Naya Reynita adalah gadis cantik yang harus bekerja keras untuk menghidupi kebutuhannya sendiri setelah orangtuanya meninggal. Harta yang orangtuanya tinggalkan telah dikuasai oleh paman dan keluarganya. Naya bisa tetap tinggal dirumah itu asalkan dia bekerja dirumah itu dan dia untuk kuliah juga harus mencari biaya sendiri karena pamannya tak ingin menanggung biaya kuliahnya.
Bagi Naya bisa tinggal dirumah peninggalan orangtuanya itu sudah cukup karena rumah itu banyak kenang-kenangan dirinya dan orangtuanya. Walau setiap pagi dia harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah dia rela. Untuk membiayai kuliahnya dia bekerja disebuah cafe yang untungnya tak melarang dia untuk tetap kuliah.
"Nay, mana sarapannya?"teriak tante Sarah.
"Ini tante sarapannya."kata Naya.
"Hanya nasi goreng mana sarapan yang lainnya?"tanya Reyna.
"Maaf Rey tadi aku kesiangan bangun dan gak sempat ke pasar sedangkan bahan makanan yang ada dikulkas habis."kata Naya menjelaskan.
"Kamu bisa gak pintar dikit, sudah tau kalau bahan makanan habis kenapa kemarin gak beli saat pulang kerja."kata Reyna.
"Maaf Rey kemarin aku lupa jika bahan makanan dikulkas habis."kata Naya.
"Dasar bodoh, kali ini aku maafkan lain kali jangan harap."kata tante Sarah.
"Iya maaf tan."kata Naya.
"Ada apa ini kok ribut pagi-pagi?"kata om Dito yang baru datang ke meja makan.
"Nih, liat ponakan kamu, disuruh masak saja gak becus. Masak kita hanya sarapan nasi goreng saja pa, 'kan gak ada gizinya."kata Reyna.
"Memangnya gak ada bahan makanan lagi Nay dikulkas?"kata om Dito.
"Bahan makanannya habis om, Naya tadi bangun kesiangan jadi gak sempat beli ke pasar."kata Naya.
"Halah bilang saja kamu malas."kata Reyna.
"Ya sudah nanti pulang kerja atau besok pagi kamu belanja, uang yang om kasih masih adakan?"kata om Dito.
"Masih kok om."kata Naya.
"Ya sudah ayo kita makan."kata om Dito.
Mereka semua sarapan bersama setelah itu berangkat beraktifitas masing-masing. Reyna dia masih kuliah sama seperti Naya tapi bedanya semua biaya kampus dibiayai oleh orangtuanya. Dia juga diberi fasilitas yang seharusnya itu milik Naya tapi malah direbut oleh Reyna termasuk mobil kesayangan Naya hadiah ulang tahun dari papanya tahun lalu.
Sampai kampus Naya langsung masuk kelas, dikampus Naya dikenal sangatlah pendiam tapi beda dengan Reyna yag selalu membuat masalah. Untung saja Naya memiliki sahabat yang selalu membelanya dan selalu menemaninya sejak dulu jadi Naya tak terlalu sedih.
"Nay, nih kerjain tugasku."kata Reyna.
"Eh kamu gak bisa ngerjain sendiri apa?"kata Dini.
"Sudah kamu gak usah ikut campur deh, mending kamu kerjain tugas kamu sendiri."kata Reyna.
"Eh gimana aku bisa diam kalau kamu gangguin sahabatku terus."kata Dini.
"Sudah din, iya aku selesaiin tugas kamu nanti."kata Naya mengalah karena tak mau ribut dengan Reyna.
"Gitu dong daritadi, aku gak perlu buang-buang waktu."kata Reyna yang langsung meninggalkan tempat itu bersama teman-temannya.
"Nay, kamu kok mau sih disuruh-suruh sama mak lampir itu?"kata Dini.
"Sudah gak papa, aku malas ribut."kata Naya menangkan Dini.
"Kamu itu terlalu baik tau sampai-sampai diinjak-injak sama Reyna."kata Dini yang kesal dengan Naya yang terlalu mengalah dengan Reyna.
"Sudahlah ayo kita ke perpus setelah itu aku mau ke cafe."kata Naya.
"Kamu ngapain sih kerja keras banget Nay?"kata Dini.
"Kamu tau sejak orangtuaku meninggal aku harus memenuhi kebutuhanku sendiri sedangkan harta peninggalan orangtuaku dikuasai oleh om Dito. Buat biaya makan dia kasih tapi buat biaya kuliah dia gak memberi."kata Naya.
"Kamu kok kasian sih Nay, kamu yang sabar ya. Aku yakin kamu bisa sukses tanpa bantuan mereka dan akan buat mereka menyesal."kata Dini.
"Sudah ayo kita ke perpustakaan."kata Naya.
Mereka berdua langsung berjalan ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen tadi.Beda lagi diperusahaan Atmajaya grup, Gabriel marah besar dengan karyawannya karena desain yang dia buat selama beberapa bulan ini dicuri oleh saingan bisnisnya.
"Kalian bisa kerja gak sih?"kata Gabriel.
"Maaf tuan muda."kata karyawan senior.
"Minta maaf, memang apa salah kamu?"kata Gabriel dingin.
"Saya dan tim larai sehingga desain yang akan kami presentasikan dicuri oleh saingan kita."kata karyawan itu.
"Oh jadi sekarang baru menyesal, kemarin-kemarin bagaimana kamu menyimpannya ha?"kata Gabriel membuat semua orang tertunduk.
"Maaf tuan muda kalau saya lancang."kata karyawan baru.
"Ada apa? Kamu mau bilang apa?"kata Gabriel.
"Aku yakin desain kita ini dibocorkan oleh salah satu karyawan kita sendiri."kata karyawan baru.
"Itu tugas kalian buat cari tau siapa yang sudah berani membocorkan desain kita, kalau aku sampai tau maka habis karyawan itu ditanganku."kata Gabriel.
"Lalu sekarang apa yang akan tuan muda lakukan? Presentasinya hanya tinggal sebentar lagi."kata Nuno.
"Nanti aku pikirin, kalian juga mikir jangan malah berpangku tangan sekarang kalian bubar. Aku kasih waktu 3 jam untuk mencari ide baru."kata Gabriel.
"Tapi tuan itu terlalu cepat."kata karyawan senior.
"Kamu mau aku pecat atau mikir 3 jam, sudah untung masih aku kasih waktu daripada kalian semua aku pecat."kata Gabriel.
"Baik."kata karyawan itu.
"Sudah bubar sekarang gak usah buang-buang waktu lagi."kata Gabriel yang membuat semua peserta rapat langsung keluar dari ruang rapat.
Bagi mereka tuan muda kalau marah menakutkan, dulu tuan besar memang marah kalau ada masalsh dengan proyek yang mereka tangani tapi berbeda dengan tuan muda mereka ini selain dingin dia juga tak mau pandang bulu.
"Kamu menakuti mereka El."kata Nuno.
"Lalu aku harus lembut sama mereka, mereka kalau gak digituin aku yakin pasti mereka akan ungkang-ungkang kaki dan kita yang akan pusing sendiri mencari solusi.
"Iya aku tau tapi waktu 3 jam itu gak terlalu cepat ya?"kata Nuno.
"Itu sudah cukup, kita hanya punya waktu 2 hari untuk mematangkan desain."kata Gabriel.
"Baiklah, aku ikut saja."kata Nuno.
"No, nanti malam carikan aku kayak biasanya."kata Gabriel.
"Kamu yakin?"kata Nuno yang gak mengerti dengan tuan mudanya ini katanya dia pusing tapi tetap saja urusan ranjangnya dia tak akan lupa.
"Aku mau cari hiburan, ingat aku gak mau perempuan yang sama kayak kemarin."kata Gabriel.
"Baik, aku akan suruh anak buah kita cari."kata Nuno.
"Awas saja kalau sampai perempuan itu perempuan yang pernah aku tiduri, aku potong gaji kamu kalau perlu barang kamu juga aku potong."kata Gabriel.
"Wah jangan dong, kalau kamu potong adikku bagaimana dengan istriku nanti?"kata Nuno.
"Biar saja daripada dia dapat barang bekas."kata Gabriel.
"Memangnya kamu gak?"kata Nuno.
"Aku beda No, kamu tau sendiri aku gak mungkin punya keturunan karena dokter sudah mevonis kalau aku mandul."kata Gabriel sambil menghera nafasnya.
"Kenapa kamu gak periksa ke dokter lain?"kata Nuno.
"Biar saja, aku malah bersyukur karena aku bisa bebas meyemprotkan spermaku didalam gak takut kalau perempuan yang aku tiduri itu akan hamil."kata Gabriel.
"Baiklah terserah kamu."kata Nuno.
"Ingat jangan sampai perempuan yang sama dan tolong periksa apa dia sehat atau tidak?"kata Gabreil.
"Baik tuan muda, apa ada lagi?"kata Nuno.
"Sudah pergi sana, oh ya nanti kalau sudah wakutnya meeting lagi kabari aku."kata Gabriel.
"Baik tuan muda."kata Nuno yang langsung pergi dari ruangan Gabriel.
'Untung saja gaji disini besar kalau tidak mungkin aku sudah gak betah bekerja disini.'batin Nuno sambil berjalan keluar.
"Jangan ngelunder dibelakangku, aku tau isi hati kamu."kata Gabriel.
"Aku tak mengumpat tuan muda."kata Nuno yang langsung berjalan cepat agar bisa keluar dari ruangan itu karena punggungnya terasa panas pasti tuan mudanya itu sedang memandangnya dengan tatapan tajamnya. Nuno menghera nafas lega saat sudah berada diluar ruangan Gabriel.
"Kamu kenapa No?"tanya Sari.
"Aku gak papa kok."kata Nuno menyembunyikan rasa takutnya pada Sari dia tak mau jika Sari tau kalau dia sedang menghindari tatapan tuan muda didalam.
"Kamu yakin tapi aku liat kamu kok kayak habis dikejar hantu?"kata Sari.
"Perasaan kamu saja itu ya sudah aku mau kembali ke ruanganku dulu."kata Nuno.
"Iya sana daripada nanti tuan muda marah kalau liat kamu masih disini."kata Sari yang tau bagaimana sifat atasannya itu.
Gabriel sendiri setelah kepergian Nuno langsung saja fokus dengan pekerjaannya tadi yang sempat tertunda karena mengikuti meeting tadi. Saat dia sedang fokus dengan pekerjaannya mamanya datang Gabriel tidak tau.
"Sar, putraku ada?"kata mama Tari.
"Tuan muda ada didalam nyonya."kata Sari.
"Ya sudah kalau gitu aku masuk dulu, makasih ya."kata mama Tari.
"Iya nyonya."kata Sari.
Sari berpikir kenapa tuan mudanya sangat dingin beda dengan mamanya yang selalu hangat pada orang lain. Tuan besar juga dingin tapi tak sedingin tuan mudanya, tuan besar masih ada senyumnya sedangkan Gabriel sangat-sangat dingin dan malah tak pernah tersenyum sedikitpun.
"El, mama mau bicara sama kamu?"kata mama Tari saat berada didepan putranya itu.
"Ada apasih ma?"kata Gabriel yang merasa terganggu karena mamanya datang.
"Kamu ni ya kapan sih mau cariin mama menantu?"kata mama Tari.
"Ma aku masih belum terpikirkan kesana dan lagi aku masih belum ingin terikat aku mau bebas ma."kata Gabriel.
"Bebas apa? Bebas setiap malam bergonta ganti perempuan?"kata mama Tari.
"Ma itu salah satu hiburan bagiku yang terpenting aku gak merusak anak gadis orang."kata Gabriel.
"Apa kamu gak bosan hidup kayak gini El? Mama saja yang liat sdah pusing dengan tingkah kamu ini."kata mama Tari.
"Ma, nanti kalau El siap pasti akan kenalkan ke mama."kata Gabriel.
"Kapan El, kapan kamu tinggalkan kehidupan bebas kamu ini. Apa kamu gak takut jika suatu saat ada seorang perempuan yang mendatangi kamu dan bilang kalau dia hamil anak kamu?"kata mama Tari.
"Ma tenang saja, aku main aman kok."kata Gabbriel meyakinkan mamanya.
"Mama khawatir sama kamu El."kata mama Tari.
"Mama sebenarnya kesini mau ngapain kalau hanya mau membahas soal itu lebih baik mama pergi cari papa sana. Aku sedang sibuk sekarang."kata Gabriel mengusir mamanya karena dia merasa terganggu.
"Kamu mengusir mama El."kata mama Tari dengan nada tinggi dan kesalnya.
"Ma, El benar-benar sibuk sekarang."kata Gabriel.
Saat mereka sedang berdebat Nuno masuk ke dalam ruangan, Nuno yang baru masuk langsung terkejut karena tuan mudanya sedang berdebat sedangkan ibu dan anak itu langsung memandang kearah Nuno. Membuat Nuno takut karena tatapan mereka adalah tatapan membunuh.
"Ada apa No?"tanya mama Tari.
"Saya mau kasih tau tuan muda jika tuan muda sudah ditunggu diruangan meeting."kata Nuno.
"Makasih No, sudah mengingatkanku."kata Gabriel.
"Bukannya tadi sudah meeting El?"kata mama Tari yang tau jika tadi pagi mereka sudah meeting.
"Iya nyonya tadi memang sudah meeting tapi tak menemukan titik temu dalam masalah yang sedang dihadapi."kata Nuno.
"Memang ada masalah apa kok gak bisa langsung diselesaikan tadi?"kata mama Tari yang penasaran.
"Desain yang akan kita presentasikan dua hari lagi telah dicuri saingan bisnis."kata Nuno membuat mama Tari terkejut.
"Mama yakin ini bukan pencurian biasa."kata mama Tari.
"Maksut mama bagaimana?"kata Gabriel.
"Pasti ada karyawan kita yang bekerja sama dengan mereka, El kamu harus selidiki ini dengan benar kalau perlu kamu laporkan ke pihak yang berwajib agar tidak ada lagi Karyawan yang melakukan kecurangan."kata mama Tari.
"Iya aku akan usut tuntas masalah ini, kalau gitu aku mau keruangan meeting dulu ma."kata Gabriel.
Gabriel sibuk dengan masalah yang terjadi dengan perusahaannya beda lagi dengan Naya yang sedang sibuk bekerja melayani tamu yang datang ke cafe tempat dia bekerja. Saat waktunya pulang dia akan diantar oleh managernya karena hari akan hujan tapi Naya menolak. Dia hanya nabeng managernya sampai halte bus tempat baiasanya dia menunggu bus. Tanpa sadar jika malam ini adalah malam yang akan merubah hidupnya.
Anak buah Gabriel yang ditugaskan untuk mencari perempuan untuk menemani Gabriel malam ini tanpa sengaja melihat Naya keluar dari dalam mobil managernya. Mereka berpikir jika Naya adalah perempuan panggilan makanya mereka membius Naya hingga dia pingsan. Perempuan yang sudah mereka sewa tak bisa datang karena mengalami kecelakaan makanya saat melihat Naya mereka tak sia-siakan daripada kena marah oleh tuan muda.
Naya langsung mereka bawa kesebuah hotel, mereka juga memberikan obat kepada Naya karena mereka berpikir dengan obat itu Naya akan melayani tuan muda dengan baik sebab tadi dia pasti sudah melayani orang yang menurunkannya dihalte bus tadi. Gabriel yang diberitau jika perempuannya sudah berada didalam kamar hotel langsung saja meluncur menuju hotel karena dia sudah gak sabar menikmati hiburannya malam ini. Tapi saat Gabriel masuk kamar ternyata Naya sudh mengeliat seperti cacing kepanasan. Gabriel langsung saja mendekati makam malamnya itu.
"Tolong aku, panas."kata Naya.
"Sabar sayang, aku baru datang kita saling kenal saja dulu."kata Gabriel.
"Aku mohon tolong aku panas."kata Naya sambil mencium bibir Gabriel liar membuat Gabriel tersenyum menyeriangai.
"Ternyata kamu sudah gak sabar ya sayang."kata Gabriel sambil membelai punggung Naya yang membuat Naya mendesah.
"Aku mohon lepas panas."kata Naya.
"Apa yang dilepas sayang? Apa begini."kata Gabriel sambil mencium leher Naya.
Gabriel melihat wajah Naya sangat menikmati itu langsung saja melepas semua pakaian yang ada ditubuh mereka. Dia sudah gak sabar melakukan penyatuan dengan perempuan yang sudah mengodanya ini. Saat dia melakukan penyatuan Gabriel merasakan jika dia telah menyobek sesuatu.
"Augh sakit."kata Naya.
"Shiit kamu masih perawan."kata Gabriel tapi Gabriel tak bisa menghentikan penyatuan itu karena dia sudah tak sabar untuk melakukan pelepasanan.
Malam itu entah berapa kali Gabriel melakukan penyatuan karena dia merasakan jika tubuh perempuan yang ada disampingnya ini sudah menjadi candunya. Kalau Gabriel tak kasian saat melihat wajah kelelahan Naya mungkin dia tak akan menghentikan kegiatannya. Dia akhirnya memutuskan tidur disamping perempuan itu dengan memeluknya erat karena biasanya Gabriel akan meninggalkan perempuannya saat sudah puas dengan pasangannya tapi entah kenapa dengan perempuan yang malam ini menemaninya dia merasakan candu ingin selalu menyentuhnya.
Keesokan harinya saat Naya bangun badannya sangat letih dan bagian bawah terrasa nyeri saat dia bergerak. Tapi ada yang lebih mengejutkan Naya adalah ada tangan melingkar memluknya erat membuat Naya langsung menghadap kesamping. Disampingnya ada seorang laki-laki tampan yang tak dikenal sehingga ingatan Naya kembali saat malam dihalte dan dia langsung menyadari jika dia telah kehilangan sesuatu yang selama ini dia jaga dengan baik tapi telah direnggut oleh seseorang yang tak dikenal.
Naya langsung mengambil baju dan tasnya untung saja tasnya ada disana jadi dia tak bingung bagaimana dia akan pulang. Dengan menahan rasa perih dibagian bawahnya dia keluar dari kamar hotel itu dan terpaksa memesan taksi karena badannya benar-benar lelah. Naya merasa jijik pada tubuhnya tapi dia tak bisa menyesalinya karena itu semua sudah terjadi yang dia pikir sekarang bagaimana caranya memberi alasan pada tante dan omnya.
"Darimana kamu semalaman gak pulang?"kata tante Sarah.
"Aku menginap dirumah teman tan."kata Naya.
"Bagus ya, menginap tak bilang sama kami dulu. Kamu tau kamu itu hanya numpang disini jadi kalau mau kemana-mana izin dulu. Kecuali kalau kamu mau minggat dari rumah ini silahkan."kata tante Sarah.
"Ma, ada apa sih pagi-pagi berisik banget?"kata om Dito yang baru turun dari lantai 2.
"Ini keponakan kamu jam segini baru pulang."kata tante Sarah.
"Kamu baru pulang Nay?"kata om Dito.
"Iya om, semalam aku menginap dirumah temanku."kata Naya.
"Kok gak kasih kabar sama om kalau gak pulang?"kata om Dito.
"Maaf om, lain kali aku akan minta izin dahulu."kata Naya.
"Ya sudah kamu bersiap sana hari ini kuliah 'kan?"kata om Dito.
"Enak saja, masak dulu buat sarapan."kata tante Sarah.
"Memangnya mama gak masak apa? Sudah tau kalau Naya gak pulang itu seharusnya mama dong yang masak."kata om DIto.
"Papa suruh aku masak."kata tante Sarah.
"Iya memangnya kenapa kalau aku suruh kamu masak?"kata om Dito.
"Pa, kalau aku masak nanti kuku ini bakalan rusak gak mau mama."kata tante Sarah.
"Ya sudah malam ini pesan makanan saja buat mama sama Reyna, papa sama Naya makan diluar."kata om DIto.
"Ya sudah mana duitnya?"kata tante Sarah.
"Bukannya kemarin papa baru kasih uangnya memangnya sudah habis?"kata om Dito.
"Ya habislah pa, kemarin aku gunain buat perawatan sama Reyna."kata tante Sarah membuat om Dito menghera nafasnya sambil mengeluarkan dompetnya dan memneri beberapa lembar uang pada istrinya.
"Pa, kok cuma segini sih?"kata tante Sarah.
"Itu sudah cukup buat beli makan ma. Sudah aku mau berangkat dulu, kamu Nay cepat ganti baju sana nanti telat."kata om Dito yang tak ingin jika istrinya menyuruh Naya melakukan sesuatu karena terliat jika keponakannya itu sedang kelelahan.
Naya sendiri setelah mendengar perkataan om Dito langsung saja pergi dari sana menuju kamarnya, dia mandi terlebih dahulu. Saat dikamar mandi Naya menangis dan mengosok badannya supaya hilang bekas tangan laki-laki itu. Naya berharap semoga dia tak bertemu dengan lelaki yang sudah tak mengambil kesuciannya.
Selesai mandi dia langsung bersiap untuk berangkat ke kampus, dia akan berangkat lebih awal untuk memberi sarapan dikantin. Sedangkan dikamar hotel Gabriel baru bangun dan mencari keberadaan perempuan yang dia tiduri tadi malam tapi tak ada dikamar itu. Tapi saat dia melihat jam sudah siang dan Gabriel ingat jika hari ini ada meeting langsung saja masuk ke dalam kamar mandi.
Dia akan melupakan kejadian semalam karena dia tak melihat perempuan tadi pagi, mungkin perempuan itu hanya mencari uang saja makannya menjual dirinya tanpa Gabriel tak tau jika anak buahnya menculik Naya. Selesai bersiap Gabriel langsung saja turuun ke bawah karena Nuno sudah menunggunya. Sedangkan Nuno yang ada didalam mobil gelisha seandainya tuan mudanya tanya tentang perempuan yang menemaninya tadi malam bagaimana. Soalnya Nuno sendiri tak tau identitas perempuan yang bersama Gabriel tadi malam.
"Kamu kenapa No?"kata Gabriel yang melihat jika Nuno terlihat sangat gelisah.
"Gak papa tuan muda, kita langsung ke perusahaan sekarang tuan muda?"kata Nuno.
"Langsung ke perusahaan memangnya mau kemana lagi?"kata Gabriel.
"Siapa tau tuan muda mau sarapan terlebih dahulu?"kata Nuno.
"Gak sempat sebentar lagi meeting akan segera dimulai, meeting ini sangat penting aku gak mau gagal mendapatkan proyek ini."kata Gabriel membuat Nuno langsung lega karena Gabriel tak bertanya siapa perempuan yang bersamanya seperti yang sudah-sudah.
Nuno setelah mendengar itu langsung menjalankan mobilnya, benar saja saat mereka sampai ruang rapat mereka hanya menunggu Gabriel dan Nuno datang. Papa Dava yang melihat Gabriel tumben telat langsung saja memandangnya tapi tak berbicara nanti dia akan tanya pada putranya setelah selesai meeting.
"Maaf kalau saya hari ini terlambat tadi ada masalah sedikit."kata Gabriel.
"Gak papa, mari kita mulai rapat hari ini."kata papa Dava.
Mereka semua mulai berbicara serius tapi diantara ide para karyawan hanya satu yang menurutnya sesuai dengan desain yang diminta oleh klien. Gabriel langsung saja bertanya-tanya tentang ide karyawan itu dan menyuruh karyawan itu serta yang lainnya membantu untuk membuat desain itu menjadi sempurna. Para karyawan bernafas lega karena ada salah satu desain yang Gabriel sukai jika tak ada maka mereka akan begadang lagi dan kena marah. Apalagi desain ini harus diselesaikan soalnya besok mereka harus presentasi ke klien.
Beda lagi dengan Naya yang datang ke kampus dengan wajah kusutnya, membuat Dini yang meihatnya bingung ada apa dengan temannya karena Naya gak seperti biasanya.
"Kamu kenapa kok kusut banget gitu Nay?"kata Dini.
"Gak papa aku lagi kelaparan nih tadi gak sempat makan."kata Naya.
"Ya sudah biar aku pesanin kamu mau makan apa?"kata Dini.
"Pesenin aku bubur ayam sama teh anget aja, nih uangnya."kata Naya sambil menyerahkan uang 50ribu ke Dini.
"OKe tunggu sebentar."kata Dini tanpa mengambil uang yang dikasih oleh Naya membuat Naya hanya mengelengkan kepalanya saja.
Naya sambil menunggu dia membuka bukunya ada satu materi yang belum dia pahami, dia akan bertanya pada dosennya agar lebih jelas lagi. Naya berharap supaya dia bisa tetap dapat beasiswa sehingga uang gajinya bisa dia tabung. Naya ingin membeli sebuah rumah kecil hasil jerih payahnya sendiri dan dia juga bisa terbeas dari tante Sarah dan Reyna yang suka memerintah itu.
"Nih buburnya, kamu tu kenapa kok aku liat daritadi ngelamun terus?"kata Dini.
"Gak papa, kamu dengar ada rumah yang dijual murah gak didaerah sini?"kata Naya.
"Kenapa kamu mau beli rumah sendiri? Lalu rumah peninggalan orangtua kamu gimana?"kata Dini.
"Aku gak akan mungkin bisa memilikinya lagi karena rumah itu sudah dikuasai oleh om sama tanteku."kata Naya sambil menghera nafasnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!