', lo kan bukan Kakak gue."

"Tapi saya suami kamu. Dan tidak setua itu untuk dipanggil 'om' Luna."

"Suami satu tahun maksudnya? Hehehe. Oh atau lo mau gue panggil Susata?" celutuk Aluna.

"Susata?"

Aluna mengangguk antusias. "Iya Susata. Suami satu tahun. Gimana? Keren kan."

Bintang menggeleng, tak habis pikir dengan jalan pikiran Aluna. Sangat random dan tak masuk akal.

"Wanita aneh."

"Emang gue aneh." Aluna memasang wajah angkuh.

"Dan yang kedua kamu siap-siap gih, kita akan makan siang sama Bunda dan Ayah. Saya tunggu 5 menit. Nggak boleh lebih. Jika lebih maka saya akan melakukan hal-hal diluar kendali kamu."

"Dih ngancem. Wait ...,"

"WHATTT!!!! 5 MENIT? GILA LO."

"Jangan teriak-teriak. 5 menit, saya tunggu dibawah." Ucap Bintang santai.

Bintang pergi meninggalkan Aluna yang masih shock dengan ucapannya.

"5 menit buat siap-siap? Helloowww, mana ada cewek yang bisa siap-siap dalam waktu 5 menit? Mana belum mandi, belum make up, belum catokan, belum milih baju. Banyak yang harus dilakuin. Dan dia malah ngasih waktu 5 menit doang? Nggak salah gue?" gerutu Aluna.

Namun, meskipun begitu dengan tergesa-gesa dia berusaha bersiap-siap dalam waktu 5 menit yang diperintahkan Bintang. Ya, walaupun dia tidak yakin ini akan berhasil.

"Gue ngelakuin ini cuma karena Bunda yang baik hati dan demi melancarkan misi gue sebagai istri satu tahun aja, kalau buat dia? Dih ogah banget. Amit-amit tujuh turunan."

"Lunaaaa!!"

"Perasaan ini baru tiga menit deh," gumam Aluna pada dirinya sendiri.

"Lunaaa!!" panggil Bintang sekali lagi, kini pria itu sudah berdiri kembali di depan pintu kamar Aluna.

"Perasaan baru 3 menit deh. Buru-buru amat sih lho." Ucap Aluna begitu membuka pintu kamar.

"3 Menit?"

"Iya."

Bintang tersenyum sinis." Ini sudah lebih dari 5 menit Luna. Saya menunggu kamu hampir 20 menit."

"Oh 20 menit doang juga. Santai." Aluna kembali menutup pintu kamar.

"20 menit doang? Kamu sudah membuang-buang waktu saya yang berharga, asal kamu tau itu."

Aluna tertawa. "20 menit buang-buang waktu? Heh, buat lo 20 menit nungguin gue siap-siap itu buang-buang waktu, tapi buat gue sebagai perempuan 20 menit itu adalah waktu yang paling singkat untuk siap-siap. Ngerti lo."

"Dasar wanita. Suka membuang-buang waktu."

Bintang meninggalkan Aluna yang sudah dongkol di tempat nya.

"Eh lo bilang apa tadi?" Aluna mengejar Bintang.

"Dasar ya semua cowok sama aja. Nggak pernah ngertiin cewek."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!