NovelToon NovelToon

Kukira Kau Cinta

Kepulangan Keenan

Janela Arsana bergegas sambil berlari setelah turun dari angkutan umum. Memasuki pintu Two Season khusus karyawan. Setelah bertengkar dengan Daddy-nya (Janu Arsana), karena menolak belajar dan meneruskan bisnis keluarga, Janela memilih pergi dari rumah.

Bekerja sebagai office girl, dikenal dengan nama Nana. Teringat jelas pernyataan Janu Arsana, “Kamu bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa jika bukan karena keluarga Arsana. Aku yakin kamu tidak bisa bertahan hidup tanpa nama besar Arsana.” Nena, Mommy Janela hanya bisa menangis melihat suami dan putrinya bertengkar.

“Semangat, aku pasti bisa.”

Sedangkan di tempat berbeda, tepatnya di Singapura.

Drt drt

Getaran ponsel yang berada di atas nakas cukup mengganggu Keenan yang sedang terbuai  mimpi. Tangannya meraba nakas dan menggeser icon menjawab panggilan.

“Halo.”

“Keenan, Mamah  tunggu kamu pulang ke Jakarta. Dalam satu minggu kamu nggak pulang juga, siap-siap kamu Mamah jodohkan dengan putrinya Om Bara.” Suara Kayla, cukup membuat Keenan membuka kedua matanya.

Keenan berdecak, “Apaan sih Mah, ini tuh bukan jamannya lagi jodoh-jodohan. Aku pasti pulang, setelah urusan disini beres.”

“Nggak usah alasan macam-macam, Pamanmu sudah menyiapkan pengganti kamu di sana. Bahkan sudah dari sebulan yang lalu. Mamah nggak suka dengan wanita yang kamu dekati saat ini, waktu kamu hanya satu minggu.” Terdengar pembicaraan Kayla dengan Elang, Keenan hanya mendengarkan.

“Mah,” ujar Keenan. “Aku akhiri ya, bye Mamah dan salam untuk Papah.”

Keenan kembali memejamkan matanya. Sudah dua tahun ini dia mengurus Two Season Singapore sebagai persiapan sebelum dia benar-benar menjadi orang nomor satu di Two Season Jakarta. Keenan Sanjaya putra dari Elang Sanja dan Kayla Farraz yang terlahir dengan sendok emas, harus siap meneruskan bisnis keluarganya. Elang sendiri sudah mundur dari urusan Hotel, sejak sepuluh tahun yang lalu. Jabatannya dia serahkan pada Eltan, tapi saat ini Eltan pun sudah tidak sanggup menjadi pewaris tunggal Two Season. Satu-satunya harapan Elang dan Eltan adalah Keenan.

Bukan hanya dituntut untuk segera menduduki kursi panas sebagai CEO, tapi Kayla terus menanyakan kapan Keenan akan menikah. Padahal saat ini umurnya baru dua puluh tujuh tahun, masih cukup muda untuk seorang pria. Kyra adik Keenan pun tak kalah repot oleh ulah Kayla yang terus menerus menanyakan kapan akan menikah. Padahal umur Kyra saat ini baru dua puluh empat tahun.

Keenan sudah melakukan ritual paginya. Berdiri di depan jendela menatap gedung Two Season yang selama dua tahun ini sudah menjadi rumah baginya. Keenan tinggal di apartemen tidak jauh dari Two Season, bahkan balkon kamarnya berhadapan dengan bangunan salah satu hotel mewah di Singapore.

“Sudah saatnya aku kembali, aku yakin kau akan tetap menjadi yang terbaik,” ujarnya seakan bangunan itu adalah manusia yang bisa diajak komunikasi.

Keenan membuka ponselnya, menghubungi seseorang.  “Siapkan kepulanganku.”

...***...

Keenan melangkah percaya diri menuju pintu keluar bandara, terdengar bisikan dari sekelilingnya dari mahluk yang bernama wanita. Terkadang dia kesal dengan ketampanan yang dia miliki, karena selalu membuatnya menjadi pusat perhatian. Bahkan saat di pesawat tadi, Pramugari bergantian menawarkan makanan, minuman atau apa yang dibutuhkannya. Keenan sengaja pura-pura tidur agar tidak menjadi pusat perhatian.

Menghentikan langkahnya dan membuka kaca mata hitam yang bertengger di wajahnya. Memastikan banner yang terpampang dan di angkat oleh seseorang bertuliskan namanya. “Keenan Sanjaya,” teriak orang itu berkali-kali meneriakan namanya.

Keenan pun mendekat, “Apa anda tidak salah orang, tidak mungkin aku dijemput dengan ….”

“Kejutan!” teriak Kyra lalu terbahak.

Keenan mengumpat karena ulah adiknya. Sejak di pesawat sampai di lobby dia sangat percaya diri karena pesonanya, tapi semua sirna saat orang yang menjemputnya dengan gaya kuno bahkan cenderung norak.

Keenan berjalan meninggalkan Kyra yang masih terbahak. “Den Keenan maaf ya, saya disuruh Non Kyra.”

“Udahlah kak nggak usah ngambek, ayo kita pulang.” Kyra memeluk lengan Keenan lalu mereka berjalan menuju mobil.

Memasuki pelataran kediaman Elang Sanjaya. Rumah yang cukup luas, apalagi semenjak Elang sudah tidak aktif di Two Season, fokusnya hanya merenovasi rumah agar semakin nyaman untuk ditinggali. Bahkan saat ini Elang membangun lagi di bagian belakang yang rencananya untuk Keenan atau Kyra setelah menikah.

  “Welcome home, jadi aku nggak sendirian lagi ngedengerin Mamah ceramah. Telinga aku rasanya gatal dan aku bisa hafal apa yang Mamah ucapkan. Intinya jodoh dan cucu, walaupun sudah bicara ngalor ngidul pasti balik lagi masalah jodoh dan cucu.”

Keenan dan Kyra berjalan beriringan memasuki kediaman keluarganya. “Makanya kamu cepat nikah, kasih Mamah cucu yang banyak.”

“Nggak bisa begitu dong, Kak Keenan ‘kan yang tertua. Jadi aku setelah kak Keenan aja.”

Keenan berdecak, lalu menoleh pada Kyra, “Emangnya ada cowok yang mau sama cewek nyebelin, rese dan norak kayak kamu.”

“Eh jangan salah ya, pesona aku itu luar biasa. Setiap aku melirik, para pria akan klepek-klepek,” ujar Kyra bangga.

“Siapa yang klepek-klepek.”

“Mamah,” panggil Keenan lalu menghampiri wanita paruh baya tapi masih memancarkan aura kecantikannya.

“Keenan, Mamah kangen banget,” ujar Kayla sambil memeluk putranya.

“Nggak usah lebay deh, tiap bulan juga Mamah nyusul Kak Keenan. Kayak yang ketemu Bang Toyib karena nggak pulang-pulang,” ejek Kyra. Saat ini gadis itu sudah menaiki anak tangga menuju kamarnya.

“Papah mana?”

“Biasa, lagi di ruang fitnes.”

“Masih kuat?”

Kayla yang masih dalam rangkulan Keenan, berdecak lalu memukul dada Keenan pelan. “Papah kamu memang sudah tua tapi semangatnya nggak kalah sama kamu deh.”

“Percaya,” sahut Keenan.

“Makan ya, Mamah sudah masak kesukaan kamu.”

“Hm.” 

^^^***^^^

Nana sedang menundukkan wajahnya, mendapatkan teguran karena kesalahannya terlalu banyak menuangkan cairan pembersih di air pel. Membuat lantai menjadi licin bahkan beberapa orang terpeleset.

“Nana, kapan sih kamu bisa kerja bener. Perasaan saya selalu dapat kabar ada aja ulah kamu.” Maria selaku kepala bagian petugas kebersihan hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Kamu nggak akan di skor tapi hukumannya adalah pindah tugas ke lantai sepuluh.”

“Hah, jangan dong Bu. Saya rela dipindahkan jadi housekeeping, nggak masalah deh harus pelatihan dulu. Dari pada di lantai sepuluh,” tolak Nana.

“Nggak bisa, housekeeping lebih beresiko karena pelayanan untuk tamu. Mulai besok kamu di lantai sepuluh. Jadwal shift cek nanti sore dan ini terakhir kalinya kamu bermasalah, berikutnya kalau kamu kena masalah siap-siap dipecat.”

Nana berdecak, “Baik Bu. Terima kasih sudah mempertahankan saya.”

Maria meninggalkan Nana.

“Makanya kalau kerja tuh yang fokus,” sindir OB dengan name tag Udin.

“Heran gue, Nana itu kerja apa ngebanyol. Ada aja ulahnya, kemarin ini bikin teh manis rasanya asin gara-gara tertukar gula sama garam,” ujar OB lainnya dengan name tag Yusuf.

“Ah, berisik kalian. Biasa aja itu mah, namanya juga kerja diburu-buru jadi ada aja salahnya.”

“Makanya jangan telat terus, jadi kerja juga nggak terburu-buru.”

Nana tidak menyahut ucapan rekan kerjanya, memilih meraih ponsel dalam kantong celananya yang bergetar. Membaca pesan masuk yang ternyata dari Ayahnya.

[Janela, kamu mau sembunyi dimanapun Daddy pasti temukan kamu]

“Gawat.”                                                                                                                                                                                

Sudah lima bulan ini pergi dari rumah, menjauh dari kekangan Janu Arsana. Mulai dari pilihan pendidikan termasuk saat ini diminta untuk belajar bisnis meneruskan perusahaan keluarga. Sangat ingin membuktikan jika dia bisa hidup tanpa nama besar keluarganya.

“Daddy nggak akan temukan aku. Manalah dia percaya aku bekerja seperti ini.”

 \=\=\=\=\=\=

Haiiii, ketemu lagi nihhhh. Semoga sukak ya 😘😘😘

Ternyata Dia ....

“Selamat Pagi Tuan Keenan.”

Keenan yang sedang mematut penampilannya di cermin hanya berdehem menjawab sapaan dari Jeff. Jeff adalah asisten pribadi Keenan. “Apa jadwalku hari ini?” keduanya berjalan keluar dari kamar Keenan menuju ruang makan.

“Pagi ini penyambutan kedatangan Tuan Keenan, setelah itu ada rapat manajemen. Sepertinya Pak Eltan sudah tidak sabar ingin cepat pensiun. Jadwal Tuan sudah disesuaikan dengan jadwal beliau.”

“Sayang, sarapan dulu. Kamu juga Jeff,” ajak Kayla.

Elang sudah stay di ujung meja makan. “Mana Kyra?” tanya Elang.

“Sudah berangkat ke galeri, katanya ada penawaran kerjasama apa gitu, Mamah lupa. Jeff, Mamah percayakan Keenan sama kamu. Jangan sampai dia aneh-aneh dan jauhkan dari perempuan yang tidak jelas.”

“Mamah,” tegur Keenan. Merasa seperti remaja yang perlu diperhatikan bahkan sampai harus dititipkan pada orang lain.

“Hei, Keenan sudah dewasa dan sudah tinggal bersama kita lagi. Sekarang fokus kamu hanya satu, aku,” ujar Elang.

“Bucin,” gumam Keenan.

Elang berdecak, “Nanti kalau kamu sudah menemukan wanita yang tepat, aku jamin kamu akan lebih bucin dari pada Papah. Apalagi kalau wanita itu cantik dan menggemaskan, rasanya tidak rela kalau sampai ditatap pria lain. Apalagi Mamah kamu masih cantik begini, yang ada khawatir terus kalau sampai ada yang suka. Kalian berdua nanti akan merasakan yang saat ini aku rasakan.” Tunjuk Elang pada Keenan dan Jeff.

...***...

Suasana pagi itu di Two Season berjalan seperti biasa. Meskipun ada beberapa divisi yang lebih sibuk karena pagi ini ada jadwal pengenalan CEO baru. Eltan akan segera lengser berganti dengan CEO baru. Para karyawan yang khususnya bekerja di manajemen perusahaan sangat penasaran dengan sosok pengganti Eltan.

Hal tersebut sampai juga di kalangan office boy dan office girl. Janela atau Nana yang baru dipindahkan ke Lantai 10, belum bisa ikut terlibat pembicaraan mengenai topik yang sedang viral di two season. “Penasaran deh sama pengganti Pak Eltan, apa udah tua atau … gimana kalau ternyata orangnya gendut, galak dan … nggak banget ya.”

Tidak lama obrolan mereka terhenti karena kedatangan Maria. “Kalian itu dibayar bukan untuk ngobrol tapi bekerja. Saya sudah bagi tugas kalian, cepat beredar dan kamu Nana,” ujar Maria mengagetkan Nana tadi melamun.

“Iya, Bu.”

“Kamu bertanggung jawab di ruangan CEO baru kita. Karena kamu baru pindah ke lantai ini dan beliau juga baru, akan lebih aman untuk kamu. Ingat, fokus dan jangan ceroboh.”

“Siap, Bu.”

Keenan datang bersama Jeff, saat memasuki Lobby para pegawai menunduk dan sekedar menyapa kepada mereka berdua. Meskipun tidak tahu siapa kandidat pengganti Eltan, tapi seluruh pegawai tahu jika Jeff yang awalnya General Manager akan menjadi asisten pribadi Ceo baru.

Para resepsionis bergumam setelah Keenan melewati area mereka. Tentu saja, gumaman karena memuji ketampanan Keenan.

“Gila, mau deh gue putusin cowok gue demi yang begini.”

“Tapi sayangnya dia nggak mau sama lo yang begini.”

Keenan berjalan diikuti Jeff yang menjelaskan apa yang ditanyakan oleh Keenan. Pria itu juga terlihat memperhatikan sekeliling. Sesampainya di ruangan Eltan, Keenan langsung disambut oleh pamannya.

“Wow, ternyata putra Elang sudah semakin dewasa dan matang. Sudah cocok kamu menjadi orang nomor satu di Two Season,” puji Eltan.

Keenan berdecak. “Jangan berlebihan, Paman. Aku bingung dengan Paman, mau kemana sih buru-buru sekali sampai aku harus gantikan seorang Eltan Sanjaya.”

“Sudah waktunya yang muda lebih produktif. Kamu tidak usah khawatir, Ayahmu pasti ikut memantau meski saat ini lebih sibuk dengan kegiatan yang tidak jelas dan semakin posesif dengan istrinya. Karena selama ini aku masih mendapatkan arahan darinya, bahkan dia tahu kapan aku kesulitan atau ada kendala.”

“Apa kabar tante Rika dan Oma?”

“Rika, baik. Oma ya begitu, sudah sepuh. Tapi minggu lalu baru dari Surabaya, dia ingin bertemu Reka. Lebih memilih dia yang berangkat dan menolak Reka yang datang ke Jakarta. Kamu tengoklah, beliau pasti senang bertemu kamu.”

Keenan menganggukkan kepalanya. Oma yang dimaksud adalah Meera, Bunda dari Ibunya, Rika dan dan Reka (Menikahi Pamanmu dan Menikahi Perawan Tua). Saat ini Meera memang tinggal bersama Rika dan Eltan setelah kepergian Kevin. Meskipun sudah tua, tapi kekhawatiran pada anak-anaknya masih terlihat jelas, termasuk pada Reka yang saat ini tinggal di Surabaya bersama Nara dan anak-anaknya.

Jeff menyela dengan mengatakan ruangan dan peserta meeting sudah siap. “Ayo, kita kenalkan kamu pada tim," ajak Eltan.

Pertemuan berlangsung tidak lama, karena saat ini kepemimpinan masih paralel. Artinya Eltan masih ada dan menemani Keenan beberapa waktu ke depan. Sedangkan Elang dan Eltan nantinya akan berada dalam jajaran direksi dan pemegang saham.

Keenan sedang menuju ruang kerjanya, masih didampingi oleh Jeff, berjalan di koridor lantai khusus pimpinan. Tapi saat melewati janitor di samping toilet tubuhnya ditabrak oleh seorang office girl, membuatnya terhuyung dan terjerembab.

Bruk.

“Aahhh,” teriak Nana yang ikut tertarik dan terjatuh tepat di atas tubuh Keenan. 

“Auw,” keluh Keenan karena dahinya terbentur dengan dahi Nana.

Keduanya pun bertatapan dalam diam, sampai akhirnya Nana menyadari bagian tubuhnya merasakan sesuatu yang mengeras dibawah sana. Nana pun membelalakan matanya dan menutup mulut dengan kedua tangan agar tidak berteriak.

“Apa kamu tidak ingin bangun? Sepertinya tubuhku nyaman untukmu, hah.”

Nana bergegas bangun. “Maaf Pak.” Merasa bersalah dan menunduk setelah melakukan bow beberapa kali.

Keenan pun beranjak bangun, merapikan kembali setelannya bahkan menepuk area-area yang sudah bersentuhan dengan Nana seakan banyak debu yang menempel pada area tersebut. Sempat melirik name tag pada seragam yang dikenakan oleh gadis dihadapannya.

“Anda baik-baik saja Pak?” tanya Jeff.

Keenan berdecak, “Seharusnya tadi kamu langsung tarik dia, bukan hanya diam.” Nana masih terpaku di tempatnya, dalam benaknya dia sudah yakin jika dirinya pasti akan dipecat.

“Ternyata Papah benar, kalau cari uang itu sulit. Bahkan sekedar menjadi office girl aja aku nggak becus. Bagaimana bisa sukses,” keluh Nana sambil bermonolog. Tidak lama kemudian Maria menghubunginya dan mengarahkan ruangan mana saja yang termasuk ke dalam tanggung jawabnya juga apa yang harus dilakukan selain masalah kebersihan.

Janela melangkah lemas menuju pantry. “Kenapa lo, lemes amat?” tanya rekan Nana yang hanya dijawab dengan mengedikkan bahunya. Membuatkan kopi sesuai arahan Maria dan mengantarkannya ke sebuah ruangan.

“Hah, ini ‘kan ruangan CEO yang baru, yang tadi ramai dibicarakan.” Nana akhirnya mengetuk pintu dan membukanya. Terkejut karena pria yang tadi berada di bawah tubuhnya ada di ruangan tersebut. 

\=\=\=\=\=\=\= yuhuuuu,

Diam-diam Curi Pandang

Nana melangkah perlahan dengan rasa takut membawa baki berisi minuman untuk CEO baru.

“Saya permisi,” ucap Jeff lalu meninggalkan Keenan, dia sempat melirik Nana yang menganggukan wajahnya saat mereka berpapasan.

“Permisi Pak, ini kopinya.”

“Hm.” Keenan fokus pada dokumen yang dibacanya. Nana meletakan secangkir kopi di atas meja lalu bergegas keluar dari ruangan sebelum dia berulah lagi. “Ya ampun, nganter kopi doang berasa habis di interview oleh Daddy,” ucap Nana sambil kembali ke pantry.

Bruk.

Keenan melemparkan dokumen ke atas meja, setelah office girl tadi sudah tidak terlihat. Bahkan dia juga mengendurkan ikatan dasinya. “Shittt, hari pertama udah bikin aku tegang aja. Siapa sih gadis itu,” keluh Keenan.

Bagaimana tidak mengganggu konsentrasinya, tubuh Keenan dan Nana tadi saling menin_dih. Terasa sekali dada seorang gadis yang menempel di dadanya. Sebagai pria normal tentu saja hal itu membangunkan sesuatu milik Keenan, apalagi saat gadis itu menyadari dan beranjak bangun, miliknya sedikit tertekan dengan bagian tubuh sang gadis.

Keenan meraih cangkir berisi kopi yang tadi diantarkan untuknya. Meneguk dan tidak lama menyemburkannya, “Aish, what the … kopi apa ini. Kenapa rasanya asin.” Keenan meraih gagang telepon dan langsung menyampaikan keluhannya.

Tidak lama pintu ruangannya di ketuk, masuklah Maria selaku atasan dari Nana. Maria tidak sendiri, disampingnya ada office girl tadi, Nana.

“Siang, Pak,” sapa Maria. Sedangkan Nana menundukan wajahnya. Keenan bersandar pada kursi yang diduduki dan melipat kedua tangan di dada. “Nana,” ucapnya membaca name tag pada seragam yang dikenakan oleh Nana.

“Hari pertamaku di sini sudah dibuat kacau olehmu dua kali. Aku akan pelajari proses rekrutmen pegawai yang diterapkan oleh HRD. Mengapa bisa mendapatkan pekerja yang kurang kompeten,” tutur Keenan sambil menoleh kepada Maria lalu kembali menatap Nana yang masih menunduk.

“Kamu tahu berada dimana?” tanya Keenan pada Nana. Maria menyenggol lengan Nana, “Eh, di hotel Pak.”

Keenan menghela nafas. “Ini area khusus manajemen, bisa saja akan ada tamu dari luar tapi kamu tidak hati-hati sampai menabrak orang dan membuatnya terjatuh lalu minuman itu,” tunjuk Keenan pada cangkirnya.

“Maaf Pak, tadi saya benar-benar tidak melihat. Berikutnya saya akan lebih hati-hati.”

“Coba minum itu!”

Nana menoleh pada Maria, Maria memberikan isyarat dengan tatapannya agar Nana mengikuti perintah Keenan. Dengan rasa gugup dan detak jantung berdebar, Nana melangkah semakin dekat dengan meja dan meraih cangkir. Meneguk dan menyemburkannya. “Nana!” teriak Maria karena semburan Nana mengenai wajah Keenan. Keenan menghela nafas lalu mengambil sehelai tisu dan mengusapkan ke wajahnya.

“Pak, maaf saya nggak sengaja,” ujar Nana sambil mengatupkan tangannya di depan dada. “Saya kaget karena rasa kopinya a-sin,” ujar Nana sambil menoleh pada Maria.

“Bawa dia, uruslah olehmu. Aku tidak ingin dia membuat ulah atau keributan lagi.”

Maria pun meraih siku tangan Nana dan sedikit menyeretnya agar ikut keluar.  “Pak, tolong saya. Jangan dipecat ya pak. Saya bisa kerja lebih baik kok, Bu Maria … Pak CEO,” tutur Nana.

“Hahh, kenapa hari pertamaku seperti ini.”

...***...

Hari sudah sore saat Kyra memarkirkan mobilnya, melangkah dengan bersenandung melewati resepsionis menuju lift. Berjalan sepanjang koridor dan ruangan para petinggi perusahaan termasuk juga area para sekretaris. Terlihat wanita-wanita dengan pakaian khas sekretaris dengan penampilan sempurna dan cantik masih berkutat dengan pekerjaannya.

“Sore Nona Kyra,” tanya salah seorang sekretaris.

“Sore, Kak Keenan ada?”

“Masih ada di ruangannya, bersama Pak Jeff,” ujar yang lain.

“OK.”

Kyra membuka pintu tanpa mengetuknya. “Hai, kakakku yang ganteng. Bagaimana hari ini?”

Keenan dan Jeff menoleh, Kyra tanpa rasa bersalah menghampiri dan duduk di kursi berhadapan dengan Keenan. Keenan berdecak, “Aku sibuk, pergilah.”

“Kak, kita ke tempat Om Eltan. Aku mau lihat Oma, dia tanyakan Kakak terus loh.”

Bukan tanpa sebab Kyra mengunjungi kakaknya. Dia cukup mandiri dan dewasa hanya untuk sekedar mengunjungi Oma, tanpa harus dikawal. Sengaja mendatangi Keenan agar bisa bertemu dengan pria yang saat ini berdiri disamping Keenan.

“Jadwal hari ini sudah selesai, jadi Pak Keenan bisa undur diri,” ujar Jeff yang sempat melirik pada Kyra. Kyra pun mengalihkan pandangan saat Jeff meliriknya, berharap Jeff tidak menyadari jika sejak tadi dia memperhatikannya.

“Hm.”

Jeff pun berlalu.

“Ayo,” ajak Keenan.

“Kakak nggak didampingi?”

“Didampingi siapa?”

“Istri atau pacar gitu,” ejek Kyra sambil terkekeh. “Maksud aku Pak Jeff apa nggak ikut dengan Kak Keenan. Setahuku CEO itu kemana-mana diikuti oleh sekretaris dan asistennya.”

Keduanya bicara sambil berjalan. Bahkan melewati meja-meja para sekretaris yang bergantian menyapa keduanya. “Kamu terlalu banyak nonton drama.” Keenan dengan gaya cueknya terlihat tampan apalagi dengan kedua tangan berada di kantong celananya. Kyra yang berpakaian casual tidak kalah menarik.

Idenya agar Jeff ikut bersama Keenan tidak berhasil. Tapi Kyra merasa Tuhan memberikan bonus  saat menunggu lift, Jeff ternyata ikut bergabung. Di dalam lift, tidak ada yang bersuara. Hanya Kyra yang mencuri pandang lewat kaca pintu lift.

“Aku bawa mobil Kak,” ujar Kyra saat Keenan akan masuk ke mobilnya. “Lalu, untuk apa kamu kesini kalau bisa berangkat sendiri.”

Kyra berdecak, aku mau ketemu kak Jeff batin Kyra. “Maksudnnya aku ikut dengan Kak Keenan lalu mobil aku tinggal di sini aja.” Kyra mendapatkan ide lain untuk besok kembali datang ke Two Season.

“Terserah.”

Dalam hati Kyra bersorak gembira. Keenan mengemudi dengan pelan karena masih berada di area hotel, dia memastikan pandangannya bahkan menatap spion mobil memastikan gadis yang sedang berjalan dan telah dilewati adalah Nana.

Dia terlihat lebih manis tanpa seragam kerjanya.  

\=\=\=\=\=\= ahayyyy, yang sudah khtam Menikahi Pamanmu dan Menikahi Perawan Tua, pasti tau siapa yang dimaksud Oma ... 😉

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!