NovelToon NovelToon

Bertemu Di Senja

awal mula

Bagaimana usia kalian saat menginjak umur 21 ?

Apakah kalian masih sibuk dengan pendidikan kalian?

Dan apakah kalian sibuk dengan cita cita kalian.

Semua itu berbanding terbalik dengan kehidupan gadis dari keluarga Broto ini.

Disaat yang lain sibuk dengan pendidikan dan cita citanya gadis satu ini hanya makan dan tidur tanpa mau melakukan sesuatu.

****

"Yunnaa bangun hey, sudah pagi", ujar wanita paruh baya yang masih terlihat seperti wanita 30 tahunan

"Lima menit lagi, janji deh Tam", ujar gadis yang masih bergulung dengan selimut babi kesayangannya (gambar karakternya ya bukan selimutan pakai babi)

"Tam tam tam mu itu heh, cepet bangun atau mama siram pakai air segayung", ujar wanita itu yang mengaku sebagai mama itu.

Tanpa butuh waktu lama gadis yang di panggil Yunna itu duduk bersila di tempat tidurnya. "Baik nyonya, siap laksanakan", gadis itu langsung ngacir keluar kamar sedang mamanya masih mengomel tak karukaruan.

"Selamat pagi semuanya, anak cantik udah bangun nih", sapa Yunna yang hanya di balas tatapan dua lelaki yang sedang menikmati makanannya dengan tenang.

Merasa tak ada respon gadis itu pun hanya mengerucutkan bibirnya dan duduk di kursi sebelah lelaki yang lebih muda.

"Kenapa cemberut hmmm? Minta kawin?", Ucap lelaki di sebelahnya yang sontak kata katanya membuat Yunna menyemburkan air yang ia minum.

Brrrrr..... (anggap aja suara semburan air yang di minum Yunna)

"YUNNAAAA!!!", teriak dua lelaki itu dengan menatap gadis itu dengan tatapan melotot.

"Ada apa sih pagi pagi sudah teriak teriak?", Ujar mama sambil menuruni tangga

"Yunna itu ma, masak nyembur di baju Tama sih", ucap lelaki sebelah Yunna.

"Tama tu ma, masak nyuruh Yunna kawin sih, kan dia yang lebih tua", kata Yunna yang juga tak mau mengalah.

Pletakk... Suara jitakan mendarat di kepala Yunaa. "Aduuuh sakit ma, kenapa Yunna di jitak?", Protesnya sambil mengusap kepala yang dijitak mamanya itu.

"Kamu itu yang sopan dong sama abang kamu, ngomong gak pernah pakai embel embel mas apa kak gitu. Dia lebih tua kan katamu tadi", timpa mama dengan mata melotot yang hanya membuat Yunna cemberut.

"Sudah sudah, tiap pagi selalu ribut terus. Udah papa mau berangkat dulu. Yunna ingat habis makan mandi kebiasaan kamu itu bangun siang gak mandi dulu kalau sarapan", sepertinya lelaki paruh baya yang menyebut dirinya sebagai papa sudah jengah dengan kegaduhan keluarganya yang di lakukan hampir setiap hari itu.

"Siaaap beeeh", jawab Yunna sambil hormat kepada ayahnya itu.

"Yang sopan manggil orang tu dek", protes Tama.

"Serah gw dong, papa gak marah di panggil babe juga", Yunna yang memang memiliki watak keras kepala ini memang sering bersikap semaunya sendiri. Meski tak jarang tingkahnya malah membuatnya menjadi seperti anak kecil yang menggemaskan.

"Sudah sudah, cepat makannya. Tama kamu kuliah pagi kan, cepat makan dan ganti baju. Dan kamu Yunna habis makan mandi sana", akhirnya mama menjadi penengah dan gak ikutan ribut.

"Iya maa", jawab keduanya kompak.

****

Setelah mandi akhirnya Yunna memutuskan untuk pergi sebentar mencari udara segar.

Tetibanya di sore hari Yunna akhirnya memilih pergi ke pantai karena rumah yang terletak tak jauh dari pantai itu membawa langkah Yunna tertuju ke pantai dekat rumahnya yang tak membutuhkan waktu lama.

"Woooah indah sekali", teriak Yunna dengan girangnya

Tempat dimana dulu empat orang bocah sedang bercanda ria di sana, tiga bocah laki laki dan satu lagi gadis selalu bermain disana. Dimana masa itu yang selalu di rindukan oleh Yunna. Senyum mengenbang di bibir mungilnya saat ia mengingat semua itu.

"Menikah?, Untuk melanjutkan pendidikan saja aku malas, bahkan sebuah cita cita aku tak punya. Lain lagi kalau aku itu tama, dia bahkan mengambil S2 untuk mengejar cita citanya menjadi dokter bedah yang handal. Atau mungkin Reino yang sekarang kuliah karena dia bercita cita menjadi seorang arsitek. Mereka bukan aku, aku tak ingin melakukan itu dan aku hanya ingin jadi bocah kecil yang tetap mendapat kasih sayang keluargaku. Dan aku tak ingin tahu dan tak pernah mau tahu apa itu LUKA", Pertanyaan dan jawaban yang selalu muncul di pikiran Yunna.

Disaat Yunna sedang asyik dengan pikirannya tak sengaja ia melihat seorang laki laki yang sangat familiar untuknya.

"Sepertinya dia tak asing", ujar Yunna sambil melihat lelaki itu dengan lekat.

"Mas Mario", ujarnya lirih. Senyum Yunna Merekah melihat lelaki itu.

"Mas Mariooo", teriak Yunna lelaki itu menoleh dan melambaikan tangannya. Tanpa pikir panjang Yunna berlari kearah lelaki itu dan memeluknya dengan erat.

"Hey, kok nangis sih? Gak seneng ketemu mas?", Tanya lelaki itu

Yunna cemberut dan masih sesenggukan mendongak keatas menatap mata lelaki itu masih dengan mode diamnya, lelaki itu mengusap air mata yang lolos dari mata Yunna dengan ibu jarinya.

"Yunna, udah dong jangan nangis lagi", ucapnya lagi

"Mas kemana aja sih, gak pernah ngabari Yunna. Mas juga udah gak tinggal sama Reino mas yang ngilang. Yunna kan hiks...hiks..", kata Yunna yang gak bisa nerusin ucapannya.

"Maafin mas ya.. mas gak akan ninggalin kamu lagi", ujar lelaki yang di panggil Mas Mario itu.

Yunna hanya mengangguk sambil memeluk Mario dengan erat. Mario mengecup pucuk kepala Yunna dengan sayang.

Krucuk.... krucuk .... (Anggap aja suara perut Yunna lagi minta isi)

Mereka saling beradu pandang, pipi Yunna merona karena suara perutnya. "Mas.. Yunna lapeer", ujar Yunna pada Mario.

"Yaudah, gimana kalau kita makan udang kesukaan kamu", jawab Mario.

"Siap boos, tapi aku yang traktir ya", jawab Yunna dan lari ke salah satu Restoran sambil menarik mario.

Mario atau yang bernama lengkap Mario Algibran itu adalah tetangga Yunna dulu, dia memiliki adik bernama Reino Algibran, mereka berdua sangat dekat dengan keluarga Broto bahkan sudah seperti anak sendiri. Jadi bukan masalah berarti Yunna sering mendapat kecupan sayang di pucuk kepalanya oleh Mario. Bahkan nyonya dan tuan Broto menganggap itu lumrah begitu pula keluarga Gibran sendiri. Sayangnya sudah hampir 2 tahun ini Mario harus bekerja di luar kota. Makhlum dia adalah seorang pengusaha sehingga terkadang dia harus terjun langsung untuk mengatasi masalah yang ada di perusahan atau anak cabang yang ia kelola.

****

Di Restoran tempat biasa mereka berkumpul.

"Bibi juuuung.... Bibi juuung", teriak Yunna

"Jangan teriak teriak malu di liat orang itu", kata Mario memperingatkan

"Ih mas aku kan udah lapar", jawab Yunna sambil mengerucutkan bibirnya.

"Iya mas tau, yang sabar gitu lo Na, kamu udah gede kok masih kaya anak kecil", ucap Mario yang lupa bahwa yang ia hadapi adalah seorang berumur 21 tahun tapi bearasa seperti bocah lima tahunan.

"Ya udah, mas makan sendiri aja sana Yunna udah gak laper mau pulang aja", ucap Yunna yang sudah menunduk untuk menyenbunyikan mukanya yang ingin menangis.

"Aduuuh, maafin mas ya Na, Yunna duduk sana deh biar mas yang pesenin janji gak lama kok", kata Mario mencoba membujuk gadis itu

"Beneran mas? Ya udah Yunna tunggu di tempat biasa", senyumnya sudah mengembang tanda keberhasilan Mario membujuk gadis itu.

"Dia memang cengeng sekali setiap ada kamu", uajr bibi Jung sambil membawa dua mangkuk yang berisi udang, makanan favorit Yunna dan Mario.

"Benarkah bi?, Apa saat aku tak ada dia tak pernah menangis?", Tanya mario yang sedikit penasaran.

"Iya, bahkan saat di sini ada kegaduhan dan tak sengaja ia terkena lemparan gelas dan darah mengucur di kepalanya dia hanya diam sama dan hanya menyeka darah di dahinya. Seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan", kata bibi Jung panjang lebar.

Belum sempat Mario bertanya lagi, bibi jung sudah mengisyaratkan agar dia lekas menemui gadis itu sebelum ia menangis dan membuat pembeli di tempat bibi jung lari semua seperti 3 tahun lalu.

"Lama menunggu Nona?", Suara Mario yang mengagetkan Yunna yang memandang pantai

"Mas Mario ngagetin ih", ujar gadis itu.

"Ya sudah ayo makan"

"Siap", dan akhirnya mereka makan bersama di selingi senda gurau yang membuat mereka tertawa.

Selesai makan mereka menuju kasir.

"Aku yang traktir mas", ucap Yunna

"Berapa bibi Jung?", Tanya Yunna ke bibi Jung

"Seratus lima puluh tiga ribu", kata bibi jung. Yunna pun merogoh tas kecil yang ia bawa tapi sialnya dia lupa mengambil dompet yang ada di atas meja kamarnya.

"Yaaah kok gak ada sih, bii ngutang dulu ya", sambil menampilkan cengiran khas nya Yunna pun beraksi dan berharap bibi jung mau mengabulkan niatnya ngutang.

"Kamu itu selalu saja begitu", kata bibi jung dengan mata malas.

"Ini saja, pakai dulu pin nya masih sama", ujar Mario sambil memberikan kartu Atm pada Yunna.

"Kok gak mas ganti sih?", ujar Yunna bertanya meminta kejelasan.

"Yang gampang di hafalin, ya udah kamu bayar dulu mas mau ke toilet", timpa Mario lalu meninggalkan Yunna.

Yunna pun membayar dengan Atm Mario setelah membayar Yunna menunggu Mario di depan pintu restoran tapi sudah hampir satu jam lebih Mario juga tak menampakan batang hidungnya. Lalu satu notifikasinya muncul sebuah chat dari Mario.

Mas Mario

*ada hal yang harus aku urus.

Kau bawa dulu saja Atmnya.

Hati hati kalau pulang 😘😘

**aku***

Iya mas, Yunna hati hati kok 😊

Yunna menaruh Hp nya

"Apa apaan sih main tinggalin aja", ucap Yunna .

"Menyebalkan"

Pertemuan

Yunna Pov

Aku berjalan dengan langkah sebal menuju rumahku, ada rasa jengkel disana. Disaat aku benar benar dalam situasi yang cukup tak terkendali, dia datang kembali. Dan saat  aku mulai menikmati ini kau hanya sekedar mampir mirip mimpi.

Aku sampai di depan rumah, seperti biasa jika aku pergi sendiri dan saat jam menunjukan pukul sembilan malam aku belum pulang maka sudah di pastikan nyonya besar akan menjaga pintu rumah. Aku tahu mungkin karena aku anak gadis dan aku pula yang masih tetap meminta dimanja dan dianggap bocah di keluarga ini. Aku menghembuskan nafasku lalu aku berjalan mendekatinya yang sudah melotot dan bersiap mengomeliku.

"Ya ampun Yunna, kamu itu dari mana jam segini baru pulang?", Tanya mama

"Yunna dari pantai kok ma, dari restoran bibi jung beli udang", jawabku

"Lololo kok lesu gini anak gadis mama?, Bukannya habis makan udang? Kok cemberut?", Tanya lagi seperti mengetahui gelagatku

"Yunna capek ma, mau ke kamar aja ya", jawabku lalu berlalu

"Eeeh tunggu, hey kamu kenapa? Yunna hey?", Teriak mama lalu mengikuti masuk ke rumah. Aku tak ada niat menjawab semuanya. Ya aku Yunna gadis 21 tahun yang masih memiliki pemikiran anak anak ini bisa begitu susah hanya di tinggal lelaki yang sebenarnya hampir 4 tahun ini yang mengisi sebagian dari hatiku.

"Cie yang habis ketemu sama kang masnya lagi", suara Tama tiba tiba mengagetkanku

"Apaan sih lu, sok tau banget. Sana minggir", perintahku karena Tama menghadang jalanku.

"Eh kamu habis ketemu siapa?", Mama ternyata masih setia di belakangku dan mendengar yang tama ucapkan. Jiwa emak emak memang begitu apalagi mamaku ini tipikal orang yang memiliki kadar ingin tahu yang luar biasa apalagi tentang gosip maupun perkembangan asmara anak anaknya.

"Kenalin ke mama dong sayang, apa sekalian suruh orang tuanya datang kesini gih biar kita bisa bahas pernikahan kalian gimana?, Gak sabar mama tu punya mantu terus dapet cucu deh bener gak pa?", Ucap mama panjang lebar yang hanya mendapat anggukan dari papa. Sedangkan aku? Aku hanya memutar bola mataku dan berlanjut jalan menuju kamarku. Aku tak menghiraukan mereka yang memanggil maupun menggodaku. Namun suara mereka berhenti setelah aku menutup pintu dengan membantingnya dengan keras.

"Dasar menyebalkan!!!!, Aku benci kamu benciii sekali", ucapku dengan menutupi mukaku dengan bantal. Ditengah kegelisahan dan pikiran yang begitu uring uringan sebuah notifikasi hp ku membuyarkan kemurkaanku. Ku lihat siapa  yang tengah mengirim pesan untukku. Ternyata dia, lelaki yang bak malaikat datang lalu menghilang tanpa jejak.

Mas Mario

Kamu marah?

Maafin aku ya?

Aku gak marah kok mas 😊

Read

Bohongkan? Mas tau

Kamu sedang bohong kan?

Mas janji besok mas pulang

Mas janji 😘😘

Iya mas, oh iya mas yunna  tidur

dulu udah ngantuk soalnya

Bye 😊😊

Read

Aku membanting hpku ke kasur, dan akhirnya aku lebih memilih mengurung diriku di kamar mandi. Mungkin saja aku butuh berendam untuk waktu yang lumayan lama. Aku benar benar lelah hari ini.

"Padahal ini adalah kali pertamanya kita bertemu setelah dua tahun kamu pergi mas", ucapku sembari menghembuskan nafas berat.

"Jika boleh jujur dengan keadaan, aku tak ingin hanya kau anggap sebagai adikmu", ujarku lalu

"Yunna sadar, kamu gak ada apa apanya sekarang. Kamu hanya adik buat dia", ujarku sambil menunduk.

Setelah selesai membersihkan diri dan pikiranku, aku berjalan menuju meja belajar yang mungkin sudah hampir 4 tahun tak pernah ku jamah. Aku mengambil sebuah album foto di sana, terlihat empat orang disana.

Tanpa ku sadari aku tersenyum sendiri membayangkan masa itu, masa di mana aku, Mas Mario, Tama dan Reino sedang membuat api unggun di dekat pantai. Kami tertawa disana dimana pertama kali aku mendapatkan sebuah rasa nyaman yang berlebihan dari seorang yang tak pernah aku sadari dan harapan.

Dirimu

Dirimu adalah rasa tersulit yang selalu aku alami

Tak ingin berharap namun masih ingin disini

Menunggu kepastian darimu

Adalah hal yang tak kunjung pasti

Aku sakit, merasa bodoh dalam rasa cinta ini

Dirimu satu satunya hal yang ingin aku lupakan

Namun denagan tiba tiba kau datang tanpa perasaan

Meninggalkanku lagi dengan beribu rasa kesakitan

September, 2019

Ku tutup bukuku, aku mulai menatap langit kamarku, rasanya begitu lelah. Ku putuskab untuk berbaring di ranjang kamarku, ku ingin terpejam dan tergaja dalam tidurku. Namun bayangan Mas Mario selalu menghampiri. Lalu aku teringat tentang kartu Atm yang aku bawa.

"Apa lebih baik aku kembalikan saja besok kerumah mami aja?", Kataku sambil berpikir.

"Gak ada salahnya juga kan, lagian ini kan atm mas Mario aku juga gak berhak bawa", akhirnya ku taruh kartu atm mas Mario di dalam tas dan aku melanjutkan pergi tidur.

"Mas, Yunna boleh tidur kan? Jangan muncul terus Yunna gak bisa tidur kalau mas muncul terus di pikiran Yunna", ucapku yang tak terasa sudah mulai terlelap.

Pov  Normal

Pagi datang dengan kiacau burung menyapa Yunna, namun hari ini Yunna tidak seperti biasanya. Jika dalam rutinitas biasanya suara merdu mama akan membuat gaduh pagi hari untuk membangunkan Yunna, maka hari ini adalah hari berbeda. Yunna bahkan sudah siap di ruang makan menyantap roti selasi coklat dan segelas jus alpukat. Semua menatap yunna dengan heran dan saling bergantian melempar pandangan. Akhirnya mamapun yang sudah tak nyaman dengan situasi hening pun bertanya pada Yunna.

"Sudah cantik mau kemana", tanya mama

"Mau kerumah Mami mah", ucap Yunna sambil mengunyah makanan.

"Lo ngapain kesana?, Mau nyari Reino?", Giliran Tama yang bertanya

"Enggak kok. Mau main aja kesana", jawabku lagi.

"Mending kalau mau ketemu Reino lu suruh dia kesini aja. Gak usah kesana", balas Tama tanpa menoleh ke arah Yunna

"Suka suka Yunna ih", jawab Yunna sewot.

"Yang penting gw udah peringatin elu dek", bisiknya yang hanya di tanggapin acuh.

"Udah udah makan dulu sana, nanti kalau kamu kerumah Mami. Mama titip ya, bawain kue yang ada di atas meja itu buat Mami", kata mama

"Iya maah"

****

Yunna berjalan menyusuri jalan menuju rumah kediaman Keluarga Gibran. Tak terasa langkah kakinya telah sampai di depan rumah kelaurga Gibran. Akhirnya Yunna pun mengetuk pintu dengan Muka ceria

Toktoktok....

Sebentar teriak seseorang dari dalam rumah setelah pintu di buka.

"Mamih.. ini ada titipan kue dari mama", cuap Yunna sebelum menoleh ke arah siapa yang membuka pintu.

"KAMU??!!", ucap Yunna dan orang itu secara bersamaan.

masa lalu

"kamu, adalah satu hal yang ingin sekali aku tenggelamkan bersama luka yang pernah ada"

...

"KAMU??!!", ucap Yunna dan orang itu secara bersamaan.

"Ada siapa Ris?", Suara Nyonya Gibran yang biasa di panggil mami oleh Yunna terdengar dari dalam rumah, lalu keluar menemui dua anak manusia yang saling beradu pandang itu.

"Eh yunna anak mami, tumben main kesini. Masuk dulu yuk", ujar mami yang membuyarkan kefokusan mereka berdua.

"Iya mi, ini ada titipan dari mama buat mami", ujar yunna sambil memberikan bingkisan sebuah toples kue kering.

"Bilangin terimakasih ya sama mamamu. Baik banget deh udah lama juga mami gak kesana ayuk masuk dulu", ajaknya lagi.

Dengan langkah yang tidak ikhlas akhirnya Yunna masuk ke dalam rumah itu. Masih dengan pikiran yang berkecamuk setelah emapat tahun dia tak pernah melihat orang itu akhirnya tuhan mempertemukannya kembali. Seorang wanita yang telah membuat jarak antara Yunna dan Mario semakin bertambah lebar.

"Duduk sini dulu ya, mami buatin minuman dulu ya", ujar mami dan berlalu ke dapur.

"Mba sejak kapan disini?", Tanya yunna sambil menunduk.

"Barengan sama Mario, tadi malem aku nginep sini", ujar wanita itu.

"Mba gak bawa baju ganti?, Itu kemejanya mas Mario kan?", Tanya yunna melihat kemeja warna putih yang dulu juga pernah yunna pakai saat bermalam di pantai bersama Mario Reino dan Tama

"Waah kamu hafal banget ya", ujarnya sambil tersenyum.

"Waah asyik sekali ngobrolnya", ujar mami sambil membawa nampan berisi teh dan cemilan.

"Mii, yunna pulang dulu ya, ada urusan", ujar yunna cepat setelah mami mendaratkan dirinya di tempat duduk.

"Kok buru buru sekali sih sayang?", Ucap mami.

"Iya, kenapa yunna cepat sekali pulang, padahal kita baru ngobrol", ujar wanita di samping mami.

"Lain kali yunna kesini lagi mi, yunna pamit ya", ujar yunna tanpa menjawab perkataan wanita lain di sana. Yunna langsung mencium tangan mami, dan bergegas keluar rumah itu.

Tak jauh saat Yunna hampir sampai di depan pintu yunna berpapasan dengan Reino.

"Yunna, kok kamu ada disini?", Tanya Reino

"Nganter kue, a a ku balik dulu", ujar yunna menunduk untuk menyembunyikan mukanya. Reino paham betul apa yang telah terjadi.

"Aku antar pulang", jawab Reino sambil mengandeng tangan Yunna.

***

Tak ada pembicaraan di perjalanan pulang sampai akhirnya Reino yang tak betah dengan sebuah kesunyian itu pun akhirnya bersuara.

"Kau tak mendengarkan perkataan tama ya? Dasar keras kepala", ujar Reino tanpa menoleh dan kata kata Reino akhirnya membuat Yunna mengangkat kepalanya.

"Jadi elu yang nyuruh bang Tama?", Tanya Yunna dengan mata yang sudah berkaca kaca ingin menangis.

"Aku tau, kamu pasti belum siap ketemu nenek lampir itu kan? Aku udah nyuruh mas Mario buat pulangin si nenek lampir, tapi kamu tahu sendirikan gimana mulutnya wanita itu, bisa banget", jawab Reino.

"Apa dia tidur satu kamar sama Mas Mario?", Tanya yunna lagi.

"Dia memang tidur di kamar Mas Mario, makanya dia memakai kemejanya mas Mario", ucap Reino dan tanpa sadar air mata Yunna keluar lagi, entah lah semenjak bertemu lagi dengan Mario Yunna menjadi sering sekali menangis. Reino yang melihat air mata yunna pun akhirnya berhenti.

"Hey, kok elu nangis sih?", Tanya Reino

"Berarti mereka tidur sekamar dong? Hiks. . .Hiks. . .", Tangis Yunna.

"Dasar bocah, dia cuma tidur di kamar mas.  Nah mas kesayanganmu sejagat raya itu numpang di kamar gw, makanya kalau orang cerita tu di dengerin. Seneng banget nangis", jelas Reino.

"Lu sih ngomongnya gitu, bikin gw salah pikir aja", timpa yunna sambil menyeka air matanya.

"Ada yang aku ingin tanyain, kita ke kedai ice cream dekat pantai situ yuk", ajak Reino dan di balas anggukan oleh yunna.

Sesampainya di kedai ice cream Reino memesan dua cup ice cream rasa coklat untuk dia dan yunna.

"Lama banget sih Rein, lu pesen ice cream apa ngecengin mba kasir", goda yunna.

"Berisik tau gak suara elu, nih punya elu", jawab Reino sambil memberikan satu cup ice cream pada yunna.

"Hehe makasih Reino Algibran", senyum mulai terkembang di bibir yunna.

Sambil berjalan di tepi pantai mereka tertawa mengingat masa saat mereka berempat bermain disana.

"Yunna..", ucap Reino yang membuat gadis yang ia panggil menoleh kearahnya.

"Boleh enggak aku mendengar cerita darimu, soal kejadian kau di tampar Mario saat kau sedang bersama si Riski nenek lampir itu", tanya Reino dengan nada sedikit pelan. Ada rasa tak enak melihat perubahan muka Yunna.

'apa ini aku sudah siap untuk menceritakan semuanya', batin yunna

Riski adalaha gadis cantik, anggun baik dan terlihat dewasa. Dan menurut Yunna itu hanya topeng belaka. Riski adalah kekasih Mario waktu itu dan kedatangan Riski adalah jembatan panjang yang membuat jarak antara Mario dan Yunna.

Yunna menghembuskan nafas berat.

"Apa kau siap mendengarnya?, Apa kau akan percaya padaku?, Atau kau juga akan menjauh dariku seperti Mas Mario dulu?", Tanya Yunna dengan serius

"Jika kau tak keberatan,aku ingin tahu darimu karena ada rasa bersalah saat aku hanya diam saja tanpa tahu siapa yang harus ku bela", ujar Reino.

"Lebih baik kau tak usah tahu saja, hehehe", ucap Yunna, jelas sekali dia menyembunyikan kecewanya.

"Ku mohon, beri tahu aku. Aku benar benar resah akan hal 4 tahun lalu itu", kata Reino memohon.

Saat asyik mengobrol mereka sampai tak menyadari ada seseorang yang terus mengamati mereka.

"Empat tahun lalu, khususnya dirumah mu saat papi sama mami sedang keluar kota untuk bisnisnya.

Aku masih disana, saat kau dan tama belum pulang waktu itu. Aku sedang duduk di kursi meminum jusku sambil menonton tv, tiba tiba si Riski nenek lampir itu datang dan menjambak rambutku, masih aku ingat betapa sakitnya waktu itu. Apalagi kata katanya", akhirnya cerita yunna.

"Lalu apa yang ia katakan?", Tanya Reino yang di buat penasaran.

"Dia bilang untuk aku menjauhi Mas Mario, karna sebagaimana aku mencoba mendekati mas Mario dialah prioritas yang utama ketimbang diriku", imbuh Yunna.

"Aku tahu dia memang berkata benar, aku memang bukan apa apa kan? Dia datang saat dia merasa kesepian atau butuh sesuatu saja padaku", ujar Yunna.

"Kau tahu?, Dia masih menjambak rambutku, saat suara Mas Mario datang, dia memegang tanganku dan menumpahkan jusku di mukanya seolah olah aku yang memulai, dia mengaduh memegang rambutnya, aku hanya bisa memandangnya sambil bertanya apa yang kau lakukan?, Dan dia tiba tiba menangis lalu mengelap mukanya yang terkena tumoahan jus. Saat mas Mario datang kau tau lah apa yang nenek lampir itu katakan padanya. Meski aku menjelaskan semuanya pun Mas Mario gak mau dengerin aku", cerita Yunna sambil menangis.

"Heey, jangan menangis aduuuh nanti aku di kira ngapa ngapain kamy lagi", ujar Reino menenangkan Yunna.

Sedang seseorang dari kejauhan hanya menatap kearah mereka.

"Haruskah aku hanya melihat?", Ujar seseorang dari kejauhan itu.

"Ayo pulang, aku harus pergi sebentar lagi", ujar Reino.

"Kau duluan saja aku masih ingin di sini, mataharinya pasti cantik", jawab Yunna yang pada dasarnya ia pikir salah besar menceritakan pada Reino yang hanya diam saja setelah ceritanya usai. Tapi ada kelegaan yang ia dapatkan setelah bercerita.

"Ayo pulang, aku benar benar akan terlambat", ucap Reino lagi.

"Sudahlah pergi sana, mba kasir di kedai sebentar lagi sudah keluar", jawab yunna yang malah merebahkan dirinya di pasir pantai.

"Darimana kau tau? Heeh bocah jawab", Reino di buat semakin penasaran.

"Tanyakan saja sendiri, sudah sana", jawab Yunna.

"Kau jangan pulang larut malam ingat", perintah Reino. Yang pernah suatu hari dua keluarga sedang sibuk mencar Yunna, dan dia malah asik bermain di pinggir pantai tanpa ingat waktu.

"Iyaa baweeel", jawab yunna yang malah memejamkan matanya. Dia sudah tak mendengar suara Reino pikir Yunna mungkin Reino sudah pergi.

Ia masih menikmati sapuan angin membelai wajahnya matanya masih terpejam merasakan sinar matahari yang mengenai wajahnya. Tapi, tiba tiba cahaya itu tak mengenainya lagi. Dan dia merasakan ada seseorang yang tengah duduk disampingnya yang menghalangi cahaya sinar matahari dari wajahnya.

"Kenapa kembali lagi sih Rein? Sudah sana jangan membuat orang lain menunggu. Aku baik baik saja disini dan akan pulang tepat waktu", ujar Yunna panjang lebar tetapi tidak di jawab sama sekali oleh manusia di sampingnya.

Perlahan ia membuka matanya Dan alangkah terkejutnya Yunna melihat siapa yang berada di sampingnya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!