NovelToon NovelToon

Naina & Ningsih

Hilangnya Mahkota

"Ningsih, aku berjanji akan mengikuti kepercayaan mu dan segera menikahi mu"

Begitulah yang diucapkan Putra pada Ningsih, mereka sudah berpacaran selama lebih dari setahun, orang tua mereka saling menyetujui karena pada awalnya orang tua Putra yakin kalau Ningsih akan mengikuti kepercayaan mereka begitu pula sebaliknya.

Ningsih kuliah diluar kota, dia tinggal nge kost bersama teman nya, orang tuanya percaya padanya, karena memang di kota tempat tinggal mereka tidak ada Universitas jadi mau tidak mau dia harus kuliah diluar kota.

Ningsih pernah bercerita pada kedua orang tuanya kalau dia berpacaran dengan orang yang berbeda keyakinan, yang anehnya orang tuanya menyetujui karena percaya dengan omongan Ningsih yang mengatakan kalau pacarnya lah yang akan mengikuti kepercayaan nya.

"Dia sangat baik ma, dia selalu membantuku disini, orang tuanya juga sangat baik, setiap aku dibawa kerumahnya, mereka menyambut ku dengan baik, mereka sangat menyayangi ku" ujarnya pada mamanya.

Entah apa yang dipikirkan orang tuanya, hingga mereka membiarkan Ningsih berpacaran dengan Putra, mereka seperti percaya begitu saja.

Hanya kakak Ningsih yang tidak menyetujui hal itu, dan terus mewanti-wanti untuk tidak melanjutkan hubungan itu, karena pada akhirnya pasti akan berpisah.

"Iya kak, sudah putus kok" itulah jawaban Ningsih

Tapi pada kenyataannya dia masih berhubungan dengan Putra tanpa diketahui kakaknya, lagipula kakaknya juga sudah tinggal jauh bersama suaminya jadi tidak mungkin untuk memantau nya.

Hari itu seperti biasa Ningsih pulang kuliah dijemput Putra, dia merasa malas pulang ke rumah karena sedang berantem dengan teman satu kamar kost nya.

Putra membawanya ke sebuah hotel yang entah dirasuki setan atau iblis yang menyamar dengan wujud cinta, Ningsih mengikuti saja kemana Putra membawanya.

Ningsih seperti dimabuk asmara yang lupa segalanya, saat itu dia menyerahkan mahkota nya kepada Putra, mereka melakukan itu di dalam kamar hotel.

"Kamu jangan khawatir, dengan begini cinta kita makin kuat" ujar Putra

"Kalau aku hamil bagaimana?" tanya Ningsih

"Kita akan langsung menikah sayang, kamu tenang saja" jawab Putra

Hari terus berlalu, dan mereka ketagihan melakukan hal itu, jadi mereka sering pergi ke hotel saat pulang kuliah Ningsih.

Ningsih terus menjerit penuh nikmat saat Putra terus memompa nya, mereka melenguh bersama saat Putra terus menyirami rahim hangat Ningsih.

Waktu sudah lama berlalu tapi belum ada tanda-tanda kehamilan Ningsih walau mereka sering melakukan itu.

Hari itu hari besar kepercayaan Putra jadi mereka tidak bisa bertemu untuk sementara waktu, tapi ternyata Ningsih malah diundang oleh kedua orang tua Putra untuk ikut merayakan bersama.

Ningsih diberikan baju adat mereka yang sangat cantik, dia yang sudah dijanjikan Putra kalau nantinya Putra yang akan mengikuti kepercayaan nya, tidak memikirkan hal itu, dia tetap memakai baju adat itu dan mengikuti upacara hari besar agama kekasihnya itu karena dia pikir itu hanya acara biasa.

Orang tua Putra menyukai Ningsih karena dia cantik, luwes dan menyayangi anak kecil, disana ada adik Putra yang sangat menyukai Ningsih dan selalu mengajaknya bermain setiap dia datang kerumah Putra.

"Kakak, hari ini menginap disini ya, aku mau tidur bersama kakak" ujar adik Putra yang masih berumur 3 tahun itu.

"Bagaimana nanti ya Devi cantik" jawab Ningsih

Pada akhirnya Ningsih menginap disana, malam yang membuat hidupnya langsung berubah.

Pernikahan Impian

Malam semakin larut, Cahya dirumah itu tidur bersama Devi karena memang itu yang di inginkan Devi, saat mendekati tengah malam ada tangan yang menyentuhnya, karena tengah terlelap dia tidak langsung menyadarinya.

Hingga saat tangan itu masuk ke bajunya, dia terkaget dan langsung tersentak bangun.

"Om, apa yang om lakukan?!" teriak Ningsih kaget

"Sudahlah diam dan nikmati saja dan diam kalau tidak mau yang lain terbangun, aku tau kamu sering melakukan ini sama Putra kan? sekarang nikmati sentuhan ku, aku lebih jago dari Putra" ucap orang itu yang ternyata adalah Om dari Putra yang ikut menginap disana juga bersama anak dan istrinya.

Ningsih berteriak ketakutan hingga membuat Devi terbangun, yang membuat seisi rumah terbangun dan melihatnya, tapi saat itu Om nya Putra sudah berhasil kabur dari kamar itu.

"Ada apa Ning?" tanya Putra

Ningsih bingung harus menjawab apa, kalau dia jujur juga belum tentu orang lain akan mempercayainya, dia akhirnya hanya bilang kalau ada tikus jadi dia kaget.

Setelah semua orang pergi dan hanya tinggal Putra yang disana, masih menemani Ningsih yang terlihat sangat kaget dan ketakutan itu, sementara Devi dibawa ke kamar mamanya.

Ningsih meminta Putra menemaninya, lagipula semua orang sudah tidur dan kembali ke kamarnya masing-masing, Putra tentu mengikuti kemauan kekasihnya itu, lumayan sekalian bisa minta jatah, pikirnya.

Ningsih tidur yang ditemani Putra disampingnya, awalnya Putra tidak meminta itu pada Ningsih tapi saat mendekati pagi dia langsung membangunkan Ningsih, dia tidak bisa tidur karena menginginkan Ningsih.

Adegan panas pun tidak terhindarkan, Ningsih dengan suka rela selalu memberikan kepuasan pada Putra, atas nama cinta, itulah yang selalu dia pikirkan.

"Ning, kamu bikin nagih, dari pada terus menginap di hotel lebih baik kamu menginap dulu disini beberapa hari, aku ingin terus disamping mu, kamu begitu nikmat sayang" kata-kata Putra sambil terus memompa Ningsih

Ningsih yang mabuk kepayang dengan goyangan Putra hanya manggut-manggut dan sesekali mendesah, setelah Putra menyembur rahim Ningsih mereka lalu tidur berpelukan.

"Aaaaaaaahhhhh"

Teriak seseorang di pagi itu, Ningsih dan Putra terbangun, ternyata itu adalah ibunya Putra, dia memergoki pemandangan tidak pantas itu, tadi karena terlalu lelah saling adu skill membuat Ningsih dan Putra langsung tidur dan tidak memakai baju mereka.

Mereka terkaget dan langsung memakai baju, tentu saja hal itu membuat heboh seisi rumah, Ningsih dan Putra langsung saja disidang oleh keluarga itu, mereka diharuskan untuk segera menikah.

Ningsih tiba-tiba merasa mual dan muntah, Putra menemaninya ke kamar mandi, dia bertanya apa Ningsih sudah hamil, tapi Ningsih hanya menggeleng.

"Entahlah, aku belum memeriksakan nya" jawab Ningsih yang terlihat lemah itu.

Mereka kembali dicecar pertanyaan tentang itu, hingga akhirnya diketahui memang mereka sering melakukan nya, orang tua Putra tentu saja langsung meminta pernikahan mereka harus dilakukan secepatnya.

"Hubungi orang tuamu, dan katakan yang sebenarnya, pernikahan akan dilakukan disini dengan upacara adat kepercayaan kami" ucap mama Putra yang tentu saja membuat Ningsih kaget karena Putra pernah berjanji kalau Putra lah yang akan mengikuti kepercayaan nya.

Saat Ningsih ingin mengucapkan sesuatu, tangan nya dipegang Putra seolah-olah melarangnya melanjutkan apa yang ingin Ningsih sampaikan, setelah sidang itu selesai, Ningsih diantar pulang oleh Putra.

"Kenapa tadi kamu melarang ku berbicara, sebenarnya apa yang terjadi, mereka tau kan kalau kamu yang akan mengikuti kepercayaan ku?" tanya Ningsih penuh selidik

"Sebenarnya mereka tidak setuju dan sampai kapan pun juga tidak akan pernah menyetujui, tapi kamu tenang saja, karena aku tetap akan mengikuti mu, kita bisa melakukan nya secara diam-diam" ujar Putra menjelaskan.

"Maksud kamu apa? apa kamu mau kita kawin lari?" tanya Ningsih

"Bukan begitu, kita menikah sesuai ajaran kepercayaan mu secara diam-diam, kalau aku sudah menikah kan orang tua ku tidak bisa apa-apa lagi" jawab Putra

Ningsih tidak mengerti kenapa semua menjadi seperti ini, pernikahan impiannya hancur seketika Karena berarti pernikahan nya harus dilakukan diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya Putra.

Naina

Hari itu Putra dan Ningsih pergi kerumah orangtuanya Ningsih, mereka menceritakan semuanya, dan lagi-lagi entah kenapa orang tua Ningsih tidak keberatan dengan hal itu, mereka merencanakan pernikahan sesuai agama Ningsih.

Semua sudah disiapkan dan mereka berkumpul pada malam itu, mereka tidak sadar akan bahaya dan akibat dari apa yang mereka lakukan.

Sesaat sebelum acara itu dimulai, keluarga Putra datang membatalkan acara itu, mereka membawa paksa Putra kembali kerumahnya, Ningsih hanya bisa menangis tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Malam yang dia harapkan menjadi malah yang indah itu harus berubah menjadi malam kelam baginya.

Karena kejadian itu kedua orang tua dari Putra mengurung anaknya di dalam kamar dan tidak mengizinkan pergi kemanapun dan ponselnya pun disita.

Para orang tua bertemu di sebuah restoran untuk membicarakan hal itu, terlihat tidak ada yang mau mengalah, keluarga Putra terus bertahan dan memaksa kalau Ningsih lah yang harus mengikuti kepercayaan keluarga mereka, begitu pun sebaliknya, orang tua Ningsih juga bertahan dan memaksa kalau Putra lah yang harus ikut kepercayaan keluarga mereka.

"Tidak bisa seperti itu, sekarang Ningsih sudah dirugikan, jadi mau tidak mau Putra harus bertanggung jawab" ujar mamanya Ningsih

"Mereka melakukannya atas dasar suka sama suka, jadi tidak ada yang dirugikan, kalau memang kalian butuh biaya, akan kami berikan untuk biaya lahiran anak mereka, tapi untuk anak kami mengikuti ajaran kepercayaan keluarga kalian, kami tidak akan sudi" jawab ayahnya Putra, pertemuan itu tidak membuahkan hasil, mereka tetap pada pendirian nya masing-masing.

Sesampainya orang tua Ningsih kembali dirumah, terdengar suara tangisan dari dalam kamar Ningsih, mama Ningsih langsung memeriksanya, terlihat Ningsih menangis di pojok ranjang tempat tidur nya dan terlihat juga kakaknya yang duduk di kursi meja belajar Ningsih.

"Ada apa ini Naina?"tanya mama mereka

"Kenapa mama dan Ningsih membohongiku? dari awal aku tidak mengizinkan dia berpacaran, tapi kenapa hal sebesar ini malah dirahasiakan? hanya karena Ningsih merasa disayangi keluarga mereka dan di manja mereka, itu membuat mama membiarkan nya terus berpacaran dengan orang yang tidak sejalan dengan kepercayaan kita, itu semua semu mama, aku sudah bilang dari awal" ujar Naina tidak bisa menahan kekesalannya.

"Kakak tolong aku, kakak bisa membujuk keluarga Putra supaya kami segera menikah" pinta Ningsih pada kakaknya

"Kamu sendiri yang memilih jalan ini, dari awal kakak sudah mengingatkan" jawab Naina pada Ningsih

"Ma, apa tadi ada hasil nya saat pertemuan dengan keluarga Putra?" tanya Naina pada mamanya, terlihat mamanya yang hanya menggeleng.

"Lihatlah, ini tidak akan berhasil, sudah sangat jelas di ajaran kepercayaan manapun tidak boleh keluar dari kepercayaan mereka masing-masing apapun alasan nya"ujar Naina, dia begitu kecewa setelah mendengar kabar bahwa adiknya telah hamil tapi calon suaminya tidak bisa bertanggung jawab.

"Bukan tidak mau Naina, tapi tidak bisa karena orang tua Putra tidak mengizinkan" jawab mamanya

"Terus bedanya apa ma? pada akhirnya tetap sama saja kan? sekarang nikmati saja apa yang sudah kamu lakukan Ningsih, aku sudah tidak tau lagi harus bagaimana, apa kamu tidak kasian pada mama dan papa?"Naina bingung harus berbuat apa untuk membantu adiknya, karena sudah jelas hal yang terjadi pada adiknya adalah buah dari apa yang dia tanam.

Naina pergi dari rumah kedua orang tuanya, setelah berpamitan, dia masih mengabaikan Ningsih, Naina menuju rumah nya sendiri, karena Naina sudah menikah, dia sudah hidup terpisah dari orang tuanya dan tinggal bersama suami dan anaknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!