Kehidupan rumah tangga Michelson dan Rose kini benar-benar telah sempurna, karena memiliki dua anak sekaligus yakni si cantik Alexa dan si tampan Alexus.
Tak terasa kini keduanya telah berusia empat tahun, tetapi daya pikir mereka tak selayaknya umur anak empat tahun. Mereka sangat jenius, cerdas luar biasa.
Mereka memperlihatkan kecerdasannya tidak di depan umum, melainkan di kala kepepet saja.
"Lexa, kamu harus ingat ya. Jangan pernah kita tunjukkan kekuatan supranatural kita di depan umum, karena ini sangatlah berbahaya."
"Baik, ka. Aku akan selalu ingat dan laksanakan perintah Ka Alex.
Si kembar memiliki kekuatan supernatural yang berbeda. Jika Alexus mampu mengendalikan pikiran orang dan benda-benda yang ada di sekitarnya dan ada kekuatan lain yang tersembunyi.
Dan Alexa mampu menerawang apapun yang sedang di pikirkan orang terutama jika seseorang itu berniat jahat. Bahkan ia bisa mengetahui bahaya yang akan datang, serta mengetahui masa lalu seseorang.
Jika kekuatan kedua anak ini di satukan sungguh luar biasa. Mereka saling melengkapi satu sama lain, tak bisa terpisahkan begitu saja. Makanya di mana ada Alexa disitu pasti ada Alexus. Untuk kemahiran bakat bela diri, keduanya sangat ahli. Keduanya juga bisa saling berkomunikasi dengan bahasa batin.
Jika bela diri di wariskan dari Rose. Walaupun Rose belum pernah sekalipun mengajari anaknya bela diri, keduanya sudah bisa sendiri hanya dengan sering melihat Rose berlatih bela diri.
Di suatu sore, Michelson dan Rose mengajak si kembar healing ke sebuah pusat perbelanjaan.
"Ka, waspada ya. Aku mencium aroma kejahatan di tempat ini, dan sepertinya akan menuju kemari," ucap Alexa pada Alexus dengan bahasa batinnya.
"Hem, coba kamu lihat apakah jumlah mereka banyak atau hanya beberapa orang? biar aku bisa lebih siap," ucap Alexus pada adiknya.
"Jaraknya masih terlalu jauh ka, jadi aku belum melihat jelas berapa musuh yang akan menyerang kita secara tiba-tiba," ucap Alexa
"Ya sudah, yang terpenting kita tak usah lengah harus selalu waspada. Supaya Daddy dan mommy selalu terlindungi."
Demikian salah satu percakapan mereka dengan menggunakan telepati atau bahasa batin.
"Hey, Boy-Girl. Kenapa kalian malah diam saja sih? apa nggak suka jika di ajak healing Daddy sama mommy?" pertanyaan Michelson mengagetkan keduanya yang sedang asik bercakap-cakap di dalam hati.
"Daddy, kami senang kok. Kami diam karena kami sedang asik menikmati cuci mata sekeliling mall ini?" ucap Alexus.
"Hem, Alex nggak ingin beli sesuatu? dan kamu juga Lexa?" tanya Rose melirik kedua anaknya.
"Jika mommy menawarkan, kami ingin masing-masing memiliki laptop. Dan kamar kami juga di lengkapi dengan komputer keluaran terbaru. Iya kan Lexa?"
"Iya, ka. Betul sekali."
Michelson dan Rose saling berpandangan, mereka heran dengan permintaan dari anak mereka.
"Alex, kamu nggak ingin beli mobil-mobilan atau robot? dan kamu Lexa, nggak ingin membeli boneka atau masak-masakan?" tanya Michelson menawarkan.
"Daddy, kami ini sudah besar. Dan sama sekali tak suka dengan mainan, hanya ingin membeli apa yang tadi kami katakan," ucap Alexus.
Seketika Michelson dan Rose saling berpandangan satu sama lain. Mereka merasa heran karena dari bayi, kedua anaknya tak suka mainan.
"Ka, cepat lindungi Daddy dan aku lindungi mommy! musuh sedang ada di belakang kita ka, dua orang!" ucapnya dalam hati pada Alexus.
"Daddy awas"
"Mommy awas"
"Bug bug dug dug"
Secepat kilat Alexus mendorong tubuh Michelson, begitu pula dengan Alexa mendorong tubuh Rose. Dua orang menyerang dari arah belakang, tetapi seketika di tendang dan di tinju oleh Alexus dan Alexa.
Kemudian terjadi baku hantam antaran Alexus dan Alexa melawan dua orang tersebut. Gerakan kedua anak ini begitu gesitnya. Dan pada saat kedua orang itu akan menusukkan pisau yang di genggamnya pada si kembar, sontak Alexa langsung berkomat kamit dalam hati.
"Berubahlah jadi ular dan patok mereka!"
"Ahhhhh .....sakit"
Dua pria tadi masing-masing di patok ular yang semula mereka pegang adalah pisau. Bahkan ular tersebut terus saja menempel pada lengan mereka.
Keduanya lari tunggang langgang ketakutan, hingga di lihat banyak orang.
Sementara Michelson dan Rose sedari tadi terperangah tak percaya melihat keahlian bela diri kedua anaknya. Dengan gerak cepat, Alexus menjentikkan jari tengah dan ibu jarinya di hadapan orang tuanya.
"Lupakan yang telah terjadi," ucap Alexus.
Hingga Michelson dan Rose pun sama sekali tak ingat apa yang barusan terjadi pada mereka.
"Daddy, tadi aku akan mengatakan apa ya pada kedua anak kita. Tapi kok aku mendadak lupa?" tanya Rose pada suaminya.
"Sama mommy, aku juga akan bertanya sesuatu pada kedua anak kita tapi aku juga lupa," ucap Michelson.
Keduanya menatap si kembar seperti orang heran, sementara di kembar terkekeh seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan orang yang tadi sempat melihat kejadian itu juga telah melupakan semuanya karena ulah Alexus.
"Ka, daddy sama mommy kok seperti orang bingung lihat dech," celoteh Alexa terkekeh.
"Dad-mom, kalian kenapa sih? pasti lapar ya jadi kurang konsentrasi," canda Alexus terkekeh.
Michelson dan Rose hanya saling pandang tanpa mengatakan apapun. Hanya sekilas tersenyum pada si kembar, akan tetapi di dalam hati mereka bertanya-tanya.
Beberapa menit kemudian, di suatu tempat seseorang sedang marah besar pada dua anak buahnya.
"Bego, masa kalian gagal sih! padahal tidak ada yang mengawal mereka!" bentaknya.
"Maaf, bos. ternyata dua anak kembar mereka itu hebat sekali. Lihatlah bos, tangan kami juga terluka karena ulah mereka." Ucapnya seraya menunjukkan lengan mereka yang luka karena di patok ular.
"Masa kalian kalah sama anak umur empat tahun, memang apa yang mereka lakukan pada kalian berdua hingga tangan terluka seperti itu?" tanya nya heran dan penasaran.
"Saat kami akan menusukkan pisau, tiba-tiba pisau yang ada di tangan kami berubah menjadi ular dan tangan kami di patok ular itu bahkan ularnya tak mau lepas dari tangan kami,' ucap salah satu anak buahnya.
"Hhaaaa jelas sekali jika kalian ini sedang berhalusinasi! mana ada pisau bisa berubah menjadi ular. Kalian tak usah bohong padaku, apa ingin aku tak bayar kalian hah?" ancamnya kesal.
"Bos, kami sama sekali tak berbohong. Semua orang yang ada di mall juga tahu dan melihat kejadian ini kok, bos," bela salah satu anak buahnya.
Namun orang yang di panggil bos ini sama sekali tak percaya dengan cerita dua anak buahnya. Dia malah semakin kesal pada saat kedua anak buahnya terus saja membela diri.
Sementara saat ini Reynaldi sudah bekerja di perusahaan milik almarhumah Oma Lani yakni Oma kandungnya sendiri.
Namun dia kerasan tinggal di rumah Michelson dan Rose, apa lagi sejak adanya baby twins yang sangat cerdas dan menggemaskan.
"Rey, sudah beberapa tahun berlalu apa kamu tak ingin menjenguk mamahmu?" tanya Rose pada saat waktu bersantai di ruang tengah.
"Iya, Rey. Bagaimanapun ia adalah mamahmu, bukannya ia sudah keluar dari penjara kan?" tanya Michelson.
"Sudah dua tahun yang lalu, mamah keluar dari penjara. Tapi yang aku dengar sekarang sudah menikah lagi, bahkan rumah peninggalan almarhumah Oma sudah dijual olehnya. Makanya aku tak bertemu," ucap Rey.
"Apa kamu tak coba bertanya pada para tetanggamu yang di sana di mana alamat rumah barunya atau apakah kamu tak menghubunginya lewat ponsel?" tanya Rose.
"Semua sudah aku lalui, Tante. Tak ada satupun tetangga yang tahu dimana saat ini mamah berada, bahkan nomor ponselnya juga tidak aktif sama sekali," ucap Rey.
"Hem, begitu ya? mungkin lain waktu, kamu yang sabar saja ya?" ucap Rose mencoba menghibur Reynaldi.
"Iya, Tante. Tak apa kok, di sini juga aku merasa kerasan dengan kalian semua."
Sama sekali tak ada gurat kesedihan di wajah Reynaldi. Dia begitu bahagia di Mension Michelson. Sebenarnya ada hal yang telah dia sembunyikan dari Michelson dan Rose.
Dia sudah beberapa kali bertemu dengan Linda, tetapi mamahnya itu masih juga belum berubah. Bahkan dia tahu jika saat ini mamahnya menikah dengan penjahat kelas kakap. Seorang mafia dan pengedar barang haram.
Reynaldi merasa malu jika dia jujur tentang kehidupan Linda yang sekarang. Dia malu punya seorang mamah yang tak pernah berubah dari dulu.
"Entah sampai kapan mamah akan berubah, kini dia malah bertambah parah sejak menikah dengan bandar narkoba dan pemimpin mafia," batin Reynaldi.
Sementara di suatu tempat, Linda juga sedang memikirkan Reynaldi.
"Rey, kenapa kamu dari dulu selalu membangkang pada mamah? jika kira mau bekerja sama untuk menyingkirkan Rose. Mungkin saat itu aku bisa menikahi suaminya. Seperti ini aku terpaksa menikah dengan seorang mafia."
"Tapi tak apa, aku akan terus berusaha membalaskan sakit hatiku ini. Walaupun kemarin usaha dua anak buahku gagal. Heran saja masa iya dua anaknya yang masih balita itu hebat?"
Ternyata penyerangan yang terjadi di mall adalah ulah dari anak buah Linda yakni ibu kandung Reynaldi.
Dia takkan mundur hingga benar-benar bisa menyingkirkan Rose dan suaminya.
********
"Mom-dad, kami ini sudah besar dan tak perlu pengawal pada saat di sekolah atau kemana pun. Kami mampu kok jaga dieu sendiri," protes Alexus pada saat dia akan
berangkat ke sekolah bersamaku Alexa.
"Sudah besar bagaimana? kalian baru berumur empat tahun, masih di bawah lima tahun. Masih di sebut balita yakni bawah lima tahun," ucap Michelson.
Michelson dan Rose sama sekali tak tega jika harus membiarkan kedua anak mereka berangkat ke sekolah tanpa adanya pengawalan apa lagi mereka sadar jika banyak sekali musuh yang tersembunyi.
"Mommy, ayo dong berikan saran supaya Daddy nggak pusing seperti ini. Setiap kali kedua anak kita akan berangkat ke sekolah mereka selalu protes untuk tidak ada yang mengawalnya," Michelson mengusap wajahnya dengan kasar.
"Mom-dad, coba kalian lihat ke arahku sebentar saja dan pandang mataku," rengek Alexus.
Baik Michelson maupun Rose menuruti permintaan Alexus, hingga pada akhirnya mereka pun mengizinkan si kembar berangkat ke sekolah hanya di antar oleh Reynaldi tanpa ada yang mengawal.
"Dad, kok kita diam saja sih pada saat anak kita pergi tanpa ada yang mengawal?" tanya Rose bingung.
"Entahlah, mom. Daddy juga tak tahu, sudahlah kita percaya saja pada si kembar, bahwa mereka bisa jaga diri dengan baik," ucap Michelson.
Hampir setiap hari, si kembar berangkat ke sekolah di antar oleh Reynaldi. Karena di samping Rey mengantar si kembar, setelah itu dia langsung berangkat ke kantor.
Pada saat di lampu merah, perasaan Alexa mulai tak enak.
"Ka, akan ada sesuatu terjadi. Akan ada yang menghadang kita, siap-siap saja Ka," ucapnya dengan bahasa batin.
"Ka, Rey. Hati-hati karena ada yang mengikuti kita yakni beberapa pengendara sepeda motor," pesan Alexa pada Rey.
"Hhhaa mana ada, Lexa. Nggak ada kok," Rey malah tertawa ngakak.
Tak berapa lama, apa yang Alexa katakan benar adanya. Ada beberapa pengendara sepeda motor mengikuti laju mobil yang ditumpangi si kembar. Namun Alexus tidak kehilangan ide, dia gunakan kemampuannya dalam hal mengendalikan pikiran orang.
"Lexa, kamu tenang saja. Mereka tidak akan bisa menjangkau kita, justru mereka akan celaka dengan sendirinya dan akan saling bertabrakan," ucapnya dengan bahasa batin pada adiknya.
Alexus fokus pikirannya pada beberapa pengendara motor yang sedang mengikuti laju mobil yang di tumpanginya. Hingga tak berapa lama, para pengendara motor tersebut melajukan motornya dengan cepat sekali.
Hingga pada jarak beberapa meter terjadilah kecelakaan beruntun yang membuat macet lajunya kendaraan yang lain. Hingga pada akhirnya Reynaldi memutar arah untuk mencari jalan yang lain.
Alexus dan Alexa saling tersenyum satu sama lain. Mereka puas karena para penjahat alami celaka sendiri sebelum mereka akan mencelakai si kembar.
Tak berapa lama, sampai juga si kembar di sekolahan. Mereka berbaur dengan teman-temannya seperti layaknya anak-anak seusianya.
Mereka pintar beradaptasi hingga tidak ada yang tahu jika sebenarnya mereka itu memiliki kemampuan lain yang luar biasa.
*******
Pelajaran sekolah telah usai, keduanya pun segera ke pintu gerbang untuk menunggu jemputan mereka.
"Ka, aku mau ke toilet sebentar ya. Karena aku sudah tak tahan ingin buang air kecil." Alexa berlari kecil masuk ke dalam sekolahan lagi.
Pada saat, Alexa sedang ada di dalam toilet. Tiba-tiba Alexus di sergap dua orang dari arah belakang dan di bungkam hingga tak sadarkan diri. Sementara security tak bisa melawan mereka. Alexa juga sudah merasakan hal buruk akan terjadi, akan tetapi pada saat dia berlari keluar, dia terlambat.
Karena Alexus sudah di bawa kabur oleh dua orang yang telah menyekapnya tadi.
"Pak, mana kakak saya?" tanya Alexa seolah tak tahu.
"Maaf, Non Lexa. Den Alex, di culik orang. Pada saat bapak ingin menolong, malah kalah di hajar oleh mereka " ucap security terunduk lesu.
"Ya sudah nggak apa-apa, pak," Alexa mencoba tersenyum walaupun sebenarnya di dalam hatinya gelisah karena dia tak bisa menghubungi Alexus dengan telepatinya.
"Aduh, bagaimana ini? aku tak bisa menghubungi Ka Alex," batin Alexa cemas.
Kecemasan Alexa terus saja ada di dalam hatinya. Dia bingung harus berkata apa pada orang tuanya nanti jika sampai rumah di tanya macam-macam. Hingga pada akhirnya pada saat dirinya di jemput oleh sopir pribadi, dia tak mau langsung pulang ke rumah.
"Loh non, mana Den Alex?" tanya sang sopir.
Alexa pun tak sungkan menceritakan perihal penculikan terhadap Alexus.
"Astaga, lantas bagaimana ini non?" tanya sopir panik.
"Nggak usah panik, pak. Begini saja, kita cari dulu Ka Alex, jangan langsung pulang," pinta Alexa.
"Lah kan kita nggak tahu di mana saat ini Den Alex berada? lantas bagaimana caranya mencarinya, kan nggak ada petunjuk yang kuat non?" tanya sopir merasa ragu.
"Bapak nggak usah khawatir, ikuti saja arahan dari saya," ucap Alexa meyakinkan pak sopir.
Sementara sejenak Alexa terdiam, dia fokus memusatkan pikirannya untuk menemukan jejak mobil yang membawa Alexus. Dia pun terus memberikan arahan pada sopirnya untuk melajukan mobilnya ke arah dimana saat ini mobil yang membawa Alexus berada.
"Stop, pak. Ini tempatnya, jangan berisik ya pak," bisik Alexa.
"Apa non yakin, disini?" tanya sopir lirih.
"Iya, pak. Cuma sekarang ini Ka Alexus belum juga sadarkan diri karena di bius," bisik Alexa.
Alexa terus saja memusatkan pikirannya untuk bisa menghubungi Alexus.
"Ka Alex, cepatlah sadar," ucapnya dengan bahasa batin.
Hingga beberapa menit kemudian, Alexus sadar dan dia sejenak menatap di sekelilingnya.
Diapun lekas merespon panggilan dari adiknya melalui telepati.
"Aku sudah sadar tepatnya aku di sebuah ruangan yang sangat gelap, sepertinya ini sebuah gudang karena baunya tidak enak sekali," ucapnya dalam bahasa batinnya menghubungi Alexa.
"Kak apakah di situ ada yang sedang menjaga dirimu atau kamu sendirian di situ?" tanya Alexa.
Belum juga Alexus menjawab pertanyaan dari adiknya pintu, pintu ruangan tersebut dibuka seseorang.
Kreketttttt...
Muncullah seorang wanita dikawal oleh dua orang pria bertubuh tinggi kekar menghampiri Alexus.
"Hai bocah kecil, ternyata kamu sudah sadar ya. Sayang sekali aku hanya bisa menangkap dirimu sementara kembaranmu tidak tertangkap!"
"Mulai hari ini dan seterusnya kamu akan aku jadikan budakku. Lihat saja ini pembalasan untuk orang tuamu yang juga telah merebut anakku sehingga saat ini dia tidak bersamaku tetapi bersama mereka!"
Mendengar apa yang diucapkan oleh wanita tersebut Alexus sama sekali tak mengerti.
"Jika saja di sini ada Alexa, pasti dia bisa membaca pikiran wanita ini sebenarnya ada masalah apa dia denganku sehingga menangkapku," batin Alexus.
"Tante, sebenarnya tante ada masalah apa dengan orang tuaku kenapa Tante dendam pada mereka? oh ya Tante, tolong dong nyalakan lampu di sini karena gelap sehingga aku tidak bisa melihat wajah cantik
,tante," pinta Alexus.
"Heh bocah, berani sekali kamu menyuruhku seperti itu! tetapi baiklah aku akan menyalakan lampu di gudang ini supaya kamu bisa melihat wajahku dengan jelas, tetapi kamu tidak akan tahu siapa sebenarnya aku ini."
Wanita tersebut memerintah kedua anak buahnya untuk menyalakan lampu di dalam gudang tersebut dan sekarang terlihat jelas wajah wanita itu.
"Jika seperti ini aku bisa mengendalikan pikiran mereka dan aku bisa pergi dari tempat ini secepatnya," batin al6exus penuh dengan tipu muslihat.
"Tante, ternyata cantik juga ya. Dan om berdua ini juga ganteng badannya bagus kekar aku suka itu," celoteh Alexus untuk mengalihkan perhatian mereka supaya mereka menatap dirinya lebih lagi karena ia akan mengendalikan pikiran ketiga orang yang ada di hadapannya tersebut.
"Heh bocah, masih kecil aja sudah bisa merayu orang dewasa apalagi besarnya nanti. Siapa yang mengajarimu seperti ini hah?" ucap wanita tersebut yang tak lain adalah Linda.
"Tante, saya nggak merayu tapi saya memuji para cantik tante," ucap Alexus terus menatap mata Linda lebih dalam lagi dan juga sesekali menatap kedua anak buahnya itu.
"Enak saja kamu panggil aku dengan sebutan tante! sejak kapan aku menikah dengan om kamu,hah? kalau manggil itu jangan asal ya!" bentak Linda kesal.
"Jika sudah seperti ini aku tidak akan main-main lagi. Aku harus segera mengendalikan pikiran ketiga orang yang ada di hadapanku ini, supaya aku lekas bisa kabur dari tempat ini karena aku tak ingin mommy dan deddy khawatir jika aku belum juga pulang ke rumah," batin Alexus segera melancarkan aksinya.
Dan saat itu juga terjadilah apa yang telah diharapkan oleh Alexus di mana kedua anak buah Linda tiba-tiba melotot ke arah Linda dan mengangkat tubuhnya membawanya keluar dari ruangan tersebut.
"Heh, apa-apaan kalian? kenapa kalian malah bersikap kasar seperti ini terhadapku, kurang ajar sekali lepaskan aku sekarang juga!" teriak Linda tapi sama sekali tak di hiraukan oleh kedua anak buahnya.
Kesempatan ini tak disia-siakan oleh Alexus, dia pun lekas berlari melompat dari jendela supaya dia tak berpapasan dengan Linda dan kedua anak buahnya yang lewat dari arah pintu. Kemudian dia lekas menemui Alexa dan saat itu juga masuk ke dalam mobil, sang sopir pun dengan cekatan langsung melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.
"Syukurlah Aden selamat juga, tadi bapak sempat khawatir takut terjadi apa-apa pada Aden nanti bapak yang akan disalahkan karena bapak yang telah menjemput kalian," ucapnya lega.
"Pak, nanti tak usah menceritakan kejadian ini pada orang rumah ya, jika ditanya kenapa kita terlambat bilang saja tadi kita habis muter-muter sebentar ke taman," pinta Alexa.
"Baiklah, Non Alexa."
Alexa merasa lega karena bisa menemukan keberadaan Alexus, begitu pula dengan Alexus dia juga lega karena berhasil kabur dari cengkeraman Linda dan kedua anak buahnya.
Seperginya Alexus tiba-tiba kedua anak buah Linda sudah sadar dan dia melepaskan cengkraman tangannya pada Linda spontanitas Linda menampar kedua anak buahnya.
Plak Plak
"Kalian kenapa sih, kenapa malah seperti ini terhadapku!" bentak Linda melotot.
"Maafkan kami bos, kami juga tak tahu kenapa kami melakukan hal ini pada bos."
Kedua anak buahnya tertunduk ketakutan melihat amarah yang terlihat dari wajah Linda.
"Apa, kalian bilang tidak tahu? jelas-jelas kalian telah berlaku kasar padaku masih saja mengelak seperti ini!" bentaknya lagi.
"Sumpah bos, seperti ada orang yang membisikkan sesuatu pada kami untuk melakukan hal itu pada anda bos.
Kami juga tak bisa menolaknya entah bagaimana itu bisa terjadi begitu saja," ucap salah satu anak buahnya.
"Kalian tahu, karena ulah kalian ini target jadi kabur! cepat kalian cari sekarang juga mungkin masih ada di sekitar tempat ini!" perintah Linda.
Namun pada saat mereka mencari tak mendapati adanya Alexus.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!