NovelToon NovelToon

Gadis Ranjang Tuan Muda

Fabian & Misha

Fabian yang baru datang ke rumahnya, mendadak terkejut ketika melihat sang istri justru terburu-buru untuk pergi dari sana.

Fabian pun mencegatnya dengan berdiri di hadapan wanita itu, "Khayra." panggilnya.

Sontak Khayra pun tersenyum tipis dan menaruh ponselnya di dalam tas saat menyadari kehadiran suaminya.

"Biyan, kamu udah pulang?" Khayra bertanya dengan nada khasnya.

"You see i'm here right? Why are you still asking that?" jawab Fabian dingin.

Fabian memang tidak suka dengan basa-basi, dia lebih menyukai percakapan yang berbobot.

"Iya iya, aku kan cuma tanya. Kamu itu kenapa jadi sensi begini sih sama aku? Gara-gara masalah kantor ya sayang?" ucap Khayra.

"Bukan, aku gak ada masalah apa-apa di kantor." Khayra tiba-tiba menyela, "So?"

"Aku begini karena kamu gak pernah kasih perhatian kamu buat kamu, apa kamu gak sadar dengan itu honey?!" tegas Fabian.

Khayra meneguk ludahnya secara susah payah saat ditatap tajam oleh suaminya sendiri.

"Dan sekarang begitu aku pulang, kamu bukan sambut aku, malah kamu mau langsung pergi gitu aja tinggalin aku." Fabian sudah semakin kesal dengan sikap istrinya.

"I'm sorry, my love! But, i can't leave this job!" Khayra mencoba menjelaskan.

Fabian melepaskan tangan sang istri, lalu berkata, "Whatever you say, i don't care anymore!" dia pun langsung pergi begitu saja meninggalkan Khayra.

Ingin sekali Khayra mengejar dan membujuk suaminya itu, tapi entah kenapa ia sangat sulit melakukannya.

"Ah biarin deh! Paling nanti Fabian juga luluh sendiri," akhirnya Khayra memutuskan tetap pergi karena pekerjaan yang tidak dapat dia tinggalkan. "Aku gak boleh kehilangan job ini," ucapnya penuh yakin.

Khayra pun melangkah menuju mobilnya, ia segera tancap gas lalu meninggalkan rumah itu.

Braakkk...

Fabian yang menyaksikan itu dari dalam pun tampak kesal, dia melempar seisi barang di meja hingga berserakan ke lantai.

"Aaarrgghh istri sialan!" Fabian mengumpat kesal.

Karena sangking emosinya, Fabian mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi seseorang.

📞"Halo! Beri saya wanita terbaik!"

📞"Baik tuan!"

Fabian pergi begitu saja sesudah menutup telponnya, dia tak pernah seemosi ini sebelumnya.

Seorang gadis cantik tiba di depan sebuah kamar bernomor 404 sesuai yang tertera pada layar ponselnya.

"Mungkin ini kamarnya," ia mengucap pelan lalu menaruh ponselnya di dalam tas.

Perlahan gadis itu mengetuk pintu dan mendekatkan dirinya sembari merapihkan rambut serta pakaian yang ia kenakan.

TOK TOK TOK..

"Permisi, selamat malam!" suara lembut terdengar di telinga Fabian yang sedang asyik berbaring dengan kedua tangan sebagai tumpuan.

Fabian bangkit dari ranjangnya, lalu melangkah menuju pintu dengan ekspresi dingin.

Ceklek...

Dia membuka pintu, matanya terbelalak melihat gadis muda nan cantik berdiri di depan sana.

"Halo om, selamat malam!" Fabian makin terkejut mendengar gadis itu memanggilnya dengan sebutan 'om'.

"Who are you?" tanya Fabian dingin.

"Eee bisa bahasa Indonesia aja gak om? Nilai bahasa Inggris aku soalnya jeblok om," ucap gadis itu dengan ekspresi menggemaskannya.

Oh Tuhan, Fabian benar-benar tidak tahan melihat kedua mata indah sang wanita di hadapannya itu!

"Sure, i can." Fabian langsung menutup mulutnya karena merasa salah bicara. "Maaf! Maksudnya, kamu ini siapa dan mau apa kesini?" ralat Fabian.

"Kenalin om, aku Misha. Aku gadis yang om pesan buat temenin om malam ini," Fabian tercengang mendengar penuturan gadis itu.

"Hah? Seriously?" tanya Fabian terkejut.

"Iya om, coba aja cek di hp om kalo gak percaya!" jawab Misha dengan lembut.

Fabian bergegas mengecek ponselnya, ia menyamakan foto disana dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Gimana om? Sama kan? Tenang aja om, itu gak pake filter kok!" ucap Misha.

"Okay, saya percaya sama kamu! Tapi, tolong jangan panggil saya om! Mengerti?!" ujar Fabian.

"Iya om, eh maksudnya bang.." Fabian makin gemas dengan kelucuan gadis itu.

"Jangan bang juga, saya ini bukan tukang bakso!" pinta Fabian dengan sedikit kekehan kecilnya.

"Terus aku harus panggil situ apa?" tanya Misha yang sudah kehabisan ide.

"Kamu panggil aja saya tuan, tuan Fabian Walandouw!" jawab Fabian sembari mendekatkan dirinya pada telinga Misha.

Sreekkk...

Fabian yang sudah tidak sabaran, merobek pakaian yang dikenakan Misha begitu saja hingga gadis itu telanjang sempurna.

Misha pun reflek menutupi tubuhnya dengan kedua tangan, dia benar-benar malu karena ini kali pertama dia memperlihatkan tubuhnya pada orang lain.

"Jangan ditutup dong! Memangnya kamu belum pernah diginiin?" tanya Fabian merasa heran.

Misha menggeleng pelan.

"Maksudnya?" Fabian semakin tak mengerti dengan jawaban gadis itu.

"Sebenarnya ini kali pertama aku ngelakuin pekerjaan ini, tuan." Misha memperjelas maksudnya pada Fabian.

"Hah? Kamu masih segel?" tanya Fabian dengan mulut menganga.

Misha mengangguk-angguk kecil, jujur ia pasrah dengan semua yang akan dia dapatkan malam ini, karena hanya itulah yang bisa dia lakukan.

"Waw! Betapa beruntungnya saya bisa dapat gadis perawan seperti kamu!" ucap Fabian.

Fabian pun menyentuh lembut bagian tubuh Misha menggunakan jari jemarinya, membuat gadis itu merasakan sensasi aneh di dalam dirinya.

"Rasakan itu baby, jangan ditahan!" perintah Fabian.

"Mmhhh..." Misha melenguh tanpa sadar, bahkan kedua matanya sudah tertutup rapat.

Tangan-tangan nakal Fabian akhirnya sampai pada titik yang dia cari, yakni kedua gundukan sekal milik Misha.

Fabian pun menarik kedua tangan Misha yang menutupi gundukan itu secara paksa, Misha hanya menurut tanpa melakukan perlawanan.

"Kamu gak masalah kan?" tanya Fabian.

"I-i-iya tuan.." Misha menjawab dengan sedikit keraguan di hatinya.

Disaat Fabian hendak menyentuh bagian puncak dada Misha, tiba-tiba saja gadis itu menahannya.

"Tunggu tuan!" ucap Misha.

"Why? Kenapa baby?" tanya Fabian tak mengerti.

"A-aku masih takut, apa ini akan sangat sakit?" Misha bertanya pada Fabian dengan sedikit gugup. "Aku pernah baca di novel, katanya saat pertama kali itu terasa sakit sekali." lanjutnya.

"Itu memang benar, saya gak bisa bohongi kamu karena kamu juga tahu itu." Fabian menjauhkan dirinya dari tubuh Misha dan duduk tegak di sebelah gadis itu. "Tapi, saya jamin kamu akan mendapat kepuasan yang jauh daripada rasa sakit itu, Misha Nur Albiru!" sambungnya.

Misha menatap lurus ke arah Fabian, tubuhnya seakan tak bisa digerakkan karena saat ini pikirannya sedang buntu.

"Jika kamu ragu, saya bisa batalkan kegiatan ini. Kamu juga boleh pergi dari sini, karena saya tidak mau bermain dengan cara paksa." Misha terkejut mendengar perkataan Fabian.

"Ja-jangan tuan! Kalau tuan batalin ini, nanti saya gak bisa dapat uang," ucap Misha gugup.

"Kamu butuh uang?" tanya Fabian yang dijawab dengan anggukan oleh Misha.

"Jadi, itu alasan kamu bekerja sebagai wanita pemuas?" lagi-lagi Misha mengangguk pada pertanyaan Fabian yang kedua.

Pria itu bangkit dari duduknya, berjalan ke arah nakas dan mengeluarkan sesuatu dari dompetnya.

Fabian tampak menunjukkan sebuah kartu hitam yang dia miliki di hadapan Misha seraya berkata, "Kamu tahu ini? Saya bisa berikan kamu segalanya, jika kamu mau menjadi gadis ranjang saya."

Misha hanya terdiam tanpa berkedip sedikitpun, baru kali ini ia melihat orang yang memiliki kartu hitam tersebut.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Misha milik tuan Fabian

Misha menatap lurus ke arah Fabian, tubuhnya seakan tak bisa digerakkan karena saat ini pikirannya sedang buntu.

"Jika kamu ragu, saya bisa batalkan kegiatan ini. Kamu juga boleh pergi dari sini, karena saya tidak mau bermain dengan cara paksa." Misha terkejut mendengar perkataan Fabian.

"Ja-jangan tuan! Kalau tuan batalin ini, nanti saya gak bisa dapat uang," ucap Misha gugup.

"Kamu butuh uang?" tanya Fabian yang dijawab dengan anggukan oleh Misha.

"Jadi, itu alasan kamu bekerja sebagai wanita pemuas?" lagi-lagi Misha mengangguk pada pertanyaan Fabian yang kedua.

Pria itu bangkit dari duduknya, berjalan ke arah nakas dan mengeluarkan sesuatu dari dompetnya.

Fabian tampak menunjukkan sebuah kartu hitam yang dia miliki di hadapan Misha seraya berkata, "Kamu tahu ini? Saya bisa berikan kamu segalanya, jika kamu mau menjadi gadis ranjang saya."

Misha hanya terdiam tanpa berkedip sedikitpun, baru kali ini ia melihat orang yang memiliki kartu hitam tersebut.

Melihat ekspresi Misha saat ini, Fabian pun mengulum senyum dan merasa kalau rencananya untuk meyakinkan gadis itu berhasil.

"Jadi bagaimana? Kamu mau?" tanya Fabian lagi, ia kini sudah kembali duduk di pinggiran ranjang king size sambil terus menatap ke arah Misha dengan senyum lebarnya.

"Ya, aku mau." Fabian dibuat senang dengan jawaban gadis itu. "Tapi..."

"Tapi apa?" sela Fabian karena penasaran.

"Apa itu artinya aku harus selalu melayani kamu?" tanya Misha dengan ragu.

"Tentu, kapanpun saya minta kamu harus siap dan ada untuk saya!" jawab Fabian.

"Bagaimana dengan sekolah aku?" tanya Misha.

"Dengar ya Misha, menjadi gadis ranjang untuk saya tidak harus mengorbankan sekolah kamu. Kamu masih bisa bersekolah, dan saya akan menghubungi kamu di waktu pulang," jelas Fabian.

Misha mengangguk-angguk kecil seperti menyetujui perkataan Fabian.

"Jadi, kamu bersedia?" tanya Fabian penuh harap.

"Iya tuan," jawab Misha singkat.

Fabian tersenyum senang mendengar jawaban gadisnya, ia bangkit menaruh black card miliknya di nakas, lalu kembali naik ke ranjang mendekati Misha dengan perlahan.

Misha langsung memejamkan mata begitu Fabian menghampirinya, dia sudah pasrah menyerahkan tubuhnya kepada pria yang saat ini tengah menindihnya.

"Kamu gak perlu takut, saya akan buat kamu puas!" ucap Fabian seraya menjilat telinga Misha dan mengendus leher gadis itu.

Kedua tangan Misha mencengkram erat sprei saat merasakan tubuhnya dijamah oleh Fabian.

Mulut pria itu mulai menciuminya dari atas sampai bawah tanpa ada yang terlewati.

Misha merasakan sensasi aneh ketika Fabian menyentuh dada serta perut bawahnya, sebuah sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Tak butuh waktu lama, Fabian langsung menancap gas melakukan penyatuan dengan gadisnya setelah mereka sama-sama telanjang.

"Akh sakit tuan!" Misha merintih kuat sambil memejamkan mata saat Fabian berusaha menerobos dinding kesuciannya. "Aku gak kuat, jangan diterusin!" pinta Misha.

"Shut up baby! Biarkan aku selesaikan semuanya, kamu cukup diam dan nikmati!" tegas Fabian.

"Aaahhhh..."

Akhirnya Fabian berhasil melakukannya, kesucian yang telah dijaga bertahun-tahun oleh Misha itu pun direnggut dengan mudahnya.

Tiga puluh menit berlalu, keduanya telah sama-sama mencapai puncak dan tengah tergeletak lemas di atas ranjang empuk itu.

Satu tangan Fabian masih terus meremass gundukan sekal milik gadisnya yang terasa pas di tangan itu.

Sementara Misha sendiri hanya terdiam mematung meratapi nasibnya, dirinya kini sudah kotor dan tidak suci lagi.

"Hey, Misha! Kamu tahu? Saya belum pernah mendapat kepuasan selama hidup saya, seperti apa yang baru saya alami dengan kamu. Kamu benar-benar nikmat, baby!" ucap Fabian.

Misha menoleh dengan lembut, menatap Fabian dan bertanya, "Memangnya tuan tidak pernah menyewa wanita sebelumnya?"

"Pernah, tapi tidak ada yang bisa memuaskan saya seperti kamu. Saya sepertinya mulai candu dengan tubuh kamu baby, mulai hari ini dan selamanya kamu resmi menjadi milik saya!" tegas Fabian.

"Milik tuan?" Misha bertanya dengan wajah kaget ketika Fabian menyatakan kalimat itu.

"Ya, kamu sekarang milik saya. Kamu tidak boleh dekat dengan pria lain, dan kamu juga harus nurut sama saya! Tenang saja, karena saya bisa berikan apapun yang kamu mau!" jelas Fabian.

Misha termenung sejenak memikirkan perkataan Fabian, ini memang kesempatan emas baginya untuk bisa mendapat cukup banyak uang.

"Aku gak boleh tolak tawaran tuan Fabian, aku lagi butuh uang dan cuma ini satu-satunya cara supaya aku bisa dapetin uang itu. Lagipun, tuan Fabian juga udah renggut kesucian aku. Lebih baik emang aku kerja buat dia aja," batin Misha.

Cup!

Satu kecupan lembut di bibirnya membuat Misha tersadar dari lamunannya.

"Kenapa diem aja? Udah nemu jawabannya belum?" tanya Fabian dengan wajah berseri-seri, belum pernah ia sebahagia ini saat di ranjang.

"Iya tuan, aku adalah milik tuan. Aku janji gak akan kecewakan tuan! Cuma tuan yang boleh sentuh aku, gak ada yang lain!" jawab Misha tegas.

"Itu baru gadisku," ucap Fabian sembari mengusap rambut Misha dan mengecup keningnya.

Gadis itu terdiam dalam pelukan Fabian, merasakan hangat dan kenyamanan yang diberikan pria itu padanya.

"Kamu percaya saja padaku, aku akan memenuhi semua keinginan mu!" ucap Fabian di sela-sela pelukannya.

Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, Misha terbangun dengan sedikit panik dan merasakan sakit di area bawahnya.

Gadis itu juga sulit bangkit lantaran lengan kekar Fabian melingkar di pinggangnya, tampak pria itu juga masih tertidur pulas sehingga Misha tak berani membangunkannya.

"Duh, gimana ini? Aku harus sekolah, tapi aku tak berani bangunin tuan Biyan," batinnya.

Akhirnya Misha mencoba menyingkirkan lengan Fabian dari tubuhnya dengan perlahan dan berhati-hati.

"Eenngghh.." Misha terkejut mendengar suara tersebut, ya itu berasal dari mulut Fabian.

Disaat Misha hendak bangkit, Fabian justru membuka matanya dan kembali menangkap tubuh gadisnya seakan tak mau melepasnya.

"Mau kemana sih? Disini aja sama aku, jangan kemana-mana baby!" ucap Fabian lemas.

"Ta-tapi tuan—"

"Sssttt, jangan bantah perkataan saya! Kamu itu sudah jadi milik saya, jadi kamu harus ikuti semua kemauan saya!" potong Fabian.

"Ya tuan, aku ngerti. Tapi, aku harus pergi sekolah pagi ini. Aku gak mungkin disini terus sama tuan, kan tuan udah janji," ucap Misha.

Fabian langsung membuka matanya lebar-lebar dan melirik ke arah jam.

"Sekolah? Pagi-pagi begini?" kaget Fabian.

"Aku kan harus siap-siap dulu tuan, mandi dan yang lainnya," jelas Misha.

"Ohh iya ya.."

Fabian pun melepaskan tubuh Misha dan membiarkan wanita itu turun dari ranjang.

Tentu saja Misha bergegas masuk ke toilet untuk membersihkan tubuhnya, ia berjalan dengan pelan karena rasa nyeri yang amat terasa.

Sedangkan Fabian kembali melanjutkan tidurnya, ia sungguh lelah akibat semalaman menggempur Misha.

Pukul tujuh pagi...

Fabian sudah mengantar gadisnya sampai ke sekolah, ia sengaja melakukannya karena tak mau Misha pergi sendiri.

"Baby, kamu jangan khawatir ya! Saya akan bicara dengan pihak sekolah kamu nanti, dan semua biaya yang tertunggak akan saya lunaskan. Selain itu, saya juga bisa meminta pada bos kamu supaya kamu tidak bekerja lagi di tempat semacam itu," ucap Fabian pada Misha.

"Iya tuan, terimakasih! Kalau gitu aku mau sekolah dulu ya?" ucap Misha.

Fabian mengangguk disertai senyum, Misha langsung saja melangkahkan kakinya ke dalam sekolah menemui teman-temannya yang sudah menunggu disana.

"Hai Misha!" sapa seorang wanita pada Misha.

"Hai juga Elin!" balas Misha.

"Itu kamu diantar siapa?" tanya Elin menunjuk ke arah Fabian.

"Ohh, dia sepupu aku," jawab Misha asal.

"Sepupu? Waw dia ganteng banget deh, kapan-kapan kenalin aku sama dia ya!" ucap Elin.

"Umm, okay! Udah yuk masuk!" Aline mengajak temannya itu masuk ke dalam.

Mereka pun melangkah bersamaan, sedangkan Fabian di belakang sana masih terus memandang sampai punggung gadisnya tak lagi terlihat.

Khayra pulang ke rumah, ia langsung memasuki rumahnya dan bergegas menuju kamar karena sudah sangat lelah.

Begitu tiba di kamar, Khayra tercengang lantaran disana tidak ada tanda-tanda keberadaan suaminya.

"Loh, Biyan kemana ya? Apa dia udah berangkat ngantor? Masa sepagi ini sih?" gumamnya.

Wanita itu melempar tasnya ke ranjang, lalu kembali keluar menemui pelayan di rumahnya untuk bertanya mengenai suaminya.

"Bik, bibik!" teriak Khayra cukup lantang.

"I-i-iya nyonya, ada yang bisa saya bantu? Nyonya mau dibikinin teh jahe ya?" ujar si pelayan.

"Biyan mana bik? Bibik tahu gak?" tanya Khayra pada pelayannya itu.

"Oh tuan muda, kalau itu mah bibik gak tahu nyonya. Dari semalam juga tuan muda gak pulang," jawab si pelayan.

"Apa? Gak pulang??" Khayra terkejut mendengar jawaban pelayannya.

"Iya nyonya, semalaman bibik tungguin tuan muda pulang, eh tapi malah gak datang-datang," jelas si pelayan.

Khayra pun tampak curiga pada suaminya yang tidak pulang semalaman itu.

"Kira-kira Biyan nginep dimana ya semalam? Kenapa dia gak pulang coba?" pikirnya.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Undangan tuan besar

Khayra masih kelimpungan mencari keberadaan suaminya, dia telah mencoba menghubungi nomor sang suami maupun teman-temannya, tetapi hasilnya nihil.

Akhirnya Khayra pergi ke depan, ia bertanya pada seluruh penjaga di rumah itu mengenai Fabian yang tidak pulang semalaman.

Namun, tak ada satupun dari mereka yang mengetahui dimana Fabian. Kelima penjaga itu hanya bisa menggeleng saat Khayra bertanya pada mereka.

"Ish, ini Biyan kemana sih?! Biasanya dia gak pernah kayak gini loh," kesal Khayra.

Tak lama kemudian, sebuah mobil putih muncul di pekarangan rumahnya. Khayra mengenali mobil itu sebagai milik dari Mahen, asisten Fabian.

"Selamat pagi Bu Khayra!" sapa Mahen yang baru turun dari mobil.

"Kamu pasti tau dimana mas Biyan kan? Cepat kasih tahu ke saya dimana dia!" ucap Khayra.

"Eee maaf Bu! Memangnya tuan muda tidak ada di rumah?" Mahen justru balik bertanya pada Khayra hingga membuat wanita itu kesal.

"Haish, kalau dia ada di rumah, gak mungkin saya cariin dia sekarang!" kesal Khayra.

"Iya ya Bu, maaf saya kurang fokus!" ucap Mahen.

"Sudah lah, kamu sekarang kasih tahu saya dimana mas Biyan! Saya yakin kamu pasti tau!" tanya Khayra lagi.

"Maaf Bu! Tapi, saya tidak tahu dimana tuan muda sekarang. Ini saja saya datang kesini untuk mengecek apakah tuan muda ada di rumah atau tidak, pasalnya tuan besar sedang mencarinya," jelas Mahen.

"Masa kamu gak tahu sih dimana mas Biyan? Kamu itu asisten pribadinya loh, harusnya kamu bisa tahu dia ada dimana sekarang! Dasar gak becus kamu!" geram Khayra.

Khayra terus menarik-narik rambutnya, merasa pusing karena suaminya entah ada dimana.

"Tapi tunggu deh, tadi kamu bilang tuan besar cariin mas Biyan? Memangnya ada apa ya?" tanya Khayra pada Mahen.

"Saya juga kurang tahu Bu, untuk lebih jelasnya ibu bisa tanyakan langsung pada tuan besar, alias ayah mertua ibu sendiri," jawab Mahen.

"Ish, kamu itu benar-benar gak bisa diandelin ya! Apa-apa gak tahu, terus yang kamu tau itu apa!" kesal Khayra.

"Enggak ada Bu," jawab Mahen disertai gelengan kepala.

Khayra yang terlanjur kesal, akhirnya meninggalkan Mahen begitu saja di luar sana. Ia langsung masuk kembali ke rumahnya dengan perasaan jengkel.

"Aku harus cari mas Biyan sampe ketemu! Aku kok jadi curiga ya sama dia? Jangan-jangan dia ada main di belakang aku!" gumam Khayra sembari berjalan menuju kamarnya.

Wanita itu mengambil tas miliknya yang tergeletak di ranjang kamar, lalu kembali ke luar dan pergi mencari Fabian.

"Begitu ceritanya pak, jadi mohon maklum ya kalau Misha ini sering telat bayar iuran sekolah!" Fabian saat ini sedang berbincang dengan kepala sekolah Misha terkait biaya bulanan gadis itu.

Sang kepala sekolah yang bisa disebut Yadi itu tampak mengangguk kecil seperti memaklumi.

"Ya baiklah, saya mengerti permasalahan yang dialami Misha. Lagipun, sekarang biaya sekolahnya juga sudah dilunaskan oleh anda," ucap Yadi.

"Terimakasih banyak pak! Kalau ada apa-apa tentang Misha, bapak bisa langsung hubungi saya sebagai wali sahnya!" ucap Fabian.

Fabian mengambil kartu namanya dari kantung, lalu menyerahkan itu kepada Yadi.

"Ini kartu nama saya, disitu juga terdapat nomor telepon yang bisa bapak hubungi! Saya pasti akan merespon dengan cepat!" ucap Fabian.

"Baik pak, eee..." Yadi menggantung ucapannya sembari memandangi kartu nama di tangannya untuk mencari tahu nama Fabian.

"Fabian!" sela Fabian yang sudah tidak sabar.

"Ah iya, baik pak Fabian! Saya akan simpan nomor ini di hp saya," ucap Yadi.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi ya pak?" Fabian bangkit dari duduknya dan bersalaman dengan Yadi.

"Ya ya, silahkan pak!" ucap Yadi.

Fabian pun berbalik dan keluar dari ruang kepala sekolah itu dengan wajah lega.

Satu urusannya kini sudah selesai, ia hanya perlu menemui bos Misha dan mengatakan padanya kalau Misha sudah tidak lagi bekerja untuknya.

Namun, saat dalam perjalanan Fabian tak sengaja melihat Misha sedang berolahraga di lapangan bersama teman-temannya.

Fabian merasa terpesona melihat kecantikan gadis itu, ia memutuskan untuk berhenti sejenak dan memandanginya dari jauh.

Lekuk tubuh ramping Misha berhasil membuat Fabian merasa candu, apalagi wajah cantik serta rambut hitam lurusnya yang selalu terbayang di pikirannya.

"Misha, saya beruntung sekali bisa bertemu dengan kamu!"

Saat di mobil, Fabian baru sadar kalau sedari tadi ponsel miliknya tidak aktif karena semalaman ia sengaja mematikan ponselnya itu agar tidak ada siapapun yang dapat mengganggunya.

"Oh iya, hp saya masih mati." Fabian langsung mengambil ponselnya dari dashboard, lalu menyalakannya.

Ia tercengang mendapati cukup banyak missed call dari istrinya dan juga asistennya.

"Khayra sama Mahen ngapain ya telpon saya sebanyak ini? Gak biasanya mereka nyariin saya sampai kayak gini, apa ada yang penting?" gumamnya.

"Saya coba telpon balik aja deh!"

Fabian mengambil sepasang earphone miliknya, lalu menghubungi nomor Mahen untuk menanyakan ada apa.

📞"Halo Mahen! Kenapa kamu telpon saya tadi? Maaf saya gak sempat angkat, karena saya lagi sibuk banget ini!" ucap Fabian di telpon.

📞"Ah iya pak, saya cuma mau mengabarkan kalau tuan besar saat ini sedang mencari bapak. Beliau minta bertemu dengan bapak siang ini, apa bapak bisa?" jelas Mahen.

📞"Hah? Papa nyari saya? Ada masalah apa lagi sih emang?" tanya Fabian terkejut.

📞"Saya juga kurang tahu pak, tapi tadi tuan besar bilang katanya ada hal penting yang ingin disampaikan," jawab Mahen.

📞"Oh gitu, terus papa minta ketemunya dimana? Di rumah apa di luar?" tanya Fabian.

📞"Di rumahnya pak. Oh ya, tuan besar juga meminta bapak hadir bersama Bu Khayra, karena akan diadakan acara makan siang besar juga disana," jawab Mahen.

📞"Hah? Saya harus ajak Khayra??" Fabian kembali terkejut dan bingung mendengar ucapan Mahen.

Tiiinnnn...

Mobil Fabian berhasil menyalip dan menghadang mobil milik Khayra, istrinya. Mereka memang kebetulan berpapasan saat di jalan, tentu saja Fabian tak mau menyia-nyiakan itu dan langsung menghalangi jalan Khayra.

Fabian pun turun dari mobil, diikuti Khayra yang juga melakukan hal sama.

"Biyan, kamu darimana aja sih? Aku nyariin kamu loh, eh taunya kamu malah muncul tiba-tiba kayak gini di depan aku," ucap Khayra.

"Ikut aku!" Fabian langsung mencengkeram tangan Khayra dan memaksanya untuk ikut bersamanya.

"Ish, kamu apa-apaan sih?! Jawab dulu pertanyaan aku! Kamu itu darimana aja dan kenapa semalam kamu gak pulang?" tegas Khayra.

"Buat apa aku jawab pertanyaan kamu itu? Aku baru kali ini gak pulang, sedangkan kamu?" ucap Fabian disertai tatapan tajamnya.

Khayra terdiam tak berkutik saat ditanya seperti itu oleh Fabian.

"Sudahlah, kamu ikut aku sekarang!" ujar Fabian.

"Ih mau kemana?" tanya Khayra berusaha berontak dari genggaman suaminya.

"Ke rumah papa," jawab Fabian singkat.

"Hah? Ngapain?" tanya Khayra penasaran.

"Papa mau ngadain makan siang bersama, aku diminta buat ajak kamu. Kamu harus ikut sama aku, atau nanti papa mama bisa mikir yang enggak-enggak tentang hubungan kita!" jelas Fabian.

"Ya, okay aku ikut! Tapi kamu jangan kasar begini dong sama aku, aku ini istri kamu loh!" pinta Khayra.

"Istri? Kamu masih anggap diri kamu istri aku, setelah semua yang kamu lakuin ke aku? Apa kamu gak malu bilang begitu Khayra, ha?" ujar Fabian, tampak kekesalan terpampang jelas di wajahnya saat ini.

Khayra lagi-lagi dibuat diam dengan pertanyaan yang dilontarkan Fabian.

Tanpa menunggu lama, lelaki itu langsung membawa Khayra masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi dari sana.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!