Daun jati yang beberapa bulan lalu berguguran, kini sudah mulai tumbuh kembali sedikit demi sedikit. Dedaunan jati yang berwarna hijau muda itu terlihat lebih cantik dan memanjakan mata.
Penghuni bumi yang sudah lama menantikan musim hujan semakin bergembira ria, petani-petani mulai menggarap lahan juga sawah, pedagang-pedagang mulai mencari cara untuk mengantisipasi hujan agar dagangannya tidak basah kuyup.
Di belahan lain, seorang pria tinggi, berkulit sawo matang sedang disibukkan dengan tugas perkuliahan dan rutinitas sampingannya mencari rupiah. Rahman, nama yang diberikan padanya setelah lahir di bumi ini. Baginya musim kemarau dan musim hujan sama saja. Ia tetap akan mengerjakan kesibukannya seperti biasa. Mungkin bedanya hanya menyiapkan jas hujan saja jika sewaktu-waktu hujan turun.
"Man, udah jam 1 siang ini, kuliahmu jam setengah 2 to, contohlah kakakmu itu, rajin kuliah, semangat, sekarang jadi dosen, ibu bangga banget sama kakakmu itu" Ucap ibunya Rahman panjang lebar kali tinggi.
Sedangkan Rahman yang masih di kamarnya merasa capek mendengarnya.
"akhh dibanding-bandingin lagi. Aku juga punya kelebihan mah, kenapa harus dibandingin terus sih.. Aku juga kuliah cuma karena nurutin mau mamah bukan keinginan aku." batin Rahman kesal.
Ia pun akhirnya keluar kamar mendekati ibunya.
"Iya mah, aku pamit dulu, ga usah dibandingin terus sama mas Arka, aku kan juga punya mimpi sendiri mah.. " Ucap Rahman protes namun dengan nada halus.
"Mamah tuh ga bandingin, kamu tuh harus rajin kayak mas Arka biar jadi dosen kayak dia"
Jelas ibunya.
"Hmm yaudah deh mah, aku berangkat dulu assalamu'alaikum.. " Ucap Rahman sambil mencium tangan ibunya, lalu mengendarai motor smash birunya. Percuma jelasin ke mamahnya, ujung-ujungnya debat.
Selama diperjalanan ia masih cukup kesal dengan ibunya yang terus membandingkannya dengan kakak-kakaknya.
"Kuliah disambi kerja kayak mas agus itu man, jangan cuma kuliah aja"
"Gak usah jadi tentara, kuliah aja biar jadi dosen kayak kakakmu"
"Gak usah kerja di luar negeri, kuliah aja kayak kakak-kakakmu"
"Belajar yang rajin biar juara 1 kayak kakakmu, biar besok ga direndahin istri kamu."
"Ini loh tas buatan mas agus bagus banget"
Semua kalimat-kalimat itu kini mulai terngiang di pikirannya yang membuatnya semakin sakit hati dengan ibunya sendiri. Ibunya tidak pernah sekalipun memuji hasil kerja kerasnya dan hanya terus membandingkan dengan saudara-saudaranya. Dia juga punya bakat dan mimpi namun selalu di larang dan harus menuruti semua keinginan orangtuanya.
Ia tahu, mungkin memang ada niat baik dari ibunya, namun ia malah merasa seperti tidak pernah ada baiknya di mata ibunya. Ayahnya lebih bisa menghargainya, namun jika ibunya sudah berkata atau memutuskan, ayahnya akan menurut dan mendukung ibunya.
"Aku bukan boneka mah, yang bisa di mainin sesuka hati, aku juga anakmu yang punya bakatnya sendiri.. Aku sudah bilang aku lebih suka praktik daripada mikir pelajaran sekolah tapi mamah malah nyuruh aku belajar biar pinter kayak mas Arka. Akupun mau kuliah karena mamah maksa..
Mamah juga selalu bedain aku dengan yang lain, kalo yang lain cerita, mamah antusias dengerin, kalo aku cerita mamah cuek dan sedikit komentar, aku merasa ga ada harganya di keluarga ini mah..aku capekk.." Gerutu Rahman di sepanjang jalan. Ia pun juga menitikkan air mata..
Sesampainya di kampus, ia melupakan kejadian itu. Kemudian ia mulai menyiapkan bahan presentasi. Dan benar presentasinya berjalan lancar, bahkan diselingi humor yang membuat mahasiswa lain menjadi aktif dan juga terhibur.
"Bagus Rahman, nilai presentasi kamu mendekati sempurna, beri tepuk tangan untuk Rahman. "
ucap bapak Dosen yang menyukai hasil presentasi Rahman.
Benar, Rahman cukup berbakat. Ia memiliki public speaking yang bagus, ia juga percaya diri, dan karismatik.
Namun mungkin ibunya tidak pernah melihat kelebihannya itu hingga ia terus mencari kekurangannya.
Sebenarnya dia adalah laki-laki biasa yang dipandang miskin oleh masyarakat. Wajah juga tergolong tidak terlalu tampan, namun juga tidak jelek. Dan senyumnya cukup manis xixi. Kendati begitu, Rahman masih dapat berbaur dengan baik, bahkan banyak yang kagum dengan karakternya.
Hampir semua mahasiswi di kelas Rahman menganguminya. Selera humor yang tinggi juga kebaikannya membuat banyak perempuan menyukainya. Banyak yang mendekati Rahman dengan alasan minta bantuan mengerjakan tugas kuliah, padahal hanya modus hihi.
Sebenarnya Rahman tahu itu, bahwa banyak perempuan yang menyukainya,namun belum ada satupun yang menarik hatinya kecuali Salmia, perempuan yang ia kagumi sejak lama.
"Rahman kamu habis ini ada acara engga? Kita mau ngerjain tugas desain di rumah lita." Ucap Melia dengan senyum sumringah dan sedikit malu-malu kucing.
Jelas sekali semua mata yang memandang dapat mengartikan bahwa itu sebuah perhatian khusus berupa rasa suka.
"Wkwk aku kapan-kapan aja Mel, tugas individu kan, aku ada kepentingan lain habis ini. Biasa cari nafkah" jawab Rahman sambil senyum cengengesan.
Ya, bagi Rahman tugas kuliah yang berkaitan dengan desain tidak membutuhkan waktu lama, karena ia memang sudah cukup ahli di bidang itu. Jadi lebih baik ia mengerjakannya sendiri di rumah.
"Halah gayamu man. Jomblo abadi aja sok cari nafkah cari nafkah hahaha" timpal Rio cekikikan dengan bahasanya yang campur-campur antara bahasa Jawa dan Indonesia.
"Welehh jomblo abadi karena mereka pada aku tolak, wong aku ganteng gini kok hahah" Sahut Rahman kembali dengan tertawa lepas dan kepedean tingkat dewanya. Tentu bahasanya campur-campur seperti Rio.
Ya begitulah suasana kelas saat ini. Selalu ada candaan diantara mereka. Apalagi Rahman tipikal orang yang mudah meramaikan suasana.
"yaudah aku pulang dulu ya" ucap Rahman.
"Okee.. " Jawab teman-temannya kompak.
...****************...
Setelah sampai di tempatnya biasa mangkal, Rahman langsung banjir orderan, notifikasi orderan online food cukup sering berbunyi.
"Alhamdulillah rame juga orderan SP Food.. bisa nabung tipis2.." batin Rahman sumringah. Benar. inilah rutinitas sampingannya, menjadi driver SP food, pendapatannya bergantung banyaknya orderan.
Tidak hanya itu, Rahman juga menerima orderan pembuatan produk berbahan kulit. Tak selang lama HP-nya berdering.
"Rahman aku pesen dompet kulit pria dan tas kulit wanita ya. Biasa tas nya buat pacar hihi.. ntar desainnya aku kirim okee.." pesan dari temannya melalui aplikasi hijau.
" wah Alhamdulillah.. siapp ntar kirim aja desain dan deadline-nya, siap produksi bosquee.."
Begitulah jawaban Rahman.
Hari ini dia bersyukur karena rezekinya sedang mengalir walaupun tak begitu besar tapi lumayan. Ia tersenyum tipis.
Disaat teman kuliah yang lain hanya fokus belajar dan mengerjakan tugas, namun Rahman tetap harus berusaha menghasilkan uang dikarenakan keluarganya yang biasa alias miskin.
Bahkan sebelum ibunya memintanya untuk bekerja, ia memang sudah berencana mencari uang di sela-sela kuliahnya. Dia bertekad untuk membayar biaya kuliahnya sendiri dan menabung untuk masa depannya. Sekadar untuk membuat ibunya bangga dan percaya padanya bahwa ia bisa.
Allahuakbar Allahuakbar..~
"Ah sudah magrib, aku harus pulang, habis isya harus ikut acara keakraban soalnya." Batinnya lagi lalu bergegas mengendarai motornya menuju rumahnya. Ah tepatnya rumah orangtuanya.
Halo temen-temen👋 Terimakasih ya udah baca ceritaku..
bantu dukung aku ya, biar aku makin semangat ❤
kasih komentar positif jika kalian sukaa😘🙏
Seorang perempuan berparas cantik sedang memoles wajahnya dengan beberapa make up. Tentu saja make-up natural dengan eyeshadow tipis berwarna oranye kecoklatan. Tidak lupa Long dress yang dilengkapi tali pinggang dan hijab krem dengan style simple.
Perempuan itu bernama Salmia. Senyumannya manis dan gaya berpakaiannya cukup fashionable. Dia adalah seorang mahasiswa jurusan fashion, itulah mengapa dia terbiasa memperhatikan penampilan. Namun jangan salah, dia tidak suka berpakaian yang terlihat terlalu mewah. Baginya yang penting terlihat rapi dan indah dipandang.
Perempuan satu ini cukup banyak menjadi perbincangan kaum Adam di sekelilingnya. Karena tak hanya parasnya yang cantik namun juga hatinya. Ia adalah sosok yang ceria, humble, mudah bergaul dan baik hati.
Drrtt drrtt...
"Akhh itu pasti pesan dari Nisya" batin Salmia.
"Sal buruan berangkat, ini dah mau mulai tauuu"
Pesan dari Nisya di aplikasi hijau. Sontak Salmia melirik jam dinding yang ada di samping kirinya, ternyata sudah pukul 19.25 WIB.
"oke oke wait bentar lagi otw, bentar ya beibbb daaa"
balas Salmia singkat.
Dengan cepat Salmia mengambil tas, memakai flat shoes, kemudian berjalan cepat setengah berlari menuju lokasi. Kebetulan lokasi acaranya dekat dengan kosnya. Kebiasaan Salmia satu ini nih yang bikin geleng-geleng. Dia suka berangkat mepet waktu. Ckckck.
•~•~•~•~••~•~•
5 menit kemudian.
Salmia akhirnya tiba di lokasi.
"Keakraban muda-mudi masjid desa Talangbunga"
Tulisan judul acara yang terpampang di banner belakang MC yang sedang akan memulai acaranya. Yap ini adalah acara keakraban muda-mudi desa talangbunga agar saling mengenal. Berisi kegiatan-kegiatan positif, seperti pengajian, seminar, masak-masak, juga outbound di pagi hari nya.
"Akhirnya kamu datang juga Sal, yuk cari tempat duduk" sambut Nisya sumringah.
"Okeey, depan aja kuyy"
Jawab Salmia sembari berjalan ke depan untuk duduk.
Sementara itu, MC sudah mengucap salam dan menyapa peserta keakraban.
"Okeyy sebelum dimulai, saya mau bagi-bagi door prize nih, cepet-cepetan jawab yahh. Siapa yang tau niat nikah itu untuk apa? Singkat aja dehhh yuk 1,2,3!" Ucap MC mulai meramaikan acara.
Mulai banyak yang mengangkat tangan atau mengacungkan jari telunjuk mereka, baik pihak laki-laki maupun perempuan. Ternyata Salmia yang dinilai paling duluan mengangkat tangan.
"Okey silahkan mba, sebut nama sekalian ya" ucap MC.
"Nama saya Salmia. Niat menikah itu untuk ibadah dan menyempurnakan separuh agama kita." Ucap Salmia tanpa ragu. Salmia memang gadis yang sangat antusias dan percaya diri.
"Betull sekaliii,, okeyy mba Salmia berhasil mendapatkan door prize. Yee,, Mantap ya mbanya ini sangat semangat, ayo mas-mas nya jangan sampe kalah ya semangatnya haha., oke kita lanjut ke acara yaa.. kita akan memanggil Pengisi acara kita yang pertama...." Kemudian MC melanjutkan acaranya.
Sementara itu, di balik mimbar sebelah, dimana kaum Adam duduk, seorang laki-laki yang duduk di barisan belakang berkata lirih,
"Subhanallah Sholihah banget calon istriku.." Laki-laki itu adalah Rahman. Ia sangat mengagumi sosok perempuan yang habis menjawab pertanyaan MC.
Betul, Salmia, perempuan yang sudah cukup lama ia kenal. Ia adalah teman dekat Rahman. Bahkan Salmia sering curhat ke Rahman jika ada kesulitan.
"Idihh, jangan banyak berkhayal man, sejak kapan Salmia jadi calon istrimu.. hahah" timpal Revan, sahabat karib Rahman yang duduk di sampingnya.
"Hahaha belum tahu kau, seorang Salmia akan takluk pada lord Rahman jiahahhah.." Jawab Rahman dengan humornya
"Eh calon istriku itu man, jangan ngarep dulu kamu mah hahaha.. jangan nangis kalo aku yang dapetin Salmia ya man hahahah" Canda Revan lagi dengan wajah jenakanya.
"Halah bangun dulu Van bangun, mana mau Salmia sama panci penggorengan kayak kamu .." sahut Rahman lagi.
"Idihhh apakabar kamu yang tutup wajann jiakakakk.." sahut Revan lagi, kali ini dengan gelak tawa yang diikuti tawa oleh Rahman juga. Dengan suara lirih tentunya.
Kedua laki-laki ini sudah berteman dekat sejak Revan datang ke Talangbunga untuk kuliah. Mereka sama-sama memiliki jiwa humoris yang tinggi dan gila. Gila disini maksudnya berkepribadian asik, suka meramaikan suasana dan hampir tidak punya malu. Jiahaha. Eitss.. tapi tahu tempat kok, bisa membedakan saat harus serius atau santai.
Mereka mengikuti semua rangkaian acara dengan tertib, sambil sesekali saling melempar humor.
•~•~•~••~
Kegiatan berjalan lancar. Di penghujung acara, Salmia mendapat panggilan dari panitia.
"Mba Salmia, ini ada sekitar 5 laki-laki ingin dilancarkan ta'aruf dengan mbak Salmia, apakah mba Salmia bersedia untuk ta'aruf? Sebenarnya mereka mengatakan sudah mengenal mba Sal, namun semuanya ingin meminta pendampingan dari kami para pengurus agar lebih terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti hawa nafsu untuk maksiat. Emm ada satu deng yang katanya belum kenal, baru tau mba sal tadi selama acara." Ucap salah satu panitia
Dengan sopan dan senyum, Salmia menjawab,
"Maaf mas, saya masih belum siap untuk menikah, saya masih ingin menambah ilmu agama dan pranikah saya dulu, juga terutama mental saya masih belum siap, belum ingin menikah dulu, maaf sebelumnya ya mas"
"Oalàh gitu, okee gapapa kok, yang penting saya sudah menyampaikan pesan dari mas-mas nya. Nanti saya sampaikan ke mas-mas nya kalo mba Salmia belum siap ya.. Terimakasih mbaa" ucap panitia nya dengan sopan pula.
Salmia tidak kaget dengan hal itu. Karena sudah cukup banyak yang menanyakan kesiapan dia untuk menikah, baik saat ada acara seperti ini maupun hari-hari biasa. Namun saat ini usia Salmia baru 22 tahun dan dia merasa belum cukup siap menjadi seorang istri meski ibunya sudah sering menasihatinya untuk segera menikah.
Maklum, ibunya adalah sekte yang mendukung anaknya menikah di umur rentang 21-23 tahun, alasannya agar ia bisa merawat anaknya kelak di usia muda, dan ketika dia sudah tua, anaknya sudah tumbuh dewasa dan mandiri.Namun ibunya tidak memaksanya.
Sebenarnya dalam hal ini Salmia cukup setuju dengan ibunya, di lubuk hatinya pun sudah sangat membutuhkan sosok laki-laki untuk mendampingi hari-harinya. Namun bagaimanapun ia masih belum siap menjadi seorang istri maupun seorang ibu. Ia masih mempelajari ilmu-ilmu pranikah dan ilmu parenting untuk memantapkan kesiapannya untuk menikah.
Kali ini ia hanya berdo'a agar bisa menikah di waktu yang tepat dimana mentalnya siap menerima semua konsekuensi dan cobaan pernikahan, tentu dipertemukan dengan laki-laki yang tepat pula.
"Ya Allah, hati ini belum condong ke siapapun kali ini.. Jika waktunya sudah tepat nanti, saya mohon condongkan hati saya pada pria yang tepat dan di waktu saya siap. siap menurutmu ya Allah, bukan menurutku.. karena engkau yang tau apa-apa yang terbaik untukku.. aamiin"
Do'a yang hampir tidak pernah lupa Salmia lantunkan sehabis sholat wajib maupun sholat hajat.
Sang fajar belum menampakkan diri karena memang masih dini hari. Pukul 3 pagi. Namun Rahman terbangun ketika mendengar suara dari dapur. Ia menghampiri sumber suara.
"Sini mah, aku bantu.. Mamah bawa yang ringan aja, yang berat biar aku yang bawa. " Ucap Rahman pada ibunya tatkala sedang mengeluarkan ikan-ikan dari freezer untuk dibawa ke teras rumah.
Bapak ibunya adalah penjual ikan laut di Pasar. Seperti biasa, Rahman pun akan membantu orang tuanya menyiapkan ikan-ikan dan perlengkapannya.
Meskipun ibunya sering membuatnya terluka, namun ibunya tetaplah ibunya, yang harus ia hormati dan ia jaga. Sungguh anak yang berbakti.
Setelah selesai membantu dan melihat orang tuanya berangkat, Rahman memastikan tidak ada yang melihatnya. Benar, ada adik perempuannya yang masih tidur.
Ia bergegas mengambil air wudhu dan sholat tahajjud sambil menunggu subuh. Ia biasanya melakukannya di saat sudah tidak ada orang yang melihatnya. Ia hanya takut tidak bisa menjaga niatnya. Takut riya. Makanya ia ibadah sunnah dengan sembunyi-sembunyi.
Sungguh mulia hati Rahman. Ia hanya ingin Allah dan malaikat saja yang melihat amalannya. Tidak suka pamer kebaikan, dan tidak pula pamrih.
"Ya Allah, aku ini hanya manusia biasa. Aku tidak tahu dengan rencanamu. Sebenarnya aku lelah, namun aku harus bertahan, Aku memang belum baik ya Allah, Ampuni aku.. Semoga kelak bisa masuk surga firdaus.. Aku juga berharap suatu saat nanti diberi istri yang baik, yang sholihah, yang bisa menerima kekuranganku dan mencintai aku,".
Doa Rahman, sambil menitikkan air mata. Seperti ada kesedihan mendalam di hatinya.
Saat terdengar adzan subuh, ia pun membangunkan adiknya, Fani, untuk sholat berjamaah. Setelah itu ia menyiapkan sarapan untuknya dan Fani.
"Mas makasih makanannya, udah cocok jadi bapak nih wkwk aku mau mandi wkwk" Ucap Fani ngeledek.
Dia adalah adik satu-satunya yang selalu menghibur dan menghargai Rahman.
"Hilihh, ntar aku nikah, kamu kangennn hahah" Timpal Rahman.
"Iyalah wkwk. " Jawab Fani.
20 menit kemudian.
"Mas ayok, keburu telat" Panggil Fani.
"Iya Fan, bentar aku keluar. Lagi nyiapin tugas kuliah. " Jawab Rahman dari kamarnya.
Rutinitas Rahman di pagi hari adalah mengantar adiknya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tidak terlalu jauh dari rumah, namun capek juga kalo berjalan.
Karena orang tuanya biasanya pulang dari pasar jam 12 siang, jadi paginya Rahman yang mengurus adiknya. Kemudian barulah ia berangkat ke kampus, karena kakak-kakaknya sudah berumah tangga dan tidak serumah lagi dengan orangtuanya. Ada yang ikut mertua, ada juga yang merantau ke luar kota.
********************
"Man kamu beneran suka sama Salmia apa bercanda si? " Tanya Revan di sela-sela nonton film Jackie Chan.
Rahman memang suka mampir ke kos Revan sekadar untuk main atau mengerjakan tugas kuliahnya.
"Iya bener. Aku emang udah kagum sejak pertama kali kenal Salmia, Emang kenapa Van? " Jawab Rahman balik tanya.
"Gilaa, aku juga suka Salmia, Man. Bisa-bisanya kita suka sama orang yang sama."
"Ya nggak kaget sih aku, laki-laki mana sih yang nggak suka sama dia, udah cantik, baik, sholihah, ramah ke siapa aja. Tapi aku ga mau persahabatan kita hancur gara2 ini loh Van. Siapapun jodoh Salmia nanti, entah kamu, aku atau yang lain, plis kita tetep temenan. "
Jawab Rahman mulai serius kali ini.
"Heh siapa yang naruh bawang disiniiii. Kenapa jadi serius gini siiii. Mau nangis guaa" Jawab Revan berkaca-kaca.
"Udah plis, napa jadi sad gini siii.. Eh tapi emang Salmia mau sama kita, jiahaha" Timpal Rahman lagi, kini dengan humornya.
"Iya panciii, mana mau Salmia sama kitaa, hahaha, sholeh juga kagak" Sahut Revan juga sama, berganti humor.
"Udahlah gini aja. Kita bersaing sehat. Jadi ga ada kata tikung ya ini. Sah.. Sahh.. Wkwk" Timpal Rahman lagi.
"Deal. Wkwk"
"Eh wait Van, aku lupa. Besok harus ke Produsen Kulit. Yaudah deh aku pulang dulu, mau ngerjain pola. Haha.. Lanjutin berkhayal sana. Salmia mah maunya sama aku Van"
"Diem luu, wkwk yaudah sono kalo mau pulang. Ati-ati atuh. "
Jawab Revan
"Bye. assalamu'alaikum. "
"Waalaikumsalam.. "
Akhirnya Rahman pun pulang.
Selama di perjalanan pulang, Rahman sedikit-sedikit melamun. Ia memang terlihat biasa-biasa aja, bahkan seperti percaya diri di depan Revan. Namun sebenarnya dia tidak seberani itu.
"Ashh, Dahlah kayaknya aku juga harus nyerah buat ngejar Salmia, Revan tuh anaknya tulus, kaya, dermawan lagi. Aku mah apa atuh. Jaman sekarang baik aja ga cukup ga sih hahaa " Batin Rahman yang sedang berkecamuk sambil mentertawakan diri sendiri.
Ini nih kekurangan Rahman. Ia terlalu pesimis untuk urusan mengejar perempuan, padahal jelas-jelas banyak perempuan antri untuk mendapatkan cintanya meskipun ia tidak kaya. Karena mereka tahu, walaupun Rahman dari keluarga biasa tapi ia pekerja keras. Itu membuktikan bahwa ia layak memperjuangkan perempuan yang ia sukai.
Namun Rahman tidak menyadari kelebihannya itu. Apalagi jika ia ingat saat dulu ia di tolak oleh teman SDnya, si Bella. Sudah cukup lama, tapi sangat membekas dan membuatnya trauma hingga sekarang.
Ia tahu, banyak perempuan yang menyukainya, namun ia terlalu takut jika Salmia ternyata tidak menyukainya dan malah membuatnya terluka karena penolakan. Lebih buruknya jika Salmia malah menjauh.
Sedangkan di dalam kosnya, Revan juga termenung. Ia sendiri juga tidak begitu yakin, apakah Salmia menaruh hati padanya atau tidak. Revan sedang mengupayakan yang terbaik untuk karirnya agar bisa percaya diri saat meminang Salmia. Namun ia juga tidak ingin terlalu berharap pada Salmia. Bagaimanapun Salmia adalah perempuan idaman banyak laki-laki di luaran sana.
Rahman dan Revan sama-sama berjuang dengan kehidupan dan kisah cintanya masing-masing.
...----------------------------...
Flashback on
Beberapa anak kecil kelas 3 SD hendak masuk ke dalam kelas.
"Bela, Rahman suka sama kamu tuh" Teriak salah satu teman laknat Rahman. Rahman memang menyukai bella, namun ia tidak ingin mengungkapkannya.
"Ihh siapa yang mau sama Rahman, hitam, dekil, ga ganteng" Jawab bela tanpa perasaan.
Sontak Rahman malu dan sakit hati. Tapi ia berusaha tidak keliatan lemah.
"Kamu sih pake bilang segala. Lagian aku ga suka-suka banget sama si bella" Ucap Rahman pada temannya tadi yang berteriak ke bella.
Meski begitu, sikap bela sangat menggores hati Rahman, mana setelah itu bella tidak ingin dekat dengannya lagi. Ia menjadi benci dengan bela, namun tidak dendam. Ia akhirnya memiliki trauma dan tidak berani mengungkapkan perasaan pada siapapun. Ia sadar diri bahwa dia memang tidak tampan dan takut di tertawakan seperti saat bela mengejeknya, jika mengungkapkan perasaannya.
Flashback off
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!