NovelToon NovelToon

Si Dingin Milik Tuan Erland

Awal mula

* Reina Hayes.

Reina merupakan wanita yang terkenal sangat cantik dengan berwajah dingin, ia juga salah satu primadona di kampusnya.

Sikapnya memang terkesan acuh dan dingin pada siapa saja. Bukan karena Reina sombong atau tak tahu diri. Tapi sikapnya itu memang sudah menjadi sifatnya sejak dulu.

Reina anak yang mandiri, ia bekerja serta mencari uang sejak kelas 1 SMP. Memiliki seorang ayah yang seperti bukan ayah kandungnya, karena lelaki itu sering menyiksanya sejak kecil, laki-laki itu bernama Jack. Selain itu, Reina memiliki seorang ibu yang bernama Rossa, dan kakak perempuan yang bernama Alisa.

* Erland Samoni.

Tuan tampan berwajah dingin yang tak lain adalah seorang pengusaha terbesar di Eropa dan Amerika. Hampir seluruh pasar Eropa dan Amerika ia kuasa, seakan dirinya bisa saja memonopoli perdagangan yang ada di sana.

Memiliki sikap berwajah dingin dan datar, tapi suatu hari ia mengalami hilang ingatan karena sebuah insiden.

Orang yang pertama menyelamatkan adalah Reina, tapi kata pertama yang ia ucapkan saat sadar, ia memanggil Reina dengan sebutan Mamah'

Entah apa yang membuat laki-laki itu bisa memanggilnya, yang jelas hanya ia yang tahu.

...*****...

Saat itu.

Reina, kini ia sedang bekerja di sebuah restoran tempat ia bekerja seperti biasa. Reina tiba-tiba merasa bingung saat ada seorang wanita yang berpakaian glamor tengah menatap kearahnya dengan tatapan tajam.

Wanita itu hanya diam tanpa berkata apa-apa, ia dengan jelas menatap tak suka dan meremehkan pada Reina.

“Di mana Erland?” kata wanita itu dengan tatapan tak sukanya.

“Erland siapa?” tanya Reina yang terkesan dingin dan acuh. Bukan berarti Reina sombong, tapi ia memang sudah terbiasa dan terkenal akan sikap acuh dan dinginnya.

Berbeda dengan wanita yang ada dihadapan Reina saat ini, ia merasa tidak terima dengan nada dan ucapan dingin dari Reina. Ia dengan tatapan yang merendahkan menatap Reina dengan semakin tajam. “Bukankah kamu mengenalnya? bahkan mungkin semua orang kenal dengannya.”

Masih dengan tatapan tak suka dan meremehkan. Wanita yang bernama Elisa young itu langsung menunjukkan foto seorang laki-laki yang terlihat amat sangat tampan.

“Kamu kenal 'kan?” tanya Elisa sinis.

Lagi-lagi Reina hanya diam, ia awalnya tidak kenal dengan Erland. Tapi saat melihat jika nama dan apa yang terlihat di foto itu sama dengan yang Reina kenal. Kini Reina hanya bungkam seakan tidak bisa berkata-kata.

“Tuan Erland Samoni. Dari keluarga Samoni yang terkenal. Dia memiliki perusahaan yang terbesar di Eropa dan Amerika. Dan tidak mungkin jika kamu tidak tahu tentangnya.”

Perkataan panjang lebar itu membuat Reina kembali hanya bungkam dan tak berkata-kata.

Reina awalnya memang sempat berfikir jika orang yang ia selamatkan waktu itu mungkin saja adalah Erland Samoni yang sangat terkenal itu. Tapi Reina yang memang tidak tahu dan tidak pernah bertemu sekalipun dengan tuan Erland Samoni, dan ia yang hanya pernah mendengarnya saja, membuat Reina berfikir ulang jika Erland yang ia selamatkan adalah orang yang berbeda.

“Jangan-jangan, niat kamu menyelamatkannya itu palsu. Kamu hanya berniat untuk menguras harta dari tunangan saya?” sinis Elisa lagi.

Reina hanya diam mematung tak percaya dengan hal itu. Kenyataan yang ia dengar adalah sesuatu hal yang tak terduga. Tentang status Erland, serta tuduhan Elisa, belum lagi saat dirinya mendengar kenyataan tentang Elisa yang merupakan tunangan dari Erland.

Reina tiba-tiba mengingat kembali awal mula pertemuannya dengan Erland waktu itu.

Flashback.

Reina saat itu sedang berjalan menuju tempat dimana lelaki yang bernama Rayyan berada.

Rayyan itu nama dari kekasih Reina yang sudah menjalin hubungan kurang lebih sekitar 6 bulan. Kekasihnya itu ketahuan selingkuh oleh sahabat baik Reina, maka itu Reina awalnya berniat untuk mendatangi kekasihnya yang mungkin kini tengah asyik berselingkuh.

Tapi ditengah jalan, langkah Reina terhenti saat ia melihat seorang laki-laki yang terbaring dengan berlumuran darah.

Reina ingin pergi begitu saja dan mengabaikan lelaki yang terbaring itu, karena Reina juga tidak pernah menganggap dirinya itu baik. Tapi hati nuraninya menolak, ia seolah ingin memastikan jika laki-laki itu masih hidup atau sudah mati.

“Masih bernafas,” kata Reina yang tak menyangka jika lelaki yang terlihat terbaring itu masih bernafas. Padahal jelas banyak sekali darah yang berlumuran ditubuhnya.

Sekuat tenaga, Reina berusaha untuk mengangkat laki-laki itu walau dengan sempoyongan. Badan laki-laki itu jelas jauh lebih tinggi dan lebih besar darinya. Tapi karena Reina memiliki ketahanan tubuh yang cukup kuat, hal itu membuatnya bisa bertahan walau harus memegang dinding saat berjalan.

“Tolong, tolong antar kami ke rumah sakit,” ungkap Reina saat melihat sebuah mobil mewah yang kini langsung berhenti tepat di depan Reina.

Sepertinya lelaki tua pemilik mobil itu orang baik, ia bahkan langsung setuju dan mengantar Reina ke rumah sakit.

..........

Reina memasuki sebuah ruangan rawat inap yang memiliki fasilitas sangat bagus, itu tak lain berkat pertolongan lelaki tua yang dermawan.

Sudah sekitar 3 hari Reina menunggu kabar tentang laki-laki yang ia selamatkan, dan kini laki-laki itu sudah sadar.

“Mamah,” panggil laki-laki itu yang pertama kali ia ucapkan saat melihat Reina. Hal itu sontak saja langsung membuat Reina terheran. Bahkan tanpa sadar Reina sampai menunjuk dirinya sendiri saking terherannya dirinya dengan panggilan lelaki itu.

“Saya?” tunjuk Reina pada dirinya sendiri saat melihat jika dibelakangnya tidak ada siapa-siapa.

“Mamah, Mamah ke mana saja, Erland mencari Mamah dari tadi,” ucap laki-laki itu lagi.

Reina menoleh, ia menatap laki-laki yang berada tepat di sampingnya. “Dok, maksudnya apa ini?” tanya Reina yang merasa tidak mengerti.

“Sepertinya tuan ini mengalami amnesia sebagian. Sebagian dari ingatannya itu hilang dan tidak ia ingat, kemungkinan ingatan terakhir yang diingat olehnya adalah saat ia berusia sekitar 5 tahun,” jelas dokter itu.

“Tapi dok, kenapa saya harus disebut Mamah?” pertanyaan yang langsung ia layangkan seakan sedang mengungkapkan kebingungannya itu.

Coba bayangkan jika ada orang yang tiba-tiba memanggil kamu dengan sebutan Mamah', apalagi kamu belum menikah, dan lebih parahnya lagi orang yang memanggil kamu Mamah' ini adalah orang yang lebih tua darimu.

“Tidak apa-apa nona, ini sebuah ujian juga berkah. Mungkin nanti jika ingatannya sudah kembali, dia akan menjadi suami Anda di masa depan,” ungkap dokter yang sebenarnya berniat bercanda.

Tapi Reina hanya memandang datar. Suami? masalah ia yang diselingkuhin saja belum selesai, sudah dapat calon suami yang amnesia saja. Apakah kehidupannya ini memang sedrama ini?

“Terima kasih dok, untuk masalah biayanya-”

“Sudah dibayar oleh Bapak yang mengantar kalian dengan menggunakan mobil mewah tadi, ia bahkan menyewa hingga pasien sembuh,” jelas Sang dokter yang hanya Reina jawab anggukan.

Untuk sekarang sepertinya Reina bisa tenang, ia akan memikirkan bagaimana nasib ke depannya dari laki-laki yang amnesia ini. Memperhatikan kembali laki-laki itu yang kini melihat Reina dengan tatapan anak kucing yang seolah meminta dielus, Reina hanya terdiam.

Harus diakui, jika lelaki yang ada di depannya kini adalah laki-laki yang amat sangat tampan. Reina rasa jika lelaki ini adalah saingan setara dari seorang tuan Erland Samoni yang dikatakan sebagai laki-laki paling tampan di seluruh benua Eropa dan Amerika.

Meski sebenarnya Reina tidak tahu dan tidak pernah melihat langsung seorang Erland Samoni itu. Ia yang terlalu sibuk dengan kuliahnya dan pekerjaannya itu, bahkan tidak memiliki waktu untuk melihat sebuah gosip.

Ketampanan Erland Samoni itu pun hanya Reina tahu sekilas karena sahabat baiknya Asyila selalu mengatakan betapa tampannya Seorang tuan Erland Samoni, yang merupakan pemimpin sekaligus pemilik perusahaan King', perusahaan yang terbesar dan terkuat di benua Eropa dan Amerika.

Eh tapi tunggu, kenapa Reina tadi mendengar jika lelaki itu menyebut dirinya dengan sebutan Erland?Apa itu Erland Samoni yang sering temannya bicarakan?

“Nama kamu Erland?” tanya Reina yang ingin memastikan.

Dengan tatapan lugu yang tidak cocok untuk raut wajah yang tegas dan berwibawa itu, Erland lalu menjawab dengan anggukan. Untung wajahnya amat sangat tampan, hingga saat menunjukkan ekspresi apapun akan terlihat cocok di wajahnya itu.

“Kenapa mirip dengan pengusaha kaya yang terkenal itu? apa kamu itu titisannya,” ucap Reina yang tidak menganggap serius ucapannya itu.

“Tidak mungkin, tuan yang sangat terhormat itu mana mungkin bisa ada di sini,” tepis Reina yang langsung membuang jauh pemikirannya itu.

Flashback end.

“Di mana Erland sekarang? apa kamu tuli?” sinis Elisa lagi. Ia bersidekap dada dan memandang Reina dingin dan angkuh.

“Apa Anda benar-benar tunangannya?” tanya Reina lagi. Entah kenapa ada rasa sedikit tak rela saat Reina mengetahui kenyataan itu. Seolah ada perasaan takut kehilangan yang tidak Reina sadari.

#####

Selamat membaca dan semoga suka ya.

Keberadaan Tuan Erland

Reina pulang dari tempatnya bekerja, ia kembali ke tempat yang ia tinggali. Tadi setelah pertemuannya dengan Elisa. Ia beruntung karena bisa lolos saat salah satu anak buah Elisa memanggilnya karena ada hal penting yang perlu di urus.

Reina tinggal di sebuah kos-kosan yang sedikit sempit dan cukup nyaman ditinggali. Walaupun kos-kosan itu sempit dan hanya ada satu kamar saja, tapi tempat itu sangat terawat dan bersih.

Memasuki kos-kosannya itu, begitu Reina telah memasuki kamarnya, Reina melihat jika Erland, lelaki yang tidak pernah Reina duga sebagai tuan Erland Samoni yang terkenal itu, kini sedang berbaring di atas kasur kamar miliknya.

“Saya akan pergi bekerja hari ini. Jika kamu butuh sesuatu kamu bisa menelepon langsung, atau bila perlu kamu meminta tolong pada Ibu kos-kosan,” dingin Reina, ia langsung mengambil tasnya tanpa berniat mengganti pakaian.

Saat berniat keluar, Reina mendengar suara Erland yang langsung membuat langkahnya terhenti.

“Mamah mau ke mana?” tanya laki-laki itu yang kini hendak bangkit dari kasurnya.

Mamah dari Hongkong, Reina ini masih sangat muda, ia masih umur sembilan belas tahun. Sudah dipanggil Mamah saja, padahal dia belum menikah. Jika Reina lihat, laki-laki yang ada dihadapannya saat ini sekitar umur 28 tahun.

“Jangan bergerak, tidur lagi,” datar Reina.

Reina merasa kesal saat dipanggil Mamah' oleh laki-laki yang lebih tua darinya. Hampir 1 bulan Reina tinggal bersama dengan Erland, lelaki itu terus saja memanggilnya dengan sebutan Mamah'. Walau sudah sedikit lama bersama, tapi masih ada rasa belum terbiasa dengan panggilan itu.

“Mah, jangan tinggalkan Erland, boleh'kan kalau Erland saat ini ikut?” tanya laki-laki itu yang kini menunjukkan raut wajah takut ditinggalkan.

“Sudahlah, aku ingin makan dulu. Kamu di sini saja dan jangan kemana-mana, akan aku ambilkan juga makanan untuk kamu,” kata Reina yang seperti biasa, ia selalu menunjukkan wajah datar dan kalimat acuhnya.

Erland awalnya mengangguk, tapi saat melihat Reina hendak keluar dari kamar. Lelaki itu tiba-tiba kembali merengek ingin ikut, hingga membuat Reina yang melihat itu langsung merasa jengah.

“Cepat!”

Meski Reina sering memperlakukan lelaki Amnesia itu dengan dingin dan acuh. Tapi Erland tetap saja bersikap seakan ia adalah ibunya.

“Kamu makan di sini sendiri, saya akan langsung pergi karena sepertinya kalau saya ikut makan saya akan telat datang. Ingat!, jangan keluar rumah jika saya belum datang.”

Sudah hampir 1 bulan ini, Reina berperan layaknya ibu sungguhan. Menyiapkan segala hal yang Erland perlu 'kan. Kecuali untuk mandi, meski ingatan laki-laki itu berada pada usia 5 tahun. Dalam hal mandi dan makan ia sudah pandai. Hanya Reina yang perlu menyediakan saja.

Erland menggeleng cepat, ia dengan tatapan mata polos dan lugunya terus menggelengkan kepalanya seolah tidak ingin Reina pergi lagi. “Di sini saja, kita makan bersama. Erland ingin kita makan bersama.”

“Tidak! Erland, bukankah saya sudah mengatakan jika saya harus bekerja. Jadi kamu tetap di rumah seperti biasa!”

“Istirahat dengan baik, jika kamu lapar kamu bisa memakan makanan yang telah saya sediakan untuk kamu di meja makan,” ucap Reina dengan tatapan seriusnya yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Erland dengan tatapan lugunya, walau ada tatapan tak rela akan hal itu.

Mungkin usia Erland memang lebih tua dari Reina. Tapi pemikiran dan cara berfikir lelaki itu tak lebih dari seorang anak yang baru berusia 5 tahun. Meski Reina sibuk kuliah dan bekerja, segala keperluan yang Erland perlukan selalu Reina yang sediakan dengan sempurna. Sering kali, Reina harus rela bolak-balik demi mengecek keadaan Erland.

...*****...

Saat hendak pulang dari tempat kerjanya.

Reina tidak menyangka jika Rayyan kekasihnya itu ada dihadapannya dan tengah menunggunya. Seolah Rayyan berfikir jika Raina tak tahu akan perselingkuhannya lelaki itu.

Padahal Reina tahu, tapi selama 1 bulan ini ia lebih memilih untuk menghindari hal itu. Ia sangat sibuk dengan kuliah dan bekerja, belum lagi masalah Erland yang sering meneleponnya.

“Ayo ikut aku pulang,” ucap Rayyan yang hendak menarik tangan Reina.

Tapi sayangnya Reina langsung menghindar begitu saja, hal itu membuat Rayyan yang gampang emosi dan sangat ringan tangan langsung mengangkat tangan dan hendak memukul Reina.

Tapp

Krakk krekk

Dengan santai Reina langsung mencekal tangan Rayyan, ia memelintir tangan lelaki itu hingga Rayyan yang kesakitan langsung menjerit.

“Akh! gila, dasar kamu wanita sialan!” teriak Rayyan menjerit kesal.

Reina hanya menatap Rayyan dengan tatapan acuhnya, ia terlihat tak peduli dengan umpatan dari Rayyan. Jika dulu Reina hanya diam saat rumor tentang Rayyan yang kurang baik serta ringan tangan. Tapi berbeda dengan sekarang saat Reina melihat hal itu secara langsung.

Reina bukan orang yang hanya akan diam saja saat ada seseorang yang berniat menyakitinya ataupun berbuat kasar padanya. “Bukan laki-laki sejati jika berbuat kasar dan ringan tangan,” dingin Reina yang langsung menatap tajam Rayyan.

“Pengecut! kenapa kamu tidak sekalian memakai rok mini, sekalian saja rambut kamu panjang 'kan juga,” nada sinis dengan ucapan tajam itu keluar dari mulut Reina.

Reina memang wanita yang bermulut tajam, selain itu juga ia sangat pandai bela diri. Dari karate, silat, dan taekwondo Reina pelajari. Itu tak lain karena Reina tidak ingin dianggap lemah walau ia hanya wanita.

“Wanita miskin! berani sekali kamu mengatakan kata-kata yang merendahkan seperti ini. Kamu ingin dikeluarkan dari universitas?” ancam Rayyan. Ia bukan pemilik universitas, tapi pamannya adalah salah satu wakil dekan di universitas tempat mereka kuliah.

Jadi bukan hal sulit bagi Rayyan untuk meminta agar pamannya mengeluarkan Reina dengan cara yang licik.

“Itulah bedanya orang yang masuk dengan usahanya sendiri dengan orang yang lewat jalur belakang. Karena yang mampu dilakukan oleh orang dari jalur belakang hanyalah kemampuan mengancam? bukan begitu? ” sinis Reina.

Reina berbalik dan hendak pergi begitu saja, tapi tanpa diduga Rayyan yang merasa sangat amat kesal hendak memukul Reina dari belakang.

Bughh

Baghh

Bughh

Reina yang berhasil menghindar dengan gesit, ia langsung memukul wajah kaki dan juga perut Rayyan dengan keras.

“Jika aku tidak memiliki hati, mungkin sudah aku buat kamu menjadi seorang impoten,” acuh Reina.

“Hubungan ini berakhir,” putus Reina secara sepihak.

Setelahnya Reina pergi begitu saja meninggalkan Rayyan yang hanya diam sambil meringis karena kesaktian dengan pukulan Reina.

“Tidak akan pernah, aku tidak terima dengan pemutusan secara sepihak ini.”

...*****...

“Tuan, saya mendengar kabar tentang keberadaan tuan Erland,” ungkap salah satu bawahan yang langsung menunduk ketakutan saat berhadapan dengan Sang Asisten.

Para bawahan itu sangat ingat jika saat itu mereka sempat berpisah dengan tuannya karena hendak mengalihkan perhatian dari musuh demi menjamin melindungi keselamatan Sang tuan. Tapi hingga 1 bulan berlalu, kabar dan jejak tentang Erland tidak mereka ketahui sama sekali.

“Cari tahu lebih jelas di mana tempatnya, dan ingat! jangan biar 'kan berita tentang tuan Erland yang tidak ada ini menyebar, jika sampai itu terjadi, kamu sendiri yang paling tahu akibatnya,” ucap laki-laki tampan yang berwajah garang.

Tatapan matanya saja sudah membuat orang-orang ciut dan tidak berani menatapnya. Dan tidak ada yang berani melawan perintahnya karena takut dengan kemarahan Sang Asisten yang terkenal memiliki raut wajah sangat garang itu.

“Cari tuan terus, perbanyak jumlah orang dan kirim mereka ke banyak tempat yang berbeda,” ucap laki-laki itu lagi. Ia adalah asisten yang menjadi kepercayaan Erland hingga lebih 15 tahun.

Perusahaan dan Erland sudah menjadi paket lengkap yang tidak dapat dipisahkan, karena jika berita tentang Erland yang menghilang itu menyebar, maka harga saham akan terus turun. Beruntungnya, seorang Erland memiliki asisten yang kemampuan otaknya itu diatas rata-rata.

“Sementara akan aku tangani masalah di sini. Terus beri kabar tanpa henti!” perintah Barack dengan ekspresi wajah galaknya.

#####

Mengetahui kebenaran

“Tidak mau, Mamah tetap harus di sini,” jawab Erland yang terdengar seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk.

Erland yang mendengar jika Reina akan pulang ke rumah orangtuanya. Mendengar itu tentu Erland langsung takut ditinggalkan, ia tidak ingin jika Reina tidak kembali lagi.

“Saya harus pulang terlebih dahulu, ada barang yang belum sempat saya bawa dari rumah,” jelas Reina yang merasa jengah dengan laki-laki yang sedang amnesia itu.

Hari ini, ibu Reina memanggilnya untuk datang. Dan itu Reina gunakan sebagai alasan saat ia akan mengambil barang-barang miliknya yang belum ia bawa dari rumahnya dulu.

“Tidak! Mamah hari ini harusnya bersama dengan Erland, bukankah ini saatnya Mamah mengajak Erland jalan-jalan.”

Tatapan meminta dan berharap Erland tunjukkan, lelaki itu terlihat berharap bisa pergi berjalan-jalan dengan Reina yang ia anggap ibunya.

Aneh memang saat mendengar panggilan Mamah yang diucapkan oleh Erland pada Reina. Karena itu, Reina hanya akan meminta Erland untuk di rumah. Ia jarang dan hampir tidak pernah mengajak Erland keluar.

Bukankah akan terasa aneh saat kamu disebut dengan panggilan Mamah' oleh orang yang jauh lebih tua. Terlebih lagi, nada suara Erland saat mengatakan itu sangat polos, hingga terdengar jelas jika Reina seolah adalah ibunya.

“Tidak! masih ada yang harus saya urus, jika memang kamu begitu ingin keluar. Maka keluar saja! saya tak akan peduli sekalipun nanti kamu tidak akan kembali lagi!”

Tanpa sadar, sikap Reina pada Erland kini sangat acuh dan dingin. Mungkin itu karena pertemuan Reina dengan Elisa saat itu. Reina kini seolah tak tahu harus bersikap dan berperilaku seperti apa untuk kedepannya.

Haruskah dirinya melepaskan laki-laki yang sudah bersama dengannya ini? meski waktu yang dilalui cukup singkat. Tapi rasanya moment yang mereka lalui sangat bermakna dan penuh ketulusan.

“Tapi Mah, hari ini Erland ingin keluar. Boleh 'kan kita keluar bersama? Erland tidak ingin pergi jauh dari Mamah, tolong jangan usir Erland juga Mah,” pinta Erland dengan tatapan yang terkesan memohon.

Reina tidak tahu alasan mengapa lelaki itu bersikap sangat manja padanya. “Erland Kamu bukan anak kecil lagi,” kesal sudah Reina. Reina yang biasanya tidak akan pernah bereaksi meski sedang sekesal apapun itu, kini karena tingkah amnesia Erland, membuat Reina bisa mati karena kesal.

“Mah, Erland 'kan masih kecil, kenapa Mamah selalu bilang kalau Erland bukan anak kecil,” lirih lelaki itu dengan tatapan mata yang terlihat sedikit berkaca-kaca.

Reina yang melihat itu menghela nafas, ia ingat jika pemikiran laki-laki itu masih menganggap jika kini dirinya berusia lima tahun. Ini memang gila! mana ada anak laki-laki berusia 5 tahun sebesar itu, tubuh dan wajahnya mengatakan jika laki-laki itu hampir berkepala 3.

Reina bingung sebenarnya, apa yang membuat Erland bisa menganggap dirinya ibunya. Erland langsung memanggilnya dengan sebutan Mamah' sejak saat pertama kali lelaki itu sadar. Apa karena wajahnya terlihat mirip dengan ibu dari lelaki itu? atau karena apa?

Kalau misalkan ibu dari lelaki itu adalah ibunya, itu adalah sesuatu hal yang tidak mungkin. Karena Reina pernah mengetes DNA dirinya dan Sang ibu, dan hasil dari itu adalah 98% yang berarti menandakan jika ibu yang merawatnya sekarang adalah ibu kandungnya.

Jika itu kembaran ibunya juga tidak mungkin.

Sudahlah, Reina bingung dengan hal itu. Biarkan nanti saat laki-laki itu sudah pulih dari amnesianya Reina akan bertanya langsung mengapa lelaki itu menganggap dirinya sebagai ibunya.

Tapi, apakah Reina berani?

“Mah, Erland ingin Mamah kupas 'kan buah untuk Erland, boleh 'kan Mah?” tiba-tiba permintaan Erland berganti pada sesuatu hal yang sederhana.

Meski ingatan Erland terakhir kali saat berusia 5 tahun. Tapi, ia sangat pintar dan peka. Tahu bagaimana harus bersikap dan bertindak.

Reina yang mendengar itu, ia mengangguk.

“Terima kasih,” kata Erland terlihat senang.

“Apa memang senang sekali saat mendengar saya akan mengupaskan kamu buah?” tanya Reina yang langsung Erland angguki dengan semangat.

“Iya, biasanya Mamah tidak pernah mau menatap Erland, apalagi mau mengupaskan buah untuk Erland. Tentu Erland merasa sangat senang karena hal itu,” ungkap Erland yang terlihat polos.

Selama 1 bulan bersama, mana ada Erland meminta Reina untuk mengupaskan buah. Atau yang Erland kini bicarakan adalah ingatannya tentang ibu kandungnya dulu?

Entah kenapa saat mendengar itu Reina merasa penasaran dengan masa kecil Erland. Seperti apa wanita yang menjadi ibu Erland itu?

“Setelah ini kamu tidur.”

Entah mengapa Reina yang mendengar ucapannya sendiri merasa lucu, apa ada anak sebesar dan setua ini, sedangkan ibunya sendiri lebih muda darinya?

Melihat jika Erland benar-benar sudah tertidur, Reina yang melihat itu memanfaatkan kesempatan ini untuk pulang ke rumah.

Rumah yang seperti neraka untuknya, tidak ada sebuah kenyamanan ataupun ketentraman dalam rumah itu. Justru yang ia dapatkan adalah sebuah rasa dimana jika ia kembali ke rumah itu, ia merasa jika ia sedang berada di penjara.

Jeruji besi yang mengikatnya untuk tidak pergi jauh.

...*****...

Meski tidak ingin masuk ke dalam rumah, tapi karena permintaan dari ibunya yang ingin bertemu dengannya. Maka itu, Reina terpaksa pulang.

“Anak kamu itu sukanya bikin masalah terus, dia pikir dia siapa sampai bisa menyinggung keluarga Rayyan. Ingat, Rayyan itu adalah keluarga kaya! sedangkan kita itu keluarga miskin! aku tidak akan peduli jika nanti kalian terkena masalah karena menyinggung mereka,” acuh Jack yang berkata dengan nada seolah Reina itu bukan anaknya.

“Jangan seperti itu, aku yakin Reina tidak bersalah. Dia hanya berusaha untuk membela dirinya saja,” bela Rosa yang tak lain ibu dari Reina.

“Terus saja bela anak kesayangan kamu itu, ingat! aku tidak akan ikut campur jika kalian nanti akan dibuat sengsara, urus saja masalah kalian sendiri!” marah Jack.

“Lagipula seharusnya Reina hanya perlu diam, apa yang Rayyan lakukan ke dia, harusnya dia hanya bisa terima itu saja. Tidak usah melawan apalagi sampai membuat anak orang kaya itu babak belur! memangnya kalian berdua punya uang untuk biaya perawatannya?” lanjut Jack sinis.

Reina yang mendengar itu, mendadak langkahnya terhenti. Ia heran dengan ayahnya Jack itu, setiap dirinya melakukan kesalahan, maka ayahnya akan marah besar, padahal kesalahan yang ia lakukan itu karena ada sebabnya, dan biasanya kesalahan yang sering dilakukan olehnya dulu hanya sebuah masalah kecil.

Sedangkan jika kakaknya Alisa yang melakukan sebuah kesalahan, ayahnya tidak akan pernah marah seberapa besar kesalahan itu. Bahkan ayahnya itu sampai rela untuk menjadi orang yang disalahkan atas kesalahan yang dilakukan oleh Alisa.

“Lalu jika yang ada diposisi saya ini adalah Kak Alisa, apakah dia harus tetap diam saja atau melawan seperti saya?” tanya Reina sinis. Ia memang tidak dekat dengan ayahnya, tidak ada memori kedekatannya dengan ayahnya itu.

Entah, laki-laki itu seolah menganggap dirinya benalu di keluarga ini. Terlihat jelas dari tatapan serta perilaku laki-laki itu yang terang-terangan membenci dirinya.

“Tidak sopan! beraninya kamu bicar seperti itu pada orang tua!” marah Jack yang hendak memukul Reina, tapi sayangnya Reina langsung mencekal itu karena sekarang dirinya bukan Reina dulu yang masih kecil.

“Seharusnya sebagai seorang ayah yang baik, Anda harus melindungi anaknya, bukan malah justru mencelakai dia,” kata Reina menatap Jack langsung.

Dengan mata tajam dan tak suka serta benci, Jack tersenyum sinis dan meremehkan. “Anakku? siapa yang anakku? jelas kamu bukan anakku!” tegas Jack.

“Cukup!” tiba-tiba Rossa memotong pembicaraan itu. Ia terburu-buru seakan tidak ingin Jack berkata lebih jauh

“Apa maksudnya ini Bu?” tanya Reina yang menatap ke arah ibunya yang hanya diam.

“Sudahlah Rossa, jujur saja. Cepat atau lambat dia juga akan mengetahui tentang kebenaran ini! kebenaran yang ternyata dirinya bukanlah anakku!” tegas Jack sinis.

“Cukup, aku bilang cukup Jack! jangan katakan itu lagi,” marah Rossa yang tidak bisa mengendalikan emosinya.

Biasanya Rossa adalah wanita yang tenang, ia wanita yang sabar meski setiap kali suaminya selalu kasar dan memukulnya.

“Bu, maksudnya apa ini?” tanya Reina yang terus saja mencecar pertanyaan itu. Reina ingin tahu tentang kebenaran yang sebenarnya.

Jika dirinya bukan anak Jack? lalu siapa ayahnya?

“Reina, lebih baik kamu masuk ke dalam kamar kamu dulu Nak, ibu masih mau bicara sama ayah kamu,” ucap Rossa lembut.

Tapi ucapan Rossa itu justru semakin menyulut emosi Jack dan membuat Jack marah. Ia tidak terima saat dipanggil ayah ataupun dianggap ayah Reina.

“Siapa yang ayah dari anak ini, jelas dia adalah anak haram yang tidak jelas ayahnya!”

#####

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!