"Yank, yuk ketemuan dimana gitu? Aku pengen ketemu melepas rindu. Sudah 1 tahun kita hanya pacaran lewat online."
"Ayuk kapan kita ketemu? Aku selalu siap kapanpun."
"Baiklah. Oh iya minggu depan aku ada acara dari kantor ke kotamu. Jadi kita sekalian ketemu di sana aja bagaimana, yank?"
Begitulah percakapan Vio kepada pacar onlinenya Prayoga. Violetta Anjani yang biasa dipanggil Vio itu mengajak bertemu pacarnya yang sudah satu tahun menjalin hubungan LDR (Long Distance Relationship) melalui udara atau biasa disebut media online berlogo tanda kontak warna hijau.
Vio adalah perempuan yang sudah tiga tahun bekerja di sebuah perusahaan property sebagai sekretaris divisi marketing pun minggu depan ditugaskan mendampingi bosnya dibagian yang sama yaitu divisi marketing. Pucuk dicinta ulam pun tiba, itu lah peribahasa yang sesuai dengannya kali ini. Gadis yang usianya yang tergolong masih muda sekitar 25 tahun itu merasa bahagia karena ada kesempatan bisa pergi keluar kota apalagi kota yang akan disinggahi adalah kota yang sama dengan Prayoga.
Vio dan Prayoga yang benar-benar merasa sudah cocok satu sama lain akhirnya bisa merasakan akan bertemu juga dengan kekasihnya itu secara langsung.
"(Jadi akhirnya bisa merasakan pacaran normal dong hehh?)" kekeh Vio dalam hati sambil merenggangkan tubuhnya ke ranjang dengan merentangkan tangannya dan tersenyum bahagia.
"Sudah malam. Ayo bobok, yank", ketikan dari sebrang aplikasi hijau itu.
"Siap, Komandan!" balas chat Vio disertai emoticon siap.
"Aku tidak bisa bayangin nanti kalo kita ketemu gimana ya kayak apa ya?" sambung lagi Prayoga dengan emot mikir.
"Iya ya. Sudahlah yang nanti, nanti aja biarkan berjalan dengan alur waktu saja, yank"
"Kalo kita couplean bagaimana, yank?" usul Prayoga.
"Nanti aku akan kirim kaos warna dongker berlogo inisial nama kita bagaimana menurutmu?" sambung Prayoga kembali.
"Wah bagus itu. Ok, kamu segera pesan dan langsung kirim expres ya soalnya minggu depan loh, yank" Vio sambil memanyunkan bibirnya tatkala membalas chat Prayoga.
Drrrt drrrttt drrrttt...
"Assalamu'alaikum, yank", suara cowok dari sebrang aplikasi hijau itu akhirnya video call Vio.
"Waalaikumsalam, yank" angkat Vio bahagia.
"Aku kangen banget sama kamu, yank pengen ketemu", sambung Vio kembali.
"Sabar sebentar lagi kita kan ketemu yank", jawab Prayoga.
Gile pacaran anak jaman now gitu yah readers. Lewat jarak jauhpun jadi deh. Yang penting hati heppy. Hehe.. (ini suara othor loh bestie🤭)
"Tenang aja sayang, aku akan pesan sama Mas Darius pasti cepat", imbuh Prayoga lagi. Darius adalah teman dekat Prayoga.
Oh iya ngomong-ngomong Prayoga itu punya usaha namun kecil-kecilan. Dia mengelola usaha mini market milik keluarganya yang memang sudah diperuntukkan buat Prayoga. Prayoga Harsono nama lengkapnya.
"Sippp", rupanya Vio sudah mengenal sosok Darius teman Prayoga. Bagaimana tidak?! Kan Vio setiap video call atau telepon dengan Prayoga selalu diberitahu oleh Prayoga.
"Udah sekarang kamu bobok dulu ya biar ga kesiangan bangunnya" tambah Prayoga.
Vio menutup panggilan video callnya Prayoga setelah menjawab dengan deheman lalu bersiap untuk tidur karena sebelumnya sudah membersihkan dirinya.
Dua sejoli itu tampak saling mencintai meski kata orang lain tidak mungkin tapi bagi mereka itu bisa terjadi.
Setelah panjang lebar berceloteh berdua akhirnya Vio tertidur dengan mimpi indah. Itu harapan Vio. Bermimpi indah bertemu sang pujaan hati. Begitu pun dengan Prayoga. Akibat lelah setelah seharian bekerja membuat mereka cepat tertidur.
Pagi-pagi sekali Vio berangkat ke kantor karena harus menyerahkan jadwal meeting kepala divisinya untuk siang ini. Semua pekerjaan yang Vio handle pasti cepat kelar. Vio gadis yang cekatan gesit dan mandiri.
Drrttt..
Dengan cepat Vio mengangkat panggilan itu. Ternyata dari maminya.
Vi, minggu depan ada undangan di kota Surabaya loh. Acara nikahan anakny Bu Hajah yang pertama, Dela. Tapi mami sama papi tidak bisa hadir ke sana apa Vio bisa mewakili mami? Please Vio ya. Ga enak kalo ga sampe dateng, Vi.
"Of course, Mami. Vio akan dateng. Kebetulan Vio ada tugas ke sana diajak sama Pak Farel. Jadi mami don't worry be aman". Begitulah Vio jika ngobrol sama maminya. Terdengar suara maminya dari sebrang panggilan sambil terkekeh geli. Sudah sama temannya saja ya bestie 🤭.
Farel itu kepala divisi marketing di kantornya Vio. Meski usianya selisihnya dengan Vio tidaklah jauh tapi kedewasaannya sudah seperti kakak bagi Vio dan tentunya bagi Farel yang sudah menganggap Vio seperti adiknya sendiri sehingga dekat sekali sama istri dan anaknya. Maklum Vio hidup sendiri di pusat kota ini dengan tinggal di sebuah apartemen minimalis.
Tok tok tok.
"Masuk", jawab suara dari balik pintu yang didepan pintunya tertempel nama ruangan kepala divisi, alias ruangan Farel.
"Maaf, Pak. Ini jadwal untuk meeting sama klien hari ini berikut proposal presentasinya", sambil menyodorkan file ke Farel.
"Taruh disitu aja, Vi", sambil mengetik didepan leptopnya Farel tanpa menoleh sedikitpun ke file yang disodorkan Vio.
"Ada yang diperlukan lagi, Pak?". Vio bertanya sebelum kembali ke ruangannya.
"Tidak ada".
"Oh ya, Vi. Nanti selesai meeting kamu ikut saya ke rumah sebentar ya. Siska minta dibelikan rujak". Masih mengetik didepan leptopnya Farel mengajak Vio. Ya Siska adalah istrinya Farel. Yang sudah dianggap kakak perempuannya oleh Vio. Bahkan kedekatan Siska pernah membuat Farel cemburu karena tidak diperhatikan Siska. Begitulah sikap Siska yang perhatian dan keibuan terhadap Vio. Sehingga Vio tidak merasa sendiri lagi hidup di kota besar ini.
"Kak Siska ngidam rujak ya Kak? Wah mo nambah keponakan lagi nih. Mudah-mudahan cewek ya. Haduhhh sudah tak sabar hati ini menunggu kelahirannya si boneka". Vio tampak gemas membayangkannya. Begitulah Vio memanggil Farel Kak kalo obrolannya sudah tampak santai.
"Cewek atau cowok sama saja yang penting sehat, Vi. Ngapain juga kamu yang tak sabar. Aku bapaknya aja biasa aja menanti kehadirannya. Kalo emang sudah waktunya lahiran nanti juga lahiran. Yang penting istri tercintaku dan anakku sehat selamat" desis Farel.
"Eleh-eleh si bucin gayanya sok tenang aja. Padahal juga berharap-harap cemas kan menunggu debay lahir. Hiliiihhhh. Ngaku aja, Kak. Kak Farel juga pengen cewek kan biar sepasang".
"Aduh!" Vio mengaduh karena dilempar pensil Farel.
"Makanya kamu jangan sok tahu. Emang Siska belum mau USG karena pengennya nanti kalo sudah besar usia kandungannya baru mau USG". Ya usia kehamilan Siska memang masih 6 bulan.
"Di USG aja lah, Kak. Dipaksa sih Kak Siskanya. Biar ketahuan debaynya didalam ngapain aja. Hahahahaha..."
Pletak. Farel berdiri lalu menjitak kepala Vio yang membuat mengaduh Vio meringis kesakitan.
"Kenapa sih Kakak suka banget tangannya usil?" sewot Vio.
"Kamu itu harus digituin". Emang Vio suka bercanda dan jahilin Farel apalagi kalo sudah main ke rumah Farel sudah seperti tom and jerry.
Ya Vio adalah anak tunggal dari keluarga kaya. Namun bukan Vio namanya kalo tidak suka hidup mandiri dengan jerih payahnya. Vio memang tidak pernah memamerkan ke teman-temannya apalagi Prayoga kalau dia anak konglomerat. Hanya Farel dan Siska yang tahu karena maminya Vio pernah berkunjung ke apartemen Vio sewaktu Vio sakit dan merawat Vio sampai sembuh. Jadi Farel tahu siapa Vio sebenarnya. Meskipun dulu Farel belum tahu siapa Vio tapi Farel sudah sayang sebagai adiknya karena ternyata Farel dulu pernah punya adik perempuan yang memiliki sifat seperti Vio. Namun, karena kecelakaan ketika pulang sekolah akhirnya meninggal diusia yang masih belia 16 tahun. Setelah bertemu Vio, kehidupan Farelpun kembali berwarna. Dan Farel waktu pertama mengenal Vio Farel sudah menikah sama Siska. Disitulah Siska yang awalnya merasa cemburu jadi tahu setelah Farel bercerita. Semenjak itu maminya Vio menitipkan Vio ke Farel untuk dijaga seperti adiknya sendiri. Farel juga pernah ditawari untuk mengelola sebuah usahanya orang tuanya Vio, namun Farel juga sebenarnya dari kalangan konglomerat jadi Farel menolaknya dengan halus.
Vio hanya ingin diterima orang-orang disekelilingnya apa adanya bukan ada apanya. Bahkan orang tuanya yang menjadi pengusaha kontraktor ternama juga di sebuah kota besar dibidang Real Estate dan bangunan lainnya serta mendirikan yayasan pendidikan diberbagai kota sudah berulangkali meminta Vio mengelolanya. Namun Vio masih ingin merasakan bagaimana kerasnya mencari uang seperti orang tuanya.
Drrttt..Getaran di handphone Vio tanda ada panggilan masuk.
"Mbak, ada paket nanti bisa diambil di pos satpam ya. Kata satpamnya disuruh dititipin disitu." suara kurir paket dari sebrang telepon.
"Ya, terimakasih". Memang Vio sudah berpesan pada satpam apartemen jika ada paket untuknya dititipin saja ke pos satpam dulu sementara dia masih bekerja.
Benar saja setelah kurir itu telepon, pak satpam mengirim buktinya paketnya juga ke Vio melalui aplikasi hijau itu. Dan tentunya Vio tak lupa mengucapkan terimakasih. Ya saat ini Vio sudah kembali ke ruangannya.
Drrrttt drrrttt
Dengan gercep (gerak cepat) Vio mengangkat teleponnya. Dari sang pujaan hati. Membuatnya senyum sendiri bahagia merasa diperhatikan.
"Sudah sampai kan paketnya, sayang?"
"Sudah, sayang. Barusan kurirnya telepon. Pak satpam juga sudah ngasih tahu".
"Terimakasih ya, yank. Kamu perhatian banget sih. Nanti kalo ke sana aku pakai ya".
"So pasti wajib dipakai biar aku tahu nanti dan bisa nemuin kamu di sini. Kamu di sana baik-baik dan sehat-sehat ya. Ingat makannya jangan sampai telat karena sibuk kerja loh, yank". Ya Vio suka diperhatikan Prayoga seperti itu meski terlihat sepele dan kecil tapi bagi Vio itu adalah bentuk kasih sayang pacarnya meskipun LDR-an.
"Tadi mamiku telepon minggu depan aku dimintain tolong kalo tugasku sudah selesai buat dateng kondangan nikahan anaknya temen mami. Jadi nanti aku ditemenin ya ke Surabaya setelah kita ketemuan di sana?" ajak Vio.
"Siap, sayangku" sambil menutup telepon Prayoga tersenyum bahagia. Baru kali ini dia punya pacar yang sayang sama dia dan membuatnya merasa nyaman dan damai meskipun lewat online tapi serasa sudah ketemu sebelumnya. Prayoga dulu merasa tidak diperhatikan sama pacarnya sebelum sama Vio merasa diabaikan jadi dia memutuskan hubungannya dengan mantan pacarnya. Berbeda dengan Vio disaat dia memberikan perhatian Vio membalasnya dengan seimbang.
Meeting sudah terlaksana dan mampir ke rumah Farelpun sudah. Sekarang waktunya pulang ke apartemen.
"Hahhh alhamdulillah hari ini lelah sekali. Pikiran dan tenaga terkuras habis rasanya" sambil terlentang di sofa cantiknya yang lebarnya separuh ranjangnya.
Lalu Vio bangkit kembali setelah teringat paket dari Prayoga. Dia mengambilnya lalu membukanya. Dilihatnya kaos berwarna biru dongker berinisial P & V yang artinya Prayoga dan Vio berikut hijabnya. Ya Vio berhijab.
Lalu di foto dan dikirimkan ke Prayoga di aplikasi hijau itu.
"Sudah aku buka. Cantik sekali. Terimakasih ya, yank" itulah bunyi chatingannya ke pujaan hatinya. Tanda centang biru yang artinya sudah terbacapun langsung membalas.
"Iya sama-sama sayangku yang cantik" dikirim dengan emot love merah. Vio memang cantik. Parasnya cantik alami jadi tanpa perawatanpun wajahnya tetap terlihat seperti perawatan di dokter yang mahal. Meskipun itupun juga benar. Namun Vio hanya melakukannya disaat boring saja.
"Ini punyaku" Prayoga juga menunjukkan kaos berwarna senada dengan kaosnya Vio juga berinisial sama P & V hanya sizenya saja yang membedakannya.
"Nanti kita pakai celana jeans ya, yank" tambah Vio.
Tampak Vio bahagia hanya dengan emot love merah itu. (Hahhh dasar anak muda ya bestie😪)
Mentari pagi menyapa Vio dengan wajah yang ceria. Ya seperti rencananya dan hari ini adalah saatnya si bos Farel mengutusnya untuk mengurusi tiket pesawat keberangkatan ke salah satu kota ujung timur pulau Jawa sekaligus bertemu dengan Prayoga. Senyum mengembang terukir dibibir manisnya yang dipoles hanya dengan liptint. Dia tidak suka berdandan terlalu mencolok riasan wajahnya sangatlah tipis namun tak memudarkan kecantikan alami parasnya. Gadis berhijab itu berjalan mengendarai mobilnya dengan perlahan menuju bandara untuk memesan tiket.
"Akhirnya kita akan bertemu, yank" gumam Vio dengan senyum mengembang setelah mendapatkan tiketnya.
"Aku akan memberimu kejutan sampai di sana" lanjut Vio dalam perjalanan ke kantor.
Segera Vio melaporkan kepada Farel bahwa tiket sudah dia pesan dan untuk urusan selama di sana juga sudah dia atasi sesampainya di kantor.
"Kamu tampak senang hari ini? Ada apa? Apa menang lotre?" pertanyaan Farel membuat Vio semakin tersenyum lebar. Sejak kedatangan Vio ke kantor membuatnya curiga karena dari tadi Vio senyam senyum sendiri.
"Hahahaha...Kakak tahu juga. Hahahah" tawa Vio.
"Oh ya? Lalu apa itu?" Farel semakin penasaran. Setahu Farel, Vio tidak pernah sebahagia pagi ini.
"Rahasia. Kepo aja sih, Kakak. Nanti juga akan tahu. Hahaha" sambil ngeloyor pergi dari ruangan Farel.
Ada apa gerangan? Awas sampai macam-macam di sana. Bisa-bisa aku kena omelnya mami kalau dia sampai berbuat hal aneh, batin Farel sambil memegang keningnya.
"Farel, tolong kamu awasi adik kamu yang nakal itu ya selama di sana", nah kan baru saja dibatin mami W*.
"Huft" Farel mengeluh.
"Iya siap mami" meskipun tanpa dimintapun oleh maminya Vio, Farel pasti akan menjaganya. Karena Farel sangat menyayangi Vio seperti almarhumah adiknya, Mentari. Ya nama adiknya Farel adalah Mentari. Wajahnya cantik imut dan tidak pernah membosankan sama seperti Violetta. Saat ngambekpun juga keduanya memiliki kemiripan.
Di apartemen Vio, Farel mengantarkan Vio untuk berbenah dan setelah itu baru keduanya pulang ke rumah Farel untuk berbenah juga. Farel menunggu begitu setianya untuk sang adik. Sudah seperti rumahnya sendiri seperti biasa Farel tidak pernah sungkan berada di apartemen minimalis Vio. Bahkan jika Vio sakitpun sang mami tidak perlu khawatir dikarenakan Farel beserta istrinya pasti akan merawat dan menjaganya dengan penuh kasih sayang mereka.
"Vi, tadi mami W* aku" Farel menjelaskan dengan sedikit teriak karena Vio berada di dalam kamarnya sedangkan Farel berada di ruang tengah menonton drakor. Ya jika di rumah Farel selalu menemani istrinya menonton drakor. Drama korea kesukaan emak-emak so pasti lah bestie 🤭
"Terus?" Vio tak heran jika maminya pasti akan berlebihan memberikan mandat penting buat Farel yang sudah dianggap mami anak kandungnya sendiri. Ya gimana gak penting?! Kalau maminya saja sangat paham kelakuan anaknya jika bepergian. Sudah tidak tahu arah dan pastinya akan semaunya bisa-bisa lupa rumah.
"Biasalah. Jadi kamu jangan macem-macem nanti di sana. Jika sudah selesai nanti aku akan menemanimu kondangan di pernikahan anak temen mami di Surabaya"
Deg
"Bagaimana bisa Kak Farel tahu? Pasti mami yang menyuruh. Hmmm tidak diragukan lagi. Wah alamat gagal ini rencanaku. Haduwhhh gimana ini dong" gumam Vio sambil mondar mandir berpikir dan menggigit ujung jempolnya dengan posisi berkacak pinggang tangan sebelah kirinya.
"Ahaaaa..bukan Vio namanya kalo ga punya segudang ide" Vio kegirangan menemukan sebuah alasan.
"Ayo, Kak kita ke rumah Kak Farel. Aku sudah selesai" Vio keluar kamar sambil menenteng sebuah koper berwarna soft pink.
"Ayo" Farel pun segera beranjak.
Setiba di rumah Farel, Vio langsung berlari masuk ke rumah tanpa mempedulikan Farel yang berteriak memanggil namanya untuk memperingatkan tidak berlari kencang bagaikan dikejar maling.
"Viii..." tidak mendengar panggilan Farel, Farelpun geleng-geleng kepala.
"Assalamu'alaikum Kak Siska!"
"Waalaikumsalam, Vio sayang" Siska langsung mendapat pelukan hangat dari Vio kemudian cipika cipiki.
"Gimana kabarnya Kak Siska? Lalu si debay gimana?" Dan Kak Siska sudah rutin kan minum vitamin debaynya? Ini buah-buahan buat debaynya. Hehe..bukan buat ibunya tapi ingat buat debaynya Kak" sudah memberondong pertanyaan sambil memonyongkan bibirnya pula. Ya di tangan Vio memegang buah apel buat Siska. Kata orang buah apel bisa sebagai konsumsi susu jika ibu hamil tidak menyukai bau susu atau minum susu.
Siska hanya geleng-geleng melihat tingkahnya Vio yang bergelayut manja di bahu dan masih memeluk Siska seperti anak merindukan ibunya.
"Eh eh eh..apa-apaan ini? Minggir. Dia istriku hanya boleh disentuh olehku. Kamu minggir. Kasihan anakku didalam perut. Ntar kejepit sama pelukanmu itu" kedatangan Farel langsung melepaskan pelukan Vio dari Siska yang seakan tak rela berbagi Siska.
"Hiliiih..mana ada kejepit? Aku hanya pengen meluk kakakku saja. Lagian juga Kak Siska tidak mengeluh sakit. Iya kan Kak?" langsung mengusir Farel kembali memeluk Siska.
"Sttt minggir!" perintah Farel.
Siska seperti biasa akan dibuat bingung jika seperti ini terus.
"Sudah ayo makan dulu. Pakaianmu sudah siap, Ms dikoper, itu" sambil mengambilkan makan buat suaminya Siska menunjuk koper yang sudah siap di dipinggir tangga dengan dagunya.
"Awas kalo macam-macam nanti kamu Kak disana. Aku putus leher kamu, Kak" Vio mengancam Farel dengan memperagakan tangannya melambai di depan lehernya.
"Kamu yang awas nanti kalo sampai macam-macam di sana. Kalau mau pergi-pergi setelah ketemu klien harus denganku" balas Farel dengan seringaian dibibirnya.
"Uhuk uhuk uhuk" Vio terbatuk.
"Minum dulu, Vi" meskipun begitu, Farel langsung tanggap mengambilkan minum buat Vio. Dia selalu khawatir jika terjadi sesuatu sama Vio. Dia tidak mau kecolongan lagi setelah mendapatkan adik pengganti Mentari.
"Kamu tidak apa-apa, sayang?" tanya Siska sambil mengelus punggung Vio dengan lembut.
"Katakan! Kamu akan bertemu dengan siapa di sana?" Farel memang tidak bisa dibohongi.
"Ketemu sang pujaan hati. Hehehehe..." sambil cengengesan Vio jawab jujur. Vio memang tidak bisa membohongi Farel.
"Awas kau macam-macam. Siapa dia? Bagaimana tampangnya? Kenapa tidak cerita sebelumnya? Dari mana asalnya?" berondong Farel yang terlihat cemas mengetahui adiknya yang sangat dia sayang sudah memiliki tambatan hati.
"Aku kenal di dunia medsos, Kak. Namanya Prayoga. Dia baik. Aku sudah melihat wajahnya. Asalnya dari Surabaya juga" kali ini Farel yang kesedak.
"Uhuk uhuk uhuk"
"Apa? Kenal di medsos? Gila kamu ya! Tidak! Kakak tidak akan mengijinkanmu buat pacaran sama dia yang ga jelas asal usulnya!" tampak kemarahan di wajah Farel.
"Sudah sayang jangan marah-marah dulu. Karena mumpung ke sana sekalian kamu lihat dia bagaimana dia. Hm? Apalagi Vio sudah besar. Pasti dia tahu mana yang baik dan tidak buatnya" dengan lembut nada bicara Siska meluluhkan kemarahan Farel sambil menggenggam erat tangganya.
Nah, Vio selalu setuju dengan idenya Siska.
"Aku sayang sama Kak Siska. Tenang saja Kakak mau minta apa pasti aku belikan" sambil memeluk lalu menciumi Siska dan menjulurkan lidahnya ke Farel.
"Jangan senang dulu kamu ya. Aku pasti akan mengawasimu" kecam Farel. Entahlah dia tidak suka adiknya berhubungan dengan cowok lain. Dia takut kehilangannya.
"Aku tahu Kakak khawatir padaku. Makanya ketika kakak bertanya aku langsung menjawab. Karena biar kakak tahu. Dan aku mau kakak selalu ada untukku" sambil berjalan menghampiri Farel namun tidak berani memeluknya. Meski sudah seperti kakak kandung buat Vio namun Vio masih sadar bahwa kakaknya itu bukan muhrimnya. Vio memang gemas melihat sikap dari kakaknya itu.
"Hmm" hanya deheman yang didapat.
Saat diperjalanan menuju bandara, hanya keheningan yang ada.
"Kak Farel masih marah padaku? Aku janji Kak, aku hanya akan bertemu dengannya membuktikan kebenarannya saja" akhirnya Vio membuka suaranya.
"Kau yakin? Kalau terbukti dia cowok baik-baik apa yang akan kau lakukan?" tanpa menoleh ke Vio.
"Ya lanjut lah kakak" jawaban ini membuat Farel semakin tidak suka.
Lalu keduanya hening karena Farel tidak meresponnya.
Kita akan bertemu, sayang. Vio hanya bergumam dia takut membuat Farel bertambah marah. Namun ia hanya tersenyum tipis membayangkan akan pertemuannya dengan Prayoga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!