NovelToon NovelToon

Pangeran Dari Dunia Lain

Kerajaan Dixie

Angeles, tahun 1614.

Suasana malam yang tenang dan damai berubah menjadi bencana saat tiba-tiba segerombol pasukan berkuda memasuki wilayah Kerajaan Dixie. Mereka menyerang rakyat Dixie, membunuh siapa saja yang mereka temui, menjarah segala harta benda, lalu membakar rumah-rumah penduduk. Pasukan berkuda tersebut dipimpin oleh Jenderal Sarman Cove yang sengaja diutus oleh Raja Edmund Darkoven untuk menyerang Kerajaan Dixie karena dendamnya terhadap sang Ratu Dixie, Maera Vadronia.

Dulunya Maera adalah kekasih Pangeran Edmund sebelum Edmund naik tahta menjadi seorang raja. Tetapi Maera meninggalkan sang pangeran ketika beliau pergi ke medan perang. Padahal Pangeran Edmund berjanji padanya akan menikahinya begitu ia kembali dari medan perang dan mendapatkan tahta raja yang dijanjikan oleh ayahnya. Namun tanpa sepengetahuan pangeran, Maera justru menikah dengan Raja Lucent Dixie yang datang dari Kerajaan Dixie. Pangeran Edmund baru mengetahui hal ini begitu ia kembali dari medan perang.

Mendengar berita itu Pangeran Edmund pun murka. Merasa dikhianati, rasa cintanya terhadap Maera berubah menjadi benci dan dendam. Ia kemudian mendapatkan tahta raja atas kemenangannya di medan perang. Ia juga berhasil merebut wilayah musuh.

Tahun demi tahun berlalu, ia berhasil membangun dan memperluas wilayah kekuasaannya. Pasukannya pun semakin bertambah banyak dan kuat. Tapi meski sudah begitu lama dendamnya terhadap Maera belum juga sirna. Sampai tiba waktu yang tepat, ia mengutus jenderal terbaiknya untuk meruntuhkan Kerajaan Dixie. Tidak hanya menghancurkan Kerajaan Dixie, Raja Edmund juga mengincar kalung Crystal Orlov milik Raja Lucent yang terkenal akan keindahannya. Tidak hanya bernilai tinggi dan indah, konon Crystal Orlov dipercaya memiliki kekuatan magic yang bisa menangkal kutukan, juga dapat menjauhkan pemakainya dari sakti-penyakit, memberikan kekayaan, kekuasaan, bahkan umur panjang. Itu terlihat sejak Kerajaan Dixie berdiri, pemerintahannya terus berjaya dan wilayah yang terus berkembang. Rakyatnya pun hidup dengan damai dan tentram.

Sebelum berangkat, Raja Edmund berpesan pada sang jenderal. "Bunuh siapapun yang kau temui, raja maupun pangeran Dixie. Setelah itu ambil Crystal Orlov milik raja. Tapi jangan menyentuh Ratu Maera, biarkan ia tetap hidup. Aku ingin ia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang dia cintai. Aku ingin melihatnya 'hancur' dengan perlahan!"

Usai memporak-porandakan pemukiman penduduk, pasukan berkuda Sarman Cove lalu memasuki area istana Dixie. Semua pasukan dari Dixie dikerahkan. Tetapi pasukan musuh sangat kuat sehingga mereka berhasil memukul mundur pasukan Dixie dan masuk ke dalam istana. Raja Lucent ikut berperang mempertahankan kerajaannya dari serangan musuh. Satu persatu pasukan berhasil dihabisi olehnya. Sementara Ratu Maera dan Pangeran Wallace bersembunyi di ruang bawah tanah. Pangeran Wallace yang kala itu baru menginjak usia 25 tahun merasa dirinya cukup siap untuk ikut berperang. Sehingga tidak mematuhi perintah ayahnya untuk tetap berada di ruang bawah tanah menjaga sang ibu. Meski ibunya juga telah melarang tapi tak diindahkannya. Ia tetap bersikeras kembali ke istana ikut berperang demi menyelamatkan kerajaannya.

Maka ditinggalkan sang ratu seorang diri di ruang bawah tanah. Pangeran Wallace kembali ke istana menyusul ayahnya. Dengan berbekal tameng dan pedang ia menghabisi pasukan musuh yang menyerang. Raja Lucent yang melihat kehadiran putranya menyuruhnya kembali, tapi Pangeran Wallace tak mematuhi.

"Wallace, apa yang kau lakukan? Cepat kembali!!" teriak Raja Lucent.

"Tidak. Aku adalah seorang pangeran dan aku harus mempertahankan kerajaan ini!" balas Pangeran Wallace bersikeras.

Pertempuran berlangsung sampai titik darah penghabisan, di mana hanya yang terkuat yang tersisa. Banyak pasukan Lucent telah gugur. Jenderal Sarman masih tetap kuat dengan pedang yang siap menghunus siapa saja. Sedangkan Raja Lucent terlihat mulai lelah dengan usianya yang tidak lagi muda pertempuran ini membuatnya kepayahan. Pangeran Wallace yang masih cukup kuat dan muda tak pikir panjang. Tanpa rasa takut, ia berlari menyerang Sarman. Bagi Sarman yang telah banyak pengalaman perang bukanlah hal sulit menghadapi Pangeran Wallace yang dianggapnya masih ingusan. Hanya sekali ayunan pedang dengan mudah Pangeran Wallace dilumpuhkan. Pedang Sarman menikam tepat di jantungnya. Pangeran Wallace pun tewas seketika. Raja Lucent begitu syok melihat kematian putranya.

"TIDAKKKKKKKKKK............!!" teriaknya histeris.

Dengan mata melotot tajam penuh amarah Raja Lucent menatap Jenderal Sarman yang nampak tenang saja.

"Apa tujuanmu sebenarnya menyerang kerajaanku?" tanya Raja Lucent dengan suara bergetar.

"Berikan Crystal Orlov padaku, maka aku tidak akan membunuhmu!" jawab Jenderal Sarman.

"Jangan harap!" teriak Raja Lucent geram.

Lantas ia pun langsung menyerang Sarman dengan membabi buta. Tetapi sayang Raja Lucent pun bernasib sama dengan putranya. Sarman berhasil membunuhnya juga. Hanya tinggal belasan pengawal dari Lucent yang selamat. Mereka memohon ampun agar tidak dibunuh. Sarman pun tak berniat membunuh mereka. Ia hanya bertanya pada mereka,

"Di mana raja kalian menyimpan Crystal Orlov-nya?"

Tapi tak seorang pun tahu. Semua menggeleng tidak tahu dengan wajah ketakutan. Kemudian ia memerintahkan semua pengawal dan pasukannya itu untuk menggeledah seisi istana. Semua bergerak cepat mencari di setiap sudut istana di mana crystal itu berada. Sayang tak seorang pun menemukannya. Akhirnya Jenderal Sarman pun memberikan perintah,

"Siapapun dari kalian yang berhasil menemukan Crystal Orlov dan menyerahkannya pada Raja Edmund Darkoven, sebagai gantinya raja akan memberikan kalian satu peti besar koin emas."

Usai berkata begitu, bersama seluruh pasukannya yang tersisa Sarman kemudian pergi meninggalkan Kerajaan Dixie.

Ratu Maera yang masih bersembunyi di ruang bawah tanah, perlahan-lahan berjalan ke atas. Merasa keadaan sudah aman karena tidak mendengar adanya keributan. Ia pun segera beranjak naik menuju istana. Namun betapa kagetnya ia begitu mendapati suami serta putranya telah tewas. Ia menangis dengan begitu histeris di samping mayat putranya. Di mana istana yang sebelumnya megah kini berubah menjadi lautan mayat dengan noda merah dimana-mana.

Keesokan paginya mayat Raja Lucent Dixie dan Pangeran Wallace Dixie dikremasi bersama korban perang lainnya. Air mata Ratu Maera tak henti-hentinya mengalir. Seusai upacara kremasi Ratu Maera mengunjungi pemukiman penduduk, mendapati kondisi pemukiman telah hancur berantakan.

Rumah-rumah habis terbakar, harta mereka juga habis dijarah, dan keluarga mereka banyak yang jadi korban. Beberapa ibu dan anak-anak masih ada yang ketakutan dan terus menangis atas kehilangan keluarga mereka. Sedangkan Ratu Maera tak bisa berbuat apa-apa. Hatinya masih begitu sedih kehilangan dua orang yang sangat dicintainya.

Dalam waktu singkat krisis melanda kerajaan Dixie. Rakyat kekurangan bahan makanan dan tempat tinggal. Karena semuanya habis dijarah pasukan musuh. Makanan, ternak, pakaian, harta, tak ada yang tersisa. Ratu Maera yang begitu putus asa hanya duduk diam menatap kosong ke luar jendela kamar. Ia begitu terpuruk. Orang yang dicintainya telah tiada. Kerajaannya hancur dan rakyatnya menderita. Ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang. Ia seorang diri merasa begitu putus asa. Ia berjalan dengan lemas dan duduk kembali di depan meja riasnya. Diperhatikan gambaran wajahnya yang tidak terawat dan penuh raut kesedihan.

Beberapa hari yang lalu ia masih seorang ratu yang cantik, kini rambutnya kusut berantakan, pipinya tak pernah kering dari air mata sampai membuat matanya bengkak, dan tulang leher yang semakin menonjol. Dengan tangan kurusnya ia meraih ukiran mahkota yang berada di bagian tengah sisi atas bingkai cermin. Kemudian menekan ukiran mahkota di bingkai cermin itu yang membuat dinding di samping cermin terbuka dan terlihatlah sebuah ruang penyimpanan kecil. Maera memasukkan tangannya ke dalam ruang penyimpanan itu dan mengeluarkan sebuah kotak emas. Dibukanya kotak emas itu terlihat seuntai kalung Crystal Orlov berkilau dengan indah yang merupakan hadiah pernikahan dari Raja Lucent. Raja Lucent memang sangat mencintai Maera sampai-sampai bersedia memberikan pusaka milik keluarganya itu.

Ia ingat pesan raja kepadanya agar menjaga crystal itu dengan baik. Kenangan akan waktu bersama sang raja begitu lekat dipikirannya. Dengan tangan bergetar Maera mengalungkan crystal itu ke lehernya. Ia jadi terlihat lebih cantik. Cukup lama ia mengagumi dirinya di depan cermin. Sampai kemudian ...

Keesokan harinya dua pengawal menemukan Ratu Maera sudah tak bernyawa di kamarnya. Ratu Maera mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Sementara Crystal Orlov terlihat melingkar di lehernya. Kedua pengawal rupanya memiliki pemikiran yang sama. Mereka mengambil Crystal Orlov yang melingkar di leher Ratu Maera tanpa sepengetahuan siapapun. Baru kemudian sang ratu di makamkan di Taman Tujuh Warna, tempat favorit ratu kala ia masih hidup.

Berita kematian Ratu Maera beserta tumbangnya Kerajaan Dixie pun tersebar. Tak dipungkiri Raja Edmund Darkoven yang mendengar berita itu sangat senang. Ia semakin gembira manakala Crystal Orlov berhasil didapatkannya. Rasa sakit hatinya selama ini telah terbalaskan.

Kini Kerajaan Dixie kehilangan pemimpinnya. Ditambah kondisi yang semakin kritis akhirnya seluruh rakyat yang tersisa meninggalkan kerajaan. Mencari tempat tinggal baru di daerah lain Angeles. Kerajaan Dixie menjadi suram dan sunyi tanpa ada satupun penghuni.

Sementara itu, tak lama setelah mendapatkan Crystal Orlov nasib Raja Edmund pun berakhir tragis. Ia bunuh diri tanpa alasan yang jelas. Dan yang mengejutkan lagi dua pengawal yang menyerahkan crystal itu pun ikut bunuh diri usai menyerahkan crystal tersebut. Kini keberadaan Crystal Orlov menjadi misteri.

bersambung....

Kota Angeles

Angeles, tahun 1890.

Kota Angeles tidak lagi terbagi-bagi menjadi wilayah kerajaan. Pada masa ini Angeles mulai dibangun menjadi pusat perkotaan. Banyak penjelajah dari berbagai negeri singgah di Angeles. Pembangunan di Angeles saat itu masih minim, masih jauh dari kata modern karena penduduknya yang masih sedikit. Melihat adanya potensi yang bagus di kota ini, beberapa penjelajah dari luar negeri yang kebetulan lewat untuk singgah akhirnya menetap dan merancang pembangunan baru di kota itu.

Berpuluh-puluh tahun berlalu. Seorang penjelajah baru bernama Arnold Bertus berhasil menyulap Angeles menjadi kota yang lebih modern dengan gedung pencakar langit, tempat-tempat wisata, dan hiburan. Dia juga menjabat sebagai walikota pertama Angeles. Keberadaan Kerajaan Dixie kala itu masih belum diketahui. Sebab waktu dan tumbuhan liar telah menelan dan menyembunyikan puing kerajaan itu jauh di dalam hutan belantara. Memang ada sejarah tertulis mengenai Kerajaan Dixie yang terkenal dengan keindahan Crystal Orlov-nya. Namun karena tidak adanya bukti ataupun jejak peninggalan kerajaan tersebut jadi semua orang menganggapnya hanya cerita dongeng saja.

Pada tahun 1943, datanglah seorang turis asing yang bernama Dennis L. Ia membawa cerita mengenai keberadaan kerajaan tersebut. Dahulu nenek moyang Dennis merupakan salah satu dari penduduk Dixie yang selamat dan meninggalkan kerajaan ketika krisis melanda. Kisah itu ditulis oleh nenek moyang Dennis dalam sebuah buku kuno yang disimpan turun temurun oleh keluarganya. Menurut keterangan buku itu lokasi kerajaan dulu berada di kota Angeles. Karena penasaran Dennis datang ke Angeles dan ingin melihat sendiri seperti apa istana Dixie itu. Sayangnya ia pulang tanpa hasil. Tapi Dennis tidak menyerah. Dia memberikan salinan buku kuno itu kepada Arnold untuk dijadikan petunjuk. Dennis berharap saat ia kembali ke Angeles lagi, Arnold bisa menemukan kerajaan yang hilang itu.

Akhirnya selama bertahun-tahun pencarian tim Arnold membuahkan hasil. Mereka menemukan keberadaan istana Dixie yang telah terkubur di dalam hutan belantara. Sayang hanya tinggal puing-puingnya saja yang tersisa. Istana yang megah itu hancur sebagian. Pemukiman penduduk dulunya pun hampir seluruhnya telah berubah menjadi hutan. Melihat adanya peluang untuk menjadikan puing istana sebagai tempat wisata. Arnold pun merancang pembangunan besar untuk menyulap hutan itu menjadi kawasan modern sekaligus tempat wisata sejarah.

Dengan alat-alat berat pekerja mulai membuka hutan. Di atas bekas pemukiman sampai menuju istana dibangun jalan beraspal. Lalu gedung perkantoran, penginapan, mansion, pertokoan, restoran sampai tempat hiburan lain. Terakhir barulah membenahi area istana. Segala benda peninggalan yang tersisa dan masih utuh yang ditemukan di dalam istana dipindahkan. Untuk kemudian dijadikan pajangan atau hiasan didalam gedung-gedung baru dan sebagai koleksi museum. Seperti lukisan keluarga Raja Lucent Dixie beserta ratu dan pangeran yang tersimpan di Mansion Maera. Nama bangunan di kawasan ini memang sengaja dinamakan sesuai dengan nama keluarga Dixie menurut catatan sejarah dan buku yang diberikan Dennis.

Tidak berselang lama, tiba-tiba kejadian aneh mulai muncul. Saat pekerja akan membersihkan reruntuhan puing istana, akan selalu ada pekerja yang mengalami kecelakaan. Tidak hanya sekali tapi sampai berkali-kali setiap akan membenahi area istana dan sekitarnya. Karena telah berkali-kali mengalami kejadian yang sama, akhirnya pembangunan area istana pun dihentikan. Dan sisa puing istana dibiarkan bahkan ditinggalkan begitu saja. Hanya kawasan di luar yang pembangunannya telah rampung yang kemudian dibuka untuk umum. Saat peresmian kawasan itu Arnold memberi nama kawasan bekas kerajaan ini dengan Dixie Holly. Sejak itu Dixie Holly resmi dibuka bagi umum.

Gedung-gedung serta penginapan mulai beroperasi. Puing istana juga tak luput dari perhatian pengunjung. Begitu pun Dennis, ia kembali ke Angeles begitu mendengar Arnold menemukan kembali puing istana itu. Ia begitu bersemangat mengabadikan foto tiap sudut puing-puing istana Dixie. Ia juga mendokumentasikan penemuan puing istana yang kemudian ia tulis di dalam sebuah buku edisi terbatas yang terbit sebulan kemudian.

Namun hanya selang tiga hari Dixie Holly beroperasi, kejadian demi kejadian aneh mulai bermunculan. Tidak hanya terjadi dalam gedung-gedung baru, tapi juga dalam puing istana. Di dalam gedung baru banyak pengunjung dan karyawan yang mengaku sering melihat penampakan dan diganggu mahkluk lain. Sementara di puing istana sering terjadi kecelakaan yang sampai membuat pengunjung terluka. Karena kejadian serupa terus berulang dan korban semakin banyak maka akhirnya objek wisata puing istana ditutup permanen. Begitu pula dengan gedung-gedung baru di Dixie Holly. Para pengunjung dan karyawan tidak ada yang betah berada di penginapan. Mereka semua ketakutan sehingga kemudian meninggalkan tempat itu. Dixie Holly kembali menjadi kawasan mati.

Sementara Arnold tidak mengetahui pasti penyebab hal-hal aneh itu terjadi. Tapi ia tidak biarkan Dixie Holly mati begitu saja. Ia pun menyulap kawasan itu menjadi tempat wisata horor. Hanya untuk objek wisata puing istana, Arnold benar-benar menutupnya dari publik. Maka dibangunlah sebuah tembok tinggi di ujung Dixie Street sebagai pembatas agar tidak ada yang menjangkau tempat itu. Hanya menyisakan sebuah pintu jeruji kecil sebagai penghubung pintu keluar masuk yang terkunci rapat di sudut yang tersembunyi.

Setahun kemudian, Arnold mengubah nama kota Angeles menjadi New Angeles.

Akhirnya setelah berpuluh-puluh tahun berlalu, sisa puing istana kembali tenggelam oleh hutan lebat. Dan tak pernah lagi terjamah dengan kehadiran manusia.

bersambung...

"Cerita ini hanya fiksi karangan penulis. Tidak ada kaitannya dengan sejarah atau kisah legenda di suatu tempat tertentu. Jadi, murni fiksi belaka.

Jangan lupa like dan komentar setelah membaca. Silahkan, saran juga boleh! Terima kasih dan selamat membaca!"

Liburan

┌──❀*̥˚──◌──────────◌──❀*̥˚─┐

...30 Mei 2013,...

...Welcome to New Angeles ... Penerbangan pertama menuju New Angeles. Yihaaaa .......

└◌───❀*̥˚───────────◌───❀*̥˚┘

Sebuah coretan tak berarti di buku harianku. Mungkin terdengar lucu tapi aku tentunya tidak mau melupakan momen di mana pertama kalinya aku naik pesawat. Iya, pertama kali! Maka, aku menulisnya.

Perjalanan yang cukup melelahkan. Tapi beruntung aku dan sepupuku tiba ketika hari telah malam. Setelah check-in di sebuah hotel, kami langsung beristirahat agar besoknya bisa segar kembali.

...****...

┌──❀*̥˚──◌──────────◌──❀*̥˚─┐

...31 Mei 2013,...

...Hujan ...? Are you kidding?!...

└◌───❀*̥˚───────────◌───❀*̥˚┘

Dengan kasar aku melempar buku harian ke atas meja. Seharian ini hujan terus turun mengguyur New Angeles. Padahal hari ini aku dan sepupuku berencana mengunjungi Glosy Tower, menara tertinggi di New Angeles. Tapi sayang karena cuaca yang tidak bersahabat mengharuskan kami untuk tinggal di hotel.

Sebelumnya perkenalkan namaku Eriza Ravella. Gadis biasa yang baru menginjak usia 20 tahun. Aku berasal dari sebuah kota kecil bernama Losta.

Ini merupakan perjalanan pertamaku ke New Angeles. Di hari ulang tahunku yang baru lewat dua hari yang lalu, aku mendapatkan hadiah dari bibi Jane berupa tiket pesawat ke New Angeles. Tentu saja hadiah itu tidak aku sia-siakan. Keesokan harinya aku langsung terbang kemari bersama sepupuku, Sienna Aeris.

Sienna seumuran denganku. Dan ini hari kedua kami berada di kota ini.

Yah, kuakui berada di dalam kamar hotel tanpa adanya kegiatan sangat membosankan. Sedangkan Sienna sedang tertidur pulas di ranjangnya. Cuaca dingin seperti ini memang membuat kebanyakan orang mengantuk. Tapi tidak untukku. Aku malah tidak bisa tidur. Sedari pagi yang ku lakukan hanya menggerutu mengenai cuaca yang sangat tidak bersahabat ini.

Aku hanya duduk diam di depan jendela kamar hotel sambil berharap semoga hujan segera reda. Tapi sayang, sepertinya harapanku sia-sia. Karena sampai sore ini pun hujan masih terus turun.

'Haaa ... aku menyerah!' kataku dalam hati.

Lelah sudah menunggu hujan yang tak kunjung reda. Aku pun beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke kamar mandi. Saat aku keluar dari kamar mandi aku mendapati Sienna telah berada di depan jendela menatap cuaca di luar sana.

"Kamu sudah bangun?!" tanyaku.

"He-em ... Hujannya tidak reda juga, ya!" ujar Sienna.

"Ya, begitulah. Pergilah mandi! Setelah mandi kita turun untuk makan malam!" kataku lagi.

Sienna menuruti kataku. Setelah kami berdua siap, kami keluar dari kamar dan berjalan ke restoran yang ada di lantai dasar. Selesai makan malam kami duduk di lobby. Jam baru menunjukkan pukul enam sore. Hujan di luar nampaknya sudah agak reda. Suasana di lobby juga cukup tenang karena tidak banyak tamu yang datang. Sienna yang mulai bosan mengajakku berjalan ke luar hotel. Aku setuju dan kami berjalan ke luar.

Di luar hotel nampak beberapa turis yang sedang mengobrol. Ada pula petugas keamanan yang berbicara dengan seorang tamu. Tidak ada hal menarik memang yang bisa dilihat di luar sini.

Dari dalam hotel muncul empat anak muda dengan seorang pria yang berjalan memimpin di depan mereka. Usia pria itu sekitar 30an. Menurut perkiraanku mereka pasti datang dari luar kota juga sepertiku. Dan pria tersebut pasti pemandu wisata mereka. Sienna menarikku ke tepi begitu rombongan anak muda itu lewat di depan kami. Mereka mengobrol sebentar sambil menunggu. Lalu dari kejauhan datang Van Chevy berwarna silver berhenti tepat di depan mereka. Atas instruksi dari pemandu wisata, para rombongan itu pun naik ke dalam van tersebut. Melihat van yang masih menyisakan dua kursi kosong membuat si pemandu wisata nampak bingung. Ia menatap ke sana kemari seperti mencari sesuatu. Dan pencariannya berakhir saat ia melihat aku dan Sienna yang berdiri di samping pintu masuk. Sang pemandu wisata mendekati kami dengan senyum hangat.

"Hello, nona-nona! Sepertinya kalian bukan warga sini. Perkenalkan dulu namaku Mark Carlo. Kalian bisa memanggilku Mr. Mark. Aku seorang pemandu wisata. Sore ini rombongan yang ku pandu akan menuju ke Dixie Holly dengan van itu. Dan kebetulan van kami masih menyisakan tempat kosong untuk dua orang. Apakah kedua nona ini berminat bergabung bersama kami?" tanya pemandu wisata yang bernama Mark Carlo dengan ramah. Tidak lupa ia menunjukkan tanda pengenal dan kartu identitasnya sebagai pemandu wisata sebagai bukti.

Awalnya aku sedikit curiga. Aku memeriksa tanda pengenalnya. Setelah memastikan itu memang benar dirinya, baru aku kembalikan padanya. Tapi aku masih tak mengerti mengapa ia mengajak kami untuk ikut dengan rombongannya hanya untuk mengisi tempat kosong yang tersisa.

"Kami dari Losta. Kami datang untuk berlibur. Memangnya ada apa saja di Dixie Holly?" tanya Sienna penasaran.

"Kita akan mengunjungi sebuah mansion tua bernama Mansion Maera di Dixie Street yang terkenal angker. Di sana juga banyak gedung tua lainnya. Dan jika nona-nona ingin berbelanja oleh-oleh, banyak stan yang menjual berbagai macam barang dengan harga yang sangat murah," jawab Mark dengan semangat.

Sienna berseru, "wow ...," dengan mata berbinar-binar. Dia nampak sangat tertarik. Karena Sienna termasuk penggemar cerita misteri. Apalagi Mark memberikan tumpangan gratis pada kami. Dengan semangat yang tinggi Sienna membujukku untuk ikut. Sebelum aku menyetujui tawaran Mark aku bertanya padanya.

"Sebelumnya ... maaf, Mr. Mark. Jika boleh aku tahu mengapa anda begitu tidak merelakan dua tempat itu dibiarkan kosong?" tanyaku pada Mark.

"Begini nona-nona, karena ini syarat dari pemilik van, bahwa tidak boleh ada kursi kosong atau aku harus membayar dua kali dari harga sewa van tersebut. Menurut mereka itu dianggap pemborosan. Meski aku tidak mengerti pemborosan seperti apa. Jadi aku sangat berharap kalian mau bergabung! Apalagi ini perjalanan gratis! Aku jamin kalian tidak akan menyesal!" terang Mr. Mark penuh harap.

"Riza, ayolah! Kapan lagi ada kesempatan seperti ini!?" ujar Sienna yang begitu tertarik.

"Baiklah kami ikut dengan rombonganmu!" kataku pada Mr. Mark dan disambut senang olehnya.

"Yes!" teriak Sienna kegirangan.

"Mari, nona-nona aku antar!" ujar Mr. Mark sambil menuntun kami memasuki van.

Kami duduk bertiga di jok belakang dengan seorang pemuda dan Sienna di tengah. Aku melemparkan senyum pada semua orang di dalam van.

"Maaf sebelumnya, siapa nama kedua nona ini?" tanya Mr. Mark dengan sopan sebelum ia masuk ke dalam van.

"Aku Eriza Ravella dan ini sepupuku ...."

"Sienna Aeris!" sambung Sienna.

"Salam kenal kalau begitu!" ujar Mr. Mark sambil menjabat tangan kami berdua. Kemudian ia berkata kepada semua penumpang, "Selamat menikmati perjalanan kalian!"

Mr. Mark pun memasuki van. Ia duduk di jok depan bersama supir. Kemudian memberitahukan keberangkatan kepada rombongan. "Oke, teman-teman kita akan mulai perjalanan. Kuharap kalian menikmatinya."

Van pun mulai berjalan meninggalkan hotel tempat kami menginap. Suara di dalam van cukup berisik karena yang lainnya sibuk mengobrol dan tertawa. Aku mendengar Sienna yang mulai berbicara dengan pemuda di sampingnya. Tapi aku tidak menyimak dengan pasti apa yang mereka bicarakan. Aku lebih tertarik dengan pemandangan malam di luar jendela.

Sisa hujan membuat jalan di seluruh kota basah dan licin. Sang supir mengemudikan van dengan pelan.

bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!