Namaku Rona, Serona Lim. Aku pelajar yang suka baca novel. Semua jenis novel aku baca. Ada salah satu novel yang jadi favoritku bergenre romance dan drama, judulnya DUNIA ISEKAI IMPIAN. Setiap selesai membaca novel aku langsung tidur dengan membayangkan seandainya dunia ini seindah di novel sambil tersenyum agar bermimpi indah.
"Krriiinnggg"
"RONA!! Lu gak mau bangun jangan pasang alarm!" suara teriakan yang biasa ku dengar pagi hari. Iya suaranya lebih kencang dari alarm yang ku beli.
BRAK!!
"Lu mau bangun kagak?!" Mamah membuka pintu kamar ku dengan keras.
"Yes Mam. Aku udah bangun." jawabku malas sambil masih memejamkan mata.
"Lu banyak malasnya bangun tidur aja, gimana mau cepet beres tuh kuliah!" teriak Mamah.
Ya beginilah kehidupan ku yang nyata. Punya Mamah cerewet. Dan kuliah pun terpaksa karena sebenernya yang mau aku kuliah itu orangtuaku. Aku sendirinya malas. Aku sih inginnya langsung kerja buka usaha sendiri seperti Baba ku. Dia membuka toko barang antik berupa hiasan, sovenir dan barang pajangan. Baba ku ini blasteran turki dan china jadi dia lumayan tampan dan berkulit putih. Sedang Mamahku orang pribumi asli jadi kesehariannya pun jelas terlihat dari cara dia bicara.
Hari ini rasanya malas sekali untuk ikut matkul. "Bolos lagi aja apa ya." Aku mulai berencana buruk.
Aku tak melanjutkan langkahku ke kampus. Ku belokkan langkahku menuju pusat perbelanjaan sekitar. Aku berkeliling sebentar untuk melihat-lihat bagian baju dan sepatu yang sedang diskon besar, menyusuri beberapa tempat seperti tempat kosmetik dan parfum. Setelahnya puas berkeliling aku lalu pergi ke bagian Gramedia. Kususuri setiap rak untuk mencari novel edisi baru dan juga membeli beberapa komik.
Setelah selesai dengan barang yang aku inginkan aku turun ke lantai bawah. Dilantai dasar aku membeli minuman es boba untuk pelepas dahaga, kemudian aku keluar dari Mall tersebut. Aku berjalan menyusuri jalan lintas pejalan sambil memainkan handphoneku. Saat akan menyebrang jalan aku dengar suara teriakan.
"Jambret!! Tolong ada jambret! Tas ku dijambret!!"
Aku spontan menoleh ke arah suara tersebut. Tetapi sialnya yang kulihat adalah motor yang melaju kencang menuju arah ku. Aku tak bisa menghindar dan hanya diam membatu lalu motor tersebut menghantam ku.
"Alah kecelakaan! Aaahhh!! Tolong tolong!" Teriak seseorang yang berada di belakangku mengundang perhatian khalayak.
Tak lama kulihat beberapa orang mulai berkerumun mendekati tempat dimana aku terpental tak berdaya. Dengan gelas minuman yang boba nya tercecer kemana-mana begitu juga handphone ku yang sudah terbelah terpencar.
Aku yang tergeletak dengan luka dan darah yang mengalir mulai merasakan dadaku sesak, nafasku sudah tak beraturan. Aku sudah mulai tak ingat apapun dan juga semua disekitar ku menjadi gelap.
...*...
...*...
...*...
"Silau. Jam berapa sih ini? kok udah dibuka gordennya!" ucap ku dengan mata masih terpejam.
Terdengar suara bisik bisik.
"Nona maaf lancang, tapi Tuan Muda sudah menunggu untuk sarapan."
Seketika aku tersentak lalu melek. Dalam hati, "Nona? Tuan Muda? sape?" Seketika kemudian aku bangun , dan setelah nyawaku terkumpul sempurna seolah dunia seperti menghantam ku.
Aku sedang berada di dalam kamar yang rasanya asing bagi ku, kamar yang luas, kasur yang super lebar, walk in closet di depan ranjang, lampu kristal yang menggantung, lampu dinding dan masih banyak barang yang tak ku kenali sebagai barang di kamarku.
Dan lagi sekarang, di dalam kamar ini ada dua orang dengan baju yang biasa disebut untuk baju pelayan dalam film drama-drama Korea.
"Aku siapa? Aku dimana? Mamah tolong akuuu!!!"
...* * *...
"Besok kita akan makan malam untuk perayaan ulang tahun Mamaku, jadi persiapkan dirimu dan jangan berulah." kata seorang pria lalu pergi setelah menyeka mulutnya.
Katanya dia adalah suamiku dan kami sudah satu tahun lebih menikah karena perjodohan orangtua.
Aku masih melongo dimeja makan dan tak bisa mencerna semuanya, "plis bangunin ane kalau ini mimpi. aku masih perawan!" jeritku dalam hati sambil mengunyah makanan yang menurut ku saat ini terasa hambar.
"Nona apa makanan nya kurang enak? kenapa Nona menangis?" tanya seorang pelayan.
"Hidupku yang gak enak" jawabku.
⭐⭐
jangan lupa like komen dan vote ya 😘
Suara alunan musik berirama lembut terdengar merdu dengan iringan percik air mancur yang jatuh di sebuah taman. Lampu hias taman menjadi teman malam. Benar benar suasana yang romantis.
"Selamat ulang tahun Ma." ucap laki-laki yang jadi suamiku kepada perempuan paruh baya di depannya. Ah, ini ibu dari suamiku, kataku dalam hati. Lalu aku pun juga mengucapkan hal yang sama dan memberikan sebuah bingkisan berisi hadiah yang disiapkan oleh suamiku sebelumnya.
Terlihat beberapa orang disana yang juga sedang memberikan sebuah kado sebelumnya. Mungkin itu saudara-saudaranya, pikir ku.
"Bagaimana kabarmu sayang?" tanya perempuan itu padaku dengan lembut layaknya seorang ibu ke anak tersayangnya.
"Ayo duduk. Pilih makanan favoritmu. Sudah lama kalian menikah tapi belum juga punya anak. Berusahalah yang giat bersama suamimu." katanya sambil tersenyum lebar dengan kedua tangannya merangkul ku menuntun berjalan ke arah meja yang berjajar deretan berbagai macam makanan.
Aku hanya membalas dengan mengulum senyum. Dalam hati, "kapan aku nikah? aku kan masih kuliah! plis bangunin aku!" jerit ku dalam hati.
Ini sebenarnya dimana? Aku siapa Sedang apa aku disini? Apa ini mimpi? Atau lucid dream?. Pertanyaan yang terus berputar di otak ku saat ini. Ku nikmati camilan berupa kukis dan cup cake yang ku ambil tadi dengan memikirkan keberadaan ku saat ini.
"Apa aku diculik ya?" pertanyaan yang membuat ku mengerutkan alis berpikir keras.
Kalau di culik gak mungkin aku di perlakukan baik. Tinggal di rumah mewah bukan di sekap di tempat seram seperti bangunan kosong atau rumah sempit. Di sediakan pelayan layaknya seorang nyonya bukan di jadikan babu seperti di... dalam cerita novel novel.
Mataku terbelalak seketika, seperti seolah mendapatkan sebuah jawaban. Novel, seperti di dunia novel.
Seolah sebuah ingatan merayap di saraf otak ku. Terakhir sepertinya aku tidur dengan sebelumnya baca novel dulu, novel yang update malam itu, aku mengingat-ingat.
"Na... Na... Shin... Shina" suara panggilan keras mengangetkan ku.
Aku terkesiap, ku kerjapkan mataku menatap sosok yang berada di depan ku, memanggil nama ku sedari tadi. Itu suamiku.
"Kamu kenapa? Sakit? Ngelamun dari tadi?" tanyanya. Aku masih belum sepenuhnya menyadarkan diriku.
"Kamu mau makan kue nya enggak?" tanyanya sambil matanya menatap pada cup cake yang berada di tangan ku.
Aku pun mengarahkan mataku pada cup cake tersebut yang ternyata kondisinya sekarang sudah berceceran sebagian karena tanpa sadar aku tadi hanya memutar-mutarnya di tangan ku. Ku letakkan kembali cup cake tersebut dalam piring kecil, lalu ku elap tangan ku dengan tisu yang tersedia di meja tempat ku duduk saat ini.
"Kamu sakit?" tanya suami ku sekali lagi. Aku jawab dengan menggelengkan kepalaku.
"Kamu capek?" tanyanya lagi. Aku menjawab dengan menggelengkan kepalaku lagi. Dia menghela nafas panjang dengan menatap lurus ke arah ku.
Aku tertunduk di tatap begitu, takut.
Akhirnya acara selesai sampai jam satu malam. Aku dan suamiku disarankan menginap oleh perempuan yang ku sebut Mama tadi. Aku menuruti suami ku yang menyanggupi saran sang ibu.
Di kamar yang sudah di sediakan aku langsung membaringkan badan ku setelah mandi dan mengganti pakaian yang juga sudah tersedia. Dengan mata tertutup aku masih memikirkan ini sebenarnya aku dimana.
Lalu aku mengingat sesuatu lagi, aktivitas yang sama, membuat ku ingat lagi, sebelum tidur aku membaca sebuah novel, novel kesukaanku yang masih dalam status on going.
"Shina." gumam ku yang masih berbaring. Itu nama yang disebut laki-laki yang katanya suami ku tadi. Shina, nama itu terus berputar mengulang di otak ku. Seketika aku teringat pada salah satu novel yang ku baca malam itu.
"Jangan bilang ini dunia novel yang aku baca, kalau gak salah namanya DUNIA ISEKAI IMPIAN." gumam ku sambil masih membolak-balikkan badan karena masih kepikiran.
Mungkin karena sudah larut malam lama kelamaan mataku akhirnya terkantuk kemudian aku tertidur. Sayup-sayup terdengar suara bisik ditelinga saat aku mulai mengayuh mimpiku, lalu aku membuka mata.
Wajah tampan terpampang persis didepan mukaku. Mataku membola seketika, seperti layaknya layangan, nyawa yang melayang langsung dapat ku tarik kembali. Aku terjaga seketika dengan mata yang membola.
Laki-laki yang katanya suamiku, dia gelagap dan wajahnya sedikit merona di depan wajah ku. "Ente gak bermaksud mau berbuat mesum kan?" kataku dalam hati sambil membolakan mata ku.
"Maaf tadi rambut mu jatuh kemuka, jadi..."
"It's ok." jawabku langsung. Kemudian aku berbalik dan rasanya jantungku berdebar tak karuan. Aku pura-pura melanjutkan tidur ku lagi namun sebenarnya tak bisa tidur. Aku merasa ada tatapan yang tajam menusuk punggungku.
"Dia gak tidur apa? cepet tidur lah." Jerit ku sambil menangis dalam hati.
"Shina, kamu sudah tidur?" dia bertanya dengan lembut. Aku diam tak menjawab, pura-pura tidur.
Tiba-tiba tangan besar memeluk ku dengan lembut dari belakang. "Nice dream." bisiknya. Suaranya di tengkukku membuat jantung ku kembali tak karuan.
Tak lama nafasnya yang teratur terasa menyapu kulit ari ku. Sepertinya dia sudah tertidur. Tapi kenapa harus peluk peluk aku segala, aku kan jadi gak bisa tidur bambang. Aku menggerutu dalam hati.
Pagi harinya aku terbangun dengan berbantalkan lengan laki-laki ini. Tangannya keras dan kekar, namun cukup enak untuk bantalan. "Badannya bagus." gumamku yang tangan ini sudah ada di dadanya setelah aku bangun tadi.
Laki-laki itu semalam tidur dengan kaos putih yang ukurannya pas badan dan mencetak jelas bentuk tubuh bagian atasnya. Tersingkap sedikit keatas kaos bagian perutnya yang menunjukkan sedikit bagian perutnya. Aku ingat semalam aku tidak berselimut, sepertinya dia juga tidak menarik selimut untuk kita.
"Inikah yang dinamakan roti sobek seperti di cerita dalam novel yang aku baca. Aku merasa beruntung mengalaminya." gumam ku memuji dalam hati sambil membayangkan visual novel yang biasa para author berikan di setiap novel.
"Tama. Shina. Ayo keluar. Kita sarapan bersama." suara yang tak asing mengagetkan membuatku tersentak dari kekaguman ku.
Itu suara ibu mertua ku, seketika aku lalu bangun dan lari ke kamar mandi. Aku menyalakan kran air lalu cuci muka untuk meredakan debaran jantungku karena terkejut dan kemudian gosok gigi. Masih terdengar suara ketukan pintu disana.
"Iya Ma nanti turun" jawab laki-laki itu yang ku dengar dari kamar mandi.
Ternyata benar seperti tebakan ku, ini dunia novel yang berjudul DUNIA ISEKAI IMPIAN dan namaku disini adalah Shina, dan laki-laki yang menjadi suamiku namanya Tama. Sesuai karakter dalam novel tersebut.
"Shina sudah selesai belum?" tanya Tama sambil mengetuk pintu.
"Iya sudah." jawabku lalu keluar dari kamar mandi.
"Mama menunggu dibawah mengajak kita sarapan." katanya dengan muka sayu yang terlihat baru bangun tidur. Aku mengangguk.
Aku turun duluan menghampiri Mama di meja makan, selang berapa lama kemudian Tama turun lalu duduk untuk ikut sarapan bersama. Setelah sarapan selesai kami pamit kepada Mama untuk pulang ke rumah kami.
⭐⭐
jangan lupa like komen dan vote ya 😘
Aku turun duluan menghampiri Mama di meja makan, selang berapa lama kemudian Tama turun lalu duduk untuk ikut sarapan bersama. Setelah sarapan selesai kami pamit kepada Mama untuk pulang ke rumah kami.
...* * *...
Hari-hari didunia ini aku jalani seperti hari-hari biasa di duniaku. Hanya perlu menyesuaikan peranku yang sudah bersuami. Ini hari Tama masuk kerja.
Setelah dia berangkat aku langsung mencari informasi tentang diriku didunia ini.
Kucari kartu identitas, dan ku buka handphone ku untuk mencari email, sosial media, apapun yang berhubungan dengan ku. Kini ku temukan semuanya, namaku Shina Veronica Diwirya, umur 28 tahun, anak tunggal dari Raka Diwirya dan Widya Diwirya.
Lalu suamiku Aditya Pratama Wijaya anak pertama dari Anton Wijaya dan Amita Wijaya. Pewaris perusahaan insfratruktur dan media terbesar di kota ini. Dia berumur 32 tahun. Bos muda rupanya.
Lalu aku mencari informasi dengan kata-kata percakapan halus yang memancing para pelayan disini untuk bercerita. Tentu saja karena pastinya dimana-mana perempuan itu suka dengan obrolan apalagi yang berbau gosip dan ghibah.
Akhirnya aku dapat beberapa informasi ternyata Shina dan Tama dijodohkan oleh orangtua mereka karena sebelum meninggal ayah Tama berpesan agar putranya menikahi putri Raka Diwirya, untuk membalas jasa kebaikan Raka karena orang yang disebut menjadi ayahku itu telah membantu dan menolong keluarga Wijaya ketika mengalami collapse ekonomi hingga menjadi perusahaan maju seperti sekarang.
Dari cerita yang kudengar lagi dari para pelayan yang sedang bergosip dan tertangkap dengar oleh ku, sikapku sekarang jadi lebih pendiam. Dulu aku selalu berontak dan melawan suami karena pernikahan paksa ini.
Kadang aku kabur dan bermalam di hotel karena tidak ingin tidur bersama suami. Dan selalu dijemput paginya untuk diajak pulang, dia selalu tau aku menginap di hotel mana. Karena frustrasi suamiku mengatakan kita tidur pisah kamar saja.
"Nona kenapa melamun?" tanya seorang pelayan yang belakangan kuketahui namanya Merlin. Usianya sepertinya sekitar 25 atau 26 tahun karena terlihat lebih muda dari ku.
"Bosan." jawabku.
"Bagaimana kalau mengunjungi toko bunga. Sudah lama Nona tidak berkunjung ke sana." katanya.
Aku hanya terdiam, karena aku pun sebenarnya tidak tahu jika karakter Shina mempunyai sebuah toko bunga. Beginilah kalau baca novel on going, tidak tahu alur cerita selanjutnya. Apalagi novel yang ku baca ini baru pada episode pertama. Ingin pergi pun tapi tidak tahu alamatnya.
"Biar di antar sama sopir saja."ucap Merlin lagi. Seperti mendapat sebuah cahaya ilahi saat umatnya sedang dalam kebingungan aku pun mengiyakan.
...* * *...
Ternyata aku memiliki usaha sendiri sebelum menikah. "Shina Shine Florist" tertulis diatas toko bunga ini. Seperti namanya, bunga yang cerah dan harum memenuhi toko ini.
"Selamat datang kembali bos." sapa pegawai perempuan yang berdiri di depan toko ini saat aku berada di depan pintu masuk yang terbuka. Aku membalasnya dengan senyum.
"Tina, cek kembali area mawar biru. Apa sudah ada yang bagus untuk dipanen. Kita dapat pesanan." teriak lelaki dari arah meja kasir.
"Bu bos, apa kabar? Kenapa baru berkunjung? Silahkan duduk kemari. Bagaimana kabarnya? Apakah sudah sehat?" tanyanya yang melihat ku melangkah ke arahnya. Sedikit heran dengan pertanyaan terakhirnya, apa sebelumnya aku sakit?
Aku pun juga tersenyum kepadanya dan menjawab pertanyaannya satu per satu. Kemudian kami pun berbincang lama. Ternyata aku sudah dua tahun menjalankan bisnis ini. Usahaku berkembang hingga memiliki taman bunga sendiri di belakang toko kami. Tidak sampai hektaran tapi cukup untuk menanam berbagai macam jenis bunga yang di butuhkan di toko.
Jika tidak ada bunga yang ada dalam list kita order ke kebun milik orang lain atau kadang supplier seperti orang-orang pecinta bunga yang memiliki kebun kecil yang bunganya siap panen mereka tawarkan kepada toko kami.
Karyawan ku Deri dan Tina yang menjaga toko ini dan merangkai bunga. Sedang dua orang lagi Aldo dan Fikri sebagai kurir pengantar pesanan jika ada yang membeli secara online.
Merasa bangga diriku menjadi Shina karena hidupku di novel ini gak sia-sia seperti di dunia ku yang sebenarnya. Masih muda tapi sudah punya usaha sendiri, apalagi usaha itu sudah berjalan dua tahun.
Mamah, kalau aku bisa keluar dari novel ini dan ketemu mamah lagi, aku janji akan sekolah dengan sungguh-sungguh. Gak akan banyak bolos kuliah lagi. Mataku berkaca-kaca karena teringat mamah. Aku berjanji akan jadi orang mandiri dan sukses seperti Shina meski tidak bisa menjadi orang besar.
"Aku pengen pulang. Kangen omelan Mamah." tangis ku dalam hati yang tak terasa juga menitikkan air mata, dengan segera aku hapus air mata itu.
Waktu sudah sore. Ternyata aku mengobrol cukup lama dengan mereka. Aku pun pulang dengan membawa segenggam lavender yang sudah di ikat dengan rapi.
"Tolong nanti taruh dikamar ku," kataku kepada pelayan satu lagi setelah sampai rumah.
"Haah.." aku menghembuskan nafas pelan sambil berbaring di atas kasur yang menjadi milik ku ini yang terasa sangat empuk dan nyaman. Mataku sedikit berat, ngantuk juga lelah. Di toko tadi aku juga ikut bantu-bantu karyawan, menata pot-pot kecil bunga dan juga sedikit merangkai bunga.
Sebelum semakin malam dan jatuh dalam tidur, aku bergegas ke kamar mandi membersihkan diri dan mengganti dengan baju tidur.
"Selamat tidur Shina." ucap ku pada diriku sendiri. Ku tarik selimut dan ku peluk guling untuk ku ajak menjemput mimpi.
⭐⭐
jangan lupa like komen dan vote ya 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!