NovelToon NovelToon

Pacarku Ternyata Adikku

Prolog - Pacarku Yang Cantik, Imut, Dan—

Bel istirahat sekolah berbunyi.

"Yuta~!"

Uwah!!! Suara yang kutunggu-tunggu setiap jam istirahat. Suara yang membuat dunia terasa milik berdua. Suara yang memanggil namaku dengan lembut. Setiap mendengarnya, hatiku terasa ingin meledak.

Aku Yuta Mayasaki, pacar dari gadis yang ada di depanku ini. Banyak sekali hal yang membuatku suka sama dia. Parasnya yang cantik, dan juga—.

"Yuta?"

"E-eh, Siap!"

"Muu... Yuta kira aku tentara. Yuta lagi mikirin apa sih tadi?"

"Eh..? Bukan hal penting kok, aku cuman mikirin kenapa Giza selalu cantik setiap hari"

Mana mungkin aku bilang kalau aku lagi nge-simp dia ya 'kan!

Gadis yang ada di depanku ini namanya Giza. Kalo nama lengkapnya sih Giza Devalonna. Dia itu madona sekolah yang terkenal akan kecantikannya seperti dewi yang turun dari kayangan.

Terlebih lagi, rambut putih yang ia punya adalah rambut asli. Sama seperti rambutku yang juga asli berwarna putih.

Bagaimana aku bisa berpacaran dengannya? Yaa.. itu semua terjadi begitu saja. Aku menyatakan perasaanku kemudian ia menerimanya, se-simple itu.

Yah, walaupun dibilang simple, nyatanya sebelum berpacaran denganku, ia sudah pernah menolak 17 cowok yang menyatakan perasaan mereka kepadanya.

Mungkin ini salah satu privilegeku? Yah walaupun aku—

"Aw, aw! Aduh... sakit Giza"

Giza menyubit pipiku, padahal aku lagi bercerita di pikiranku. Aku mengelus pipiku karena kesakitan.

"Ih! Beneran deh, Yuta tuh lagi mikirin apa sih?!"

"Aku mikirin kamu Giza"

"Bohong"

"Bener deh, ngapain aku bohong"

"Muu..."

Gila! Dia imut banget oi kalo lagi cemberut sambil nge-gembungin pipinya yang kecil itu. Ya tuhan, semoga aku tidak mati karena keimutannya.

"Yaudah deh, aku percaya Yuta"

"Gitu dong, sayang Giza~"

"Iya, iya. Ngomong-ngomong, aku tadinya pengen ngajak Yuta makan bareng, tapi kayaknya Yuta gak bawa bekal ya?"

Sepertinya dia tahu kalo pagi ini aku kesiangan. Biasanya kita makan berdua di atap sekolah, tapi kali ini aku akan makan di kantin saja karena gak bawa bekal.

"Ehehe, iya Giza"

"Pasti kesiangan"

Bener 'kan? Pasti dia tahu.

"Begitulah, maaf banget ya Giza, aku hari ini makan di kantin aja, Giza bisa ajak teman Giza makan bareng"

Aku beranjak dari kursiku, yaa... aku agak menyesal sih karena sudah bangun siang, tapi yasudah lah.

"Tunggu!"

"E-eh?"

Giza tiba-tiba memanggil lalu memegang tanganku saat aku akan pergi meninggalkannya. Sentuhan tangannya itu sangat lembut seperti bulu kucing anggora.

"Kenapa Giza?"

"K-kalau gitu... Yuta makan bekal aku aja, kita makan barengan..."

Argh! Suara imut tsundere-nya itu menusuk hatiku hingga bagian terdalam. Baru kali ini dia mengajakku makan bekal miliknya bersama. Aku jadi penasaran apakah dia membuat bekalnya sendiri.

"Eh..? Bolehkah? Nanti takutnya Giza gak kenyang?"

"Yuta ngatain aku rakus?"

"Aduh... bukan gitu maksud aku Giza..."

Sifat ngeselinnya itu juga salah satu kenapa aku suka sama dia. Dia kalo lagi ngeselin imut.

"Yaudah, berarti aku anggap Yuta gak mau"

"E-eh, aku mau!"

"Tadi katanya takut aku gak kenyang?"

Tapi terkadang ngeselin banget ya...

"Yaudah deh gini, aku makan bekal Giza barengan, nanti minumannya aku yang traktir, gimana?"

"Umu... boleh deh"

"Nah sip! Ayo"

"Oke~"

Fyuh... untung dia gak ngambek.

Kami berdua berjalan menuju atap sekolah. Ada 4 lantai di sekolah ini, dan kelasku berada di lantai 3, jadi tidak terlalu jauh.

Dalam perjalanan banyak yang melihat kita dengan tatapan yang bermacam-macam. Ya... sebenarnya wajar sih, bisa melihat madona sekolah saat istirahat adalah sesuatu yang langka buat mereka.

Apalagi aku memegang tangan kecilnya Giza itu. Semua cowok yang ada di koridor sekolah menatap iri diriku.

Setelah beberapa saat, kita berdua sampai di atap sekolah. Alasan kenapa kita selalu makan berdua di sini adalah karena tempat ini sangat sepi.

Hampir tidak ada siswa yang pergi ke sini selama jam istirahat. Karena tempatnya yang sepi, kita bisa menghabiskan waktu berduaan di sini tanpa takut diganggu orang lain.

"Kamu bawa bekel apa Giza?"

"Lihat ini~!"

"Uwah! Karage! Sama sayur-sayuran juga, ini lengkap banget!"

Bekal yang Giza bawa terlihat mewah banget. Tidak seperti bekal yang aku bawa biasanya, cuman mie instant campur telor. Kadang aku dimarahi Giza sih karena bawa bekalnya mie terus.

"Ehehe~, aku tahu Yuta jarang makan sayuran 'kan? Pokoknya Yuta harus makan semua yang ada di sini termasuk sayurannya karena itu buatan aku"

Buatan dia? Serius nih? Rasa penasaranku tadi sudah terjawab ya.

"Ehehe.. iya aku jarang makan sayuran, tapi kalo buatan Giza, sebanyak apapun juga aku makan!"

"Oh bener ya? Kalau begitu mulai besok aku bawain sayuran terus buat Yuta"

"Emm... jangan sering-sering juga ehehe..."

"Yaudah, ayo dimakan Yuta———Ah!"

"Hnn? Kenapa Giza?"

Aku melihat wajah Giza tersentak dan kebingungan seperti "apa yang harus aku lakukan? begitu.

"Sendoknya cuman satu..."

Uwah! Ternyata itu toh, kukira hal penting... Ya ini sih hal penting! Kalau begini gimana caranya? Masa aku makan berdua pake sendoknya, dia tidak mungkin mau 'kan? Masa makan pake tangan? Aduh kepalaku pusing.

"E-eh... umm... yaudah aku makan pake tangan aja"

Pada akhirnya aku memutuskan makan pake tangan saja.

"Eh, jangan! Nanti tangan Yuta kotor... kita pakai sendok ini aja buat berdua..."

Hah? Sebentar-sebentar... aku lagi gak mimpi 'kan? Ini beneran nih Giza ngomong kayak gini? Gak mungkin.

"Eh..? I-itu 'kan ciuman tidak langsung, nanti Giza—"

"Gapapa 'kan? Lagi pula kita berdua pacaran..."

Guha! Ya memang bener sih kita berdua pacaran, tapi serius nih? Baru kali ini Giza se-agresif ini.

"O-oke deh.."

Huwah! Kenapa aku oke-in, bodoh sekali diriku.

"...Umm.. Yuuta sini—Ahn..."

Eh? Aku disuapin nih? Kenapa makin lama suasananya makin mirip kayak di anime rom-com. Ya aku bahagia sih...

"Ahn..."

"...Gimana? Enak ngga?"

"Emh... Enak!"

"Syukurlah.."

Giza lalu menyendok lagi makanannya untuk dia makan. Sumpah ya, dia ini beneran serius loh. Muka dia gak malu sama sekali.

"Giza"

"Hnn..?"

"Kapan-kapan aku ke rumah kamu ya, aku dimasakin makan sama kamu, hehehe"

"Boleh, oh iya aku mau bilang sesuatu"

"Kenapa?"

"Hari ini, ibuku akan pergi ke rumah pacarnya, aku juga ikut bersamanya"

"Hee..? Jadi kamu akhirnya mau punya ayah baru?"

"...Aku terpaksa.."

Hatiku tidak tahan melihat raut wajah sedihnya Giza. Aku berusaha untuk menghiburnya, tapi aku harus bagaimana?

Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama, ayahku seorang duda dan katanya dia punya pacar baru. Jujur saja aku tidak terima karena aku masih sayang sama ibu lamaku.

"Yang sabar ya Giza, kamu harus akrab sama ayah baru kamu nanti. Aku yakin ayah baru kamu bakal baik kok sama kamu"

Aku mengelus-elus rambutnya yang sangat lembut. Aku mencium samponya yang—Ehem!, aku tidak boleh mikir yang aneh-aneh.

"Mhm.. makasih banyak ya sudah menghiburku, Yuta"

"Tak perlu dipikirkan, sudah yuk kita lanjut makan"

"Mhm!"

Kita berdua pun lanjut memakan bekal punya Giza dengan sendok yang sama. Giza terus menyuapiku hingga makanannya habis.

Ch.1 Ternyata Pacarku—

***

Di lapangan sekolah.

"Yaudah aku pulang duluan ya Yuta, semangat ekskulnya~!"

"Iya Giza, hati-hati di jalan~!"

Hari ini aku ada kegiatan ekstrakurikuler basket. Karena itulah aku tidak bisa mengantar Giza pulang.

"Enak ya ... punya pacar madona sekolah"

Rito Kazuchi, salah satu dari dua teman baikku. Ia selalu mengeluh masalah cewek, jadi biarkan saja dia.

"Sama nih ... kapan aku punya pacar ya ...."

"Heh, dasar ganteng! Kau itu gak pernah bersyukur! Kalo semua cewek yang nyatain perasaannya kamu tolak, kapan kamu dapet cewenya, hah?!"

Fujii Hakaeru, satu temanku lagi. Dia ini ... ah, sudahlah. Entah berapa banyak cewek yang sudah dia tolak. Dia itu ganteng banget, bukan berarti aku suka cowo ya, tapi emang beneran ganteng.

"Rito ... kau gak akan tau gimana rasanya jadi diriku ...."

"Jadi orang ganteng gitu maksudnya? Ngeledek, hah?!"

"Bukan gitu Rito"

"Terus?"

"Selama ini, semua cewek yang menyatakan perasaannya ke aku hanya sekedar karena aku ganteng. Mereka tidak benar-benar menyukaiku"

"Tau dari mana?"

"Keliatan aja gitu dari raut wajahnya"

"Halah, bilang aja bohong!"

"Eh, eh sudah Fujii, Rito. Kalian kayak anak kecil aja ya, masalah cewe aja di permasala—"

"Diem kau Yuta"

"Diem kau Yuta"

Mereka mencela perkataanku berbarengan. Haduh ... sumpah deh, mereka beneran kayak anak kecil.

"Orang yang pacaran sama madona sekolah gak berhak ngomong!"

"Betul tuh, Rito"

"Hee ...."

Malah aku lagi yang salah 'kan? Mending aku diem kalo gitu.

"Heh, kalian bertiga! Ada apa ini malah ngobrol! Latihan!"

"Iya pak ...."

Kami bertiga menjawab guru ekstrakulikuler yang menegur itu. dua minggu lagi sekolah kita akan mengikuti lomba basket antar sekolah.

SMA Jayakarta, itulah nama sekolah kami. Sekolah ini termasuk ke dalam jejeran sekolah favorit. Tes masuknya saja susah sekali. Aku sampai harus serius belajar untuk masuk ke sekolah ini.

Kalau dibilang pinter sih aku biasa aja, kalau Giza ... dia selalu dapat peringkat pertama di sekolah. Giza itu sempurna banget deh pokoknya.

"Hey Yuta"

"Hnn..?"

"Kira-kira kita bakal ngelawan sekolah mana ya nanti?"

"... Mungkin SMA Suryakarsa? Sekolah kita belum pernah melawannya 'kan?"

"SMA Suryakarsa ... mereka lawan yang kuat, loh"

"Udah, ah, jangan pesimis Rito, mending kita lanjut latihan dan lakukan yang terbaik"

"Oke deh ...."

***

"Sampai jumpa besok, Rito, Fujii!"

"Bye-bye!"

"Hati-hati, Yuta"

Setelah berlatih cukup lama, akhirnya seluruh anggota ekstrakurikuler basket diperbolehkan untuk pulang. Sekarang udah jam 7, Giza udah dirumah belum ya? Semoga pertemuan dengan ayah barunya lancar.

Hnn ... aku beli mie dulu kali ya di minimarket.

Aku harus makan mie setiap hari. Ya, itu adalah sebuah keharusan. Aku adalah Pecinta mie. Ya walaupun kalo ketahuan Giza pasti aku diomelin sih.

Beberapa saat setelah aku membeli mie dari minimarket, aku pulang dan ....

"Ayah ... aku pulang—"

Aku melihat ayahku ngobrol bersama pacar barunya. Tapi, bukan itu yang membuatku tersentak. Anak dari pacar ayahku itu adalah ....

"Giza ...?"

"Yuta ...?"

"Eh ...? Kalian berdua sudah saling kenal?"

Ibu dari Giza itu kebingungan saat melihat kami yang saling mengenal satu sama lain. Tentu saja kami saling mengenal, kami bersekolah di tempat yang sama. Dan juga ... kami berpacaran.

"Ayah, tunggu. Apa ini maksudnya?"

"Ayah sudah bilang 'kan Yuta? hari ini ayah mengajak pacar baru ayah datang ke rumah"

"Tapi ayah tidak bilang kalau dia ibunya Giza"

"Ayah sebenarnya tahu tentang Giza, cuman ayah pikir kamu tidak mengenalnya jadi ayah tidak beritahu"

Kepalaku pusing. Kenapa hal ini bisa terjadi? Aku sudah gak bisa berpikir jernih. Kalau ini dilanjutkan terus sampai mereka berdua menikah, bagaimana nasib hubunganku dengan Giza.

Aku menatap mata Giza, Giza juga menatap mataku seraya menyiratkan "Yuta, tolak hubungan mereka ini, aku takut hubungan kita nanti tidak bisa dilanjutkan".

Giza mungkin gak berani bilang sendiri, jadi aku aja yang bilang.

"Ayah, maaf sekali, aku gak terima hubungan kalian berdua"

"... hah? Apa maksud kamu Yuta? Bukannya kemarin kamu sudah setu—"

"Giza juga gak terima, bu"

"Giza..?"

Giza melanjutkan kata-kataku kepada ibunya.

"G-giza ... ibu sedih banget mendengar kamu berkata seperti itu ...,"-mengelap air mata-"Kamu tahu 'kan? Ibu udah sayang banget sama Lucas ..."

Lucas Mayasaki, nama ayahku. Iya aku tahu nama ayahku ini bagus banget, lebih bagus daripada namaku sendiri.

"I-ibu ...?"

Raut wajah Giza terlihat sedih karena melihat ibunya yang menangis di hadapannya. Sebenarnya aku juga gak tega, tapi—

"Yaudah deh, Giza terima hubungan ibu ..."

Giza?!? Kok kamu tiba-tiba malah terima hubungan mereka sih? Bukannya tadi kamu sendiri yang menolak hubungan mereka? Kalau mereka menikah, berarti hubungan kita—

"Bagaimana denganmu, nak Yuta?"

Aduh, aku harus jawab gimana? Beneran nih aku harus menerima hubungan mereka? Tapi kalau aku tolak, Giza bakalan sedih .... Aku gak mau lihat Giza sedih.

"E-eh ...? Umm ...,"-menggaruk-garuk kepala-"K-kalau begitu, aku juga menerimanya ...."

"Yey! Terima kasih Yuta, lihat 'kan Maria? Anak-anak pasti terima hubungan kita!"

"Iya Lucas!"

Mereka berdua teriak sambil melompat-lompat kegirangan. Yah ... aku seneng sih mereka bahagia, tapi bagaimana nasibku dengan Giza?

"Kalau begitu, Maria, Ayo urus surat nikahnya sekarang!"

"E-eh ...? Malam ini juga?

"Iya dong Yuta, setelah ini mereka akan tinggal di rumah kita,"-memakai jaket-"nah mulai besok barang-barang di rumah mereka akan dipindahkan ke rumah ini"

Ayahku ini kebelet nikah banget ya?

"Kami pergi dulu ya Yuta, Giza, kalian berdua harus akur"

"Jaga adik barumu itu ya Yuta"

"Iya, hari-hati di jalan"

Mereka berdua pergi mengurus surat nikahnya. Suasana di rumah langsung hening.

Masih hening ....

"G-giza—"

"Yuta ...."-menutup mukanya karena menangis-"Apa yang harus kita lakukan ...."

Aku menghampiri Giza lalu memeluknya dengan erat. Kami tahu keputusan ini akan membuat hubungan kami menjadi hubungan yang terlarang antara kakak dan adik.

"Sudah Giza ... yang sabar ya ...,"-mengelus-elus kepala Giza-"tenang aja, walaupun kita berdua sudah menjadi kakak adik, rasa cinta aku kepada Giza gak akan pernah berubah"

Aku terus menenangkan Giza yang menangis dalam dekapanku. Aku merasa sedih juga, tapi aku tidak boleh menangis. Kalo aku ikut menangis, nanti Giza akan merasa bersalah.

Setelah beberapa saat.

"Y-Yuta ...."

Suara lirih Giza yang habis menangis memanggil namaku.

"Iya Giza?"

"Hubungan kita ... gak bakal berubah 'kan ...?"

"Nggak Giza, kita tetap pacaran seperti dulu, tapi mungkin kita harus menyembunyikannya dari orang tua kita"

"Mhm ... aku gak mau gara-gara ini Yuta jadi menjauh ...."

"Aku gak bakal menjauh kok, aku bakal tetap ada di sisi Giza selamanya"

"Makasih Yuta ..."

"Iya ..."

"Aku sayang Yuta"

"Aku juga sayang Giza"

Sebentar, kalo dilihat-lihat muka Giza deket banget! Kalau ini anime, ini adalah situasi dimana Main Character akan mencium bibir Heroin-nya.

"Yuta ..."

Tuh 'kan bener! Mata Giza tertutup seraya menyiratkan "Cium aku Yuta, aku sudah siap". Astaga gimana ini? Haruskah aku Cium bibirnya? Tapi kalo udah kaya begini, bakal terus kebawa suasana nantinya.

"Giza ..."

*Tok tok tok

"Halo, kami udah selesai mengurusnya!"

"E-eh!"

Astaga, mereka berdua mengganggu waktu kita.

"Giza, kamu bisa akrab 'kan sama Yuta"

"Bisa kok Bu ..."

"Oiya, mulai sekarang, Yuta juga harus panggil saya Ibu"

"Iya bu ..."

Begitulah, Giza yang aku kira hanya menjadi pacarku, kini menjadi adik perempuanku juga. Bagaimana hubungan kami selanjutnya?

Ch.2 Rasanya Punya Pacar Satu Rumah

"Yuta ...,"–Giza mencium pipiku–"Giza sayang banget sama Yuta ..."

"Yuta juga sayang sama Giza"

"Yuta ...."

"Giza ...."

Bibir Giza yang merah merona itu menghampiri bibirku ..., lalu ....

"Yuta!"

Cubitan keras yang terasa di pipiku membuatku terbangun dari mimpi indahku.

"E-eh, kenapa Giza?"–aku mengelus pipiku–"Kok tiba-tiba nyubit pipiku?"

Padahal mimpinya lagi bagus itu!

"Ini udah jam berapa Yuta?"

"Jam ...,"–aku mengambil HP-ku di meja–"eh, Giza! Udah jam 7!"

"Tuh, kan! Aku bangunin dari tadi tapi Yuta-nya gak bangun-bangun!"

Iyalah gak bangun! Orang mimpinya lagi bagus.

"Terus juga ..., itu ...." Giza menutup mulut menggunakan kedua tangannya.

"Kenapa Giza?"

Muka Giza kok jadi merah begitu.

"K-kamu tadi mimpi apa?"

"Eh ...?"

Aku bilang gak ya? Alasan dulu deh.

"Memangnya kenapa Giza?"

"Yuta tadi pas tidur ngomong 'Giza ..., Giza...' gitu"

Astaga! Udah ketahuan dong kalo kayak gini! Ah, yasudahlah bilang aja.

"Enn ... itu ...,"–aku menggaruk-garuk kepala belakangku–"aku mimpiin Giza"

"O-oh ...."

Oh, my God! Muka imut paginya itu cantik banget, oi! Pipinya yang merah itu karena malu, hoki banget pagi ini!

"Y-yaudah, Yuta mandi sana. Kata ibu, nanti kita berangkat bareng"

"Eh? Berangkat bareng, nih? Kamu gapapa?"

"Emangnya kamu gak mau? Yaudah kalo gitu aku—"

"Iya, iya, sayang aku mau"

"Sstt ...,"–Giza mengacungkan telunjuk ke depan mulutnya–"jangan panggil aku 'sayang' kalo di rumah, nanti ketahuan!"

"Iya, sayang"

"Yuta!"

"Ehehe, iya, iya"

Seru juga ngejahilin Giza. Aku bangun dari tempat tidurku lalu bergegas ke kamar mandi.

Semenjak kejadian kemarin, kini Giza telah resmi menjadi bagian dari keluargaku sebagai adik. Aku dan dia harus berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru ini.

Nama dia di sekolah nanti gimana ya? Tetap nama aslinya atau ganti jadi Giza Mayasaki? Apapun itu gak terlalu penting sih asal teman-temanku tidak tahu kalau Giza itu jadi adikku sekarang .

***

"Kita berangkat, Bu"

"Iya, hati-hati di jalan, ya" Ibu melambaikan tangannya.

"Iya Bu"

Kami berdua berangkat ke sekolah jalan kaki. Jarak dari rumah ke sekolah emang gak terlalu jauh, sih. Jadi kita gak bakal telat walau sekarang sudah jam 7:30. (Bel masuk sekolah jam 7:45).

"Giza"

"Hnn ...?"

"Gimana perasaan kamu?"

Giza memiringkan kepalanya. "Maksudnya?"

Gila imut banget–Ehem.

"Tentang kejadian kemarin malam, secara tiba-tiba kita menjadi kakak beradik"

"Emm ..., gimana ya ...,"–Giza menundukkan kepalanya–"sebenarnya aku gak mau kita jadi kakak adik, karena kalau kita menjalani hubungan seperti ini, sama saja kayak kita menjalani hubungan terlarang walaupun Yuta bukanlah kakak kandungku ...."

Yang dikatakan oleh Giza itu bener, sih. Secara hukum, hubungan seperti ini tetap dianggap terlarang walaupun kita tidak ada keterkaitan darah.

"Tapi ..., kalau aku menolak hubungan mereka, Ibuku akan sedih ...," lanjut Giza.

"Yoshi, yoshi,"–aku mengelus kepala Giza–"udah gausah dipikirin lagi, Giza"

"Mhm ...."

***

Di kelas Yuta.

"Oi, Yuta!"

"Eh! Ah, iya kenapa?"

Aku yang sedang melamun dikagetkan dengan tangan yang menepak pundakku sambil memanggil namaku.

Oh, ternyata si Rito.

"Kelihatannya suram banget muka kau dari tadi pagi,"–Rito menunjuk mukaku–"ada apa?"

Peka banget nih orang.

Aku melambaikan tanganku "Gak ada apa-apa"

"Gak usah gitu sama temen, aku tahu pasti kau lagi ada masalah"

"..."

Mana mungkin aku bilang 'kan? Untuk sekarang aku diam dulu.

"Tapi kalo emang gak mau cerita sih yaudah, aku gak maksa"

"Lebih baik seperti itu"

Fyuh~, untung dia gak nanya lebih lanjut.

"Ngomong-ngomong, dimana Fujii?" Aku bertanya.

Sejak pagi tadi aku tidak melihat sosok lelaki itu. Jarang-jarang dia gak masuk sekolah. Fujii termasuk salah satu orang yang rajin masuk sekolah.

"Oh, tadi dia nge-chat aku katanya dia sakit"

Aku menggebrak meja karena kaget "Eh! Dia bisa sakit juga?!"

"Hei, kau kira temanmu ini dewa?"

"Yah, habisnya aku jarang melihat dia tidak masuk sekolah karena sakit"

"Kalau begitu mau menjenguknya gak setelah pulang sekolah nanti?"

"Boleh aja"

"Baiklah, apa kamu mau mengajak Giza juga?"

"Hum ... kalau dia mau sih"

"Oke, deh"

*Kring-kring

Bel masuk sekolah telah berbunyi, tanda jam pelajaran pertama sudah dimulai ....

***

"Yuta~!" Giza berlari dari luar kelas menuju tempat dudukku. Aku dan Giza berada di kelas yang berbeda.

Seperti biasa, suara yang menghangatkan jiwa dan ragaku. Suara Giza yang ingin mengajakku makan bekal bersama di atap sekolah.

"Oh, hai Giza" Aku melambaikan tangan ke Giza.

"Etto ... kamu bawa bekal 'kan?"

"Bawa kok,"–mengeluarkan kotak makan–"nih"

"Oke, kalo gitu kita langsung ke atap sekolah aja, ayo Yuta" Giza mengulurkan tangannya

"Oke ayo~" Aku meraih tangan Giza

Ngomong-ngomong bau samponya Giza sama kayak sampo punyaku. Apa jangan-jangan dia memakainya juga?

Dan juga, Giza cantik seperti biasanya.

***

Di atap sekolah.

"Ngomong-ngomong bekal kita sama ya Giza"

"Iya dong, kan yang bikinin sama"

"Bener sih, ehehe"

Aku teringat soal Rito yang ingin menjenguk Fujii. Rito bilang padaku untuk mengajak Giza juga, jadi aku ajak aja sekarang ya?

"Giza"

Giza membuka kotak makannya. "Hnn ...?"

"Si Fujii 'kan sakit"

"Eh? Benarkah?"

"Hu'um, aku ingin mengajakmu ikut bersamaku menjenguk Fujii. Oh iya, sama Rito juga"

"Hum ... boleh deh, toh kita pulangnya ke rumah yang sama, jadi aku tidak khawatir karena ada Yuta" Giza memakan suapan pertamanya.

"... Oke deh"

Ngomong-ngomong saat melihat Giza makan, aku teringat kejadian kemarin saat Giza menyuapiku. Rasanya nyaman banget, aku jadi pengen disuapin lagi ...

"Giza, suapin aku dong"

Bodohnya, kenapa aku ngomong kayak gitu dengan muka polos.

"E-eh? Yuta"

"Ah, maaf lupakan itu"

Mana mungkin Giza mau nyuapin aku lagi 'kan? Kemarin aja udah beruntung aku–

"Oke ..., sini, ahn ..."

"A–ahn ..."

Disuapin Giza memang yang terbaik.

"A–anu ... Yuta ..."

"Kenapa Giza?"

"Giza juga mau disuapin ..."

Sebentar, Huft .... Haah .... GILA CUY! GIZA MINTA DISUAPIN! Eh, ini benarkah? Giza kamu imut banget.

"Ah ... oke, sini Giza, ahn ..."

"Ahn ..."

Mulut Giza menghampiri sendokku lalu menyantap makanannya. Rambut panjangnya itu ia pegang menggunakan jarinya ke arah kuping agar tidak kena ke makanannya.

Sumpah, kalo cinta itu bom, aku udah mati berapa kali sama Giza.

"Ah iya, ngomong-ngomong, urusan osis gimana Giza?" sambil memakan makananku.

"Umm ... sebenarnya osis sedang kekurangan orang"

"Loh? kok bisa? Bukannya minat orang untuk menjadi anggota osis di sekolah ini sangat tinggi?"

"Memang benar sih ... tetapi mereka semua yang sudah daftar memutuskan untuk mengundurkan diri"

"Hee ..., kok bisa gitu?"

"Kata mereka sih karena ketua osis yang sekarang galak"

"Ketua osis sekarang kak Ayane 'kan?"

Ayane Kamiyata, dia itu putri dari seorang pengusaha yang terkenal di Jepang. Banyak yang bilang dia itu gak suka ngobrol sama orang yang dianggapnya tidak layak.

Aku sendiri belum pernah ketemu sama dia sih. Aku hanya pernah melihatnya saat pelantikan ketua osis, dan kebetulan aku memilih dia saat itu.

"Yuta ..." Giza menggenggam tanganku.

"I-iya?"

Ada apa nih? Kok tiba-tiba suasananya jadi serius begini.

"Kamu ... mau gak jadi anggota osis?"

"Eh ...?"

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!