NovelToon NovelToon

AZARAH

Awal Bertemu

...HAPPY READING...

...----------------...

...JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM AUTHOR YAA ...

Perkenalkan nama saya azarah shinta,biasa dipanggil shinta" Begitu aku mengenal kan namaku, seluruh siswa menyambut ku dengan senyuman.

"Ya udah shinta sekarang kamu duduk disebelahnya via ya" Perintah bu restu yang segera ku setuju i dengan anggukan.

Ini hari pertamaku sebagai siswi baru di kota ini, aku ikut pindah kedua orang tua ku karena ayah dipindah tugaskan di kota ini sebagai prajurit tentara angkatan Darat atau yang lebih dikenal TNI Angkatan Darat.

Sedangkan ibuku, dia mempunyai sebuah usaha toko butik di kota lamaku dan sekarang di handle oleh orang kepercayaan ibu.

"Hai,via" Sapa via sambil mengulurkan tangannya ketika aku sudah duduk disampingnya. Lalu segera ku jabat tangannya sambil senyum ramah kepadanya

"Hai aku shinta" Jawabku

"Nanti mau ke kantin bareng gak sama aku dan temen-temen?" Tanyanya kepada ku.

"Hm" Gumamku karena aku masih bingung dan agak canggung karena belum mengenal semua teman-teman ku yang ada dikelas itu.

"Udah ayo gak papa biar nanti cepat akrab sama yang lain, gimana?" Tanya via lagi.

"Hm ya udah deh" Jawabku sambil senyum manis kepadanya.

Saat bel istirahat via mengajakku ke kantin bersama beberapa teman yang lain.di kantin aku berkenalan dengan Reni, sari dan nike. Mereka semua cukup asyik dan menyenangkan untuk diajak bercanda.

"kalo ketua kelas kita siapa namanya?" Tanyaku

"Afredo " Jawab Reni sambil mengunyah batagor.

"Yang duduk sebelah mana ya? Tanya ku lagi, kali ini nike yang jawab.

" Itu bangku yang depannya meja guru"

"Oh" Jawabku sambil mengangguk-anggukan kepala ku tanda mengerti.

"Kamu kenapa pindah sekolah shin bentar lagi kan udah kenaikan kelas" Tanya Reni kepadaku.

"Iya ayahku dipindah tugas kan kesini mangkanya mau gak mau aku sama ibuku juga ikut kesini"jawabku santai.

" Kamu anak tunggal shin? "Tanya sari.

" Enggak aku punya abang namanya Tito, kebetulan juga dia sekarang lagi kuliah di kota ini, jadi dia udah gak usah ngekos lagi deh"jawabku sambil meneguk jus jeruk ku.

Setelah selesai makan mereka mengajak aku untuk kembali ke kelas, kebetulan dari kantin menuju kelasku itu melewati ruang kelas sosiologi dua. Kata via anak sosiologi dua terkenal nakal-nakal, apalagi yang namanya Rama, Dia adalah anggota gangster terkenal di kota dan jabatannya adalah sebagai ketua.Aku cukup merinding mendengar cerita via, di sekolahku ada ketua gangster. Ya mudah-mudahan saja aku tidak akan pernah bertemu dengan Rama.

Saat kami melewati kelas sosiologi dua, aku melihat seorang cowok, badannya sih tinggi dan kalo boleh jujur dia lumayan ganteng. Dia sedang bermain gitar bersama teman-temannya, tapi saat aku lewat dia berhenti bermain gitar dan menatapku tajam, segera mungkin aku memalingkan pandanganku dan berjalan lebih cepat agar segera sampai di kelas.

Hari ini pulang sekolah aku akan dijemput sama bang Tito karena aku belum tau sama sekali kota ini. Aku mengirim pesan kepada bang Tito agar dia segera menjemput ku. Lima belas menit setelah mengirim pesan ada balasan dari bang Tito katanya dia tidak bisa menjemput ku karena tiba-tiba dia ada kelas dadakan yang tidak bisa ditinggal. Dia menyuruhku untuk naik angkot warna biru berkode B1.Aku pun berjalan ke halte untuk menunggu angkot yang dimaksud oleh bang Tito, namun sampai empat puluh lima menit aku menunggu angkotnya tak kunjung datang.

"Duh gimana nih kalo gak ada angkot, mana sekolah udah sepi lagi"kataku sambil melirik jam dan sekitaran sekolah yang sudah sepi.

Aku mulai takut ketika ada dua orang seperti preman yang mendekatiku, melihat itu segera aku meninggalkan halte dan berjalan cepat berharap agar mereka tidak mengikutiku, namun ternyata dua preman itu berjalan mengikutiku.

"Hei neng mau kemana sih kok buru-buru" Kata preman yang perutnya buncit. Aku tidak mempedulikannya dan mempercepat jalanku tapi mereka malah memegang lenganku.

"Lepasin! " Teriakku kepada mereka tapi mereka malah tertawa.

"Ikut kita-kita aja yuk" Kata preman yang satu nya sambil masih tertawa.

"Gak mau lepasin! " Teriakku lagi, aku bisa merasakan air mata yang mulai jatuh di pipiku karena aku benar-benar merasa takut. Mereka menarik-narik aku yang sedari tadi terus berusaha melepaskan cengkraman tangan mereka, ya Tuhan tolong aku, aku takut sekali.

"Lepasin dia" Aku pun menoleh ke sumber suara dan melihat ada cowok yang ku lihat tadi saat aku melewati kelas sosiologi dua.

"Siapa lu gak usah ikut campur, bocah masih bau kencur sok sok an mau ngelawan kita"

"Ya mending gue lah bau kencur daripada lu bau asem udah gitu mukanya kayak monyet punya tetangga gue lagi " Kata dia. Mendengar perkataan dia sebenernya aku ingin tertawa ngakak tapi aku menahannya karena aku masih merasa sangat takut. Dua preman tadi melepaskan lenganku dan maju untuk menghajar cowok itu. Aku sangat takut melihat adegan perkelahian yang sedang kusaksikan langsung, apalagi ketika cowok itu mendapat sebuah pukulan di bibir yang membuat bibirnya pecah dan berdarah. Tapi untungnya dia bisa membuat dua preman itu babak belur dan setelah itu kabur meninggalkan kami berdua.

"Kamu gak papa" Tanya cowok itu kepadaku, dia menyentuh luka yang ada dibibirnya dan aku reflek melarangnya.

"Jangan disentuh, sini" Aku mengajak dia untuk duduk disebuah bangku yang ada di trotoar. Aku mengeluarkan sebuah tisu dari dalam tasku. Aku membersihkan darah yang terus mengalir dari bibirnya itu, dia meringis sepertinya menahan sakit.

"Sakit ya? Kalo gak segera diobati pasti infeksi ini, bentar aku cari obat merah dulu ya di apotek depan sekolah" Setelah itu aku berdiri dan hendak berjalan tapi dia memegang tanganku dan menyuruhku untuk duduk kembali.

"Gak usah besok pasti sembuh" Jawabnya sambil menatapku.

A

ku terdiam beberapa saat setelah itu mengulurkan tanganku untuk berkenalan dengannya.

"Shinta" Kataku, dia menatapku sejenak lalu menjabat tanganku.

"Rama" Jawabnya ramah sekali. Aku terkaget ketika mengetahui kalo dialah yang dimaksud oleh via. Rama seorang cowok BAD BOY karena dia adalah gangster. Aku hanya diam karena bingung harus bicara apalagi. Melihat aku yang kebingungan Rama malah tertawa kecil sambil menatapku.

"Kamu anak baru ya disini" Tanyanya kepadaku. Aku hanya menganggukkan kepala.

"Kenapa belum pulang? " Tanyanya lagi.

"Iya dari tadi nunggu angkot tapi gak ada" Jawabku, tapi malah dia tertawa ngakak sekali.

"Ya iya lah gak ada, mana ada angkot di sini, kalo mau nunggu angkot ya di pertigaan sana itu" Jawabnya masih dalam keadaan sedikit tertawa. Aku hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal sambil tersenyum karena menahan malu.

"Mau aku antar pulang? "

"Em gak usah aku naik angkot aja, makasih ya" Jawabku setelah itu aku pergi menuju ke pertigaan dan meninggalkan dia sendiri.

Entahlah ada apa dengan diriku ini yang tiba-tiba memikirkan Rama. Apa karena aku masih tidak percaya kalau barusan aku Ditolongin sama si ketua gangster dari gangguan dua preman tadi?. Tapi intinya aku sangat berterimakasih kepada dia karena telah menyelamatkan aku, kalau tidak ada dia gak tau deh gimana nasibku, mungkin saja aku akan dibawa ke tempat sepi sama dua preman tadi lalu diperkodok hahaha

Sampai Di rumah

...HAPPY READING...

...----------------...

Turun dari angkot aku langsung berjalan menuju rumahku, namun ketika aku ingin membuka gerbang aku melihat bang Tito yang bersiap untuk pergi.

"Assalamu'alaikum" Salam ku, bang Tito pun langsung menoleh ke arah ku, dapat kulihat wajah bang Tito yang awalnya cemas mulai memudar. Dia menghampiriku lalu memegang kedua pundak ku.

"Kamu kok baru pulang" Tanya bang Tito kepadaku, belum sempat ku jawab bang Tito berbicara lagi.

"Ini tadi abang mau jemput kamu ke sekolah, soalnya kata ibu kamu belum pulang, mangkanya abang khawatir kalau kamu nyasar atau ada apa-apa" Kata bang Tito seraya menghembuskan nafas panjang.

"Bicara di dalam aja yuk bang, shinta capek banget ini" Kataku seraya menggandeng lengan bang Tito menuju ke ruang tengah, lalu kita berdua duduk.

"Kamu kemana aja baru pulang" Tanya ibu yang baru saja keluar dari dapur dan segera duduk di kursi depanku.

"Em tadi shinta agak bingung buk dimana tempat buat nunggu angkot" Jawabku sambil melepaskan jaketku dan menaruhnya di sebelahku.

"Bingung? Tanya bang Tito keheranan.

" Iya bang kan seharusnya kalau mau nunggu angkot kan di pertigaan, lah shinta ini nunggunya di halte"jawabku lalu menyenderkan bahuku di kursi karena rasanya lelah sekali. Bang Tito pun tertawa mendengar jawabanku itu.

"Dimana mana kalo halte itu buat nunggu bus shinta, terus kamu tau darimana kalo nunggu angkotnya tuh di pertigaan? " Tanya bang Tito

"Dari temen bang" Jawabku

"Buk tadi shinta digangguin sama dua preman" Kataku kepada ibu, seketika itu wajah ibu berubah menjadi khawatir.

"Diganggu? Kok bisa shin tapi kamu gak papa kan nak? " Tanya ibu cemas.

"Gak papa buk, untungnya tadi ada temen sekolah shinta yang nolongin, kalau gak ada dia gak tau tuh gimana nasibnya shinta"

"Alhamdulillah untung aja kamu gak kenapa napa nak, ibu dari tadi khawatir nungguin kamu gak pulang-pulang mangkanya ibu nyuruh abang kamu buat jemput kamu di sekolah" Mendengar perkataan ibu aku hanya bisa senyum dan bersyukur karena memiliki ayah, ibu dan abang yang sangat sayang kepadaku, Terima kasih Tuhan.

Setelah selesai mandi dan makan aku menonton TV bersama ibu.

"Buk ganti ah ngapain sih liat acara ini" Kataku kepada ibu, karena setiap hari ibu selalu melihat acara uji nyali yang ada di salah satu TV swasta.

"Ini aja bagus" Jawab ibuku. Aku hanya bisa diam dan menyanggah dagu dengan tanganku dan mulai melamun. Entah mengapa terlintas dipikiran ku ingin mengetahui kisah asmara antara ayah dan ibu di masa lalu. Aku pun bertanya kepada ibu

"Buk dulu ayah sama ibu kok bisa kenal gimana ceritanya" Mendengar pertanyaan ku ibu pun mengalihkan pandangannya dari TV lalu memandang ku.

"Dulu ibu sama ayah temen satu sekolah" Jawab ibuku santai

"Terus yang ngebuat ibu jadi cinta sama ayah apa" Tanyaku lagi.

"Apa ya? Ayahmu itu orangnya bisa ngebuat ibu merasa nyaman dan aman saat ada didekat nya, bisa membuat ibu tersenyum dan tertawa" Jawab ibuku sambil tersenyum mengingat masa lalunya dulu saat masih berpacaran dengan ayah.

"Dulu ibu punya mantan pacar gak" Tanyaku sambil tertawa cekikan.

"Punya tapi dia tidak bisa seperti ayahmu" Jawab ibu lembut. Aku hanya mengangguk anggukan kepalaku tanda mengerti. Memang ayahku lelaki sempurna bagiku, meskipun beliau sibuk dengan pekerjaannya tapi ayah tidak membiarkan aku dan bang tito merasa kekurangan perhatian dan kasih sayang dari sosok ayah, pantaslah ibu begitu mencintai ayah.

"Kalau kamu udah punya pacar belum" Tanya ibu sambil tersenyum menggoda.

"Ah apaan sih buk, enggak, shinta gak punya pacar kok" Jawabku malu-malu

"Masak anak ibu yang cantik ini gak punya pacar sih? " Lagi-lagi ibu menggoda ku.

"ih beneran bu, sebenernya banyak yang ngedeketin shinta, tapi aku nya gak mau" Jawabku sambil senyum malu-malu.

"Kenapa? " Tanya ibu.

"Masih belum siap buat buka hati" Jawabku.

"Masih belum bisa move ya dari pras?"

"ih apaan sih buk, enggak kok shinta udah move on tapi masih belum mau buat pacaran lagi" Jawabku. Yang dimaksud ibu adalah pras mantan pacarku saat aku masih di kota ku yang lama. Dulu waktu awal masuk SMA aku berpacaran dengan pras, dia temen sekelasku, kami pacaran hanya tujuh bulan. Aku memutuskan dia karena aku tidak betah dengan sifatnya.

Memang benar awal pacaran sifatnya baik banget ke aku, manis dan selalu bikin aku bahagia, namun lama-lama sifatnya berubah, dia jadi kasar. Kalo marah suka bentak-bentak aku dan tidak tau tempat.

Bahkan pernah dulu waktu ada kesalahpahaman kecil antara aku dan pras, dia membentak-bentak aku di depan seluruh teman-teman sekelas, tidak hanya membentak tapi dia juga berani menampar pipiku keras sekali karena aku membantah semua tuduhan dia. Alhasil aku memutuskan dia karena bukan sekali atau dua kali dia seperti itu tapi sudah berkali-kali dan sudah berkali-kali juga dia janji bakalan berubah ternyata itu hanya omong kosong.buat apa cowok kasar dan suka main tangan dipertahanin? Sifat yang seperti itu pasti tidak akan bisa dirubah sampai kapan pun, kan gak mungkin suatu hari aku harus menikah dan hidup bersama manusia tapi sifatnya kayak hewan.

"Eh kok ngelamun" Kata ibu membuyarkan lamunanku tentang pras.

"Nggak kok buk, shinta tidur dulu ya, capek banget soalnya" Kataku kepada ibu.

"Ya udah sana tidur" Kata ibuku. Aku pun pergi meninggalkan ibu dan masuk ke kamarku untuk memanjakan tubuhku yang sedari tadi ingin istirahat.

Disini aku ingin sedikit bercerita tentang Bang Tito.

Jadi Bang Tito adalah saudara ku satu-satunya, dia begitu sangat menyayangiku begitupun aku sangat menyayanginya. Ya meskipun terkadang Bang Tito suka sekali menggodaku. Dulu katanya aku bukan anak ayah dan ibu tapi anak tetangga yang sengaja diserahin ke ayah sama ibu karena orang tua ku gak bisa ngebiayain dan gak mampu buat beli susu. Tapi dibalik itu semua dia begitu menyayangi adik satu-satunya yaitu aku. Pernah dulu waktu kami masih SD, aku kelas 2 SD dan Bang Tito kelas 6 SD, lutut ku berdarah karena temen sekelas ku yang begitu nakal sekali mendorong ku saat pelajaran olahraga, aku menangis karena rasanya sakit sekali dan darah nya tidak mau berhenti. Lalu salah satu temenku manggil Bang Tito ke kelasnya dan memberi tahu kalau aku sedang menangis karena habis jatuh di lapangan. Bang Tito pun berlari menghampiriku ke lapangan dan melihat ku menangis.

"Kamu gak papa? " Tanya Bang Tito, dapat kulihat waktu itu wajah Bang Tito sangat khawatir sekali kepadaku.

"Sakit Bang perih" Jawabku masih dalam keadaan menangis sesenggukan.

"Ya udah sini abang gedong ya ke UKS biar lukanya di obatin sama bu Iin"

"Gak mau nanti tambah sakit"

"Enggak kan ada abang, nanti abang sulap gini ya simsalabim rasa sakit pergilah dari lutut adikku"Jawab Bang Tito menenangkan ku, aku pun menganggukan kepala ku tanda setuju. Tidak hanya sampai situ pulang sekolah pun Bang Tito menunggu ku di depan kelas, lalu menggendong ku dari sekolah sampai rumah.

Lalu pada saat Bang Tito akan kuliah di luar kota dan meninggalkan rumah, aku begitu sangat sedih, aku merasa kehilangan dan kesepian jika tidak ada Bang Tito disampingku. Aku menangis dan merengek seharian memohon kepada dia agar tidak pergi dan kuliah saja disini. Tapi yang namanya Bang Tito ada saja cara untuk membuat ku percaya walaupun dia kuliah di luar kota dia akan menyempatkan waktunya untuk menengok ku disini setiap dua minggu sekali.

Ya seperti itu hubungan antara aku dan Bang Tito yang begitu erat seperti segel sosis yang tidak bisa dilepaskan.

Diantar Dia

...HAPPY READING...

...----------------...

Tidak terasa sudah seminggu aku sekolah di sini, tapi saat ini ada sesuatu yang mengganjal pikiranku. Entahlah kenapa selama satu minggu ini aku tidak melihat Rama di sekolah.

"Vi yang namanya Rama itu yang lagi main gitar pas kita lewat kelas sosiologi dua ya" Tanyaku pura-pura tidak tau Rama padahal aku sudah mengenalnya.

"Iya shin, emang kenapa?"Tanya via.

" Gak papa cuman nanya aja"jawabku santai.

"Dia lagi diskors tuh" Kata via.

"Diskors kenapa? "

"Katanya sih habis ngunci pak adi di kamar mandi, tau kan pak adi tuh guru BP" Jawab via sambil ketawa kecil. Aku pun begitu.

"Lah kok?"

"Emang dia tuh suka gitu, dulu aja waktu kelas satu dia pernah pura-pura kesurupan gara-gara dia mau diikutin lomba cerdas cermat"

"Cerdas cermat" Tanyaku penasaran.

"Iya, ya walaupun dia nakal anak gangster tapi dia tuh pinter"

"Emang ya vi kita tuh gak boleh menilai buku dari covernya tapi diliat dari isinya, trus gimana dia jadi ikut cerdas cermat? " Tanyaku.

"Enggak, diganti sama yang lain"

"Oh" Jawabku sambil menganggukkan kepala tanda mengerti.

"Kok jadi ngomongin Rama sih" Tanya via tiba-tiba ketika kami berdua saling terdiam.

"Eh iya iya kenapa ngomongin dia, udah siap-siap bentar lagi bu titik bakalan masuk" Jawabku mengalihkan pembicaraan.

"Baik anak-anak sekarang kalian boleh istirahat, jangan lupa PR-nya dikerjakan minggu depan dikumpulin" kata bu titik setelah empat puluh lima menit pelajaran.

"Baik bu" jawab kami satu kelas.

"Ke kantin yuk shin" ajak via.

"Iya ayok" aku mengiyakan ajakannya.

Aku dan via duduk di meja paling pojok karena suasana kantin hari ini sangat penuh dengan monster-monster yang kelaparan.

"Kamu tunggu sini aja shin aku yang pesanin makanan, kamu mau pesan apa? " tanya via

"Gado-gado sama es jeruk aja vi" jawabku.

"Oke kamu tunggu sini aja ya biar gak ditempatin sama orang lain" aku hanya menganggukan kepala mengiyakan.

aku mengamati sekitar, dan seketika mataku menangkap seseorang yang tidak asing bagiku, Rama!. Dia berjalan ke arah ku bersama dua temannya lalu dia duduk di samping ku dan dua temannya duduk di depanku. Aku tidak tau harus berbuat apa, aku hanya menundukkan kepalaku dan berharap via segera datang. Dapat ku lihat dari sudut mataku, Rama sedang memandang ku.

"Sendirian? " tanya Rama kepadaku.

"Enggak, sama via" jawabku tanpa memandangnya.

"Terus via sekarang kemana? " tanya nya lagi.

"Lagi pesan makanan" kali ini aku menjawab dengan memandangnya sekilas.

"Nanti pulang naik angkot lagi? " Aku sedikit terperanjat kenapa dia bisa tau kalau selama ini aku naik angkot dan tidak di anterin lagi sama Bang Tito, kan selama seminggu ini dia lagi diskors.

"Heem" aku menjawabnya cuek karena berharap dia tidak nyaman berbicara kepadaku dan pergi.

"Ya udah aku ke kelas dulu ya" Akhirnya dia pergi juga, kenapa tidak dari tadi aja, kataku dalam hati. Tapi saat dia akan meninggalkan kantin dia menepuk bahu orang yang duduk di samping mejaku dan bilang "kalau makan gorengan lima jangan ngaku dua lah sep, kasian Bi iyem" . Aku memandang kepergiannya dari kantin.

"Eh ngeliatin apa? " tanya via yang sudah berdada di depanku membawa pesanan kami berdua.Aku segera mungkin mengalihkan pandanganku dengan cepat.

"Ah enggak vi, kok lama? " tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Iya tadi gado-gado nya antri banget"

"Ya udah makan yuk keburu bel"

Pukul dua siang akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi, waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua murid termasuk aku hehe.

"Mau pulang bareng gak shin? " ajak afredo ketua kelasku.

"Gak usah do,ngrepotin" jawabku, karena memang arah rumahku dan afredo berlawanan.

"Gak papa kali shin santai aja"

"Kapan-kapan aja ya do"jawabku sambil tersenyum manis kepadanya.

" Em ya udah deh, aku duluan ya shin"

aku hanya tersenyum.Dapat ku lihat matanya ada raut kekecewaan di sana karena aku tidak menerima ajakannya itu.

Aku menunggu angkot di pertigaan bersama beberapa teman yang lainnya. Sepuluh menit setelah menunggu akhirnya angkot yang ku tunggu datang juga. Aku segera naik dan duduk, namun baru beberapa detik aku duduk aku terkaget karena melihat Rama duduk di sebelahku.

"Rama" mataku memandangnya tajam karena masih dalam keadaan kaget. Dia malah tertawa kecil karena melihat expresi ku saat ini.

"Kenapa? " tanyanya

"Kamu ngapain naik angkot? " aku tidak menjawab pertanyaan nya dan bertanya balik padanya.

"Ya gak papa pingin aja naik angkot, ada yang salah? "

"Nggak" Jawabku singkat lalu memalingkan pandanganku darinya.

"Boleh pinjam HP mu? "

"Hah buat apa?"

"Udah pinjam bentar aja kok" katanya dengan Nada seperti merayu. Aku merogoh Tas ku lalu mengambil HP dan ku berikan pada Rama walau agak sedikit Takut kalau dia aneh-aneh. Dia mengambil HP dari tanganku sambil tersenyum melihatku. Ku lihat dia memasukkan nomor telepon dan menyimpanya dengan nama "RAMA GANTENG".

"Nomor Hpku" katanya lalu mengembalikan hpku lagi.

"Buat apa?" tanya ku heran.

"Ya siapa tau butuh, kalau ada preman yang gangguin kamu tinggal telpon aku" jawabnya sambil tersenyum manis sekali, jujur aku sangat terpesona dengan senyumannya itu. Dia terlihat sangat tampan apalagi bibirnya yang tipis itu berwarna pink alami.Sekajap aku dan dia saling terdiam.

"Kenapa?" tanyaku.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa diskors?" tanyaku, entah kenapa aku menanyakan hal yang tidak penting dan tidak ada untungnya bagiku sama sekali.

"Kok tau?"

"i i iyaa dari via" jawabku gugup takut kalau dia sampai tau kalau selama ini aku mencari tau keberadaannya yang tidak ku temui selama seminggu di sekolah. Dia tersenyum.

"Ya karena aku rindu diskors sama pak adi" jawabnya santai sekali.aku sedikit tertawa mendengar jawabannya. Baru kali ini aku tau ada orang yang rindu diskors sama guru BP, karena kebanyakan murid menghindari untuk dipanggil sama guru BP.

"Kamu cantik kalau lagi ketawa" Katanya tiba-tiba. seketika aku berhenti tertawa dan melirik sekeliling ku memastikan kalau mereka tidak ada yang mendengar perkataan Rama barusan.

"Em makasih" Jawabku singkat dan tersenyum tipis.

"Bang kiri bang" kataku kepada abang kenek.

Aku memberi ongkos dan turun dari angkot, tapi kayak ada yang aneh, Rama ikut turun dari angkot dengan ku.

"Kok turun sini?" tanyaku penuh heran.

"Kan rumahku juga di kompleks ini" jawabnya sambil memasukan tangannya ke saku celana.

"Hah, masak, kok aku gak pernah liat"

"Mingkem" katanya sembari menutup mulutku yang sedari tadi melongo.

"Blok apa?" tanyaku lagi.

"Blok G nomor 87" jawabnya

"Oh blok sebelah berarti" kataku sambil mengangguk-anggukan kepalaku.

"Ya udah aku pulang dulu ya" pamit ku lalu berjalan meninggalkan dia.

"Aku antar" katanya sembari menyusul ku yang berjalan lebih dulu.

"Gak usah" jawabku lalu menghentikan langkahku, dia juga.

"Gak papa" jawabnya.Aku hanya terdiam lalu melanjutkan jalanku menuju rumah.

"Jadi ini rumahmu?" tanyanya ketika kami sudah sampai di depan rumah ku.

"Iya, ya udah aku masuk dulu" pamit ku.

"Boleh aku mampir?" tanyanya yang membuat aku mengurungkan niat ku untuk membuka gerbang.

"Mampir?"

"Iya, boleh?" tanyanya lagi.Aku sedikit bingung harus menjawab apa, Tuhan tolong aku. Aku menarik nafas panjang.

"Iya boleh" jawabku dengan sedikit terpaksa. Dia memandangku sambil tersenyum lebar

"Ya udah ayok masuk" ajakku.

"Bukan hari ini" jawabnya.

"Hah?"

"Hari ini aku hanya mengantarmu, mampirnya nanti kapan-kapan lagi" jawabnya lalu pergi.

setelah mandi dan makan aku belajar sebentar lalu merebahkan tubuh ku di atas ranjang ku yang sangat nyaman.

Tok! Tok! pintu kamarku ada yang mengetuk dan aku yakin itu pasti Bang Tito.

"masuk" pintu kamar ku terbuka dan benar ada Bang Tito di sana. aku pun bangun dan duduk, dia duduk di sebelah ku.

"tadi cowok di depan siapa? " tanya Bang Tito. aku tau yang dimaksud dia ada Rama.

"Rama, temen shinta" jawabku

"Ganteng dia" kata Bang Tito sambil tersenyum menggoda.

"Terus?"

"Ganteng dia daripada si pras bajingan itu" kata Bang Tito dengan nada sedikit meninggi saat menyebut nama pras.

"Iya, dia Bang yang udah nyelametin shinta waktu diganggu sama preman" kataku pada Bang Tito.

"Oh ya, anak mana dia?"

"Ternyata rumahnya ada di komplek ini juga tapi di blok sebelah, aku juga baru tau tadi" jawabku.

"Rama anak komplek ini juga, kayaknya gak asing deh" kata Bang Tito seperti sedang mengingat sesuatu

"Gak asing?" Bang Tito hanya diam selama beberapa detik.

"Ah iya abang inget namanya kalo gak salah Ramanda Yordan kan?rumah nya di Blok G nomor 87" kata Bang Tito.

"Kok abang tau?" tanyaku heran.

"Ya tau lah dia ketua gangster kan?"

"iya" jawabku singkat.

"Dia itu anaknya orang kaya, papanya kalau gak salah CEO, tapi gak tau perusahaan nya apa". aku sedikit terkaget mendengar penjelasan Bang Tito tentang Rama, kenapa dia bisa ngerti, ternyata Rama terkenal juga di Kota ini.

" Gak tau lah Bang ngapain juga ngomongin dia" kataku,padahal sebenarnya aku ingin sekali tau tentang Rama lebih jauh lagi. Ah Rama kamu membuat aku penasaran sekali akan tentang mu!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!