Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, suara ayam berkokok kembali membangunkan ku dari tidur nyenyak. Akibat semalam begadang rasanya pagi ini kepala lumayan pusing. Meski begitu aku tetap bangun dan duduk walau berkali-kali menguap hingga sudut mata berair. Angel, itu adalah nama panggilanku. Nama yang kata mama penuh dengan makna. Hari ini kembali ku awali dengan seuntaian harapan yang kupanjatkan pada sang pencipta, berharap mimpi yang indah akan segera menjadi nyata saat aku terus mengasanya dengan perjuangan. Setelah berpasrah pada sang kuasa, tidak menunggu lama aku melangkah menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi. Namun di depan pintu kamar aku berpapasan dengan mama yang juga telah bangun dan sedang menyiapkan sarapan. "Nak, sudah bangun? Kamu tidak begadang lagi kan semalam? Ingat lho hari ini kamu mulai masuk SMA. Sudah siap segalanya kan?". Sapa mama yang tanpa jeda. Rasanya situasi ini sudah menjadi kebiasaan tiap kali bangun pagi, diberondong berbagai pertanyaan.
"Selamat pagi juga ma. Salam dulu kali ma" jawabku.
"Pokoknya mama tenang saja. Semua kebutuhan sekolah sudah siap, aku pun siap jiwa raga, hehehe" lanjut ku dengan penuh semangat. Yup, pagi ini, aku mulai masuk sekolah, tepat banget diusiaku yang masih 15 tahun aku sudah bisa masuk Sekolah Menengah Atas. Hari ini akan mulai Masa Orientasi Siswa atau Mos di sekolah. Rasanya tidak sabar untuk segera ke sekolah. Singkatnya setelah membantu mama menyiapkan sarapan diselingi candaan, aku segera mandi langsung mengenakan pakaian seragam putih abu, rambut dikuncir dua dengan pita bendera merah putih, dan tas selempang dari karung beras yang menggunakan ikatan tali rafia. Sambil bercemin aku terkikik, melihat penampilanku yang culun, lucu dan yah ku akui imut juga. Saat sarapan aku diwejangi berbagai nasehat oleh mama, seperti biasa, layaknya tahun-tahun sebelumnya. Karena aku dan mama hanya hidup berdua, sementara ayahku sudah kembali ke sang kuasa semenjak aku berumur 6 Tahun. sekarang aku dan dan mama hanya bisa mengenangnya dalam kenangan kami. semenjak papa meninggal mama memilih untuk mengurus dan membesarkanku, entah saat itu dan kini ada keinginan untuk menikah lagi, aku tidak tahu dan tidak pernah bertanya. Mama bilang, dia bahagia walau kami cuma berdua. Ibu kesehariannya hanya pedagang kue dan usaha warung makan kecil-kecilan.
"Jangan salah memilih teman bergaul, belajar yang benar, jangan mikir untuk pacaran dulu". Pesan mama disela mengunyah nasi.
"Siap ma". Jawabku singkat.
"Jangan lupa bekalmu nak". Hari ini tidak sampai sore kan di sekolah?" Tanya mama lagi.
"Iya ma, cuma sampai jam 1 siang kalau tidak salah. aku berangkat ya ma. Sampai ketemu nanti siang. Jawabku pamitan sambil menyalim tangan mama.
"Hati-hati nak, sepedanya jangan terlalu laju" aku hanya menyahuti mama dengan anggukan. Meskipun membawa selempang karung beras, aku tetap membawa tas untuk menyimpan bekal dan minuman agar tetap aman.
Sesampainya di gerbang sekolah, aku melihat banyak siswa baru yang juga berpenampilan sepertiku masuk ke halaman sekolah untuk mencari rekan kelompok seperti yang telah diberitahukan melalui email. Aku pun sama, setelah memarkirkan sepeda aku segera ke halaman upacara untuk mencari rekan sekelompok. Kebetulan di sana ada Noval dan Bestie temanku sedari kecil yang juga satu sekolah sampai sekarang. Aku dan Bestie satu kelompok sementara Noval dikelompok lain.
"Hei little Rabit. Wah lihatlah kelinci ini sangat manis pagi ini". Noval menyambutku dengan antusias. sementara bestie hanya melambai tangan sambil memasang ekspresi muntah mendengar sapaan Noval untukku. Mereka ini seperti Tom dan Jerry yang selalu bertengkar tiap bertemu. Entah kenapa, dari usia kami 12 Tahun, Noval memanggilku little rabit. Katanya aku seperti kelinci kecil yang manis. Munkin ya karena badanku yang memang kecil tapi lumayan tinggi, sekitar 164 Cm masih ada kemungkinan makin tinggi.
"Hai kalian berdua. Apakah kalian sudah pemanasan, atau nunggu aku?" Jawabku menghampiri mereka. Pemanasan yang aku maksudkan adalah perdebatan Noval dan bestie, karena itu sudah menjadi ciri mereka, tiap bertemu selaku diawali dengan perdebatan.
"Apaan Angela Abichail. Hari ini aku malas berdebat. Hari ini aku berencana mau cari cogan yang senior atau yang seangatan juga boleh". Respon bestie dengan menyebut nama panjangku sambil lirik sana sini. Inilah kebiasaannya, suka tebar pesona dimana-dimana.
"Eh beruang percaya diri banget, memang ada cowok yang suka sama kamu. Ini ku kasih cermin biar ngaca dulu". Noval mulai mencicipi bestie.
"Nah mulaikan, apa aku bilang kalian pasti berdebat tapi nunggu aku dulu. aduh gemas deh, jangan sampai nanti saling cinta lho" aku mulai mengejek kebiasaan debat mereka yang sebenarnya lucu tapi kadang bikin kesal juga.
"Tidak akan. Aku tidak suka dia". Jawab Noval dan bestie Kompak.
"Duh kompaknya, sehati nhi ya" ledekku mendengar jawaban kompak mereka. Sementara keduanya saling melihat sambil memasang muka kesal.
Sapaan panitia MOS mengalihkan perhatian kami. di depan sudah ada satu orang panitia yang mengatur barisan. Semua siswa baru nampak tertib dan tenang mendengar arahan panitia. Satu di antara panitia cowok menjadi pusat perhatian karena visualnya sangat menonjol, lantas Bestie yang berada di sampingku langsung heboh sendiri saat sang senior mengambil alih mikrofon dari kanannya untuk memberi arahan kepada kami. Bestie tidak berhenti heboh, mungkin suaranya bahkan ke dengaran sampai ujung barisan. Tanganku pun dia tarik-tarik sambil bicara pokoknya kakak itu harus jadi pacarnya. Aku yang tidak bisa fokus yang menimpali dengan senyum canggung karena diperhatikan teman-teman sekeliling kami. Sampai akhirnya aku dan Bestie ditegur dan suruh maju karena dianggap sengaja tidak mendengar dan mengabaikan arahan panitia. Aku sendiri merasa malu dan juga gugup. Beda halnya dengan besti yang tampak senyum tidak jelas seperti orang gila. bukannya takut dihukum malah senang dipanggil ke depan. Bahkan sampai di depan dia dengan semangatnya menyapa senior tadi yang menjadi pusat perhatian siswa baru.
"Hai kak, tampan banget sih, jangan marah dong kak, nanti makin ganteng. Aku kan makin salting" ungkap bestie dengan tidak tahu malunya. Sementara aku, dengar itu merasa malu, rasanya aku ingin sembunyi saja di tas selempangku. Teman-teman yang lain langsung menyoraki kami khusus si Bestie yang masih menatap senior tadi sambil tersenyum. Saat itu untuk menghindari tatapan orang-orang, aku mengalihkan perhatian ke atas ke lantai 3 gedung sekolah. di sana tanpa sengaja, mataku bertemu dengan sepasang mata elang, yang entah kenapa kurasa menatapku dengan tajam. Untuk sesaat pandangan kami saling terkunci. Terpesona, sungguh aku terpesona, untuk pertama kalinya aku terpesona dengan lawan jenis hanya dengan tatapannya yang sangat tegas, dia nampak seperti menantangku dengan memasang senyum devil yang langsung membuatku kaget dan menoleh ke arah lain. Rasanya pacuan jantungku sangat kuat. Aku jadi tidak fokus mendengarkan arahan panitia yang menghukum aku dan bestie. Ternyata aku dan bestie di suruh menyanyi lagu Wajib Garuda Pancasila. Saat bestie mulai menyanyi aku justru masih melihat ke arah lain. Akhirnya untuk kedua kalinya aku tegur panitia dan diberi hukum tambahan, yaitu membuat satu puisi untuk satu orang panitia cowok dan akan dibacakan oleh aku sendiri saat puncak acara MOS. Aku antara, malu kesal dan juga menyesal. Ini pertama kalinya aku dihukum seperti ini. Dari barisan belakang aku mendengar teriakan noval sambil menyebut little rabit kau semakin manis kalau tersipu, yang malah membuatku makin malu karena disoraki semua orang. Setelah melewati rangkaian Kegiatan, tepat jam 12 siang kami disuruh istirahat dan makan siang. Aku mengambil bekal dan membawanya ke kantin sekolah. Di sana sudah ada Noval dan bestie yang dari jauh nampak sedang berdebat. Entah apalagi yang sedang mereka debatkan. Aku melanjutkan langkah hingga tiba di meja mereka. aku mengambil kursi duduk tepat di depan mereka yang nampaknya masih belum sadar dengan kehadiranku. Aku mengabaikan mereka dan membuka kotak bekal dan langsung melahap isinya, perut dari tadi sudah mulai sakit karena menahan lapar. Saat suapqn ketiga, aku menatap ke depan, dengan tak ku sangka mata itu kembali lagi menatapku dengan tegas namun diselip dengan senyuman miringnya. Aku sedikit berisik antara takut, malu dan juga bingung. Entah kenapa mata itu membuat sekali lagi jantungku bergetar. Apakah aku Jatuh cinta pada pandangan pertama? pikiranku berkecamuk namun aku tidak mengalihkan pandangan darinya. Sampai sapaan Noval mengagetkan ku.
"Little Rabit, sejak kapan kau di sini"? tanya noval.
"sejak kau memarahi Bestie karena cemburu Bestie suka sama senior" jawabku asal yang membuat Bestie langsung memasang wajah garang menatapku seolah menjawab itu tidak benar. Aku kembali menyuap nasi ke dalam mulut, rasanya aku kurang nyaman karena si pemilik mata itu masih setia menatapku. Hingga Kegiatan MOS hari pertama selesai, aku masih dibayangi tatapan itu. Pertanyaan yang tercinta dalam benakku adalah apakah esok kami akan bertatapan seperti itu lagi? aAku pun tidak tahu. hati dan pikiran antara ingin dan tidak.
Setelah melewati drama MOS hari pertama, malamnya aku susah tidur. Sampai pindah ke kamar mama dengan alasan kangen tidur berdua dengannya. Mama hanya menyambut dengan senyum penuh keteduhan. Sepertinya mama mengetahui aku sedang tidak konsentrasi, bahasa tubuhku yang tidak bisa tenang sangat kentara.
"Kenapa nak? Ada yang kamu pikirkan, hem?" Perasaan sangat tenang kalau dalam keadaan seperti ini, dipeluk mama sambil disayang dan ditanyakan kabar sehari ini. Aku pun mulai menceritakan semua peristiwa yang terjadi di sekolah, termasuk hukuman membuat puisi dan yang lebih membuatku ragu untuk cerita adalah si pemilik dua bola mata yang entah siapa namanya, telah mencuri detak jantungku bahkan sambil bercerita sama mama, jantung ku rasanya masih saja bergetar seolah kami sedang bertatap muka. Dua Menit selesai bercerita, mama masih belum merespon, aku mulai khawatir mama akan marah. Tapi rupanya, mama malah menangis dan membuat aku sangat kaget dan mulai mengira, apakah ada yang salah dari yang aku ceritakan barusan? Sambil sesegukan dan suara yang parau mama memberi respon.
"Nak, kamu sudah besar dan dewasa ya rupanya, perasaan baru kemarin mama sama almarhum papa kamu menunggu kamu datang di antara kami. Nak, dengar, yang kamu rasakan itu adalah rasa tertarik dan suka terhadap lawan jenis, artinya, putri mama ini sudah mulai dewasa, perlahan mulai merasakan cinta. Ingat ya pesan mama, harus bisa jaga diri dari pergaulan. Mama hanya punya kamu sekarang dan kamu alasan mama untuk bertahan hingga sejauh ini, mama tidak melarang untuk kamu berpacaran. Tapi tetap harus bisa jaga diri ya nak". Mama memberi nasihat dengan segala perasaan yang tulus sangat tergambar dari suaranya yang halus dan tenang, meski sedang menangis. Sementara aku juga ikut menangis dan hanya bisa mengangguk kepala sambil membenamkan wajah dipelukannya. Akhirnya Malam kian larut seiring mimpi yang membawa tidur kami semakin nyenyak.
Paginya, saat bangun aku mendapati mama sedang menatapku namun masih tak melepaskan dekapannya.
"pagi nak, Yuk doa pagi dulu". Sapa mama dengan senyum mengembang. Aku menjawab dengan anggukan dan sambil mengecup pipi kirinya. Setelah berdoa, Aku dan mama menuju dapur, dia segera menyiapkan bahan dan perlengkapan membuat kue dan bumbu masakan di warung kami yang terletak di depan rumah sedangkan aku menyiapkan sarapan dengan membuat dua porsi nasi goreng dan omelet telur. Sudah menjadi kebiasaan lama kami berbagi tugas seperti ini, rasanya menyenangkan aku dapat belajar bagaimana sejatinya seorang perempuan melaksanakan tugas di dapur. Mama memberiku banyak pelajaran berharga dari segala usaha dan kesabarannya selama ini. Meskipun terkadang masih sering ku dengar fitnah dari tetangga untuk mama masih saja berlanjut. Mama sering kali dituduh sebagai wanita genit, diam-diam menggoda suami orang untuk menafkahi hidupnya. Sangat miris, sementara orang bahkan tidak tahu bagaimana mama harus berjuang melawan segala kesedihan, sakit dan kepahitannya selama ini. Berjuang sendiri tanpa sosok seorang suami namun tidak pernah menyerah hanya berpasrah pada sang kuasa. Dari situ aku menyadari bahwa aku pun harus bisa menjadi wanita kuat seperti mama saat aku dewasa nanti.
Hari ini di sekolah, Bestie dan Noval nampak saling bermusuhan dan sama-sama memasang wajah garang. Sejak pagi saling perang dingin lewat tatapan. Aku sebenarnya bingung tapi memilih mengabaikan, toh sudah biasa mereka seperti ini. Saat ada jeda kegiatan MOS untuk menikmati Snack, aku memilih untuk duduk di bawah sebuah pohon yang berada di samping perpustakaan. Aku mulai nampak berpikir, bagaimana kata yang harus ku tulis untuk kurangkai menjadi puisi, karena waktunya tinggal sehari lagi, MOS hanya dilakukan tiga hari saja, aku tidak mau kembali dihukum kalau puisinya belum jadi. Karena bingung aku melamun dan setelahnya entah sadar dan tidak aku mulai menulis puisi dengan judul
Bergetar...
bukan soal jarak yang jauh
atau benteng yang membatasi
tapi hatiku bergetar
saat pertama kali mata kita saling bertemu
ternyata kau yang membuka kunci hati dan pikiranku.
dan kini aku menemukan mu..
Apa kau juga bergetar...
Sesingkat itu, namun aku merasa puisi ini sudah sangat mewakili perasaanku saat ini. Aku menutup buku, sambil menutup mata aku menghirup udara dalam-dalam lalu melepaskannya dengan perlahan melalui mulut. Saat membuka mata aku langsung terlonjak kaget. Apa yang kudapati saat ini sangat membuat hatiku ketar ketir. Sejak kapan dia ada di depanku sambil berbaring, memejam mata di kursi taman hanya berjarak lima Langkah dari tempatku duduk. Apakah aku yang terlalu serius atau aku melamun sampai tidak menyadarinya. Aku tertegun, sepertinya dia memang sedang tertidur nyenyak, angin menabrak wajah dan rambutnya hingga beberapa helain rambut jatuh menutupi jidatnya, entah kenapa aku merasa atmosfer di sekitarku menjadi sejuk tapi aku mendadak kaku. Lagi-lagi aku terpesona. Apakah dia most wanted yang diceritakan orang pagi tadi saat berbaris. Sejak pagi, beberapa murid ramai berbincang si pria populer di sekolah yang digilai semua kaum hawa, dia nakal dan arogan, tapi rupanya, paras rupawannya justru mengalahkan semua sikap dan tindakan tanduk arogansinya.
"Hei little rabit, yuk masuk. Kamu ngapain bengong di situ, mau kesurupan"? panggil Noval membuyarkan lamunanku serta tatapan ku kini beralih ke noval yang memasang senyum tengilnya.
"aku kesurupan karena kamu setannya. Suka banget sih ngagetin orang" jawabku dengan kesal.
"Berisik"!! Ini bukan hutan, kalau mau debat cari kompetisi sana"! aku mendadak gugup, rupanya suaraku dan Noval sudah membangunkan si pangeran tidur. Sekarang dia menatapku dengan tajam, dan aku hanya bisa tertunduk. Dalam hati aku protes, kenapa cuma aku yang dilihat kayak gitu, kan Noval juga salah satu pelakunya. Tidak lama dia pergi dari sana dengan masih menguap, mungkin dia masih mengantuk. aku mendadak merasa kasihan.
"Cie rupanya tadi kamu melamun di sini karena si berandal itu ya? Tergoda kelinci kecil? Lihat kamu tersipu, hehehe". See, Noval sekarang malah meledekku, dari pada aku meladeni temanku yang Tengil ini, aku memutuskan ke kelas sebelum panitia menghukum ku lagi karena sudah terlambat balik ke ruangan MOS.
"Hei Little rabit, tunggu aku dong. Kok main tinggal saja, kan tadi aku ke sini manggil kamu". Aku justru terus berjalan sambil nutup telinga seolah tidak mau mendengar teriakan Noval. Noval yang merasa diabaikan segera berlari mengejarku. Hari kedua MOS, aku akhiri juga dengan pacuan jantung yang menggila. Apakah esok juga seperti ini? rasanya tidak sabar menanti hari esok. Ternyata mama benar, semakin kita beranjak dewasa, kita akan lebih tertarik dan merasa tertantang dengan situasi baru yang kita temukan. Dan ini salah satunya, saat aku bergetar menemukan cinta pertama ku.
Hari ini Warung mama sangat ramai. Sepulang sekolah aku sengaja membantu mama untuk melayani pembeli, beginilah aktivitas kami selama kurang lebih 6 Tahun terakhir. Awalnya mama hanya berdagang kue dan menerima pesanan tetangga kalau sedang ada hajatan. Semenjak mama mengikuti pelatihan kursus memasak di desa kami kemudian mama juga mengikuti kompetisi lomba memasak tingkat desa yang membawa mama keluar sebagai pemenang. Saat mencicipi masakan mama, banyak yang mengakui bahwa masakan mama sangat enak juga sehat dan mama memang punya bakat memasak yang luar biasa. Sejak itu, teman mama yaitu tante Kirana yang juga adalah mama dari sahabatku si Bestie, mensupport mama untuk membuat usaha warung makan. Apalagi kebutuhan hidup kami semakin banyak dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Meski awalnya ragu, tapi melihat semakin hari semakin banyak pembeli akhirnya mama menjadi yakin, mama juga masih menerima jasa cathering kalau ada yang memesan.
Hari ini banyak pekerja kantoran juga anak sekolah yang mampir ke warung makan sederhana kami untuk mengenyangkan lapar mereka. Akupun tidak tinggal diam, melihat mama yang kewalahan, aku jadi merasa kasihan. Mama pasti sangat lelah. Mataku sampai berkaca-kaca. Kepahitan hidup memang tidak bisa dihindari. Inilah yang membuatku bertekad untuk terus berjuang dalam belajar supaya bisa merubah nasib yang lebih baik di masa depan.
"Yovita, Masih ada soto daging? Aku lapar, tadi lupa bawa bekal" aku dan mama mendadak kaget, dengan kehadiran tante kirana yang memanggil mama.
"Eh kirana, iya masih ada. Sabar, aku siap kan ya. Kamu cari tempat duduk dulu" Jawab mama sembari tangannya masih cekatan menyiapkan pesanan pelanggan lain. Aku akhirnya mengambil ahli pesanan tante Kirana untuk disiapkan.
"Tan, aku saja yang siapkan pesanan tante, ditunggu ya tan. Cepat kok" Kataku sembari mengambil mangkuk.
"Iya sayang. Tante lapar banget nhi. Tadi pagi buru-buru ke kantor sampai lupa bawa bekal. Tante duduknya di pojok sana ya sayang" Jawab tante Kirana sembari berlalu. Tante Kirana adalah teman mama dari SMP hingga SMA, sebelum akhirnya pindah mengikuti orang tuanya yang pindah dinas ke kota lain. Tante kirana masih terbilang beruntung karena terlahir dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya atau kakek Bestie adalah seorang Tentara berpangkat. Sementara Ibunya atau nenek bestie seorang Pegawai negeri Swasta yang dulu bekerja sebagai teller di Bank. Beda jauh dari mama yang kedua orang tuanya atau kakek dan nenek ku hanya bekerja sebagai petani di desa. Semenjak Tamat SMA Mama memutuskan untuk mencari pekerjaan demi membantu membiayai pendidikan dua orang adiknya, yaitu Om Andrew dan Tante Saras. Sekarang mereka sukses menjadi PNS dan tinggal di kota lain dari kami. Setelah selesai menata pesanan Tante Kirana, aku segera membawa ke tempat duduknya.
"Silakan tan, mumpung masih hangat" Kataku.
"Eh iya, Makasih Nak. Angel, tadi di sekolah Bestie makan siang dengan bekalnya kan? Tante khawatir dia malah makan sembarangan di kantin sekolah". Jawab tante Kirana dengan wajah yang menahan lapar dan ingin tahu.
"Tenang saja tan, aku dan Bestie nggak pernah melewatkan makan bekal kami kok". Kebiasaan tante sama mama memang nggak pernah berubah, selalu mengharuskan kami memakan bekal yang dibawa dari rumah. Meski di kantin sudah ada beragam menu masakan, namun mereka tetap kurang yakin dengan kebersihannya.
Malamnya, setelah melewati Drama di sekolah dan kesibukan di Warung makan, aku dan mama menikmati sup bakso sebagai menu makan malam. Menu ini aku sendiri yang request karena memang siatuasinya sedang hujan. Kami makan dengan lahap dan setelahnya sempat mengobrol kurang lebih sejam sebelum akhirnya kembali ke kamar masing-masing.
Tepat pukul 06:15 pagi aku sudah siap ke sekolah. Namun, sejak 5 menit yang lalu aku masih berdiri di depan teras rumah menunggu hujan reda. Meski sudah memakai mantel tetap saja hujannya lumayan deras apalagi tambah angin yang lumayan kencang. Padahal hujan turun sejak kemarin sore dan masih berlanjut hingga pagi ini. Mama sempat menyarankan untuk naik angkutan umum ke sekolah. Kata mama lebih aman. Namun aku tetap nekat mau naik sepeda karena jarak sekolah dan rumah tidak sampai 15 menit perjalanan. Setelah menimbang, akhirnya aku pamitan sama mama dan berangkat menuju sekolah. Hari ini bawaanku lumayan banyak karena hari ini adalah hari terakhir MOS kegiatannya akan berlanjut sampai malam. Di sekolah akan ada acara malam api unggun. Aku membawa serta pakaian ganti seperti yang diumumkan panitia pada hari sebelumnya. Yang membuat aku khawatir adalah malam ini aku akan membacakan puisi sebagai tugas hukuman yang diberikan senior pada hari pertama MOS. Entah siapa senior cowok yang menjadi sasaran puisi ini, itu akan kupilih spontan saja nanti, pikirku.
Di jalan lumayan macet, mungkin akibat hujan. Jalur menuju sekolahku juga merupakan jalur kota yang dilewati oleh berbagai kendaraan para pekerja kantoran, anak sekolah dan mahasiswa. Saat tiba di belokon menuju gerbang sekolah, terdapat sebuah kubangan kecil yang tergenang air keruh. Saat hendak menghindari, sebuah mobil melaju kencang hingga cipratan air mengenai seluruh badanku yang untungnya aku memakai mantel. Namun sepeda ku sedikit kotor pada bagian depan. Aku kesal terhadap si pemilik mobil, aku merasa dia adalah orang yang sombong dan suka menindas. Entah siapa pemilik mobil itu, aku hanya menggerutu dengan mulut komat kamit seperti membaca mantra. Bahkan saat sampai di kelas hingga mengikuti kegiatan MOS sampai sore aku masih saja kesal dan ingin marah si pemilik mobil. Noval dan Bestie yang berbedat lagi di kantin sekolah aku abaikan saja dengan terus mengunyah makanan di mulut. Satu Lagi, lagi-lagi si pemilik dua bola mata tajam itu kembali memperhatikan ku, kali ini tidak ada lagi senyum miring tetapi lebih ke tatapan tegas dan dalam. Aku sampai gugup. Sekuat tenaga aku menghabiskan bekal sembari berusaha mengabaikan tatapnnya. Tapi aku sedikit merasa ada yang lain sama perasaanku. Karena di sana dia sedang bersama temannya, dan satu lagi seorang wanita yang nampak sangat cantik bersandar di bahunya. Apakah itu adalah pacarnya? Kenapa aku yang jadi tidak tenang?
Malam ini suasana di halaman sekolah lumayan ramai. Malam ini akan ada api unggun yang tidak hanya dihadiri oleh kami sebagai siswa baru melainkan oleh seluruh Siswa di SMA Jaya. Sejak siang cuaca mendadak cerah, bahkan awan-awan di langit nampak bergeser ke bumi bagian lain. Bestie yang paling heboh sempat mengira dengan cadaan kemungkinan pihak sekolah memanggil pawang hujan demi melancarkan acara malam api unggun. Aneh memang, tapi itulah Bestie temanku yang suka bicara spontan apa saja yang ada di pikirannya.
Saat ini aku sedang bersiap dipanggil panitia untuk membacakan puisi. Noval memberi ide bahwa aku akan menunjuk kakak Martin sebagai Tujuan puisiku. Karena menurut Noval, Martin selalu memberi perhatian yang berbeda selama MOS, Noval juga dengan Tengilnya menngodaku bahwa Kakak Martin menyukai ku. Aku sejak tadi fokus ke arah MC sambil menunggu dengan cemas giliranku untuk tampil.
"Angela Abichail, silakan maju dan persembahkan puisi kamu untuk semua yang di sini. Teman-teman , mari kita sambut Angela dari kelompok 2" saat MC memanggil, aku langsung kaku dan gugup, apalagi sorakan teman-teman yang menyuruh untuk segera ke panggung acara. Akhirnya aku melangkah dengan gugup. aku merasa seperti robot yang melangkah kaku. Malu rasanya menjadi perhatian banyak orang. Di panggung dengan sedikit gemetaran aku menerima mikrofon dari pembawa acara.
"Sebelum Angel membaca puisi kita akan memberi kesempatan kepadanya untuk memilih salah satu pqnia cowok yang akan menjadi gambaran puisinya. Silakan Angel, mungkin ada senior yang berhasil masuk di hati kamu selama MOS ini" Tutur MC. Aku yang sudah disarankan Noval untuk memilik Kakak Martin tanpa ragu langsung menunjuk dia. Rupanya sikap spontan itu justru menjadi bahan sorakan semua orang.
"Cie Angel suka, kak Martin" sorak siswa satu.
"Cie si Angel caper sama kak Martin" sorak siswa yang lain, dan masih banyak lagi ungkapan mereka. Meski awalnya aku kaget, tapi selanjutnya aku justru langsung membacakan saja puisi dari pada lama di panggung bisa-bisa aku pingsan. Dari judul hingga setiap lirik yang kuucap selalu disoraki semua orang. Aku mencoba untuk tetap tenang. Namun saat baris terakhir, Justru mataku kembali bersua dengan matanya, si pemilik dua mata yang selalu menatapku tanpa kedip dan tegas. Entah kenapa pula aku ingin sekali mengatakan puisi ini untukmu. Namun melihat seorang gadis yang dengan manja menggandeng lengannya membuat aku sedikit sesak. Hingga seminggu berlalu setelah malam api unggun, aku masih mendapati dia bersama gadis itu bermesraan di tiap sudut sekolah. Akhirnya aku memilih untuk masa bodoh meski sebenarnya ada yang mengganggu perasaan dan pikiranku tiap kali berpapasan dengan mereka.
Hari ini adalah hari senin, kami satu sekolah akan melaksanakan upacara bendera di halaman sekolah. Digerbang sekolah Tanpa sengaja aku berpapasan kembali dengan, Ya ampun dia sangat wangi. Aku bahkan sampai memejam mata menikmati wangi itu. Hingga aku terhadap setelah mendengar sebuah bentukan.
"Kalau jalan tu lihat pakai mata, jangan pakai dengkul Malah melamun lagi. Dengar nggak kamu? bentaknya sambil menahan amarah.
"eh, maaf kak" aku masih bengong justru hanya mengucap maaf.
"Sudahlah Matthew. Dia nggak sengaja kok. Lagian cewek manis gini dibentak kan sayang. Entar kalau nangis gimana" dari belakang seorang cowok yang entah siapa namanya melerai kami. But, wait. tadi dia sebut nama si cowok depan ku Matthew? Oh berarti Aku simpan sekarang bahwa namanya adalah Matthew. Satu rasa penasaran ku tentang siapa nama pemilik dua bola mata kini mendapat jawaban. Nama yang sangat besar maknanya. Namun kok aku merasa nama itu kurang cocok ya, kalau melihat penampilannya yang mirip seperti cowok bad boy.
"Kalian kenapa dan ngapain"? satu lagi suara muncul dari belakang. Namun kali ini suara perempuan. Setelah menoleh aku langsung ingat bahwa dia adalah perempuan yang selalu menempel sama cowok di depannku yang tadi namanya disebut Matthew.
"Sayang kok kamu kesal gitu? Melvin, Sayangku Matthew kenapa" lanjut perempuan tadi. Aku hanya menyaksikan mereka. Mau pergi takut dibilang nggak sopan, kalau di situ terus juga nggak ada gunanya.
"ngakak apa-apa. Yuk ke kelas" tutur Melvin.
"Aku ke atas, nhi nitip tas" Jawab Matthew sambil berjalan ke arah lantai paling atas gedung sekolah yang aku yakini sebagai tempat persembunyian para siswa kalau lagi membolos atau malas di kelas. Bell berbunyi membuat langkah semakin cepat ku Ayunkan ke kelas untuk menyimpan tas sebelum upacara di mulai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!