Pada tahun 2030, di sebuah kota Tokyo, semua teknologi dijaman ini lebih maju. Mereka para umat manusia di tahun ini, tidak memerlukan lagi televisi tabung, komputer lipat, komputer layar dan lainnya.
Hanya satu alat komunikasi mereka gunakan, yaitu Hologram. Sebuah layar sentuh transparan untuk mereka gunakan sehar-hari. Kendaraan pun tidak lagi menggunakan bensin, melainkan pembangkit tenaga listrik.
Tiap lokasi terdapat tempat charge kendaraan dimana-mana dan semua kendaraan melayang di udara.
Di tengah perkotaan, dibangunlah sebuah Laboratorium besar, Laboratorium yang dibangun atas perintah sang Presiden kepada para pemerintahan.
Mereka membangun untuk meriset sebuah penelitian antar gabungan 2 gen, yaitu manusia dengan Chimera. Terdapat bangkai Chimera yang berhasil mereka bawa dan diambil samplenya.
Chimera didapatkan dari pulau terlarang yang sebenarnya dilindungi, tapi karena tugas, terpaksa para ilmuwan harus membunuh satu Chimera dan membawa bangkai itu ke laboratorium.
Seiring berjalannya waktu, riset ini pun akhirnya berhasil, percobaan gabungan antar gen manusia dengan gen chimera, setelah beberapa kali gagal, mereka menciptakan manusia setengah Chimera.
Ada 2 yang berhasil dan mereka memberikan nama dengan sebutan kode, yaitu 00-24 dan 00-25.
Untuk merayakan keberhasilan mereka, mereka membuat pesta yang disenggarakan di gedung pertemuan pada malam harinya dan tidak lupa mengundang Sang Presiden.
Acara begitu mewah pada malam itu, banyak sekali para tamu undangan yang datang, kesenangan yang terjadi atas kebahagiaan yang mereka raih.
Di sisi lain, di Laboratorium sendiri, salah satu Profesor ingin mengajak para manusia buatan datang ke pesta tersebut, walaupun ada beberapa ilmuwan lain tidak menyetujui tindakan Profesor, beliau hanya bisa menjawab dengan tenang.
" Mereka ini tetaplah manusia, mereka berhak merasakan apa yang kita rasakan, mereka adalah anak-anakku. Mereka seperti anak-anak yang masih polos bagiku ".
Mendengar perkataan ini, para ilmuwan yang lain hanya bisa terdiam, mereka saling menatap satu sama lain dan membiarkan beliau melakukan apa yang ingin dilakukannya, sedangkan sang Profesor baik mengajak 00-24 dan 00-25 untuk menikmati pesta itu.
Sebelum berangkat menggunakan mobilnya, Profesor mengajak mereka untuk menganti pakaian mereka yang begitu lusuh menjadi pakaian yang formal dan rapih, 00-24 dan 00-25 begitu mirip.
Profesor punya inisiatif untuk mengubah gaya rambut mereka berdua, Profesor mengajak kedua bocah ini ke sebuah salon ternama dan mengubah model rambutnya untuk bisa membedakan mana 00-24 dan juga 00-25.
Setengah jam berlalu, 00-24 dan 00-25 sudah berganti menjadi orang yang berbeda.
00-24 memiliki rambut pendek, memiliki poni dan memakai jepitan di sebelah kanannya, sedangkan 00-25, ia juga memiliki poni akan tetapi rambutnya dibuat agak ikal dan juga memiliki poni karena mereka berdua sama sama berambut putih dengan cara begini Profesor bisa membedakannya.
Dengan senyum hangat, Profesor menghampiri mereka yang begitu kebingungan dengan perubahan di kaca besar, ada di ruangan itu. Profesor sambil setengah duduk dan menepuk pundak mereka, berkata,
" Saya mempunyai nama yang bagus untuk kalian berdua ".
Senyum lembut sang Profesor sambil menatap ke kaca.
Dengan wajah yang polos 00-24 dan 00-25 spontan menjawab perkataan Profesor secara bersamaan,
" Nama??? ".
Mereka menatap ke arah Profesor dan kepala agak keatas dikit, karena sang Profesor begitu tinggi bagi mereka.
Profesor pun menjawab sembil menenggakkan badannya.
" Iya, nama kalian " lanjutnya dengan berpura-pura berfikir dan kembali setengah duduk di antara kedua anak itu.
" Gilbert Nightmare dan Melodia Fransisco Gwanael, itulah nama kalian, apakah kalian menyukainya 00-24, 00-25? ".
2 anak saling tatap-tatapan sekaligus kaget dengan nama yang diberikan oleh sang Profesor karena makhluk seperti mereka mempunyai nama khusus.
Dengan senyum bahagia melihat 2 anak ini, sang Profesor memeluk mereka dan membawa mereka pergi dari salon ternama ke tempat pesta yang berada tidak jauh dari salon.
Bergegas mereka beranjak dan pergi meninggalkan salon, setelah beberapa menit perjalanan dan akhirnya mereka sampai ketempat tunjuan.
Ini adalah pertama kalinya 2 anak manusia buatan berada di pesta mewah, banyak sekali makanan enak, pakaian bagus dan lain-lain, walaupun mereka tidak tahu sedang ada dimana, tapi mereka bisa merasakan atmosfer kebahagiaan di malam itu dengan bimbingan Profesor.
Mereka diarahkan ke tempat paling pojok di ruangan tersebut, sepertinya Profesor sedang menunggu seseorang disana, tentu saja, orang itu adalah keluarga beliau.
Dari kejauhan seorang bocah laki-laki dengan pakaian satu stel kemeja hitam, berdasi merah, berlari kearahnya sambil memanggil,
" AYAH ".
Dengan melambaikan tangannya, beliau pun juga membalas lambainnya.
" Suamiku, apakah kamu sudah menunggu lama disini? " tanya seorang wanita dengan pakaian yang begitu elegan dan cantik dengan rambut disanggul, terdapat pita merah di sanggulnya.
Lalu, melirik ke arah 2 anak berambut putih dengan pakaian yang satu menggunakan satu set kemeja warna hitam dengan pita merah dan yang satu menggunakan gaun cantik berwarna merah
" Apakah mereka ini yang selalu kamu ceritakan, sayangku? " ucapnya.
Profesor menjawab,
" Ya, sayang. Inilah anak-anak yang selalu aku ceritakan ke kamu itu ".
Dengan senyum ramah, wanita ini agak membungkukkan badan ke arah 2 anak ini walaupun mereka sedikit takut dengannya, berusaha bersembunyi di belakang sang Profesor.
" Tidak perlu khawatir, dia ini istriku anak-anak ".
Mendengar hal ini, mereka kembali ke posisi biasa.
Lalu, dengan lantang, anak sang Profesor segera memperkenalkan dirinya dengan pede di hadapan 2 anak ini.
" Namaku Yuiji Manabe, panggil saja aku Yuiji" sambil mengulurkan tangan kanannya.
Melihat pernyataan Yuiji secara spontan kedua anak ini begitu bingung, tapi pelan-pelan mereka berdua bergantian menjabat tangan dengan Yuiji dan memperkenalkan diri mereka masing-masing.
" A, aku Gilbert Nightmare, pa, panggil saja aku Gilbert".
00-24 adalah orang yang pemalu, walaupun ia ragu, ia tetap melakukannya.
" Aku Melodia Fransisco Gwanael, panggil saja Melodia, huh ".
Dengan nada cetusnya, 00-25 adalah orang yang punya ego tinggi tapi sebenarnya ia baik, tanpa menjabat tangan balik, ia hanya buang muka saja dan Yuiji kaget dengan sikap Melodia terhadap dirinya.
Sang Profesor dan juga istrinya hanya bisa tertawa melihat momen tersebut.
Keesokkan paginya, ada sebuah berita beredar, terjadinya perampokan di salah satu bank ternama di kota, saatnya 2 anak hasil gabungan gen beraksi, sekaligus tugas pertama mereka setelah keluar dari Laboratorium.
Dengan sigap, Gilbert dan Melodia segera ke tempat lokasi dan menghentikan para perampok.
Gilbert yang memiliki kemampuan mengendalikan pikiran orang, sedangkan Melodia, mengubah kedua tangannya menjadi tangan monster, dengan kerja sama mereka berdua, para perampok pun berhasil ketangkep.
Dengan bangga, polisi mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua dan bertepuk tangan bersamaan atas keberhasilan 2 anak itu.
Sebenarnya tunjuan utama dari uji coba gen ini adalah salah satunya untuk menjaga kedamaian kota.
Presiden memerintahkan ke para pemerintahan untuk membangun sebuah laboratorium besar ditengah kota dan membuat percobaan gabungan gen dengan makhluk mitologi yang terdapat di sebuah pulau misterius.
Awalnya tidak mudah bagi mereka semua untuk mendapatkan sampel itu tapi dengan usaha dan kerja keras mereka semua, mereka berhasil mendapatkan sampel dan juga hasil dari riset mereka selama ini.
Banyak sekali keuntungan yang mereka raih dari uji coba ini setelah keberhasilan terjadi.
Sampai suatu hari, hal yang tidak diinginkan terjadi, kedamaian kota berubah menjadi mencekam.
Salah satu Profesor yang sudah dari dulu memiliki perasaan dengki terhadap Profesor baik karena beliau selalu berhasil dengan usahanya dan juga ambisi yang kuat.
Sang Profesor jahat pun diam-diam melakukan sesuatu dan membuat penelitian sendirian di salah satu ruangan yang ada di dalam gedung laboratorium tersebut.
Bertahun-tahun dia melakukannya dan akhirnya, rencana dia terlaksanakan, benar sekali, dia membuat kerusuhan di dalam laboratorium.
Dia membuat sisa sampel gen chimera dan dia membuat hasil yang begitu jahat, berbanding kebalik dari yang seharusnya, mereka bisa memakan manusia dan juga membunuhnya.
Dengan kepanikan yang terjadi di malam itu, membuat seisi gedung harus berlari-larian kesana-kemari dengan wajah panik dan juga pucat. Suara teriakkan terdengar dimana-mana, menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Disisi lain, sang Profesor baik bukan menyelamatkan dirinya, ia malah berlari ke arah ruangan, dimana Melodia dan juga Gilbert ditahan.
Ia berlari tergesa-gesa, berlawanan arah diantara para ilmuwan yang sedang desak-desakan berlari untuk keluar dari gedung.
Sesampainya, Profesor langsung membukakan pintu mereka dan bergegas membangunkan anak-anak itu.
Otomatis Melodia dan Gilbert terbangun dengan perasaan bingung dan masih setengah mengantuk, Profesor membawa mereka pergi dari sana.
Profesor menggandeng 2 anak itu sambil berlari, mencari pintu keluar, selama berlari mereka melihat banyak sekali bercak darah, mayat bergeletakan dimana-mana.
Mereka menemukan pintu keluar tapi sebelum mereka berhasil keluar, mereka keburu dihadang oleh para monster chimera jahat, sebenarnya monster itu dulunya adalah manusia dan diculik oleh sang Profesor jahat, lalu, dijadikan penelitian.
Sang Profesor baik berusaha menyelamatkan anak-anak ini dari para monster-monster itu dengan menggunakan alat seadanya yang ada di sana.
Dia menyemprotkan asap pemadam kebakaran, tapi sayangnya, Gilbert tertangkap oleh salah satu monster, dia tidak di makan tapi di bawa pergi olehnya.
Sisa Melodia, satu-satunya supaya Melodia berhasil kabur, sang Profesor harus mengorbankan dirinya.
Profesor itu memerintahkan Melodia untuk pergi dari sini dan jangan pernah lihat kebelakang.
" Aku, aku tidak bisa meninggalkan anda sendirian disini, anda harus ikut juga, saya tidak mau! Aku tidak mau kehilangan orang lain setelah Gilbert " ucap Melodia yang tidak mau pergi meninggalkan sang Profesor.
Profesor menjawab sambil tetap menyemprotkan asap ke arah monster-monster yang sedang mengelilingi mereka.
" Pergilah, cepat pergi dari sini, aku tidak mau kamu tertangkap juga oleh mereka, aku tidak apa-apa, percayalah kepadaku, kamu dan Gilbert, sudah aku anggap sebagai anak sendiri. Pergilah ke kediamanku, temuilah keluargaku disana, di dalam saku bajumu, ada sebuah alamatku, disanalah aku tinggal, tinggalah bersama mereka, jalanin hidupmu sebagai manusia biasa! ".
Sang Profesor masih menyemprotkan asap itu, semakin lama, isinya pun semakin berkurang dan sang Profesor menyuruh Melodia kedua kalinya untuk kabur.
" Cepatlah pergi dari sini! Tidak ada waktu lagi, benda ini juga hampir habis?! ".
" Prof. Watanabe..... ".
Melodia pun, akhirnya meninggalkan beliau dan berhasil kabur keluar dari gedung itu dengan perasaan campur aduk, perasaan yang selama ini dia tidak pahami, Melodia memasuki hutan, ia terus berlari dan berlari menjauhi gedung.
Ia tidak berani melihat kebelakang dan tanpa ia sadari air matanya mengalir dengan deras dan bergumam di dalam hatinya.
Profesor Watanabe, terima kasih banyak atas semua yang kamu berikan. Aku, aku tidak tahu harus berbuat apa setelah anda tidak ada. Aku tidak tahu perasaan ini tapi ini begitu menyakitkan di hati saya. Aku, aku minta maaf, aku akan menepati janji anda. Saya tidak tahu apa itu arti Ayah, tapi anda selalu mengucapkan hal itu tiap kali anda bersama kami dan untuk Gilbert, aku harap kita bisa bertemu kembali. Aku akan menyelamatkan dirimu.
3 Tahun berlalu, tapi kedamaian kota masih belum pulih dan Presiden mendirikan sebuah Sekolah Akademi Militer.
Sekolah ini dinamakan Akademi Militer Sakurazaka, dimana terdapat kumpulan para siswa dan siswi yang sudah dilantik khusus untuk menghadapi medan perang melawan monster-monster tersebut.
Suka dan duka mereka harus siap ketika bertemu para monster itu karena sebagian dari divisi yang telah terbentuk tidak ada yang selamat, fisik dan mental mereka harus siap menghadapi kondisi apapun.
Di sore hari, di sebuah taman, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun berlari-larian dengan tergesa-gesa karena dia sedang dikejar oleh gerombolan Monster.
Dengan perasaan takut dan ingin menangis, anak laki-laki itu terus berlari untuk menghindari tangkapan mereka, jika tertangkap, anak itu bisa termakan.
Sampai pada akhirnya, anak laki-laki itu tersangkut sama kakinya sendiri dan dia nyungsep ke tanah, ketika dia ingin bangkit kembali, dengkul kakinya terluka, hal ini membuat kondisinya susah bergerak tapi hal itu tidak keburu olehnya, monster-monster itu sudah ada di hadapannya.
Dengan muka yang benar-benar pucat dan gemeteran, dia hanya bisa pasrah dan keringat dingin, ketika monster-monster ini ingin menyantap anak itu, reflek anak itu berteriak minta tolong.
Tiba-tiba ada seseorang dengan gesit menebas semua monster dan mengalahkannya, saking takutnya anak itu dan begitu pasrah, dia menutup matanya. Lalu, orang yang sudah menolongnya berkata,
" Apa kamu baik-baik saja? Bukalah matamu, semua monster sudah aku tanganin ".
Mendengar suara yang tidak asing bagi anak laki-laki ini, perlahan-lahan dia membuka matanya dan dia spontan mengucap,
" Melodia?! ".
Wajah setengah tidak percaya.
" Berisik! tadinya aku tidak mau keluar, hanya saja karena melihat kamu ketakutan dikejar-kejar sama monster itu, mau tidak mau aku musti menolongmu dan juga karena ayahmu tahu!" jawab Melodia dan terdengar suara dari perutnya.
Mendengar hal itu, Yuiji langsung tertawa kecil dan agak sedikit menjahilinya.
" Ha ha ha... ada gitu ya, orang kayak kamu bisa lapar, padahal kamu sendiri yang nolak barusan untuk makan di rumah ".
Yuiji masih menertawakan dirinya.
" DIAM! MEMANG GAMPANG CARI MAKANAN DI LUAR?! ".
Wajah Melodia menjadi merah padam dan buang muka sambil menggembungkan kedua pipinya.
Mendengar penjelasan Melodia, anak itu langsung menariknya dan membawanya ke rumah.
" Yuiji! Mau bawa aku kemana! Jangan seenaknya kamu?!! ".
Dengan muka yang masih memerah.
Sambil mengedipkan mata kirinya,
" Ikut saja oke? kamu akan tahu kita akan kemana ".
Melihat ajakkan Yuiji dan mengingat pesan dari ayahnya Yuiji, Prof. Watanabe. Melodia harus menuruti kemauan Yuiji.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah rumah sederhana bergaya minimalis di salah satu blok jalan, Yuiji membuka gerbang dan menarik tangan Melodia masuk ke dalam halaman rumahnya.
[ Ting Tong ]
Bel rumah dibunyikan.
[ Cekrek ]
Suara gagang pintu berbunyi. Sesosok perempuan sekitar umur 30-an, membukakan pintu untuk mereka bedua. Perempuan itu adalah Ibunya Yuiji, Meiko Manabe.
" Ibu tebak, aku bawa siapa? ".
Yuiji kepada ibunya sambil menunjuk ke arah Melodia dengan kedua tangan membuka lebar-lebar.
" Tentu saja ibu tahu, Melodia bukan? Ayo, masuk. Kita makan bersama-sama, kebetulan Ibu baru saja menyiapkan makan malam ".
Dengan, wajah yang begitu malu, Melodia hanya bisa terdiam dan kedua kalinya ketarik lagi oleh Yuiji. Mereka pun masuk kedalam rumah, tidak lupa melepaskan alas kaki yang mereka gunakan.
Sebelum sarapan malam, Yuiji dan Melodia harus membersihkan diri mereka terlebih dahulu, pertama yang mandi adalah Yuiji, kedua Melodia.
Ketika giliran Melodia mandi, sambil merendamkan dirinya, ia mulai memikirkan hal hal yang selama ini ia selalu pikirkan, ia merasa tidak enak jika ia harus tinggal disini, akan tetapi karena pesan yang diberikan oleh almarhum.
Melodia harus tinggal tetap di rumahnya Yuiji, Melodia mulai merasakan kehangatan yang ia terima di dalam keluarga ini.
Semenjak kedatangan ia pertama kali di rumah keluarga Watanabe, banyak perubahan yang Melodia terima dan perlahan-lahan Melodia mulai mempelajari yang namanya perasaan hati, mulai bisa mengekspresikan diri sendiri.
Tanpa disadari ternyata Melodia sudah sangat lama dikamar mandi, karena lamunannya. Yuiji pun meneriakin dirinya dari balik pintu kamar mandi, memastikan dirinya tidur dikamar mandi atau tidak.
" Melodia, kamu tidur disana?????? ".
Disahut kembali oleh Melodia dari dalam,
" AKU TIDAK TIDUR?! BERISIK ".
Melodia beranjak dari bak mandi, mengeringkan badannya dan memakai pakaian piyama yang ia kenakan untuk tidur nanti.
Ia berjalan ke arah ruang makan, disana sudah berkumpul Yuiji dan Ibunya, mereka menunggu kedatangan Melodia untuk makan bersama mereka.
Melodia duduk di samping Yuiji, makan malam pun dilakukan. Setelah makan malam, Yuiji dan Melodia pergi ke kamar masing-masing, sedangkan Ibunya Yuiji, membersihkan peralatan makan bekas mereka sebelum tidur.
Disaat Yuiji ingin masuk ke kamarnya, Melodia menyisipkan kata kata kepadanya,
" Terima kasih ".
Lalu, ia masuk kedalam kamarnya dan ekpresi Yuiji bengong mendengar ucapan Melodia karena ini pertama kalinya dia mendengar kata-kata itu terucap dari mulutnya, lalu senyum simpul sambil menghela nafas, kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Beberapa tahun kemudian, Yuiji dan Melodia sudah beranjak dewasa, umur mereka sekarang 17 tahun dan kelas 3 SMA, tidak berasa waktu begitu cepat dan sebentar lagi mereka mau lulus SMA.
Ibu Yuiji yang sekarang begitu menua, meminta tolong Melodia membangunkan Yuiji, Melodia langsung berjalan ke atas kearah kamarnya. Menarik selimutnya secara kasar dan membetakki dirinya yang masih memeluk guling di kasur.
" BANGUN, MAU SAMPAI KAPAN DIKASUR! KITA BISA TELAT NANTI, LIHAT JAM?! " sambil menunjuk ke arah jam yang ada di samping kanan Yuiji karena dirinya masih setengah mengantuk.
Dia mengucek-ngucek matanya, setelah melihat jam secara jelas, baru sadar kalau perkataan Melodia benar.
Yuiji beranjak dari kasur tergesa-gesa menyiapkan dirinya sendiri untuk berangkat ke sekolah.
Yuiji meminta tolong Melodia untuk bilang ke ibunya, bekal dibawa saja. Mendengar ucapan Yuiji dengan memutar bola matanya karena no komen mau jawab apa ke dia.
Melodia menunggu di luar pagar rumahnya, sedangkan Yuiji menyiapkan sepedanya, setelah sepeda siap, Melodia naik diatasnya, Yuiji membonceng Melodia tiap harinya ketika mereka hendak pergi ke sekolah, hampir tiap hari rutinitas seperti ini.
Dengan kecepatan penuh Yuiji mengendarai sepedanya, supaya sampai sekolah tidak terlambat.
Membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai ke sekolah, untungnya mereka berdua tidak telat. Yuiji dan Melodia masuk ke sekolah yang sama dan sekolah mereka bukanlah sekolah biasa, melainkan sekolah militer.
Sekolah Akademi Militer Sakurazaka, sekolah yang dibangun atas perintah Presiden dan siap mengorbankan diri untuk mengembalikan kedamaian kota.
Semua murid-murid yang masuk sini memiliki beraneka macam kemampuan, tiap kelas ada Grade tersendiri dan kelompok sendiri, tidak asing lagi bagi mereka untuk membawa senjata ke sekolah.
Tiap angkatan memiliki divisi yang digabungkan menjadi satu, berlatih tiap pulang sekolah dan turun ke medan perang untuk menghadapi para monster-monster yang masih berkeliaran di luar sana.
Banyaknya yang gugur, sudah menjadi lumrah bagi siswa-siswi yang berada di sekolah ini, perasaan pahit harus mereka terima.
Karena hari ini adalah hari penerimaan murid baru pada ajaran baru, Divisi pun dibuat ulang atau ada penambahan yang dilakukan.
Biasanya hal ini terjadi karena ada salah satu anggota yang gugur dan pasti tiap bulan akan terjadi perubahan-perubahan.
Semua anak-anak dikumpulkan menjadi satu di aula gedung di salah satu wilayah sekolah. Selain menyambut para murid baru, disinilah pengumuman pembagian kelompok dilakukan.
Penyambutan dan penyampaian dilakukan oleh Kepala Sekolah, Mr. Shinonome Mashiro. Beliaulah yang akan menyampaikan semuanya.
Panjangnya pidato yang beliau curahkan dan inilah saatnya pengumuman pembagian kelompok diucapkan.
" Yuiji Manabe, dari Class 3 - Special " ucap Mr. Mashiro dengan lantang dan suaranya bergema dalam satu ruangan.
Yuiji mendengar namanya dipanggil, langsung berdiri tegak dari posisi tempat duduknya, kemudian disusul, Melodia,
" Melodia Fransisco Gwanael, dari Class 3 - Special ".
Dengan anggun dan juga elegan, Melodia ikut berdiri di samping kanan Yuiji.
Kemudian, Mr. Mashiro menyebutkan beberapa nama lagi untuk dipanggil.
" Yamazaki Kaito Class 2-B, Hirotada Okita Class 2-B, Hirotada Arisa Class 1-A, George Christopher Class 3-A, Tatsuhiko Yagami Class 2-B, Matsuda Haru Class 2-C, Furuhiko Ichigo Class 2-C ".
Nama-nama yang dipanggil oleh beliau, mereka semua berdiri.
" Kalian semua satu Divisi karena Yuiji Manabe dari divisi terdahulu banyak yang gugur, saya selaku Kepala Sekolah, saya memanggil kalian dan memasuki divisi yang sudah saya atur ".
" Saya akan membagi 2 team lagi di dalamnya, Team 1 di ketua kan oleh Yuiji, beranggotakan Hirotada Okita, Yamazaki Kaito, Melodia Fransisco Gwanael, dan Furuhiko Ichigo, Team 2 di ketuakan oleh George Christopher yang beranggotakan Hirotada Arisa, Tatsuhiko Yagami, Matsuda Haru. Saya memasukkan seseorang untuk berkomunikasi menggunakan telepati, Arisa dan orang yang mengerti teknologi, Haru di team kalian ".
" Saya juga sudah memutuskan nama Divisi untuk kalian, HEARTBREAKER, menurut saya nama ini sangat cocok untuk kalian. Saya harap kalian bisa saling bekerjasama dalam Divisi ini, saya percaya bahwa kalian adalah anak-anak yang baik ".
" Berhati-hatilah tiap tindakan yang kalian lakukan, berlatihlah sekeras mungkin dan Terima kasih untuk semua para murid-murid yang sudah hadir di acara pembukaan ini. Saya harap tidak ada korban jiwa lagi, tidak ada yang gugur lagi. Saya harap kota bisa kembali damai seperti dulu lagi ".
Dengan pidato dan aturnya anggota team cukup lama. Akhirnya, acaranya pun selesai. Anak-anak kembali ke kelas mereka masing-masing.
Ketika pulang sekolah, Divisi Heart Breaker pada kumpul di belakang halaman sekolah.
Tiba tiba guru memanggil mereka semua ke lapangan, tentu saja untuk berlatih sebelum pulang. Dengan guru pembimbing mereka dan biasa dipanggil Mr. Y.
Mr. Y ini mengumpulkan mereka semua di lapangan untuk latihan, sayangnya latihan ini pun tidak berjalan dengan lancar. Di dalam Divisi Yuiji yang sekarang tidak begitu bisa diajak kerja sama.
" Saya lebih baik pulang, saya tidak butuh hal- hal seperti ini " cetus dengan nada dingin dari laki-laki bernama Okita sembari mengambil tas, balik badan, pulang ke rumah.
Mendengarkan ucapan sang kakak, Arisa hanya mengejar dirinya dan tidak ada pilihan lain, dia harus meninggalkan lapangan, ikut pulang ke rumah bersama kakaknya.
Lalu, ada 2 siswa yang tidak hadir juga dalam latihan itu, Kaito dan Tatsu. Dilapangan, hanya hitungan jari yang hadir, Haru, George, Melodia dan juga Ichigo.
Tidak mudah bagi Yuiji menangani divisinya yang begitu berantakan, berbeda jauh dari sebelumnya yang gampang diatur. Melihat hari makin sore, terpaksa latihan harus segera diselesaikan.
Mereka berlatih sampai malam hari, sedangkan anak-anak yang tidak hadir melakukan kegiatan masing-masing dirumah mereka.
Setelah latihan selesai, mereka balik ke rumah masing-masing dan beristirahat, mengumpulkan energi mereka untuk latihan esok hari.
Keesokkan paginya, cuaca yang begitu cerah, angin yang sepoi-sepoi mengibarkan rambut panjang berwarna putih yang dimiliki Melodia, dia duduk manis sambil berpelukan dengan Yuiji, agar dia tidak terjatuh dari sepeda.
Mereka tetap melakukan kegiatan rutin seperti biasa.
Sesampainya, Yuiji menurunkan Melodia di depan gerbang sekolah, Melodia turun dan berjalan di belakang Yuiji, sedangkan dia menenteng sepedanya ke arah tempat parkir, dimana banyak sekali sepeda tertata rapih disana.
Setelah mereka berdua menaruh sepeda di tempat parkiran sepeda, kemudian, mereka berdua memasuki ke dalam gedung sekolah dan berjalan melewati koridor menuju kelas.
Sesampainya, kebetulan bel berbunyi, menandakan bel masuk dan jam pelajaran pun di mulai.
Anak-anak murid belajar seperti biasa, walaupun mereka ini adalah pasukan, tapi namanya belajar, anak-anak ini tidak lupa dengan status mereka sebagai seorang pelajar pada umumnya.
Mereka belajar dengan tekun dan berusaha lulus dengan nilai terbaik.
Waktu terus berjalan, tidak terasa jam sudah berada di pukul 15.00, bel pulang berbunyi.
Anak-anak merapikan peralatan mereka dan siap-siap untuk kegiatan selanjutnya, melakukan latihan di belakang halaman sekolah.
Satu persatu anak-anak keluar dari gedung sekolah sambil membawa senjata yang mereka miliki, berjalan menuju lapangan dengan guru pembimbing sekaligus wali kelas mereka masing-masing dan sesuai divisi yang telah dibentuk.
Sesampainya, anak-anak diperintahkan untuk berkumpul setelahnya menyesuaikan divisi.
Serentak, semua murid-murid berkumpul sesuai divisi masing-masing.
" ANAK-ANAK SEKARANG KITA AKAN MELAKUKAN LATIHAN SECARA BERSAMAAN, UNTUK MENGUJI KEMAMPUAN MASING-MASING, KAMI AKAN MEMBUAT PERTANDINGAN ANTAR DIVISI HARI INI " kata salah satu pembimbing dengan suara keras dan juga tegas.
Pengumuman ini begitu mendadak dan membuat para murid-murid menjadi gelisah, karena mereka sama sekali belum ada persiapan apapun, kepanikan pun mulai terjadi.
Untuk menetralkan semuanya, salah satu guru, menenangkan mereka,
" ANAK-ANAK TIDAK PERLU KHAWATIR, KAMI SUDAH MENYIAPKAN PARA HEALER DI LAPANGAN INI, GURU-GURU DISINI YANG AKAN MEMBANTU KALIAN NANTI. TENANGLAH ANAK-ANAK, HARAP TENANG ".
Mendengar penjelasan salah satu guru dengan nada yang tegas, murid-murid terdiam.
Guru-guru telah menyepakati dan sudah mengatur pertarungan divisi mana yang akan maju duluan pertama kali.
Divisi pertama yang akan maju adalah divisinya Yuiji, tapi lagi-lagi divisi hari ini, ada 3 orang tidak hadir, melihat hal ini Yuiji sedikit kebingungan, melihat kebingungan ini.
Arisa selaku adiknya Okita, langsung mengucapkan minta maaf atas ketidakdewasaan kakaknya, dia merasa tidak enak dengan perlakuan abangnya yang begitu dingin.
Yuiji dan yang lain terkejut melihat sikap adiknya Okita yang berbanding kebalik dengan abangnya.
Adik yang memiliki rambut ungu berambut pendek sedang membungkukkan badan di hadapan mereka.
" Tidak apa-apa, ini bukan salahmu kok, duh, jangan bersikap seperti itu, berdirilah " ucap George.
" Benar, ini bukan salahmu kok dan juga, Tatsu dan Kaito pun juga demikian " sahut Haru.
Mendengar ucapan Haru dan juga George, Arisa kembali menegakkan diri.
Yuiji pun hendak melakukan hal yang sama seperti George dan juga Haru, menetralkan Arisa. Setelah mendengar pernyataan Yuiji, Arisa kembali menjadi tenang.
" LAWAN YANG AKAN DIHADAPI DIVISI YUIJI ADALAH... DIVISI BLACK HOLE?!!!! " kata salah satu guru yang tiba tiba memberi pengumuman.
Wajah Yuiji langsung berubah serius ketika mendengar divisi tersebut, tahun lalu dia pernah melawan mereka di divisi sebelumnya.
Mengingat tahun lalu, mereka yang telah dikalahkan oleh Yuiji, ketua divisi Black Hole akan membalaskan kekalahan mereka pada tahun ini.
Black Hole dikenal divisi paling kuat diantara divisi lain, anggota yang sama dan kemampuan mereka diatas rata-rata, tapi tahun lalu mereka berhasil dikalahkan oleh divisi Yuiji, karena hal ini, mereka seperti dipermalukan dan berniat untuk membalaskannya.
Melihat anggota Divisi Yuiji yang sekarang, divisi ini merasa menang dan sangat percaya diri sekali untuk mengalahkannya.
Yuiji yang pernah melawan mereka tahun lalu dan sudah paham mengenai mereka.
Tanpa berpikir panjang, Yuiji membuat strategi untuk melawan mereka dan mensalurkan strategi tersebut ke dalam anggota kelompoknya.
Awalnya para anggota ragu dengan strategi yang di lontarkan oleh Yuiji mengingat anggota mereka yang tidak cukup mengalahkan Black Hole, tapi dengan kepercayaan diri dan tekad Yuiji, mereka semua menyetujuinya.
Sebelum pertandingan dimulai, murid-murid yang lain diarahkan untuk kepinggir lapangan, sedangkan yang mengikuti pertandingan diarahkan untuk ketengah lapangan.
Sebuah barrier tiba-tiba muncul mengelilingi lapangan, selama pertandingan belum selesai, barrier ini tidak akan hilang sampai salah satu divisi menerima kekalahan.
Haru dan Arisa tidak mengikuti pertandingan, mereka bukanlah tipe penyerang, mereka hanya bisa menonton di pinggir lapangan.
Seorang wasit sebentar lagi memberikan aba-aba, kedua belah pihak divisi bersiap-siap satu sama lain, ketika aba-aba itu dimulai, terjadilah pertarungan yang sangat gesit dan lincah antar 2 divisi tersebut.
Pertarungan yang begitu menggelegar, membuat seisi lapangan tertegun melihat pertarungan itu
Salah satu orang dari tim lawan, melemparkan bola api dari langit ke arah Melodia, George segera menangkis serangan tersebut dengan barrier yang dia buat.
Menimbulkan kumpulan asap yang banyak, lalu, di susul dengan Kitsune yang dipanggil sama Ichigo, menyerang orang itu dengan semburan bola api dari mulutnya di balik gumpalan asap, menyemburnya ke arah langit, agar dia tidak terkena serangan balik dari pihak tim Yuiji.
Dia membuat barrier untuk melindungi dirinya sendiri dan timbulah ledakan yang dahsyat, sedangkan Ichigo sendiri, dia one by one dengan sesama pengguna naginata, gerakan yang cepat membuat pertarungan antar pengguna naginata semakin memanas.
Sebenarnya ini pertama kalinya Ichigo memasuki ke medan perang seperti ini akan tetapi Ichigo akan berusaha semaksimal mungkin.
Disisi lain, Yuiji sedang bertarung mati-matian melawan ketua Black Hole yang tidak memberi celah apapun kepada dirinya, karena sama-sama pengguna katana, semakin rumit buat dirinya untuk menghindar.
Yuiji hampir kehilangan keseimbangan dan hampir saja dia terkena serangan dari ketua musuhnya, Yuiji akhirnya dengan cepat, menghindari serangannya, tapi pedangnya terlempar dari tangannya dan cukup jauh lemparannya. Yuiji terjatuh ke tanah cukup keras.
Melihat hal ini, ketua divisi musuh tanpa mikir panjang, langsung menyerang Yuiji yang tengah kelelahan, untung saja Melodia menyelamatkan dirinya, dia memegang pedang ketua itu dengan kedua tangan monsternya, tentu saja, ketua lawan kaget.
Disaat lengah, Yuiji bangkit dan mengambil kembali pedangnya, lalu, sekali tebasan, Yuiji berhasil melumpuhkan ketua divisi Black Hole kedua kalinya berkat bantuan Melodia. Pertandingan pun kelar.
Barrier menghilang begitu saja dan anak anak bersorak-sorai atas kemenangan divisi Yuiji.
Meskipun dia berhasil mengalahkan ketua divisi Black Hole, rasa simpati dia tetap tidak hilang, dia mengulurkan tangannya kepada pihak lawan, tapi tangan dia ditepas, menolak uluran tangan Yuiji dan mencoba bangkit sendirian
Pergi meninggalkan mereka semua. Melihat hal ini Yuiji sudah cukup terbiasa dengan perlakuan divisi itu, hanya bisa menghela nafas.
Pertandingan tersebut masih belum kelar, masih banyak divisi-divisi lain yang belum melaksanakannya, acara ini berlangsung sampai malam hari.
Tidak terasa kalau hari sudah gelap, selesainya acara, anak-anak itu kemudian bubar dan pulang ke rumah masing-masing.
Di sisi lain, di tengah kota yang sangat padat dengan penduduk, banyak sekali orang-orang lalu lalang disana.
Ada seorang wanita kantoran baru pulang kerja, wanita itu sepertinya sedang menunggu temannya, sambil menunggu, wanita ini memainkan hpnya.
Ketika dia memainkan hpnya, timbulah keanehan yang terjadi di sekitar dirinya, wanita ini melihat sosok laki-laki bersikap aneh, walaupun banyak orang di sekitar itu tapi tidak ada yang peduli dengan pria tersebut.
Merasa iba, akhirnya, wanita itu menghampirinya.
Baru saja wanita ini menghampiri pria itu, tiba tiba pria itu berubah menjadi monster yang menakutkan. Wanita ini langsung teriak kencang dan seluruh orang yang ada disana langsung panik, itu adalah Chimera.
Semua orang yang ada disana menjadi panik dan berlarian, sedangkan wanita itu tertangkap oleh monster, hendak untuk disantap, sebuah peluru menghancurkan kepala monster tersebut dalam sekejap.
Cipratan darah itu mengenai badan wanita itu dan munculah seorang remaja laki-laki dibawah bayang bayang lampu.
" Sekarang anda sudah aman, pergilah " kata laki-laki itu berambut berwarna biru, memakai kacamata dan berpakaian satu stel Jersey berwarna hijau muda, dia adalah Hirotada Okita dari kelas 2B.
Melihat hal ini, wanita itu menganggukkan kepalanya dan segera pergi meninggalkannya.
Okita melihat wanita itu pergi, setelah wanita itu sudah menjauh darinya, baru dia memanggil seseorang dari balik dahan pohon yang tinggi, tidak jauh dari posisi dia berdiri.
Dia merasakan kehadiran orang lain selain dirinya disana dan memanggil orang tersebut dengan suara dingin.
" Aku tahu kamu disana, Yamazaki Kaito ".
" Yahh, ketahuan ya " sahut seorang laki-laki berambut kuning dan memakai jas sekolah berwarna abu-abu muda dari balik dahan pohon, melompat kebawah.
" Padahal aku sedang asik memerhatikan dirimu, malah ketahuan " lanjut nya sambil bertolak pinggang dan memutarkan kepalanya, lehernya merasa pegal.
" Aku tidak berminat untuk berteman dengan siapapun, pulanglah, aku tidak menjamin keselamatan dirimu " ucap Okita, berjalan meninggalkan Kaito sendirian ditaman kota bersama bangkai Chimera dibawah langit malam yang cerah.
" Seperti biasa kamu tidak mau mengulurkan tanganmu, padahal kamu sendiri sama seperti saya--" gumam Kaito sambil memandangi punggung Okita yang semakin menjauh darinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!