Rumit
Setiap orang pasti merasa bahwa perjalanan hidup mereka rumit. Entah itu percintaan, keuangan , karir, ataupun keluarga. Ya begitu juga denganku.
Mungkin sebaiknya kita mulai dari awal. Namaku Zayn Richard Jefferson. Kalian pasti mengira aku adalah laki-laki. No, aku adalah perempuan. Richard adalah nama papa ku. Awalnya papa melihat bahwa nama Zayn dalam bahasa Arab berarti baik atau cantik. Ternyata itu adalah nama anak laki-laki. Yah, ibuku marah setelah mengetahui itu tapi papa bilang
“Emang kenapa kalo kita kasih nama anak perempuan dengan nama laki-laki? Toh dia akan tetap jadi perempuan. Dan aku ingin dia menjadi manusia yang baik. “
Ya , ibuku tak bisa berkutik tentang itu karna emang niat dan artinya itu bagus. Tapi ibuku tidak pernah menyerah, dia terus memanggilku dengan nama Jenny walau nama itu tak pernah menempel karna aku juga tak suka nama itu. Akhirnya ibu memanggilku dengan sebutan kaka. Yah itu benar. Aku memiliki adik perempuan yang tentu saja akan ibuku perhatikan dan di telusuri dulu nama itu. Dia bernama Rosaline Tania Jefferson. Tania adalah nama ibuku. Jadi masing-masing dari kami mendapatkan nama orangtua kami yang lucunya sesuai dengan rupa kami. Aku lebih mirip dengan papa. Berkulit kecoklatan dengan rambut ikal dan coklat. Sedangkan Rose dia Berkulit putih dengan rambut lurus dan kemerahan. Yap hanya kami anak papa dan ibu karna setelah memiliki kami mereka berpisah.
Setelah papa dan ibu bercerai aku ikut papa dan Rose ikut ibu. Aku tumbuh dengan papa. Papa terus mengajariku agar mandiri karna papa tak akan pernah selalu ada di sisi ku. Itu memang benar, aku sudah mandiri bahkan dari aku taman kanak kanak. Aku berangkat sekolah sendiri dan menyiapkan pakaian ku sendiri di umur 6 tahun. Karna jarak dari rumah ke sekolah dekat jadi aku tidak bergantung pada papa untuk mengantarkanku. Begitu pula ketika aku masuk sekolah dasar. Aku mengurus semua keperluan ku sendiri. Terkadang di bantu oleh oma dan opa ku. Perjalanan dari rumah ke sekolah melewati rumah mereka, tentu saja aku akan mampir. Aku dan Rose berbeda 2,5 tahun. Jadi ketika aku kelas 3 dia kelas 1 dan pada saat itu Rose sudah tinggal bersama kami.
Aku tak pernah merindukan ibuku, bukannya aku mau durhaka, hanya saja ibu yang ada dalam ingatanku sangat sedikit. Seluruh masa kecil yang ku ingat hanya papa. Papa sampai memberiku ponsel agar aku bisa leluasa berkomunikasi dengan ibu tapi rasanya tetap saja aneh.
Aku masih bertemu ibu jika liburan datang, tapi ketika sudah seminggu di sana aku rindu papa. Aku akan terus menangis tiap malam sampai akhirnya aku menelepon papa minta jemput. Bertahun tahun berlalu. Papa akhirnya menikah lagi dengan mama Lyra dan memiliki anak perempuan bernama Jacqueline Lyra Jefferson tapi ketika Jacky kecil berumur 1 bulan mama meninggal dunia. Aku tak mengerti waktu itu yang ku tahu mama sakit dan tak lama meninggal dunia. Ternyata mama mengalami pendarahan yang tak berhenti sampai akhirnya menutup mata. Aku sedih, karna kukira kita akhirnya akan menjadi keluarga bahagia tapi gagal. Oma terus membujuk papa agar menikah lagi karna biar bagaimanapun Jacky memerlukan seorang mama tapi papa bilang dia akan bisa mengurus kami semua. Tentu saja dia kewalahan dengan aku memasuki kelas 2 dan Rose tk papa tak hanya akan mengurus bayi kecil. Papa bertahan selama 1 tahun ketika akhirnya dia menyerah pada desakan oma agar papa menikah dengan gadis pilihan nya. Mama Nila baik, dia penuh perhatian dan tak pernah membedakan kami walau kami semua bukan anak kandung mama. Ternyata di tempat lain ibuku baru saja menikah. Tidak memberitahuku apalagi mengundangku untuk hadir di acara itu. Yang kudengar hanya ketika Jacky berusia 1,5 tahun aku memiliki adik perempuan lagi dari ibuku bernama Nadya Wilson.
Bagaimana menurut kalian? Ini sudah rumit?
Hmm, mari kita lanjutkan
Ketika aku lulus sekolah dasar papa ingin memasukanku ke sekolah asrama. Ya, itu bukan sesuatu yang baru karna semua sepupu dari papa masuk sekolah asrama begitu juga denganku. Disanalah aku merasa ada yang salah denganku. Aku tidak mengetahui apapun tentang ibuku. Apa warna kesukaannya? Apa makanan kesukaannya? Bagaimana caranya berjalan? Dan yang lebih membuatku sedih adalah ketika aku menelpon Rose dan bertanya hal itu padanya dia tahu. Dia tahu semua itu. Aku mulai berpikir apa selama ini aku salah dalam bersikap pada ibu? Karna selalu aku yang menjauhi ibu. Hingga akhirnya aku minta pada papa untuk tinggal dengan ibu. Papa kecewa tentu saja. Karna dalam sudut pandang nya aku adalah anaknya. Anak yang selalu memanggil papa ketika ketakutan. Anak yang selalu merengek untuk di biarkan tidur dengan boneka beruang. Anak yang bahkan tidak minta di jenguk di asrama tapi papa datang tiap bulan dan itu termasuk sangat sering karna aku masuk asrama di beda provinsi. Tapi apapun itu papa lakuin biar bisa sering bertemu aku. Oma sampai bilang bahwa papa terlalu menyayangiku tak ingin jauh dariku. Tapi di umur 14 tahun aku meminta pada papa untuk tinggal dengan ibu. Tentu saja papa tidak langsung menyetujui, aku masih smp dan masih harus melanjutkan sekolah asrama setidaknya sampai lulus smp. Sedangkan di asrama itu sekolah sangat lengkap dari SMP SMA sampai kuliah ada di sana. Tapi karna keputusan ku sudah bulat ketika aku lulus SMP dan Rose kelas 2 aku pindah ke tempat ibu.
Dan disanalah aku bertemu Dia.
Pagi itu berjalan seperti biasa. Tak ada yang spesial. Namun pasti akan mengubah kehidupanku selamanya. Aku baru saja keluar dari perpustakaan sehabis meminjam buku kimia di sana. Aku tak mau membeli sebuah buku jika aku hanya membaca nya sekali, jadi jika ada tugas sekolah dan aku pasti akan meminjam buku di perpustakaan. Aku tidak tertarik untuk membuka buku ini lagi setelah lulus sekolah karna aku memang tidak tertarik akan pelajaran SMA. Aku hanya tertarik pada apa yang membuat dunia menjadi lebih baik. Bukan dari hal kehidupan hewan dan tumbuhan dan senyawa kimia lainnya. Hanya pada bagaimana kita sesama manusia memperlakukan. Jadi yang jelas ketika aku masuk kuliah bukan jurusan ini yang akan masuk dalam daftarku. Balik lagi ke aku yang baru saja keluar dari perpustakaan, di sana aku mendengar suara Jimmy, teman satu angkatanku walau itu berlebihan jika aku mengatakan teman. Kita tidak berteman. Kita adalah 2 murid yang sering memasuki ruangan bimbingan penyuluhan atau ruangan guru BP. Tidak, kita bukan anak nakal. Atau setidaknya bukan aku. Aku lebih sering melaporkan soal Jimny dan menjadi saksi kenakalannya. Dan sebenarnya tidak ada kita di antara aku dan dia. Karna memang tidak pernah ada. Dia terus mengganggu ku karna aku cukup berani untuk melaporkannya . Dan aku memang muak dengan kenakalan dia. Dia sering menjahili adik kelas. Dan itu keterlaluan. Pernah dia menyuruh anak laki-laki memakai rok dan celana anak itu dia bakar jadi anak itu tak punya pilihan lain. Atau menggambar payudara di baju anak laki-laki. Dan kepada anak perempuan dia selalu melakukan ejekan verbal. Jadi tentu saja aku tak akan tinggal diam jika dia merencanakan sesuatu.
Balik lagi kepada apa yang kudengar. Dia sedang berbicara dengan gengnya atau lebih tepatnya kacungnya.
“ Kurang ajar tuh anak baru, dia gak tau apa gue siapa? Main pake aja tuh tempat parkir.”
“ Emang kurang ajar dia Jim. Harus kita kasih pelajaran dia kalo gini sih. Bisa bisa ngelunjak dia entar ,“ sahut Nico salah satu ‘teman’ Jimmy
“ Mau kita apain dia Jim?,” sahut yang lain
Aku langsung mempercepat langkahku untuk menjauhi mereka. Aku tak ingin mereka tahu aku mendengar obrolan mereka. Karena apapun itu pasti bukan sesuatu yang baik. Ketika aku sampai di belokan aku melihat ada anak baru didepan. Aku tahu dia anak baru. Karena selain dia juga memakai seragam seperti ku dan membawa ransel, dia terlihat membawa kertas dan nampak kebingungan . Seketika aku terdiam ketika menyadari rupa anak baru ini. Ya tuhan Tinggi nya hanya beberapa senti lebih tinggi dariku. Perawatan nya juga kurus dan kecil. Aku hanya bisa membayangkan apa yang akan tersisa dari anak ini ketika Jimmy sudah selesai dengannya. Aku langsung tersadar ketika suara Jimmy semakin mendekat ke arah ku, ke arah kami. Entah bagaimana tercetus ide gila dalam kepalaku. Sebenarnya tidak terlalu gila jika semua terjadi seperti dalam otakku hanya saja kenyataan tak pernah sama dengan keinginan bukan.
Ketika langkah mereka semakin dekat aku langsung meninggikan suaraku sambil menghampiri anak baru itu.
“Sayang, akhirnya kamu sampai juga. Dari mana aja sih? Aku dari tadi nungguin kamu loh,” Lengkingku sambil bergelayut manja di lengannya. Tentu saja dia menatapku dengan ekspresi bingung. Lagipula siapa yang tidak bingung jika di posisinya bukan?
Karna tak ada respons dari dia maka aku memajukan wajahku ke telinganya “akting seakan akan aku adalah pacarmu,” kataku sambil berbisik. Aku tahu bahwa Jimmy dan teman-temannya pasti sedang menonton kami sekarang. Dan aku rasa akting kami tidak meyakinkan jadi aku bermaksud mencium pipinya dan bermaksud meninggalkannya. Karena mereka tak akan pernah mengganggu teman temanku lagi.
“Aku baru saja menyelamatkanmu,” bisikku sambil memajukan wajahku hendak mencium pipinya. Dia malah menengok dan ya. Bukan pipinya yang aku cium tapi bibirnya.
Drrrt drrrt. Sekujur tubuhku terasa teraliri listrik tegangan tinggi. Itu hanya terjadi selama 2 detik tapi rasanya seperti aku baru saja lari marathon selama 5 jam. Jantungku berpacu dengan sangat cepat, nafasku terengah dan wajahku. Aku tak tahu bagaimana wajahku sekarang. Mungkin sudah semerah kepiting rebus. Jadi sebelum aku pingsan aku langsung pergi meninggalkannya sambil berseru dan melambai “sampai ketemu pas istirahat ya sayang.”
Lalu aku pergi. Aku masih bisa menahan diriku untuk tidak berlari. Aku tak tahu apa aku berhasil mengelabui Jimny dan teman-temannya. Mudah mudahan berhasil, karena kalau tidak sia sia sudah sandiwara dadakanku. Ketika akhirnya sampai di koridor lain Aku langsung berlari ke kelas.
***
“Seriusan?,” tanya Becca sahabatku. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku ketika aku selesai menceritakan kejadian sebelumnya.
“Terus dia gak ngomong apa apa gitu? Atau ngejar kamu? Atau manggil kamu?,” cecar dia.
“ Kan dia gak bisa Beck. Aku langsung pergi tadi,” jawabku
“ Tapi..”
“ Morning class,“ bu Mita masuk sambil menyapa kami.
Seketika kami terdiam.
“Morning bu,” sahut kami
“Oke sebelumnya mari kita absen dul..”
Tok tok tok
Kelas kembali sunyi ketika ada ketukan di pintu
“Ya masuk,” kata bu Mita
“Maaf bu saya terlambat. Saya tadi salah masuk kelas. “ Deg. Ya tuhan kenapa dia harus masuk kelas yang sama denganku. Aku meringis
“ Oh kamu si anak baru itu ya. Masuk masuk.” Diapun melangkah perlahan ke depan kelas. Kuperhatikan pakaian nya agak sedikit berantakan. Ada apa?
“Wow ganteng juga ya.”
“Punya pacar gak ya?.”
“Mau dong jadi pacarnya.”
Terdengar banyak gumaman di sekitarku.
“Oke sekarang kamu kenalin diri kamu dulu.”
“Nama saya Luke Thomas.”
Hening.
Apa? Hanya itu. Mungkin dia memang sepemalu yang kukira.
“ Pindahan darimana?,” ada salah satu cewek bertanya
“ SMA 45 Bandung,” jawabnya pendek
“Udah punya pacar belom?,” tanya yang lain
“Sudah,” tukas nya.
Aku meringis, pantas saja dia diam saja. Ya Tuhan apa yang harus kulakukan.
“Sudah-sudah, Luke silahkan duduk di bangku yang kosong itu. Mari kita lanjutkan mengabsennya.”
Matanya sedikit melebar ketika melihat aku yang duduk hanya terhalang satu bangku dari nya. Dia berjalan menghampiriku. Aku tahu itu karna pandangan nya tak lepas dariku. Dan ketika dia sudah sampai di mejaku, aku langsung bergumam “nanti, nanti, nanti.” sepertinya dia mendengar karna dia terus berjalan melewati ku tanpa berhenti.
***
Pelajaran hari ini benar-benar tidak ada yang masuk dalam pikiranku. Karna aku sadar dia terus melihatku di belakang. Aku tahu itu. Karna selain perasaan seperti kepalaku sedang di tembus juga senggolan yang terus di lakukan Becky kepadaku.
“Dia terus menatapmu loh Zee,” ujarnya. Tentu saja aku tahu. Aku berusaha untuk mengabaikan itu kan sepanjang pelajaran.
“Shhh, diem. Berisik tau.”
Itu terus terjadi selama 2 pelajaran. Hingga akhirnya waktu istirahat aku pergi ke kantin bersama Becca. Luke dia harus pergi ke ruangan guru karna ada yang harus di lakukan. Jadi aku pergi duluan.
“Hai, kamu Zayn ya?.” tiba-tiba Luke duduk di samping ku di kantin.
Aku hanya menengok dan menganggukan kepalaku.
“Hello,kamu gak punya sopan santun ya. Kita emang sekelas tapi seenggak nya izin dulu lah sebelum duduk di sebelah orang. Mana sok kenal lagi,” amuk Becca. Tentu saja dia mengamuk, karna kita memang selalu hanya duduk berdua kadang bertiga jika Karen ingin ikut tapi tentu saja itu sangat jarang.
“ Becca sebenernya dia itu orang yang tadi pagi aku ceritain,” Aku mengaku
Uhuk. Rebecca langsung tersedak minuman nya
“Yang bener?,“ tanya Becca
“Ya.” Aku tahu pasti dia kesini buat minta penjelasan
“Oke Luke apa yang mau kamu tanya?.”
“Kenapa?.”
Huh. Aku menghela nafas. Kemudian aku menjelaskan apa yang aku dengar tadi pagi.
“Kedengarannya kamu terbilang cukup dekat ya sama dia,” katanya
“Dekat,” Sambar Becca “Mereka tuh udah musuh bebuyutan dari awal. Kaya kucing sama anjing.”
“Yang pasti aku kucingnya,” Sahutku “ Aku kan cantik manis pendiam dan pintar,” ucapku sambil mengedipkan mata.
“Ya dan sikap dia emang kaya anjing. Hahaha,” sahut Becca sambil tertawa
“kalian sepertinya cukup membenci dia. Dia mantanmu atau apa?,” tanyanya sambil melihatku
“ Tidak tidak tidak. Tidak ada dari kita yang mantan dia. Yang ada dia yang terus-terusan ngejar Zee Zee. Ya kan Zee?.”
“ Ya begitulah.”
“Kenapa kamu gak mau sama dia?.”
“Kenapa kamu nanya?.”
“Hanya ingin tahu,” jawabnya sambil mengangkat bahu
“Aku gak suka sama dia,” jawabku kemudian
“ Zee Zee Kenapa kamu gak cerita kalo pacar kamu disini?.” tiba-tiba Karen datang dan duduk di sebelahku.
“Panjang ceritanya Key,” Sahutku
“Kamu anak baru disini? Aku Karen Adams, temannya Zee Zee, “ kata Karen sambil mengulurkan tangannya
“Luke Thomas,” balasnya sambil menyambut tangannya
“ Dari sejak kapan kenal Zee Zee? Kenapa kamu gak cerita Zee kamu punya pacar? Dari kapan kalian pacarannya?.”
“ Key, aku...”
“Karen Kenapa kamu duduk di sana? Ayo kesini,” panggil salah satu temannya Karen sambil melirikku dengan tak suka
“ Iya sebentar.”
“ Udah Key. Nanti aku ceritain pulang sekolah oke. Sana gih,”usirku
“Janji ya?,” ujarnya sambil bangkit dari duduk
Aku dan Becca menganggukan kepala berbarengan.
“Aku tak suka mereka,” ucap Luke tiba-tiba
“Tak ada yang meminta pendapatmu tuan, “ sahut Becca dengan ketus
“Ada apa dengan dia?,” Tanya Luke padaku
“ Tak usah dengarkan dia. Dia emang sensitif jika ada yang mengomentari apapun miliknya.”
“Terus kamu tak papa dengan itu?.”
“aku lebih tak peduli pendapat orang lain.”
Hening. Masing-masing dari kami sibuk dengan makanan kami.
“Hmm, ngomong-ngomong sori soal tadi pagi ya.”
“Kenapa?,” tanyanya “ Bukannya kamu bilang kamu nyelamatin aku.”
“Ya aku tadinya begitu. Aku gak tau kamu udah punya pacar. Soal kita, kita tinggal bertingkah seakan-akan kita putus. Itu gampang di urus.”
“ Aku gak punya pacar.”
“ Tapi tadi..”
“Kan biar meyakinkan soal akting kamu pagi ini,” jawabnya
“Ooh, tapi tetep nanti abis beberapa hari kita putus.”
“Kenapa?,”
“ Ya kali anda mau pacaran Cuma gara-gara itu seterusnya.”
Itu bukan aku yang menjawab tapi si tukang ngambek Rebecca
“ Bukan gitu. Maksudnya kita kan bisa kenal lebih dekat atau jadi teman misalnya.”
“ itu sih gampang. Mari kita kenalan lagi. Aku Zayn Jefferson. Siswa paling kece di sekolah ini teman si Ketus Becca dan si Ceria Karen. Dan kamu?.”
“ Aku Luke Thomas anak baru di sekolah ini yang semoga bisa menjadi teman dekatmu,“ jawabnya sambil menjabat tanganku.
Kemudian kami semua tertawa. Ternyata Luke adalah orang yang menyenangkan. Dia sering melontarkan lelucon dan ternyata dia buruk dalam membaca peta. Itu sebabnya tadi dia terlambat ke kelas. Padahal jarak kami ke kelas sudah sangat dekat. Ketika bel berbunyi kita kembali ke kelas bersama.
***
“Nih.”
“Kok coklat? Kan aku sukanya stroberi?."
“Adanya tinggal coklat. Lagian aku pacaran sama Becca tapi harus tetep jajanin kamu. Bangkrut aku,”kata Alan.
“Cuma pop es doang pelit kamu Lan.,”jawabku tak mau kalah sambil menjulurkan lidah.
“Udah di beliin gak bilang makasih lagi. Ini angkot juga kapan adanya sih Becca? Perasaan gak dateng-dateng deh dari tadi. Mau ngajakin kamu jalan ribet banget,” keluh Alan lagi.
Orang yang di ajakin ngobrol malah diem aja sambil main hp.
“ Iya-iya makasih papih Alan udah beliin anak kesayangan nya pop es sama di temenin nunggu angkot,”ucapku.
“Jangan aneh-aneh deh Zee manggil aku papih, aku gantung baru tau rasa kamu. Makanya cari pacar kek gitu biar gak gangguin orang yang mau pacaran,” lanjutnya.
“Ih kamu ketinggalan kabar Lan. Zee Zee kan udah punya pacar loh,” goda Becca. Aku langsung membelalakan mata mendengar ucapan dia. Malah nyebarin gosip dia.
Eh,orang yang di omongin dateng sambil menuntun motor Luke tampak melihat ke kanan dan ke kiri mencari kami.
Ya, Luke tadi menawari ku untuk di antar pulang. Tapi aku tak mau. Masa baru bertemu pertama kali dia udah mau mengantarku pulang. Ketika Luke sudah sampai di depanku dia menatapku sambil mengangkat sebelah alis nya.
“Hai,” sapanya.
“Hai Luke, “ balasku.
Dia melirik Alan dan kembali menatapku.
“ Oh iya Luke, ini Alan pacar nya Rebecca. Lan ini Luke anak baru di kelas aku,” ucapku sambil memperkenalkan mereka.
“Kamu bukan anak sekolah sini?,” tanya Luke setelah berjabat tangan sebentar. Yang hanya di balas anggukan kepala sama Alan.
“ Eh,iya Becca tadi kamu bilang Zee Zee punya pacar. Mana? Kenapa gak nganterin sih? Kan kita bisa langsung pulang kalo dia udah di anterin,” keluh Alan, tega.
“Oke oke kalo kamu mau pulang duluan gak papa kok. Gak usah kaya gitu juga kali emang aku gak punya perasaan apa kamu terus-terusan ngeluh soal aku. Bentar lagi juga ni angkot sialan dateng. Udah sana pergi,” usirku tiba-tiba bete sama ocehan Alan.
Biasa nya kita emang nunggu angkot berdua, karna memang kalo angkot buat pulang kita satu jurusan tapi karna aku harus kerja dulu jadi harus ambil angkot yang lain. Dan karna Becca gak tega aku nungguin angkot sendiri jadi dia pasti nyuruh pacarnya juga buat nemenin kita.
“Wah wah maafin aku Zee, beneran gak maksud buat nyinggung kamu. Aku beliin coklat deh ya biar kamu maafin aku oke. Aku cuma bingung katanya kamu punya pacar tapi kok gak nganterin? Beneran deh aku gak maksud buat kamu marah. Maafin ya,” cerocos Alan.
Aku hanya tersenyum dalam hati sambil melirik Rebecca yang terlihat menahan senyum juga. Ya, karna aku emang bukan yang gampang tersinggung tapi karna Alan dan Becca baru pacaran 2 bulan aku harus terus-terusan uji coba kesabarannya dia, itupun dengan permintaan Becca tentunya. Dia pengen tau gimana sikap Alan kalo di susahin terus sama aku, makanya setiap dia beli makanan atau minuman aku selalu minta di beliin. Lumayan kan dapet jajan gratis.
“Ini juga kan mau di anterin Lan sama pacarnya. Orang nya juga baru nyampe tuh,”sambar Becca sambil melihat Luke.
Orang yang di sebutin malah asik melihat interaksi antara aku sama Alan.
“ Oh kamu pacarnya Zee Zee, hebat ya. Anak baru udah jadi pacarnya aja. Atau jangan- jangan emang udah kenal lagi. Ngomong-ngomong kamu harus sabar ya, Zee Zee itu anaknya manja nyebelin sama sok tau,”cecar Alan lebih tega lagi.
Aku baru saja membuka mulutku untuk menjawab ketika Alan melanjutkan,
“Udah ya Zee, kan pacarnya udah dateng, kita pergi duluan ya. Yuk Becca,”ajak Alan sambil menghidupkan motornya. Aku hanya bisa melihat mereka pergi sambil kembali memperhatikan jalanan.
“Kalian keliatan deket banget ya,” tebak Luke masih berdiri di sampingku.
“Emang seharusnya begitu kan. Dia kan pacar temen aku, mau gak?,” kataku sambil menyodorkan es yang sudah ku minum.
Dia menerimanya sambil duduk di sampingku.
“Tapi keliatannya deket banget,sampe kaya pacar kedua,” sambungnya lagi.
“Emang itu niatnya,”candaku.
Uhuk,tiba-tiba Luke tersedak esnya sambil membelalakan matanya.
“Pelan-pelan dong minumnya,”ucapku sambil menepuk punggungnya. Dia menyisihkan tanganku sambil terus menatapku.
“Maksudnya,kamu mau jadi pacar kedua dia?”
“Bukan gitu,” Aku menjelaskan “ Aku sengaja terus menerus mengganggunya buat ngetes dia seberapa sabar dia kalo aku gangguin terus, itu juga permintaan Becca kok, jadi yang jelas aku bukan pelakor ya. Karna Karen udah punya pacar dan pacar nya kakak kelas kita gak mungkin kan kalo dia yang terus-terusan ganggu jadi tinggal aku pilihan satu satunya,”sambungku.
Dia hanya menganggukan kepalanya.
“Ayo, aku antar kamu pulang,” ajaknya.
“ Gak usah, makasih. Aku nungguin angkot aja, ini bentar lagi ada kok,” tolakku lagi. Luke ternyata orang yang gigih juga.
“Aku minta nomor hp kamu dong”
“Buat apa sih?”
“Ya buat chat kamu, telpon kamu,”sahutnya.
“Kita ketemu di sekolah aja ya,” pintaku. Aku merasa aku harus mengerem kedekatan ini karna rasanya ini terlalu cepat.
“Tapi...”
“Udah deh Luke aku cape tau gak. Tadi pagi aku nungguin kamu sampe hampir telat ke kelas sekarang kamu kaya gini lagi. Aku pulang sekarang,” potongku ketika aku melihat angkot yang aku tunggu akhirnya datang. Sengaja aku menjahilinya karna rasanya kita sekarang udah terlalu serius.
“Bye,”bisikku sambil mengedipkan sebelah mata. Kemudian aku menaiki angkot itu.
***
“Zayn, coba kamu bersihkan ini,” suruh mama Stella sambil menunjuk lemari di belakang meja kasir tempat dia duduk. Dia adalah pemilik toko baju tempat aku bekerja. Mama Stella adalah wanita paruh baya yang menjadi single parent untuk anak perempuannya yang kuliah di Jakarta.
Ya, pekerjaanku memang menjaga toko tapi juga merangkap membersihkan toko dan juga melayani pembeli. Cukup melelahkan, tapi mama Stella mau menggajiku dengan upah yang lumayan dan tidak mempermasalahkan aku yang masih sekolah dan kadang ingin libur tak tentu waktu.
Papa memang masih mengirimiku uang, tapi kusimpan hanya untuk keperluan mendesak. Dan ayah, suami ibu, tetap membiayai sekolah dan uang jajanku hanya saja tidak enak rasanya jika bergantung pada ayah, yang kutahu hanya pegawai kantor biasa. Jadi aku memutuskan untuk bekerja agar memiliki uang simpanan untuk kuliah.
“Oke ma,” jawabku.
Ketika selesai membersihkan toko Karen dan Becca datang ke toko, mereka memang sering datang kemari tapi hari ini pasti mereka akan menyidangku.
“Ma, aku istirahat dulu ya,”pamitku.
“Oke.”
“Jadi gimana ceritanya Zee?,” sosor Karen to the point. Aku bahkan belum duduk dan Karen udah nyerang aku.
Huh.
“Sabar dong Key, aku aja belum duduk. Ini buat aku semua?,” tanyaku ketika aku melihat banyaknya makanan yang mereka bawa.
“Barengan kali,” jawab Becca.
“Oke,” sahutku sambil mulai makan.
“Cerita Zee, aku udah penasaran banget kamu malah makan,” sungut Karen tak terima. Jadilah sekarang aku makan sambil kembali menceritakan kejadian tadi pagi yang rasanya ulang aku ulang berkali-kali untuk satu hari.
Melelahkan.
“Aku kira kamu beneran pacaran sama dia Zee, aku tadinya udah kecewa berat sama kamu. Kok aku gak di kasih tau? Apa aku doang atau kamu emang gak kasih tau siapa-siapa. Eh ternyata pacar dadakan,” ucapnya ketika beres menceritakan semuanya.
“Tapi tadi kata Becca kamu di anter ke sini sama Luke, berarti udah ada kemajuan dong menuju pacaran. Iya gak?.”
“Enak aja, tadi aku emang di tinggalin berdua sama Becca dan Alan tapi gak lama dari itu angkot nya dateng, ya aku milih naek angkotlah,” jelasku.
“Tapi tadi kamu tukeran nomor hp kan sama dia?,” tanyanya lagi.
“Engga,” tukasku.
“Kalo gitu gimana mau ada kemajuan nya Zee, dianter gak mau tukeran nomor hp engga,” sungut Karen.
“ Ya kan kita bisa ketemu di sekolah Key, ntar lama-lama ada kemajuan lah, kamu ngebet banget kaya sama hubungan aku,”candaku.
“Bukan gitu, daripada kamu di gangguin terus sama Jimmy mending sama Luke lah. Keliatannya dia anak baik-baik.”
“Aku juga bisa kali ngalahin Jimmy tanpa harus punya pacar,” sergahku. "Lagian apa kaitannya coba punya pacar dan di gangguin Jimmy?"
"Kamu beneran gak tau kaitan nya?" sahut Becca akhirnya masuk dalam obrolan kami.
" Enggak, karna emang gak ada kan," jawabku santai.
Becca dan Karen hanya saling pandang dengan aneh.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!