NovelToon NovelToon

Anak Mayit SAMARA

Pindah Rumah

Hamparan padi menunduk dengan warna kuning sempurna menjadi penyambutan alam yang patut diabadikan dalam bidikan kamera ponsel.
Cekrek! Cekrek!
Cinta
Cinta
Bunda, bunda! Apa rumah baru kita masih jauh?
Gadis dengan rambut yang dijepit pita itu tak ada hentinya terpesona dengan keindahan alam selama dalam perjalanan.
Wanita bercadar yang duduk di depan mendampingi sang suami tersenyum lega karena kedua buah hatinya menerima keputusan untuk pindah rumah.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Iya, Cinta. Coba kamu lihat rumah di ujung sana, itu.
Bunda Hasna menunjuk ke ujung persawahan. Dimana dari dalam mobil, puncak atap sebuah rumah nampak. Jalanan yang menanjak, membuat rumah di atas bukit itu terlihat kecil.
Cinta
Cinta
Masih jauh, Bunda. Cinta gak sabar lihat rumah barunya. 🥺
Ayah Bima
Ayah Bima
Putri ayah yang cantik, sabar, ya.
Ayah Bima yang menyimak ikut memberikan semangat agar putrinya tidak merasa patah semangat dengan perjalanan yang memang hampir empat jam dari rumah lama mereka.
Juan
Juan
Huaam 🥱
Juan
Juan
Aka brisik banget, Juan lagi tidur. Jangan brisik, donk!
Keluhan adiknya, membuat Cinta langsung menoel hidung Juan tanpa ampun.
Juan
Juan
Huwaaa 😭
Juan
Juan
Aka nakal, Bunda jewer Ka Cinta...
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Cinta, gak boleh gitu. Ayo, minta maaf!
Cinta
Cinta
Hehehe, iya, Bund.
Cinta mengulurkan tangan kanannya, seraya menunjukkan puppy eyes yang membuat wajahnya semakin menggemaskan.
Cinta
Cinta
Kakak minta maaf, ya, Juan comel.
Juan
Juan
Moh. Aka harus beliin ice cream dulu, baru Juan maafin.
Juan melengos tak mau menatap kakaknya, dan memilih menatap keluar.
Cinta
Cinta
Astaga, adek satu tukang palak. 🙄 Bisa ludes uang saku ku, huft. Sabar deh. ~batih Cinta.
Cinta
Cinta
Baiklah, nanti aku beliin ice cream. Jadi, mau maafin kakak?
Cinta masih berusaha membujuk adiknya, sedangkan kedua orang tuanya menjadi team penyimak.
Juan
Juan
ice cream dulu, baru maaf, Ka.
Jawaban Juan membuat Cinta memutar bola mata jengah. Yah lihat aja disekeliling mereka hanya ada sawah sepanjang mata bisa memandang. Trus mau beli ice cream dimana?
Ya kali tiba-tiba saja ada penjual ice cream keliling. Seingatnya alfamart terakhir sudah terlewat satu jam yang lalu dan itupun ada diperbatasan wilayah sebelum memasuki daerah sawah.
Rumah-rumah pun terlihat jarang. Ntah kenapa orang tuanya memilih pindah rumah di daerah terpencil. Padahal dirumah lama tempatnya dekat dengan semua fasilitas.
Cinta
Cinta
Bund, apa ada penjual ice cream?
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Ya Allah, Juan maafin Ka Cinta, ya. Setelah memasuki perbatasan wilayah, tidak ada lagi mini market. Nanti kalau Ayah ke kota, baru kita stock di rumah baru. Gimana?
Juan
Juan
Bunda bercanda kan?
Cinta
Cinta
Nih anak, Juan comel. Bunda serius itu, lagian kakak dari tadi gak tidur...
Ayah Bima
Ayah Bima
Sudah, sudah!
Ayah Bima
Ayah Bima
Lihat kita sebentar lagi sampai. Jangan ribut lagi, ya.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Ay, bisa pelan kan mobilnya?
Ayah Bima
Ayah Bima
Kenapa, Bunda?
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Gak papa, Ay. Cuma pengen aja.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Cinta, Juan, kalian langsung masuk saja, ya. Semua barang biar Bunda ama Ayah yang bawa masuk.
Cinta
Cinta
Cinta bisa bawa tas sendiri. Boleh kan, Bund?
Juan
Juan
Juan juga bisa sendiri.
Kedua anak itu terlihat serempak tak ingin merepotkan orang tua mereka.
Ayah Bima
Ayah Bima
Anak ayah udah pada gede. Okay, bawa tas masing-masing, tapi jangan bawa yang berat. Bunda, masuk saja siapin makanan.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Baik, Ay. Semoga keluarga kita selalu damai dan bahagia, Amiin. 🤲
Cinta
Cinta
Amiin. 🤲
Juan
Juan
Amiin 🤲
Ayah Bima
Ayah Bima
Suma Amiin 🤲 Bismillahirrahmanirrahim, rumah baru dengan doa keselamatan dan kebahagiaan bersama. Ayah sayang kalian.
Keluarga kecil dengan impian sederhana. Tanpa mereka sadari. Disaat pijakan kaki menyentuh tanah berumput ilalang itu, takdir mempertemukan tatapan mata sendu dari loteng.

Penghuni Baru

Anak-anak terlihat gembira akhirnya sampai di rumah baru. Langkah kaki berlarian menapaki setapak dengan rumput liar yang terlihat subur.
Juan
Juan
Bunda, lihat pohon itu.
Juan menunjuk pada sebuah pohon yang ada di samping rumah barunya.
Juan
Juan
Juan mau ada ayunan di sana, boleh kan?
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Boleh, Nak.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Tapi jangan sekarang, besok kita sama-sama bersihin rumah dan desain seperti mau kita. Okay?
Juan
Juan
Siap, Bunda...
Cinta
Cinta
Bund, disana ada apa?
Bunda Hasna mengalihkan perhatian ke putrinya. Dimana gadis berusia dua belas tahun mendongak ke atas.
Atap kerucut yang menaungi jendela kaca bulat besar merupakan loteng rumah. Sekilas terlihat biasa saja dan tidak ada yang aneh.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Itu loteng, Cinta.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Jangan main kesana dulu, biar bunda bersihkan esok. Ayo, masuk!
Bunda Hasna memasukkan kunci, begitu putaran ketiga. Pintu di dorong ke depan, seketika debu beterbangan menyambut kehadiran keluarga baru itu.
Cinta
Cinta
Uhuk!
Cinta
Cinta
uhuk!
Juan
Juan
Hachiim
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Anak-anak, kalian gak papa?
Ayah Bima yang baru saja datang langsung melepaskan koper, dan menggendong kedua anaknya agar menjauh dari depan rumah terlebih dahulu.
Ayah Bima
Ayah Bima
Kalian main disini dulu! Jangan masuk, ayah gak mau kalian sakit karena di dalam masih berdebu dan penuh kuman.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Alhamdulillah ada ayah, anak-anak jadinya aman dan bunda bisa mulai beres-beres...
Suara langkah kaki dari arah belakang mobil mengalihkan perhatian semua orang, termasuk Bunda Hasna yang berhenti meneruskan ucapannya.
Kedatangan seorang pria paruh baya dengan celemek tergantung di puncak kanannya, membuat Ayah Bima berjalan meninggalkan kedua anaknya.
Ayah Bima
Ayah Bima
Maaf, bapak siapa?
Mamang Ucup
Mamang Ucup
Aden yang beli rumah mantan majikan mamang. Kenalin, nama saya mang ucup. Sebelumnya saya minta maaf, tapi saya sudah di wasiatkan untuk mengabdi pada pemilik rumah ini, Pak.
Ayah Bima
Ayah Bima
Begitu, Pak. Saya Bima, itu Hasna istri saya, dan si manis Cantik, serta si ganteng Juan. Keduanya anak kami.
Ayah Bima
Ayah Bima
Apa mang Ucup tidak keberatan tinggal di rumah ini bersama keluarga saya?
Mamang Ucup
Mamang Ucup
Mamang gak keberatan, Den. Kalau mau bolak-balik ke rumah sendiri juga jauh, Den.
Cinta
Cinta
Ayah, boleh Cinta main sama Juan?
Juan
Juan
Iya, Yah. Juan mau main petak umpet bareng kakak...
Mamang Ucup
Mamang Ucup
Jangan main petak umpet!
Seruan mang Ucup, membuat keluarga baru itu terkejut.
Bagaimana tidak? Boleh saja melarang, tapi gak harus teriak juga kan.
Ayah Bima beristiqhfar di dalam hati, begitu juga dengan Bunda Hasna yang bergegas menghampiri kedua anaknya yang terlihat ketakutan.
Juan
Juan
Bunda...
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Sini, Sayang.
Bunda Hasna merengkuh tubuh kedua anaknya, memberikan pelukan seorang ibu untuk menenangkan.
Ayah Bima
Ayah Bima
Mang, Saya tidak tahu apa alasan mamang melarang anak-anak bermain petak umpet.
Ayah Bima
Ayah Bima
Saya berharap, mang Ucup tidak lagi berteriak di depan anak-anak. Sejak dini, kami sekalipun tidak pernah berbicara keras, apalagi berteriak seperti yang mang Ucup lakukan tadi.
Mang Ucup menundukkan kepala dengan kedua tangan di depan dada.
Mamang Ucup
Mamang Ucup
Maafkan, saya, Den.
Mamang Ucup
Mamang Ucup
Saya hanya reflek...
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Sudahlah, Ay. Bunda percaya, Mang Ucup gak punya maksud apa-apa ke keluarga kita.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Anak-anak, kalian masuk ke mobil saja. Bunda, dan ayah beres-beres dulu di dalam.
Juan
Juan
Bunda, Juan takut.
Cinta
Cinta
Yuk, Juan ama kakak. Jangan takut, kata pak guru. Rasa takut itu harus kita lawan, benar kan bund?
Bunda Hasna tersenyum mendengar ucapan putrinya yang mulai mengembalikan keceriaan suasana.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Putrinya Bunda pinter, Juan dengerin Ka Cantik, ya.
Juan menganggukkan kepala seraya menerima uluran tangan Cantik sang kakak.
Kedua anak itu melakukan perintah bunda mereka, dan memilih bermain di dalam mobil.
Sementara itu, Ayah Bima mempersilahkan Mang Ucup untuk ikut membantu membersihkan rumah baru.
Rumah yang dingin dengan debu enggap. Tirai-tirai putih menutupi seluruh perabotan. Ntah sudah berapa lama rumah itu dibiarkan kosong oleh pemilik lama.
Mamang Ucup
Mamang Ucup
Aden, sebaiknya pintu loteng jangan dibuka.
Ayah Bima
Ayah Bima
Kenapa, Mang?
NovelToon
kurang lebih seperti itu rumahnya.

Misteri Wortel yang Hilang

Pertanyaan Pak Bima, membuat wajah Mang Ucup gelagapan.
Tatapan mata kesana kemari seakan tengah mencari kata yang tepat untuk memberikan jawaban.
Ayah Bima
Ayah Bima
Mang? Mang Ucup kenapa diem?
Ayah Bima
Ayah Bima
Apa ada sesuatu yang disembunyikan tentang rumah ini?
Mamang Ucup
Mamang Ucup
Buk-aan ituu...,
Ayah Bima
Ayah Bima
Jujur saja, Mang!
Ayah Bima
Ayah Bima
Saya tidak ingin terjadi sesuatu pada istri dan anak-anak ku karena hal yang tidak saya ketahui.
Pertanyaan beruntun dari Pak Bima. Justru semakin mendesak mang Ucup.
Pria paruh baya itu, kebingungan mencari kata untuk memberikan jawaban yang bisa menghilangkan keraguan sang majikan barunya.
Untung saja, Bunda Hasna datang dengan membawa dua koper dan langsung mengalihkan perhatian Pak Bima.
Mamang Ucup
Mamang Ucup
Gusti nyuwun ngapuro, haruse aku ngomong jujur, tapi nek jujur. Engko aku kerjo nang endi? (Tuhan aku minta maaf, seharusnya aku bicara jujur, tapi jika jujur. Nanti aku bekerja dimana?)
Mang Ucup bergumam seraya melanjutkan membereskan pekerjaannya dengan menyibak kain putih yang menutupi perabotan rumah tangga.
Sementara itu, di dapur. Bunda Hasna dibantu sang suami melakukan kerjasama team untuk menyiapkan makanan sederhana agar tidak ada yang kelaparan.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Ay, bisa tolong potong kan wortel nya? Bunda mau cuci beras dulu.
Ayah Bima
Ayah Bima
Siap, Bunda. Dimana pisaunya, Bund?
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Ada di atas meja, Ay. Sebelah talenan, coba perhatiin baik-baik!
Ayah Bima memperhatikan meja dapur, dimana beberapa barang sudah berjejer siap untuk membantu acara masak kali ini.
Memang benar di atas meja ada taletan dan juga wortel lima buah, tapi tidak ada pisau seperti yang dibilang sang istri.
Ayah Bima
Ayah Bima
Bunda, ini pisaunya mana?
Ayah Bima mengalihkan perhatiannya menoleh ke arah sang istri, di saat bersamaan Bunda Hasna baru selesai mencuci berasnya.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Itu di depan kamu, Ay! Masa gak keliatan? Pisaunya gede, loh, itu.
Pernyataan sang istri, membuat Ayah Bima kembali menatap meja di depannya. Benar ada pisau serbaguna dengan kilauan menjelaskan seberapa tajam pisau itu.
Ayah Bima
Ayah Bima
Eh, iya, ya. Ya sudah, mungkin aku gak lihat tadi. Yuk, lanjut masak!
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Ayah ini, gak boleh ngalamun di dapur, ya. Sebelum memulai pekerjaan bismillah dulu, Ay.
Ayah Bima
Ayah Bima
Bismillahirrahmanirrahim,
Kebersamaan itu, berlanjut dengan obrolan ringan. Ayah Bima yang semangat memulai memotong wortel dengan sesekali menoleh ke arah istrinya yang sibuk membuat jus buah.
Ayah Bima
Ayah Bima
eh, bunda tadi ngasih wortel berapa?
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Lima wortel, tiga kentang, Ay.
Ayah Bima mencoba mengingat ulang, berpa wortel yang sudah ia potong. Padahal wortel baru di potong dua, tapi kok cuma sisa satu? Trus yang dua kemana?
Ayah Bima
Ayah Bima
Bunda gak salah hitung?
Bagaimana tidak mulai bingung sendiri, tadi pisau gak kelihatan. Trus sekarang wortel yang tiba-tiba saja hilang, pasti istrinya salah hitung. Yah, sudah pasti itu.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Ayah kenapa tanya begitu? Kan udah kebiasaan bunda juga, kalau masak sop selalu siapin lima wortel.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Memang Ayah udah motong berapa wortel?
Ayah Bima
Ayah Bima
Iya, kebiasaan bunda memang gitu.
Ayah Bima
Ayah Bima
Masalahnya, Ayah baru motong tiga tapi sisa satu. Nah, bunda bilang kan lima.
Ayah Bima
Ayah Bima
Jadi yang dua kemana?
Penjelasan ayah Bima, membuat Bunda Hasna menghentikan pekerjaannya dan berjalan menghampiri sang suami.
Ia juga ikut memeriksa wortel yang ada di atas meja. Benar saja, di mangkuk baru sedikit, tapi di atas talenan sisa satu wortel aja.
Disaat keduanya berpikir keras tentang apa yang terjadi. Suara anak kecil terdengar berlarian melewati depan dapur.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Apa jangan-jangan yang ambil wortel nya, Cinta dan Juan, ya, Ay?
Ayah Bima
Ayah Bima
Bunda ini, masa Ayah gak lihat anak-anak masuk?
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Ya Allah, Ay. Tahu sendiri anak kita suka iseng, ada aja akalnya itu.
Ayah Bima
Ayah Bima
Iya juga, sih. Ya udah, coba Ayah tanya anak-anak dulu. Bunda lanjut bikin jusnya, ya.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Okay, Ay. Jangan lama-lama, ya!
acungan jempol sang suami, membuat Bunda Hasna kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu, Ayah Bima berjalan keluar rumah. Yah kini yang ada dipikirannya pasti anak-anak sembunyi di dalam mobil lagi.
Mobil yang tidak terkunci, perlahan dibuka. Lalu, Ayah Bima melihat apa yang tengah dilakukan kedua buah hatinya.
Sayangnya, Cinta dan Juan dalam posisi tidur pulas saling berpelukan. sontak pertanyaan yang Sedari tadi ingin ditanyakan terbang ke awan.
Ayah Bima
Ayah Bima
Kedua anakku tidur, jadi kemana perginya wortel tadi?
Ayah Bima bergumam seraya berpikir keras, hingga suara jeritan dari dalam rumah mengejutkan dirinya.
Bunda Hasna
Bunda Hasna
Ayaaah....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!