Davin memiliki kehidupan yang terlihat sempurna jika dilihat dari kasat mata. Ia memiliki jabatan yang tinggi dan beberapa bisnis f&b serta lahir dari keluarga yang terpandang. Tapi satu hal yang menjadi kekhawatirannya yaitu ia didesak untuk segera memiliki istri dan keturunan. Itu dikarenakan ayahnya yang memiliki penyakit kronis belum lama ini, dan ayah meminta untuk Davin segera menikah dalam waktu 2 bulan saja. Di umur Davin yang sudah menginjak usia 32 tahun, dia juga mulai mengerti dan mengindahkan keinginan orangtuanya yang sebelumnya selalu ia tolak. Dalam satu bulan ini ia benar-benar sibuk dengan jadwal kencan yang sudah diatur oleh anggota keluarganya. Hampir setiap hari ia bertemu dengan wanita pilihan yang sudah terseleksi, tetapi belum ada yang cocok dengannya. Pembicaraan dengan para wanita itu memiliki topik yang sama saja dan terkesan membosankan. Selain itu Davin berusaha mencari jodohnya melalui berbagai aplikasi dating yang tersedia, namun hasilnya nihil.
"Pak Davin dipanggil bapak sore ini" ucap salah seorang ajudan Ayahnya
"Iyah"
Di Rumah Sakit
"Ayah gimana keadaannya"
"Ya beginilah, bagaimana untuk calon istrimu? apakah sudah ada yang cocok?"
"Belum ada ayah"
"Usaha lagi ya vin, ayah mau melihat kamu menikah sebelum ayah meninggal"
"Ayah ngomong apasih"
"Kita udah sepakat kan kamu akan menikah dalam waktu 2 bulan. Sekarang tinggal 1 minggu lagi sejak kita buat kesepakatan itu"
"Iya, Ayah. Davin usahain lagi. Ayah juga do'ain Davin supaya dapet istri yang baik"
"Iyah"
Selepas dari rumah sakit, Davin memikirkan kembali ucapan Ayahnya.
"Bener juga ya waktunya tinggal 1 minggu" batinnya
Davin membuka laptopnya, dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tersisa hari ini dan untuk esok hari karena akan ada jadwal kencan di jam makan siang. Ia khawatir pekerjaannya menjadi terbengkalai. Setelah menyelesaikan pekerjaan, Davin membuka website untuk melihat berita terkini. Berbagai berita tersedia disana mulai dari berita beberapa artis yang terlibat skandal, berita tentang krisis yang diprediksi akan terjadi di masa mendatang hingga berita mancanegara.
Perhatian Davin teralihkan oleh link berwarna pink di pojok kanan bertuliskan "marriage contract". Tanpa fikir panjang ia langsung mengklik icon tersebut. Setelah di klik muncullah web dengan bertuliskan
"Website ini milik pribadi dan diperuntukkan untuk laki-laki yang setuju untuk menikah dengan kontrak resmi yang disetujui oleh kedua belah pihak. Silahkan transfer 15,000,000 ke nomor rekening ini dan anda bisa melanjutkan ke langkah selanjutnya"
Sementara itu di sebuah rumah
Kania tengah sibuk dengan laptopnya, seorang lulusan S1 yang sudah satu tahun belum mendapatkan pekerjaan ini sedang mencoba peruntungannya di dunia internet.
"Oke selesai" ucap Kania penuh semangat
Setelah membuat website dan kontrak perjanjian pernikahan. Ia membaringkan dirinya yang sudah bekerja dengan sangat keras selama berhari-hari.
"Aku sudah memikirkannya dengan matang, dan memangnya ada yang mau transfer sebesar itu bahkan belum melihat isi dari website. Pasti banyak yang berfikir bahwa itu penipuan" batinnya
"Lalu kenapa kamu sangat bekerja keras Kania, ntahlah aku hanya bosan dan tidak ada pekerjaan" ucapnya diiringi tawa
Satu minggu kemudian di pagi hari
Kania mengucek matanya, meraba dan mencari dimana keberadaan ponselnya. Setelah melihat aplikasi chatting di handphonenya. Ia membuka massage, dengan kesadaran yang belum penuh ia terkejut karena ada notifikasi transfer sebesar 15 juta rupiah dari seseorang ke rekening pribadinya. Kania mengedip-ngedipkan matanya tak percaya. Ia lalu berlari ke kamar mandi dan mengumpulkan seluruh kesadarannya. Dengan hati yang berdebar dan penasaran Kania kembali membuka pesan itu. Dan benar saja ada seseorang yang mengirimkan uang sejumlah yang ia cantumkan di website.
Kania berteriak tak percaya.
"Ini beneran ada yang transfer, terus gimana ya mana gue ngasih data pribadi lengkap banget lagi sampe alamat rumah nya juga. Kalo orang itu tiba-tiba dateng ke sini gimana" gerutu Kania menyadari kebodohan yang sudah diperbuatnya
Kania menelpon Jeny temannya yang sudah mengetahui ide gilanya ini.
"Halo, Jen. Lu dirumah sekarang?"
"Iyah di rumah kenapa? "
"Jeny lu masih inget ngga yang gue cerita bikin website sama bikin perjanjian buat kawin kontrak?"
"Iyah inget kenapa emang?"
"Tau ngga lu, masa ini beneran ada yang transfer. Gimana dong? Mana ada data diri gue lengkap di website itu sama alamat rumah juga. Kalo itu orang jahat atau orang aneh gimana. Gue takut mati Jen"
"Ih beneran? Gimana ya? Lu juga sih kan gue bilang jangan aneh-aneh. Kan beneran ada yang transfer. Dibawa om om baru tau lu"
"Ko lu malah nakut nakutin sih"
"Kan gue udah ingetin buat liat konsekuensinya kalo mau ngelakuin apa-apa. Yaudah lu tinggal di rumah gue aja dulu sementara sampe lu tenang"
"Iya deh, makasih Jen. Nanti sore gue ke rumah lu"
"Iya"
Selang tiga hari semenjak kejadian itu Kania tidak mendapatkan kabar apapun. Baik kabar tentang seseorang yang datang ke rumah maupun melalui telepon pribadi miliknya.
"Jen, udah tiga hari ini tapi ngga ada apa-apa. Apa gue pulang aja yah. Mungkin orang iseng aja kali yang transfer ke gue"
"Kania Amalia, mana ada jaman sekarang orang iseng transfer sampe 15 juta. Gue juga mau kalo kaya gitu"
"Iya juga sih. Gue balik aja lah ke rumah nanti malem"
"Yakin? Lu ngga takut tiba-tiba ada yang nyariin lu?"
"Ya mau sampe kapan gue di rumah lu? Gue juga pengen balik ke rumah. Yaudahlah apapun yang terjadi itu udah konsekuensi yang harus gue hadapin kan"
"Iya sih, kalo itu keputusan lu gue dukung. Tapi hati-hati ya telpon gue kalo ada apa-apa"
"Okedeh gue packing dulu"
"Hmm"
Setelah sampai di kompleks perumahan Kania berhenti sebentar di pos satpam dan menanyakan kembali kepada satpam yang bertugas.
"Malam Pak, saya mau tanya pak"
"Iya ada apa Mba Kania? "
"Selama 3 hari ini ada yang nyariin saya atau tanya alamat rumah saya ngga ya Pak?"
"Oh ada Mba, sebentar"
"Ini ada titipan dari kurir, paket Mba Kania"
"Oh kirain saya ada yang lain, makasih ya Pak"
"Ngga ada Mba, emangnya ada apa ya? "
"Ngga ada Pak, saya masuk dulu"
"Iya silahkan Mba"
"Yee ngagetin aja nih pak satpam kirain gue orang itu dateng" gerutu Kania
tingnong
Suara bel berbunyi saat Kania baru saja memasuki kamar tidurnya.
"Ya sebentar" teriaknya dari dalam
Gerbang dibuka dan nampak seorang laki-laki dengan pakaian formalnya
"Selamat malam, dengan Kania Amalia?"
"Ya saya sendiri"
"Saya diperintahkan untuk menjemput nona Kania oleh Tuan Davin"
"Davin?" seraya mengerutkan kening
"Silahkan tunggu disini Non"
Kania mengedarkan pandangannya di ruangan yang artistik itu. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat. Kania menunduk tak berani menatap siapapun yang datang.
"Malam, Kania"
"Ya malam Pak Davin"
Setelah dibawakan minuman oleh asisten rumah tangga. Davin mengunci ruangan miliknya.
"Silahkan diminum"
"Ya terimakasih Pak"
Kania memberanikan diri melihat Davin. Davin terlihat cukup tampan dengan baju semi formalnya.
"Maaf Pak Davin. Saya tidak bermaksud apa-apa. saya salah, dan saya siap mengembalikan uang yang bapak kirim ke saya"
Davin tertawa mendengar ucapan Kania. Dari suaranya terdengar panik dan ketakutan.
"Jangan takut, saya tidak bermaksud jahat. Saya ingin menyambut kesepakatan yang kamu buat"
"Ma-maksud bapak?"
"Pertama silahkan perkenalkan diri kamu"
"Nama saya Kania Amalia. Saya berasal dari jakarta dan tinggal di surabaya. Umur saya 22 tahun. Saya lulusan S1 Prodi Hubungan Internasional, lulus tahun 2021 dan saya belum bekerja. Saya anak ke-tiga dari 4 bersaudara"
"Pernah bekerja sebelumnya?"
"Belum pak"
"Baik, perkenalkan saya Davin Mahendra umur 33 tahun. Saya bekerja sebagai Direktur Mitra Corporation. Selanjutnya akan saya jelaskan kesepakatan yang akan dibuat. Silahkan dengarkan baik-baik"
"Siap pak"
"Kita akan menjalankan pernikahan kontrak selama 2,5 tahun. Saya sudah membuat daftar acara yang akan kamu hadiri nanti sebagai istri saya. Lalu ada beberapa kelas yang harus kamu ikuti selama 3 bulan sebelum kita resmi menikah. Dalam waktu 3 bulan itu kamu diharuskan tinggal di rumah ini, supaya saya bisa memantau progres setelah mengikuti kelas-kelas yang sudah disiapkan untuk kamu. Selama menjadi istri saya kamu diperbolehkan untuk hang out atau berbelanja dengan teman yang harus saya ketahui identitasnya. Melakukan beberapa tugas yang akan dicantumkan pada kontrak dan mendapatkan harga yang pantas setiap bulannya. Kamu boleh menerima kesepakatan ini atau tidak. Jika bersedia datanglah 2 hari lagi jam 7 malam ke rumah ini. Dan satu hal lagi tidak boleh ada yang mengetahui kesepakatan ini kecuali kita berdua"
"Baik Pak, akan saya pertimbangkan"
"Ya, ini saja. Kamu boleh pulang"
"Baik, saya pamit Pak"
Kania memikirkan kesepakatan yang ditawarkan Davin kepadanya. Ia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar hal baru dan hidup produktif. Namun banyak hal yang membuatnya khawatir.
zzzzzrrrt zzzzzrrrt
(suara mesin atm menghitung uang)
Kania menarik uang sejumlah 15 juta milik Davin dan berniat untuk mengembalikan uang tersebut malam ini.
Dia bersiap untuk pergi ke rumah Davin namun tiba-tiba handphone nya berdering.
"Halo, Pah"
"Iya sayang, gimana kamu sehat?"
"Alhamdulillah, sehat Pah. Papah sehat?"
"Alhamdulillah Papah juga sehat. Kania Papah mau ngomong sesuatu"
"Iya ada apa, Pah"
"Kania bulan ini Papah ngga bisa kirim uang buat kamu. Kantor Papah lagi bermasalah bulan ini tapi semoga bulan-bulan selanjutnya keadaan menjadi stabil kembali jadi Papah bisa kirim uang lagi buat Kania. Maafin Papah yah"
"Semoga masalahnya cepet selesai ya Pah. Kania juga mau cerita. Bulan ini Kania dapet kerjaan jadi Papah ngga usah kirim uang lagi buat Kania. Tadinya Kania mau ngabarin lewat WA tapi sekalian aja Papah telpon"
"Bener sayang? Selamat ya tapi bener cukup uangnya buat kamu?"
"Cukup ko Pah. Lagian Kania mau hidup mandiri, kan Kania udah gede sekarang hehe. pokonya Papah ngga boleh kirim uang lagi buat Kania"
"Papah bangga sama kamu. Apapun kerjaannya yang penting halal dan cukup buat kamu. Gapapa mulai dari bawah dulu, kalo Kania kinerjanya bagus pasti naik jabatan. Kerjanya dimana sayang?"
"Di kantor yang ada di sini Pah"
"Okedeh semangat ya sayang, semoga kerjaannya lancar"
"Iya, makasih Papahku. titip salam sama Mamah ya"
"Siap boss"
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Kania segera membuka lemari pakaiannya, mencari baju yang kira-kira pantas untuk dipakai bertemu dengan Davin. Setelah siap, Kania bergegas ke rumah Davin karena waktu sudah mendekati pukul 7 malam.
"Maaf pak saya datang terlambat"
"Saya kira kamu tidak datang, Kania. lain kali jangan terlambat ya"
"Siap pak"
"Sekarang kita ketemu orangtua saya"
"Sekarang Pak?"
"Iyah, setelah darisana baru ke kantor untuk pembuatan kontrak kerja"
"Siap pak"
Di Rumah Sakit
"Mamah Ayah kenalin ini Kania"
"Malam Om Tante saya Kania"
"Ko ngga bilang nak mau kesini. Kan mamah bisa siapin makanan kalo kamu mau dateng"
"Ngga apa-apa Mah kita sebentar aja"
"Jangan sebentar dong, kan Mamah sama ayah mau kenal sama calon pacar kamu"
Davin membalas dengan senyuman
"Beli snack deh di lobby, masa ada tamu ngga ada makanan"
"Ngga apa-apa Tante ngga usah ngerepotin"
"Ngga repot, Davin ke bawah dulu sebentar"
"Iya Mah"
"Kania disini aja temenin Mamah sama Ayah"
"Mamah ke kamar mandi dulu ya, temenin ayah"
"Iya Tante eh Mah"
"Kania"
"Iya, Om"
"Panggil Ayah aja. Ayah seneng akhirnya Davin ketemu sama pasangan yang menurutnya cocok. Susah loh nyari yang sesuai kriteria Davin. Ayah sekeluarga aja udah usaha dari dulu buat nyari calon istri yang cocok untuk Davin. Tapi syukurnya sekarang udah ketemu"
"Iya Ayah, semoga Ayah cepet sembuh dan bisa kembali ke rumah ya"
"Aamiin"
cklek (suara pintu terbuka)
"Mamah dimana?"
"Di kamar mandi. Sini aku siapin makanannya"
Sementara Kania menyiapkan makanan, Mamah Davin mengeluhkan sakit perutnya
"Aduh perut mamah sakit abis makan pedes tadi sore"
"Mau Davin beliin obat Mah?"
"Ngga perlu ini ditinggal tidur juga sembuh"
Kania membawa snack di piring dengan hati-hati
"Silahkan ini makanannya"
Setelah berbincang cukup lama, Davin dan Kania izin pamit kepada orangtua Davin. Kania menggandeng tangan Davin saat keluar kamar pasien. Orangtua Davin terlihat senang dengan keberadaan Kania. Namun keduanya kembali canggung saat berada di jalan pulang.
"Pak Davin, maaf ya tadi saya gandeng tangannya. saya fikir untuk meyakinkan orangtua Bapak perlu skinship"
"Iya, boleh aja untuk terlihat lebih meyakinkan"
Hening, keduanya saling diam hingga sampai di rumah Davin.
Di Kantor
"Silahkan ajukan persyaratan kamu untuk saya. saya juga akan menuliskan tentang apa saja yang harus kamu lakukan dan tidak boleh dilakukan selama menjadi istri saya"
Kania membawa kontrak yang sebelumnya sudah ia cantumkan di website. Mengganti beberapa poin penting dan menghapus beberapa karena menurutnya ia lah pihak yang diuntungkan disini.
"Ini ada beberapa yang diganti pak, sebentar saya ketik ulang ya"
"Iya boleh, saya juga mau cek ulang isi kontrak yang saya buat"
Keduanya selesai dengan kontrak masing-masing dan saling bertukar kontrak. Pak Davin membaca isi kontrak yang diserahkan Kania.
"Ini saja?"
"Iya Pak, karena saya pihak yang diuntungkan disini. Saya fikir berlebihan kalau saya mempunyai banyak persyaratan"
"Kamu salah Kania, sama saja seperti bisnis. Bagi saya ini menguntungkan kedua belah pihak. Kamu punya hak juga untuk melarang saya melakukan sesuatu"
"Begitu ya pak, sebenernya saya bingung juga mau nyantumin apa lagi. Sebentar saya baca kontrak Bapak dulu"
"Silahkan"
Setelah membaca kontrak milik Davin, Kania menambahkan beberapa poin lagi kontrak miliknya. Salah satunya yaitu "Dilarang memiliki istri lain"
"Dilarang memiliki istri lain? Kalo punya pacar boleh?"
"Boleh aja pak, itu kan kehidupan pribadi Pak Davin"
"Saya ngga akan punya pacar selama nikah sama kamu"
"Satu lagi, jangan panggil Bapak. Saya khawatir nanti ada yang denger dan salah faham. Panggil Mas Davin aja"
"Iya Pak, eh Mas"
"Mas Davin, sebenernya ada temen saya yang tahu tentang ini. Tapi dia cuma tau ada yang transfer ke rekening saya setelah penawaran menikah kontrak. Dia belum tau kalo ini berlanjut karna waktu itu Mas Davin ngasih tau saya buat jangan kasih tau ke oranglain"
"Oh ya, saya pernah daftar aplikasi dating. Kamu cerita aja kita kenal lewat dating apps"
"Baik"
Setelah menandatangani kontrak, Davin meminta Kania untuk menginap di kamar tamu karena sudah terlalu malam. Kania setuju karena merasa tidak enak jika harus merepotkan.
Satu minggu sudah dijalani Kania tinggal di rumah Davin. Jadwalnya penuh dengan berbagai course yang dimilikinya. Setelah berdiskusi dengan Kania, Davin memberikan setidaknya 5 kelas untuk Kania ikuti setiap harinya. Diantaranya yaitu kelas bisnis, kelas public speaking, kelas kepribadian, kelas bahasa korea dan kelas memasak.
"Otak gue pusing, dia mulai bekerja lagi kaya otak Patrick ya" ucap Kania sambil tertawa
Handphone Kania berdering, terlihat nama Jeny menghiasi layar.
"Halo, Iya Jen"
"Lu dimana? Ko rumah sepi?"
"Hah? Lu ke rumah gue?"
"Iyah, gue di depan rumah lu nih"
"Gu--e lagi di rumah nyokap, lagi pulang kampung"
"Yaah Kania, gue abis putus nih sama Renald temenin gue seharian bisa ngga"
"Seharian yah? Kapan?"
"Sabtu bisa ngga"
"Bisanya sore gue"
"Emang kenapa, lu bukannya ngga kerja ya?"
"Ada acara"
"Acara apa?"
"Ada nikahan sodara"
"Ooh, yaudah sabtu sore ya gue jemput"
"Ngga usah jemput deh, langsung ketemu di tempatnya aja. Gue langsung otw dari tempat sodara soalnya"
"Okedeh, kemana yah enaknya"
"Ke Cito gimana?"
"Boleh deh ketemu di sana ya jam 4"
"Siap bos"
"Lu ngga mau cerita dulu nih sekarang? "
"Nanti aja deh pas ketemu biar puas"
"Okedeh"
Jeny menutup panggilannya. Kania membuka pintu dan melihat sekitar. Ia menanyakan keberadaan Davin kepada orang yang ada di rumah. Davin masih di luar rumah. Kania membuka kulkas dan melihat bahan makanan yang tersedia disana. Ia membuat zuppa soup dengan resep yang baru dipelajarinya minggu lalu. Dengan telaten Kania membuatnya step by step.
Suara mobil Davin terdengar. Kania mulai mempersiapkan kata yang akan diucapkannya. Pintu terbuka, saat Kania sudah mau menyapa ternyata yang keluar adalah Asisten Rumah Tangga yang ada di rumah.
"Saya mau menyiapkan bahan makanan untuk besok non"
"Oh iya Bi, saya juga udah selesai ko masaknya tinggal di oven aja"
Karena kehadiran ART inilah yang membuat Kania harus terkesan santai dan dekat dengan Davin. Dan yang sedari tadi ditunggu akhirnya datang, Kania menyapa Davin dengan hangat.
"Mas Davin baru pulang"
"Iya"
Kania memberi isyarat mata, memberitahu keberadaan ART di dapur
"Mas ada yang mau aku omongin"
"Iya, aku mandi dulu"
"Oke, aku juga buatin zuppa soup tapi belom di oven" sambil memegang lengan Davin
"Iyah, nanti langsung bawa ke kantor aja"
"Iya Mas"
"Yaudah aku keatas dulu"
Tidak perlu waktu lama, Davin sudah datang dengan pakaian tidurnya. Setelah duduk, ia langsung mencoba zuppa soup yang dibuat Kania.
"Gimana Mas rasanya?"
"Enak, tapi terlalu gurih buat saya"
"Ooh gitu, nanti lain kali aku kurangin lagi deh rasanya. Oh iya, aku mau tau tentang makanan Mas Davin. Apa aja yang disuka dan apa yang ngga disuka? Apa ada alergi makanan?"
"Saya suka makanan yang bumbunya ngga terlalu pekat. Makanan Indonesia atau Western juga suka. Saya punya alergi udang, apapun makanan yang mengandung udang pasti langsung kambuh alerginya termasuk penyedap rasa udang"
"Ada yang lebih spesifik makanan apa aja yang disuka?"
"Apa aja suka, tapi iga bakar favorit saya"
"Oke nanti aku coba masakin, kalo udah bisa" sambil tertawa
"Tadi katanya mau ngomong?"
"Itu temen yang pernah aku ceritain, Jeny. Dia ngajak aku jalan-jalan hari sabtu. Apa aku bilang sama dia udah pindah rumah ya? soalnya dia kadang suka ke rumah aku"
"Boleh aja kalo mau jalan, kamu ngga harus ngomong langsung lewat handphone juga boleh. Kalo masalah itu terserah kamu"
"Saya ke kamar dulu mau istirahat"
"Iya Mas Davin, maaf ya ganggu"
Kania berbaring di kasurnya, perlahan ia mulai mengerti tentang apa saja yang bisa didiskusikan atau harus diputuskan sendiri. Belajar menjadi bijaksana dalam memutuskan sesuatu dan mengambil langkah. Kania menyusun cerita yang akan diceritakan kepada Jeny. Ia tidak bermaksud membohonginya, namun semua terjadi begitu saja.
"Wanita harus terlihat anggun, apalagi ketika berjalan akan saya peragakan bagaimana cara berjalan wanita berkelas setelahnya kalian ikuti"
"Iya Miss" jawab peserta
"Tap tap tap pandangan lurus ke depan, bahu ditarik ke belakang dan berdiri tegak. Diiringi dengan senyuman yang elegan. Renggangkan kedua telapak kaki dan lutut sedikit tertekuk, lalu bagi rata berat badan di kedua telapak kaki agar tubuh tetap stabil. Biarkan kedua lengan menggantung rileks di sisi tubuh untuk menjaga keseimbangan. Kemudian langkahkan kaki dengan lebar langkah yang sama, berjalanlah dengan tenang dan teratur"
Para peserta diminta untuk latihan dengan temannya masing-masing, sebelum praktek langsung dengan Mrs. Ayudia. Dengan memperhatikan dari jauh Mrs. Ayudia melihat satu per satu peserta yang hadir di kelas. Karena kebanyakan peserta yang jalan dengan kepala sedikit tertunduk, Ayudia memberikan sebuah buku tebal dan diharuskan untuk ditaruh di atas kepala.
"Bayangin aja nih, kita setiap jalan inget kalo ada buku diatas kepala apa ngga panik nanti mukanya" ucap teman Kania, Oki
"Iyah gue juga mikir gitu, tapi terlalu atas ngga sih dagunya"
"Iyah bener"
"Abis ini, jalan-jalan yu"
"Kemana? Boleh sih tapi gue jam 2 ada kelas lagi"
"Ke Mall deket sini aja, makan siang sama jalan jalan aja ngga lama"
"Okedeh"
Tanpa disadari Mrs. Ayudia memperhatikan mereka yang tengah asyik mengobrol.
"Dua orang di kiri, kenapa ngga latihan?"
"Iya maaf miss"
"Maju, latihan di depan"
Selalu ada hukuman untuk mereka yang nakal, perkataan itu cocok untuk keadaan saat ini. Kania dan Oki diminta terus latihan sampai kelas berakhir dan diberikan 2 buku tebal di atas kepalanya. Ditambah dengan peraturan wajib memakai sepatu heels untuk semua peserta dimulai hari ini dan seterusnya, membuat kaki mereka kesakitan karena tidak diperkenankan duduk.
Sesampainya di mall mereka langsung mencari toko sepatu bata dan membeli sendal slip on. Mereka memutuskan melihat pertunjukan music yang diselenggarakan pihak mall setelah makan siang. Oki menceritakan tentang alasan mengapa ia mengikuti kursus kepribadian. Dan menceritakan ketidaksukaannya terhadap beberapa teman yang terkesan pamer kekayaan di kelas.
Puas mendengarkan pertunjukan music mereka memainkan beberapa games yang ada di Timezone.
"Ki, nanti kita kesini lagi ya kita battle dance"
"Oke oke"
"Udah jam 1 nih pulang yu"
"Ayo deh, beli ice cream dulu ya"
"Boleh"
Kania melanjutkan kelas selanjutnya. Dengan mata yang mulai mengantuk Kania tetap mengikuti pembelajaran, beruntung materi yang dipelajarinya tidak terlalu memusingkan hari ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!