Nausha Freya bukanlah wanita pekerja kantoran, bukan juga wanita yang betah banyak menganggur di rumah justru ia sudah banyak pengalaman bekerja sebagai karyawan di perusahaan bahkan pernah bekerja sebagai pegawai di Bank. Menurut Nausha menjadi karyawan lebih terikat waktu dan aturan, ia bercita cita mempunyai usaha sendiri lebih tepatnya ia ingin menjadi Entrepreneur saja. Apa pun itu usahanya karena Nausha wanita berusia 26 tahun ini memang punya bakat bisnis walaupun cuma mendapatkan keuntungan yang sedikit dari usaha bisnis nya justru ia sangat puas karena bagi nya usaha kecil apapun dia tetap merasa dia adalah Boss nya yang mengatur segala nya. Usaha bisnis kecil yang pernah di jalaninya menjual pakaian wanita dan anak, cemilan, makanan matang, sepatu dan tas lewat online dan buka lapak, Bahkan pernah buka usaha minuman ala Starbucks.
Affandi Ellison, 37 tahun CEO pengusaha kaya yang bergerak di bidang Telekomunikasi menikahi Nausha hanya untuk mendapatkan status saja.Tujuannya adalah agar tidak ada lagi yang mengincarnya untuk di jodoh jodohkan. Affandi sendiri sudah 2 tahun menikah dengan Nausha, namun sama sekali tidak pernah mencintai Nausha bahkan menyentuh istrinya pun tidak pernah. Ia hanya mencium Nausha pertama dan terakhir di saat pemberkatan pernikahan mereka.
Awal pertemuan Nausha dan Affandi, Nausha saat itu sedang menjaga usaha baru nya yaitu cafe yang menjual menu makanan yang murah saja yang pas untuk kantong anak sekolah dan mahasiswa. Nampak cafe itu belum ada pengunjung nya sama sekali, Nausha dengan sabar dan penuh keyakinan pasti cafenya ada yang datang.
Affandi sore itu sedang memperhatikan cafe yang baru di buka itu nampak sepi. Dari dalam mobil mewahnya yang di parkir tak jauh dari cafe menatap Nausha yang nampak gelisah Affandi sendiri melihat gadis itu wajah nya sangat cantik tubuh nya tinggi langsing dan putih, sepasang kakinya gadis itu sangat indah dan mulus. Affandi keluar dari dalam mobil ia ingin mencoba makanan dan minuman cafe itu.
Rupanya Affandi punya rencana lain pada gadis pemilik cafe yang baru buka itu. Saat Affandi masuk ke cafe itu matanya mengedari ruangan cafe itu yang menurut Affandi interior nya sangat bagus pemilihan warna cat tembok cafe pun sangat bagus. Namun Affandi bertanya tanya kenapa masih belum ada pengunjung nya.
Melihat pengunjung satu orang datang Nausha sangat senang hatinya bagi Nausha, Affandi adalah pengunjung pertama dan juga sebagai penglaris cafe milik nya. Nausha dengan ramah menghampiri Affandi yang sudah duduk.
" Selamat sore selamat datang di cafe kami." ucapnya sambil tersenyum.
Affandi hanya mengangguk. Nausha kemudian menyodorkan menu pada Affandi. Affandi menerima daftar menu itu ia melihat macam macam menu makanan dan minuman cafe itu yang menurutnya tidak berselera. Makanan dan minuman itu terlihat aneh gambar nya di mata Affandi.
" Saya tidak berselera dengan makanan dan minuman cafe anda."
Nausha mendengar nya merasa hati nya mencelos namun ia tetap berusaha bersikap agar pengunjung laki laki ini mau mencoba menu yang lain. Ia lalu menunjuk menu andalan nya.
" Bapak boleh mencoba steak ini, pasti bakal ketagihan." ucap nya ramah.
Affandi menggelengkan kepala.
" Tidak..buat kan saja saya kopi hitam tanpa gula."
" Eugh?"
" Kenapa tidak ada ya?"
" Ada Pak sebentar saya buatkan."
Nausha langsung kebelakang dan membuat secangkir kopi hitam itu lalu di antar pada pengunjung laki laki itu.
" Ini Kopinya silahkan di minum!"
Affandi hanya mengangguk, lalu mulai menyeruput kopi hitam itu namun rasa kopi itu sangat nikmat di lidah nya. Nausha yang masih berdiri di sisi meja Affandi, penasaran takut kalau kopi yang di buatnya kurang pas.
" Nikmat kopi nya."
Nausha kemudian terasa lega, ia pun tersenyum.
" Terima kasih." Nausha membungkuk.
Saat Nausha ingin meninggalkan Affandi, Nausha di panggil oleh pengunjung laki laki itu.
" Sebentar !"
" Iya Pak?"
" Saya mau bicara sama kamu."
" Hah? dengan saya Pak?"
" Iya duduk lah dulu."
Nausha kemudian duduk, ia penasaran apa yang ingin laki laki ini bicarakan."
" Siapa nama mu?"
" Nausha."
" Saya Affandi..berapa usia mu?"
" Masih 23 tahun Pak."
" Kau mau menolong ku?"
" Eugh?" Nausha penasaran ia harus menolong apa?
" Menolong apa Pak?"
" Menikah dengan saya."
" Hah?" Nausha terkejut dengan permintaan laki laki ini, mata nya langsung terbelalak.
" Biasa saja wajah kamu, kau seperti melihat hantu saja."
" Maaf Pak..apa saya tidak salah dengar dengar permintaan Bapak."
" Tidak, kau tidak salah dengar, kau bersedia menikah dengan saya?"
" Maaf kalau begitu..tapi permintaan Bapak tidak masuk akal buat saya, mana mungkin saya bersedia."
" Mungkin saja, saya butuh pertolongan kamu."
" Maaf! saya tidak bisa menolong anda, saya tidak kenal anda..jadi saya tidak mau menikah dengan orang yang baru saya kenal."
Affandi ingin ketawa, gadis ini menolak sedangkan di luar sana banyak yang bersedia menikah dengan nya bahkan sampai di jodoh jodohkan. Sedangkan Nausha merasa laki laki ini sedang mabuk atau laki laki ini stres.
" Bapak sedang setress?"
" Iya kau benar..saya setress."
" Hah?"
" Maaf Pak saya tidak mau dan tidak bersedia."
Dalam hati Nausha masa iya dirinya menikah dengan laki laki yang baru saja di kenal, setress lagi.
" Kalau aku paksa bagaimana?"ucapnya dengan wajah yang sangat serius.
Nausha mendengar ucapan permintaan Affandi terdengar seperti tidak main main.
" Tunggu dulu Pak! Bapak bicara dengan sadar?"
" Aku sangat sangat sadar."
Nausha semakin takut dengan ucapan laki laki yang memintanya duduk bersama, Nausha gugup dan gemetaran takut dengan tatapan Affandi.
" Maaf Pak kopi nya gratis saja." ucap Nausha dengan senyum kaku.
Nausha langsung beranjak dari kursi dan meninggalkan laki laki yang di cap setress itu. Affandi merasa tidak terima dengan sikap Nausha, apalagi kopi yang dia nikmati buatan Nausha ingin dia bayar dengan harga mahal, tapi gadis itu malah memberinya gratis. Gadis itu seakan merendah kan harga dirinya merasa di tolak, Affandi mulai mengeluarkan ancaman nya pada Nausha agar gadis incarannya itu mau menikah tujuannya hanya satu untuk reputasi karirnya.
Affandi memegang ponselnya lalu menghubungi orang yang akan mengikuti perintahnya. 15 menit kemudian datang 4 orang pria bertubuh besar turun dari mobil, lalu menghadap boss mereka yang belum beranjak dari kursi cafe itu.
Nausha yang sudah tidak mau menanggapi laki laki itu kebelakang, ia kembali fokus dengan cafe nya saja.
" Sekali nya ada pengunjung tapi orang nya aneh, meminta tolong untuk menikah..maksa lagi!..memangnya pernikahan itu main main." ucap nya pelan tangannya sambil mencuci beberapa gelas yang kotor.
" Ada apa memang nya, Kak?" ucap salah satu karyawan Nausha karena wajahnya terlihat sedang kesal.
" Itu..laki laki itu aneh,.masa meminta tolong pada Kakak untuk menikah dengan nya..sinting."
" Oh..masa sih Kak? tapi cowok itu ganteng lho Kak, kayaknya orang kaya."
" Ganteng tapi kalau setress..siapa juga yang mau, sstt..Mira laki laki itu masih di situ?"
Mira kemudian melongok ingin tahu, namun karyawan cafe itu memperhatikan cowok itu sedang bicara pada 4 orang pria yang bertubuh tinggi besar.
" Masih Kak..tapi sekarang cowok itu sedang bicara pada kawan kawannya serem semua kayak preman gitu Kak."
" Hah..?"
Nausha penasaran tangan nya yang basah segera di keringkan lalu melepas celemeknya, ia hendak keluar ingin menawarkan menu makanan dan minuman cafe.
Nausha melangkah mendekati meja Affandi yang sedang bicara pada 4 orang pria itu, menurut nya seperti preman. Namun niat untuk menawarkan menu makanan dan minuman cafe nya berubah ia kaget mendengar ucapan perintah dari laki laki itu.
Saat Affandi melihat Nausha sedang mendekati mejanya, ia langsung memberikan perintah pada 4 orang pria itu.
" Segera lakukan apa yang saya perintahkan..BAKAR CAFE INI."
4 orang pria itu membungkuk dan keluar mereka membawa jerigen berisi bensin yang sudah disediakan di luar cafe.
Nausha langsung tercengang dengan ucapan laki laki itu, ia panik dengan tubuh gemetaran Nausha segera menghentikan tindakan anarkis Affandi.
" Tunggu! apa yang ingin Bapak lakukan..? Nausha memuat jarak dekat dengan Affandi. " Bapak ingin membakar usaha cafe saya?" ucapnya marah.
Affandi menatap Nausha dengan senyuman smirk nya.
" Aku meminta tolong pada mu, untuk menikah dengan ku. Sekarang kau harus meminta tolong pada ku agar aku mencegah anak buah ku, tidak membakar cafe mu jadi..memohonlah! pada ku
Nausha semakin geram kenapa kini berbalik dirinya yang harus meminta tolong pada laki laki itu.
" Kenapa jadi saya yang meminta tolong pada Bapak? Saya berhak menolak.. permintaan tolong bapak pada saya, memang nya Bapak pikir pernikahan untuk main main Pak?" geram Nausha.
" Baik..!"
Affandi langsung menjentikkan jarinya perintahkan anak buah nya, membakar cafe Nausha. 4 orang pria bertubuh besar itu dengan cepat menjinjing jerigen besar dan mulai menyiram. Nausha yang tidak bisa mencegah anak buah Affandi pikiran nya langsung buntu.
" Tolong Pak! jangan berbuat seenaknya." Nausha mulai menangis.
Affandi tidak peduli, ia menunggu gadis itu memohon mohon padanya. Affandi ingin segera meninggalkan cafe itu, namun baru beberapa langkah ia berhenti.
" Saya mohon Pak! tolong jangan lakukan ini, hentikan..! tolong hentikan! saya mohon!"
Affandi langsung menyunggingkan sudut bibirnya membuat senyuman kecil, gadis itu akhir nya mau memenuhi permintaannya. Ia membalikkan tubuhnya mendekati Nausha yang sudah berurai air mata.
" Dasar cengeng." ia bergumam pelan. " jadi bagaimana?"
Nausha pasrah ia mengangguk pelan dan tertunduk.
" Baiklah..saya bersedia."
Nausha langsung terduduk lemas, dada nya masih berdegup kencang wajahnya terlihat pucat. Affandi kemudian duduk berhadapan dengan Nausha. Sekretaris Affandi segera mendekati meja di mana Affandi dan Nausha berada.
" Anda tinggal tanda tangan ini!, disini!" sekretaris Affandi menunjuk dimana Nausha harus menanda tangani surat itu.
Nausha menerima kertas yang di berikan oleh sekretaris Affandi, mata nya yang basah bergerak membaca surat tentang perjanjian pernikahan nya dengan Affandi di surat itu tertulis paling terakhir bahwasanya kedua pihak tidak ada keterpaksaan, dan dilakukan dengan sadar. Nausha mulai menanda tangani surat itu.
Selesai menanda tangani, surat itu lalu di simpan oleh sekretaris Affandi lalu meniggalkan Affandi dan Nausha. Affandi menatap Nausha yang tidak mau menatap nya.
" Waktu kita akan menikah 3 hari lagi."
Nausha yang masih menunduk langsung menatap Affandi dengan ekspresi terkejut.
" Apa 3 hari lagi?"
" Iya..kau tak perlu menyiapkan apa pun, sekrtaris saya dan anak buah saya yang mempersiapkan semua, kita tinggal duduk manis di pelaminan."
Nausha hanya bisa diam, banyak pikiran di otaknya.
" Maaf..setelah menikah selanjutnya bagaimana?"
" Kau hanya tinggal di rumah ku melakukan bagaimana seorang istri melakukan pekerjaan nya mu saja."
Nausha seketika memikirkan bagaimana dengan usaha cafenya. Affandi bisa membaca dalam pikiran Nausha.
" Kau masih bisa melanjutkan usaha mu, aku tidak akan melarang."
Nausha sedikit lega mendengarnya setidaknya ia bisa bergerak walaupun nanti nya ia akan melakukan pekerjaan layak nya istri terhadap suaminya. Nausha mengangguk setuju.
" Baik!" ucapnya lembut namun tak mau menatap Affandi.
" Aku akan menghubungi mu."
Affandi kemudian melenggang pergi meninggalkan cafe itu, sedangkan Nausha masih terdiam dirinya belum percaya 3 hari lagi ia akan menanggalkan status jomblonya.
" Ya Tuhan..kenapa jadi seperti ini?"
Pernikahan Nausha dan Affandi akan berlangsung esok hari, semalaman Nausha tak dapat tidur ia memikirkan diri nya bahwa esok hari dirinya sudah menyandang berstatus bersuami. Pukul 3 pagi Nausha akhirnya tertidur lelah dengan pikirannya.
Hingga pukul 6 pagi Nausha mendengar suara ketukan pintu ia terbangun lalu ia teringat bahwa hari ini adalah pernikahan nya dengan Affandi, sekretaris Affandi telah menjemputnya ia hanya membawa diri saja karena menurut Affandi semua sudah dipersiapkan.
Sampai di sebuah hotel, Nausha di antar oleh sekertaris Jackson sampai pintu kamar hotel. Nausha telah di tunggu oleh perias pengantin Nausha langsung di rias wajah dan baju pengantin.
Pemberkatan pernikahan Affandi dan Nausha berlangsung hanya di hadiri oleh beberapa orang saja. Itupun hanya dari pihak keluarga Affandi. Nausha tidak bisa menghubungi keluarganya atau pun teman temannya Nausha hanya memutuskan nanti setelahnya ia akan memberitahukan tentang pernikahannya walau nantinya ia akan menerima kekecewaan mereka yang tidak di beritahu dan juga tidak mendapat undangan pernikahannya untuk teman temannya dan yang pasti mereka akan bertanya tanya atau mendapatkan cibiran juga pikiran yang negatif atas pernikahannya.
Saat akan di mulai sumpah janji itu di ikrarkan di hadapan Tuhan hatinya ganda apa dia harus bersedih atau harus bahagia. Nausha memang pernah mengimpikan sebuah pernikahan namun pernikahan yang indah bukan pernikahan yang seperti ini yang di paksakan. Yang dia mau menikah dengan pasangan yang dia cintai tentunya, bukan pernikahan kilat apalagi ia menikah dengan orang yang di kenal baru 3 hari.
Apa dirinya akan bisa menyesuaikannya dengan Affandi sifatnya, kebiasaannya apakah akan ada kecocokan dengan Affandi nantinya. Namun saat sudah berdiri di samping Affandi di altar mau tidak mau saat itu juga dirinya bersumpah siap mendampingi Affandi selamanya.
Setelah pemberkatan pernikahan itu selesai, Affandi mengajak Nausha untuk tinggal di rumahnya. Nausha masih belum percaya Ia kini sudah menjadi Istri Affandi satu jam yang lalu.
Selama perjalanan menuju rumah Affandi Nausha hanya terdiam seribu bahasa, Affandi dan Nausha sama sekali tidak mengeluarkan kata bicara. Nausha melamun namun di kejutkan oleh suara Affandi.
" Kita sudah sampai..."
" Euh?"
Nausha menoleh pada Affandi yang kedua tangannya mengemudikan mobil memutar stir belok ke kanan. Nausha menatap rumah Affandi nampak dari luar masih dari dalam mobil.
Mobil yang di bawa Affandi masuk kehalaman yang luas mansion Affandi, Affandi memarkirkan mobilnya asal saja. Ia membuka pintu turun dari mobil dan menutup kembali pintu mobil itu nampak Affandi melangkah masuk kedalam mansion nya. Nausha memperhatikan dari dalam mobil Affandi sesaat bicara pada pelayan rumah lalu meneruskan langkah nya kembali masuk ke mansionnya. Nausha masih terdiam dalam benaknya kenapa Affandi tidak menyuruhnya untuk turun dan masuk bersama, Affandi meninggalkannya di mobil. Nausha yang masih terduduk tangan nya melepaskan seat belt namun supir Affandi mendekati mobil Nausha matanya memperhatikan supir yang membukakan pintu untuknya.
" Silahkan Nyonya.."
Nausha mengangguk kecil sambil tersenyum pada pria yang membukakan pintu untuknya. Setelah turun dari mobil ia berdiri matanya kembali mengedari rumah kediaman Affandi nampak dari luar. Rumah yang sangat mewah dan luas itu saja yang Nausha tangkap.
Nausha yang masih berdiri di sisi pintu mobil mulai melangkah untuk menyusul Affandi
yang meninggalkannya. Sampai di pintu pelayan yang berdiri menyambut nya.
" Silahkan Nyonya, Tuan Affandi menunggu Nyonya di dalam."
Nausha mengangguk, dalam pikirannya kenapa tidak sekalian mengajak nya masuk dan malah suami nya menunggunya.
" Baik Bu.. terimakasih." ucapnya sambil senyum.
Pelayan rumah mengantar Nausha sampai ruangan kerja Affandi di mana Affandi sedang duduk dan sedang menunggunya.
" Nyonya silahkan masuk."
Nausha matanya tertuju pada Affandi yang duduk dibelakang meja kerja yang besar, matanya kembali mengedari ruangan itu yang di lihat Nausha seperti ruangan kerja suaminya tertata sangat rapih interiornya modern setengah klasik.
Nausha melangkah mendekati meja kerja itu.
" Silahkan duduk!"
Nausha pun duduk, Affandi sedikit memajukan tubuhnya menempel pada sisi meja. Namun Nausha menatap mata Affandi sorotan mata Affandi sangat tajam padanya. Wajahnya sangat berbeda saat masih di luar tadi sangat dingin. Nausha mengernyitkan dahinya kenapa wajah Affandi kini berubah sangat menyeramkan.
" Nausha."
" Iya Pak Affandi?" ucapnya lembut.
Mata Affandi menatap lekat lekat pada wajah Nausha dan mulai bicara.
" Pernikahan ini tidak selamanya..."
Nausha menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Affandi yang baru di mulai. Namun Nausha ingin tahu kelanjutan Affandi bicara.
" Selama kau tinggal di rumah ini kau boleh melakukan tugas layak nya istri kepada suami."
" Iya.." balas Nausha masih menyimak.
" Tapi diantara kita..tidak ada cinta sama sekali terutama di hati saya."
" Iya.." sambil mengangguk masih terus menyimak.
" Bila nanti ada perceraian itu..aku yang memutuskan karena saya meminta kamu hanya menolong saya..."
" Iya lalu Pak?"
" Sampai saya sudah tidak lagi butuh pertolongan kamu..kita akan bercerai."
" Itu saja, Pak?"
Affandi mengangguk dengan pasti, namun beda dengan prinsip Nausha yang banding terbalik dengan tujuan Affandi.
" Apa sebenar nya tujuan Bapak menikah..dengan saya?" balas Nausha tajam.
Affandi menurunkan matanya dari tatapan Nausha, ia tersenyum kecil lalu matanya kembali menatap Nausha.
" Hem..saya hanya ingin punya status saja, tentunya demi reputasi karir saya di perusahan."
" Begitu Pak?"
Affandi mengangguk, Nausha memasang wajah lembut namun ada ketegasan di balik wajah lembutnya.
" Tidak masalah buat saya..tapi masalah pernikahan ini, kita sudah di sumpah di hadapan Tuhan dan kita sudah berjanji sampai maut memisahkan..jadi saya ikuti perintah-Nya, bukan ikuti rencana Bapak." Nausha membalas dengan tegas.
Terdengar Affandi hatinya sedikit bergetar berhasil menggidik kan leher dan bahunya dengan ucapan Nausha.
" Saya tidak tahu..perjalanan rumah tangga ini kedepannya, tapi saya berjanji tetap mendampingi Bapak selaku suami saya, saya tetap melakukan tugas layaknya istri pada suaminya..tapi saya juga tidak mau jangan sampai Bapak menyentuh saya..Bapak sendiri bilang menyatakan tidak ada cinta dan tidak akan pernah mencintai saya."
Affandi menghela nafas, hatinya pun tidak berselera dengan Nausha dirinya sangat yakin tidak akan pernah tertarik pada Nausha Freya walaupun wanita di hadapannya memang sangat cantik tapi tetap bukanlah tipenya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!