NovelToon NovelToon

Jalan Cinta Aisha Khumairah

Episode 1

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

"Bertemu dengan rusuk kita seperti menantikan perjalanan

panjang, sekali bertemu banyak sekali rintangan yang menghadang, hadapilah dan

selesaikan lah maka kenikmatan yang akan kamu dapatkan dengan jodoh mu tersebut."

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

EPISODE 1

Aisha yang keterima di salah satu Universitas bergengsi di kota nya saat ini mengembangkan senyumnya sementara Kakak laki-laki nya yang disampingnya hanya ikut tersenyum menatap adik satu-satunya tersebut.

"Selamat ya dik, ini salah satu Universitas terbaik di kota ini," ucap Anas.

Ya nama laki-laki tersebut Anas, kakak yang selalu ada buat Aisha, dia tak ingin ada laki-laki lain sembarangan mendekati Aisha.

"Kak, kok nama Universitasnya sama seperti pahlawan pembebas Kota Konstantinopel ya?" beo Aisha.

"Ya gimana lagi ini Universitas terbaik di kota ini, awas jangan pacaran, bisa bisa pacarmu Kakak buat perkedel nanti." Anas mencubit pipi Aisha.

"Sakit kak! Kapan sih Aisha dapat kakak ipar? Kapan kakak menikah?" celoteh Aisha.

"Sudah turun sana, kuliah yang bener kalau gak bener tak bilang kan Abi dan Umi nanti." ucap Anas sambil menepikan mobilnya di depan Fakultas Kedokteran.

"Oke kakak, Assalamualaikum wr wb kak, jangan lupa jemput tepat waktu ya." pinta Aisha sambil mencium tangan kakaknya.

"Waalaikumsalam wr wb, kabari jauh sebelumnya kalau sudah mau pulang biar kakak jemput!" balas Anas sambil mencubit gemas pipi Aisha.

Aisha memonyongkan bibirnya karena ulah kakaknya yang selalu mencubit pipinya dari kecil hingga dewasa. Aisha berjalan di lorong kampus sambil memperhatikan berkas yang dia bawa, hari ini awal kuliahnya di Universitas Al-Fatih, salah satu Universitas yangselalu menjadi tempat anak anak yang memiliki harta lebih maupun mendapatkan beasiswa.

"Aduh mereka berdua ngapain coba?" ucap Aisha dalan hati sambil memperhatikan dua insan yang tengah bermesraan.

"Sayang, kapan kamu menikahi aku?" rayu seorang perempuan ke seorang laki laki disampingnya.

"Sabar Sayang, Mama masih berusaha aku yakinkan untuk menerimamu sayang." balas pria tersebut sambil mencium pipi perempuan tersebut.

Aisha yang melihat adegan tersebut bergegas menghampiri dua insan yang dimabuk asmara sambil mengepalkan tangan nya erat.

"Astaghfirullah !! Kalian berdua melakukan ini di tempat umum? Kamu sebagai wanita tak ubahnya seperti hewan yang mau dicium dan itu bukan mahrammu." ujar Aisha sambil menunjuk ke arah perempuan tersebut.

Perempuan itu berdiri dan berusaha menampar Aisha tetapi dengan cepat dua orang perempuan menghentikannya.

"Jangan seenaknya menampar orang yang tak dikenal!" sentak salah seorang perempuan tersebut.

"Awas kalian bertiga! Tunggu pembalasan ku!!" ucap perempuan yang berusaha menampar Aisha dan pergi meninggalkan Aisha dengan dua orang perempuan di depannya.

Sementara Laki-laki yang tengah bermesraan tadi hanya memasang wajah stay cool dan berucap. "Mahasiswi baru jangan sok kalian bertiga, dan kamu! Kamu tak berhak mengatur sikapku tadi, akan saya ingat wajahmu!" suara laki-laki tersebut terdengar sedikit menyayat hati Aisha.

Setelah kepergian lelaki dan perempuan tersebut, dua perempuan memberikan minuman ke Aisha.

"Minum dulu, lain kali biarkan saja melihat seperti itu, aku Sofiyah dan dia Dina." ujar Sofiyah mengenal diri.

"Hai namaku Aisha, terimakasih banyak atas pertolongan nya tadi." balas Aisha sambil tersenyum ke arah Sofiyah dan Dina.

"Sama sama Aisha, anak kedokteran juga? Wah jarang ada anak kedokteran memakai hijab dan gamis seperti ini," ucap Dina antusias.

"Iya anak kedokteran juga aku, kalian berdua juga anak kedokteran? Yuk kita ke kelas bareng." ajak Aisha sambil di ikuti Sofiyah dan Dina.

Akhirnya mereka bertiga berjalan bersama sambil bertukar cerita tentang kemegahan Universitas Al-Fatih dan tentunya mengobrol tentang informasi perkuliahan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Beberapa jam kemudian di suatu tempat.......

Seorang pria paruh baya tengah membenarkan ban mobil yang sedang pecah dengan ditemani istrinya. Ban mobil yang mereka berdua tumpangi bocor di pinggir jalan.

"Abi, kalau ndak bisa biar Umi panggil Anas saja, nanti Abi ada jadwal mengajar di Pondok Pesantren juga." bujuk Umi Fatimah.

Ya mereka berdua adalah Hamzah dan Fatimah, orangtua dari Anas dan Aisha yang tengah memperbaiki ban mobil mereka yang pecah.

"Udah gak apa Umi. Insya Allah bisa kok Abi, kan dulu Abi lulusan Teknik Otomotif." balas Abi sambil tersenyum ke istrinya.

Selang beberapa saat kemudian, sebuah mobil menepi karena merasa kenal dengan kendaraan yang tengah diperbaiki oleh Abi Hamzah, kemudian turunlah seorang pria seumuran dengan Abi Hamzah.

"Hamzah?!" seru pria paruh baya itu.

"Waalaikumsalam wr wb, Masya Allah Ahmad Fatih, sehat kau?" balas Abi Hamzah.

Ya Hamzah dan Ahmad Fatih telah bertemu kembali setelah sekian lama berpisah dan lulus kuliah di jurusan Teknik Otomotif.

"Masya Allah, aku lupa, assalamualaikum wr wb sahabatku Hamzah, bagaimana kabarnya? Sepertinya harus aku bantu kau agar cepat selesai karena mengingat umur kita sudah mulai menua, hahahahahahahaha." kelakar Ahmad Fatihurakhman.

"Jangan kumat gilamu sahabatku, ini hampir selesai, tolong ambilkan ban serep di belakang." pinta Abi Hamzah.

Akhirnya selang beberapa lama untuk saling membantu akhirnya selesai juga mengganti ban mobil yang pecah itu.

"Karena kau sudah membantu sahabatku Ahmad Fatih, ikut lah ke rumahku dan jangan ada penolakan, faham kau!?" ucap Abah Hamzah sedikit memberi penekanan.

"Meskipun aku tak menolak pun kau tetap memaksa seperti saat kita masih di Pondok Pesantren dekat Universitas kita dulu, silahkan jalan duluan sahabatku, aku ikut dirimu di belakang." ucap Ahmad Fatih sambil membukakan pintu mobil untuk Abi Hamzah.

Selang beberapa lama akhirnya kedua sahabat tersebut sampai di sebuah Pondok Pesantren An-Nur milik Abi Hamzah, suasana asri mengingat kan Ahmad Fatih saat mengampu dan menimbva ilmu agama di sebuah pondok pesantren bersama Abi Hamzah hingga mereka berdua menikah dengan santriwati pondok tersebut, Abi Hamzah menikah dengan Umi Fatimah sementara Ahmad Fatih menikah dengan Zahra Khumaira.

"Assalamualaikum wr wb, silahkan duduk dulu sahabatku, Anas sini sebentar." Abi Hamzah memanggil anak laki-laki semata wayangnya.

" Waalaikumsalam wr wb, iya Abi, ada yang bisa Anas bantu?" Anas menunduk ke bawah untuk menghormati Abinya.

"Aisha sudah pulang? Terus tuh anak ngapain aja di kampus tadi?" ucap Abi Hamzah sambil membakar rokoknya.

"Alhamdulillah Abi, Aisha sudah pulang, itu siapa Abi?" sambil menatap ke arah Ahmad Fatihkhrahman dan Zahra Khumaira.

"Sahabat Abi yang laki laki sementara yang perempuan itu Zahra Khumaira sahabatnya Umi, beri salam ke mereka berdua Anas." pinta Umi Fatimah.

Anas pun mencium tangan Ahmad Fatih dan Zahra Khumaira.

"Lho Ning anaknya berapa? Tak kira perempuan lho." ucap Zahra ke Umi Fatimah.

"Jangan panggil Ning dong Zahra,anakku dua. yang pertama panggilanya Anas, oh ya bagaimana pun kamu juga Ning juga lho, masih ingat mereka berdua mengkhatamkan kitab Qurratu Al-Uyun untuk melamar kita berdua, mereka berdua keringat dingin mengkhatamkan kitab tersebut." balas Umi Fatimah sambil tersenyum ke arah Abi Hamzah.

Qurratu Al-Uyun, Referensi Membangun Rumah Tangga Bahagia

Kitab Qurratu Al-Uyun merupakan kitab secara khusus dan detail dalam menjelaskan tentang pernikahan dan kehidupan dalam berumah tangga adalah kitab yang ditulis oleh Imam Abu Muhammad Qasim Ibnu Ahmad Ibnu Musa Ibnu Yamun.

"Assalamualaikum wr wb, Abi Umi, dari pacaran ya? Gak ngajak Aisha sih." ucap Aisha sambil bermanja-manja disamping Umi Fatimah.

"Waalaikumsalam wr wb, kata siapa pacaran? Pasti kata kakakmu Anas, oh ya Aisha ini sahabatnya Umi dan beliau sahabatnya Abi." ucap Umi Fatimah sambil mengenalkan Ahmad Fatihkhurahman dan Zahra Khumaira sahabat nya.

"Assalamualaikum wr wb Om Tante, wah sahabatnya Umi dan Abi masih muda juga ya?" ucap Aisha sambil mencium tangan Ahmad Fatihkhurahman dan Zahra Khumaira bergantian.

"Jangan panggil Tante, panggil saja Mama, dan panggil dia Ayah, oh ya namamu siapa nduk?" tanya Mama Zahra membelai lembut jilbab Aisha.

"Aisha, kalau manggil Mama dan Ayah berarti orangtua Aisha bertambah dong, nanti jatah makan Aisha berkurang." ucap Aisha sambil merenggut manja.

Semua di ruang tersebut tertawa lepas mendengar ucapan dan tindakan Aisha yang persis anak kecil.

"Aisha, siapkan jamuan untuk sahabatnya Abi dan Umi, Abi mau ngobrol dengan mereka berdua." pinta Abi.

"Iya Abi ku sayang, tapi jangan ngobrolin Aisha lho nanti Aisha jadi bidadari lho." ucap Aisha sambil tersenyum ke arah Abi dan Umi nya.

"Masya Allah Hamzah, anakmu itu sungguh lucu persis kamu saat mengkhatamkan kita Ihya Ulumuddin bersamaku dulu." ucap Ayah Ahmad Fatihkhurahman.

"Alhamdulillah masih ingat juga kamu Fatih, bagaimana kabarnya Fatih junior? Kabarnya dia mau menikah, benar itu?" ucap Abi Hamzah.

Keheningan di ruangan tersebut mendadak terjadi saat Abi Hamzah menanyakan kabar anak dari sahabat nya. tersebut.

"Maaf Hamzah, sesuai janjiku saat dulu bersamamu, aku ingin menjadikan kamu besanku nantinya, tapi apakah kamu bersedia ber-besan denganku nantinya?" ucap Ahmad Fatih sambil menatap intens ke arah Abi Hamzah.

.

.

.

.

.

.

.

..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Siapakah anak dari Ahamad Fatih dan Zahra Khumaira? apakah Abi Hamzah

menerima khitbah dari sahabat nya tersebut?

Episode 2

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

"Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara ***********. (QS. An-Nur [24]: 30-31)."

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

EPISODE 2

"Maaf Hamzah, sesuai janjiku saat dulu bersama mu, aku ingin menjadikan kamu besan ku nantinya, tapi apakah kamu bersedia ber-besan dengan ku nantinya?" ucap Ahmad Fatih sambil menatap intens ke arah Abi Hamzah.

Abi Hamzah membalas tersenyum sambil menarik nafas panjang.....

"Aku ingat itu Ahmad Fatih, tentu saja aku juga ingin ber-besan dengan mu tapi ada syarat yang harus di

tempuh anak anakmu untuk mendapatkan anak perempuanku satu satunya, karena....." ucapan Abi Hamzah terputus.

Abi Hamzah menggeleng pelan....

"Karena apa sahabatku? Apakah karena diriku ini berbeda jalan denganmu saat ini Hamzah sahabatku?" ucap

Ayah Ahmad Fatih dengan sedikit pias.

"Tiga hal yang seriusnya dianggap benar-benar serius dan bercandanya dianggap serius: nikah, cerai dan ruju.'” (Diriwayatkan oleh Al Arba’ah kecuali An Nasa’i. Dihasankan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah), itu lah sebabnya aku berhati-hati dalam memilihkan suami anakku Ahmad Fatih, tahukan kamu?" ujar Abi Hamzah

kembali tersenyum.

"Masya Allah Hamzah, aku faham maksud dari kata kata tersebut, kalau begitu bisa di mulai kapan anak anakku

untuk di tempa ilmunya denganmu sahabatku?" seru ayah Ahmad Fatih dengan sangat senang.

"Yah tunggu dulu, Mama juga harus meminta persetujuan dari Fatimah juga beserta suaminya juga, benar begitu

Ning Fatimah?" ucap Mama Zahra sambil menatap Umi Fatimah.

"Aku faham maksud dari kata katamu Zahra. Jelaskan saja lebih detail ke suami kita saja agar kelak tidak

menyesal mereka berdua." ucap Umi Fatimah sambil tersenyum ke Zahra.

"Al-Ummu madrasatul ula, iza adadtaha adadta syaban thayyibal araq, Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya, dan saat ini kita para orang tua dari mereka harus mengikuti zaman tetapi jangan lupa untuk tetap di bentengi kuat dengan Agama, jadi begini maksudku Kak Hamzah, biarkan Aisha beberapa hari untuk berkunjung ke rumah kita berdua untuk kita tempa juga menjadi calon istri dan ibu yang baik untuk cucu kita, bagaimana Kak Hamzah? Kalau Ning Fatimah sudah paham maksudku dari tadi akan tetapi tetap memerlukan persetujuan dari suaminya." ucap Mama Zahra sambil menatap suaminya.

Obrolan mereka berempat sangat berat menyangkut sebuah kata "Pernikahan", terlihat sangat enteng bagi yang

tinggal mengucapkan Ijab Qabul tetapi tidak dengan mereka berempat, ya mereka berempat sudah menikmati asam garam sebuah pernikahan dan ingin anaknya kelak juga merasakan pernikahan layaknya mereka berempat.

Ahmad Fatihurahman setelah lulus kuliah dan menikah dengan Zahra Khumaira meniti karir dengan membangun sebuah perusahaan bernama Al-Fatih Group sementara Abi Hamzah dan Umi Fatimah membangun Pondok Pesantren An-Nur, mereka berdua berhasil dengan bekal masing masing sesuai dengan keahlian dan cita masing masing .

"Ya, Ayah sangat setuju Ma, tetapi Hamzah bagaimana menurutmu? Apakah boleh Aisha di rumahku untuk akrab

dan belajar menjadi istri yang baik dunia dan akhirat untuk suaminya yaitu salah satu anakku?" ucap ayah Ahmad Fatih sambil membakar rokoknya.

"Masya Allah ternyata anakmu dua toh Ahmad Fatih, berarti anakku yaitu Aisha bakal memilih salah satu nantinya, bukan begitu sahabat ku?" sahut Abi Hamzah kemudian.

"Ide hebat sahabatku, akan tetapi aku ingin anakku yang pertama menjadi suaminya Aisha, karena....." ayah Ahmad Fatih menghembuskan nafas berat.

"Karena anakmu yang pertama memiliki calon yang menurutnya benar tetapi belum benar menurut mu? Kalau ituyang kamu inginkan, biarkanlah anakmu yang pertama akan aku tempa ilmu agama dan dunia meskipun kamu memiliki segalanya tetapi aku ingin Aisha bahagia dunia dan akhirat." balas Abi Hamzah mantap.

"Terimakasih sahabatku, akan aku atur nantinya agar anak pertamaku tak bandel lagi, oh ya Hamzah ngomong

ngomong apakah aku di perkenankan membantu membangun pondok pesantrenmu untuk lebih modern tetapi tetap kental dengan suasana islami." pinta ayah Ahmad Fatih.

"Alhamdulillah kalau mau membantu sahabat ku Ahmad Fatih, mari kita makan terlebih dahulu." ajak Abi Hamzah.

Setelah acara makan bersama berakhir, Ayah Ahmad Fatih dan Mama Zahra Khumaira segera pamit untuk bersiap berbicara dengan anak pertama mereka yaitu Fatih dan Riko Fatihurahman.

Sementara Abi Hamzah dan Umi Fatimah segera memanggil Aisha untuk membicarakan sesuatu dan tentunya kakak Aisha yaitu Anas Al Hamzah.

"Aisha anakku, boleh kah Abi mengatakan sesuatu?" tanya Abi Hamzah membuka percakapan.

"Apa yang membuat Abi ingin berkata serius seperti ini? Apa Abi menginginkan sesuatu dari Aisha anakmu ini Abi?" sahut Aisha dengan hormat.

"Ini keinginan Abi dan Umimu dari dulu jika memiliki anak perempuan maka Abi ingin menjodohkannya dengan

anak sahabat Abi dan beliau sahabat Abi di kampus dan Pondok Pesantren akan tetapi Abi dan Umi ingin bertanya kepadamu, apakah kamu bersedia? Ataukah sudah ada yang mengkhitbahmu wahai anakku Aisha?" lembut Abi Hamzah.

"Alhamdulillah belum ada yang mengkhitbah Aisha Abi Umi, jika memang jalan terbaik bagi Aisha untuk berjodoh

dengan anak sahabat Abi dan Umi......" ucapan Aisha terputus terdengar sedikit bergetar.

Umi yang mengetahui anak perempuannya sedikit menangis segera merangkulnya erat.

"Bismillahirrahmanirrahim, dengan nama Allah dan Rasulullah Aisha siap Abi, apa yang di persiapkan Abi dan

Umi akan terbaik untuk kehidupan dunia dan akhirat Aisha kelak." ucap Aisha sambil membalas pelukan Umi Fatimah.

"Alhamdulillah ya Allah, mulai besok kakakmu akan menemani dan mengantarkanmu ke rumah sahabat Abi dan Umi." ucap Abi Hamzah sambil mengelus kepala Aisha lembut.

Aisha menatap Abi dan Umi nya bergantian dan menatap kakaknya, sementara kakaknya hanya tersenyum mendengar ucapan adik perempuan semata wayangnya.

"Abi Umi, apakah Aisha boleh memkain niqab dan juga saat nanti Aisha sudah menikah tetap boleh kesini kan?

Aisha tak diusir dari sini?" tanya Aisha sambil bergelayut manja di Uminya.

"Tidak semudah itu Aisha, kau harus izin suamimu dulu baru ke rumah Abi dan Umi karena pernikahan itu

....." ucapan Anas terputus karena tangan Aisha menutup paksa mulut kakaknya itu, Anas.

"Kapan kakak mengkhitbah? Kapan kakak menikah? Jangan jadi lajang lapuk kak, Abi Umi jodoh kan kak Anas dengan Ning dari pondok pesantren kota sebelah saja biar tak lama melajang!!" seru Aisha sambil melotot ke arah Anas.

"Masya Allah adik aku ini!! Jodoh itu tak ada yang tahu, biar kan kakakmu menunggunya datang karena....." ucapan Anas terdengar lesu.

"Wahai anakku Anas, kalau kamu yakin dengan pandangan pertamamu dulu Abi dan Umi akan meminta nya untukmu, bukan begitu Umi? Siapa namanya? Vina Renata?" sahut Abi sambil berbaring di pangkuan Umi Fatimah.

"Haduh Abi dan Umi mesrah banget ya kak, persis author nya tuh kalau manja dengan istrinya." sahut Aisha.

"Iya Abi Umi, namanya Vina Renata tapi saat ini dia belum bertemu dengan Anas kembali, biar ketika cinta bertasbih menjadi jawabannya." ucap Anas sambil membakar rokoknya.

Semua tertawa mendengar ucapan Anas yang terdengar sedikit lucu tetapi tidak dengan Anas begitu dengan Aisha yang bertanya siapakah calonnya kelak.

Sementara itu di rumah keluarga besar Ahmad Fatihurahman.......

Ayah Ahmad Fatih dan Mama Zahra Khumaira menunggu kedatangan kedua anaknya, ya mereka berdua bernama Fatih Nur Rakhman dan Riko Nur Fatihurahman, mereka berdua memiliki kepribadian yang berbeda.

Fatih Nur Rakhman sebagai anak pertama bekerja sebagai dosen di perguruan tinggi Al-Fatih serta menjabat

sebagai CEO muda dari perusahaan utama Al-Fatih, sikapnya yang cool persis es balok dan selalu memaksa kehendaknya sendiri serta sangat keras kepala.tetapi dia sangat menghormati Mama Zahra Khumaira.

Riko Nur Fatihurahman sebagai anak kedua bekerja sebagai dosen ilmu Fiqih di perguruan tinggi Al-Fatih dan membuka usaha yang di khususkan untuk anak yatim-piatu dan fakir miskin, sikapnya yang terbuka dan friendship membuat dirinya sangat terkenal dengan kedermawanannya akan tetapi tetap rendah hati.

"Sudah selesai makan? Ayah dan Mama ingin berbicara serius, bisa kamu Fatih tidak menentang ucapan ayahmu kali ini?" ucap Mama Zahra membuka suaranya.

"Iya deh Ma, nurut deh kali ini." sahut Fatih santun.

"Tumben seorang Fatih nurut ke Ayah, habis makan ketoprak malah ngelawak kau Mas." sahut Riko.

"Jangan mulai, mau baku hantam? Kalau mau habis ini aku segerakan." ucap Fatih menatap tajam Riko adiknya.

"Fatih, dengarkan ayahmu kali ini nurut ya sama ayah, apa mau mama masuk rumah sakit karena ulahmu lagi?" ucap Mama sambil menjewer telinga Fatih.

"Ampun Ma ampun Ma, iya Ma Fatih nurut deh." ucap Fatih sambil meneguk kopinya.

"Bakar rokok dulu kalian berdua, kita ngomong serius kali ini terutama kamu mas, kamu anak Ayah yang pertama bukan? Dan kamu bersedia untuk nurut ayah kali ini?" tanya Ayah Ahmad Fatih sambil membakar rokoknya.

"Iya yah, Fatih kali ini nurut deh." ucap Fatih sambil membakar rokoknya dan membaginya ke Riko.

"Mulai besok setelah mengajar di kampus segera ke alamat ini, Pondok Pesantren An-Nur. Untuk mengaji serta

menimba ilmu agamumu lebih dalam di sana karena Ayah dan Mama sudah menjodohkanmu dengan anak dari sahabatnya ayah dan mama, kamu bersedia?" ucap Mama Zahra Khumaira.

"Apa Ma? Fatih di jodohkan? Tetapi kenapa Ma? Bukannya Mama dan Ayah tahu kalau aku dan Vina Renata ingin menikah juga?" rengek Fatih sambil menatap sendu ke arah Mama Zahra

Khumaira.

"Oh masih sama anak itu? Tak kapok kapoknya kamu Fatih! Kamu sudah begitu banyak dirugikan sama dia tetapi kenapa harus dengan dia! Ayah mau kamu terima perjodohan ini! Titik gak pakai koma atau ayah hilangkan semua fasilitasmu, paham!?" ancam Ayah Ahmad Fatih emosi mendengar nama Vina Renata.

"Suamiku tenanglah, Fatih dengarkan Mama, Fatih sayang Mama? Fatih ingin masih bersama Ayah dan Mama di surga kelak?" sahut Mama Zahra Khumaira.

Fatih hanya menunduk lemas, sementara Riko hanya melongo mendengar kakaknya akan di jodohkan. Pikiranya menerawang jauh jika nantinya seorang kakaknya, Fatih Nur Rakhman dijodohkan.

Fatih dan Vina Renata seumuran dan menjalin kasih sejak SMA hingga menjadi dosen, hati dan pikirannya berkecamuk hebat mendengar dia bakal di jodohkan dengan perempuan yang tak di kenalnya sama sekali.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Apakah Fatih menerima perjodohan

ini? Sementara Aisha masih bertanya siapakah calon suaminya kelak? Pantaskah

Fatih menolak perjodohan ini dengan kawin lari dengan Vina Renata?

Episode 3

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

"Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lemah nya adalah cinta kepada sesama oleh sebab itu Allah telah menuliskan nama pasanganmu. Yang perlu kau lakukan adalah memperbaiki hubunganmu dengan-Nya."

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

EPISODE 3

"Suamiku tenanglah, Fatih dengarkan Mama, Fatih sayang Mama? Fatih ingin masih bersama Ayah dan Mama di surga kelak?" sahut Mama Zahra Khumaira.

Fatih hanya menunduk lemas, sementara Riko hanya melongo mendengar kakak nya akan di jodohkan.

Fatih dan Vina Renata seumuran dan menjalin kasih sejak SMA hingga menjadi dosen, hati dan pikirannya berkecamuk hebat mendengar dia bakal di jodohkan dengan perempuan yang tak di kenalnya sama sekali.

"Fatih mau menerima perjodohan ini Ma asal ada beberapa syarat. Dan apakah Fatih bisa mengajukan persyaratannya?" pinta Fatih.

Mama Zahra Khumaira menatap suaminya kemudian Ayah Ahmad Fatih hanya mengangguk pelan karena menganggap permintaan dari Fatih pasti yang aneh nantinya akan tetapi dia akan menuruti permintaan anaknya itu.

"Silahkan Fatih kamu ajukan permintaan mu tapi beri penjelasan yang masuk di akal, paham kamu?!" tegas Ayah Ahmad Fatih.

"Oke, hanya satu permintaan Fatih! Pernikahan ini hanya dihadiri oleh kedua keluarga besar tidak lebih, apakah bisa Yah Ma?" Fatih merengek seperti anak kecil.

"Berikan alasan kuat darimu nak, jangan sampai kamu meminta tanpa memberikan alasan kuat." pinta Mama Zahra Khumaira.

"Karena ingin melindungi privasiku di kampus dan perusahaan." tegas Fatih menatap Ayah Ahmad Fatih.

"Alasan apa itu? Apakah kamu menyembunyikan sesuatu dari ayah? Jangan sampai ayahmu ini mengetahui kebohonganmu setelah kamu menikah dengan putri sahabat Ayah, paham kamu Fatih?!!" tegas Ayah Ahmad Fatih.

"Yah sabar, jangan marah suamiku, nantinya kalau setelah dia menikah kemudian menyakiti hati istrinya kelak bakal Mama tunggu di neraka saja, beres toh Yah?" ujar Mama Zahra Khumaira sambil tersenyum ke arah Fatih.

Sementara Fatih yang mendengar ucapan Mama hanya menelan ludahnya kasar.

"Gini aja Mas Fatih, saat kamu menyakiti istrimu itu sama saja menyakiti Mama karena istrimu adalah ibu anak anak mu kelak sama seperti Mama.Mama saja tidak pernah disakiti ayahmu baik hati maupun fisik, apa kamu tak ingat akan kehidupan akhirat kelak nak?" ucap Mama Zahra kembali.

"Sudah Ma, Ayah setuju kamu meminta syarat darimu tapi sebentar ya." Ayah Ahmad Fatih membakar rokoknya kembali.

Kemudian.......

"Delon!!! Sini cepat!!!" teriak Ayah Ahmad Fatih.

"Ayah kebiasaan teriak teriak!! Bibi minta tolong panggil kan Delon ya, terimakasih Bi." pinta Bibi asisten rumah tangganya.

Beberapa menit kemudian datang seorang laki laki berperawakan tegap, badan seperti binaraga memiliki otot di manapun, namanya Delon bodyguard dari Ayah Ahmad Fatih.

"Ya Tuan Besar ada yang bisa saya bantu?" Delon menunduk hormat.

"Duduk dulu Delon, jangan berdiri." pinta Mama Zahra Khumaira.

"Ya benar itu, sini duduk, saya tugas kan kamu untuk mendampingi Fatih kalau perlu sampai ke lubang semut sekalipun, faham kamu, Delon? Dan besok dampingi Fatih ke kampus setelah itu ke tempat ini, faham Delon?" ujar Ayah Ahmad Fatih sambil menyodorkan alamat pondok pesantren sahabat nya itu.

"Dengan senang hati Tuan Besar, ada tambahan lagi Tuan Besar?" tanya Delon.

"Oh ya, jika dia dekat dengan cewek selain mahramnya hajar saja, paham Delon? saya kasih kebebasan kamu untuk menghajar Fatih layaknya menghajar pencuri dan mafia." pinta Ayah Ahmad Fatih.

"Siap Tuan Besar, saya mohon izin terlebih dahulu, karena ada yang datang di depan rumah" pamit Delon.

"Oke Delon antar tamu kita kesini." pinta Ayah Ahmad Fatih kembali.

Delon mengangguk dan segera melenggang pergi, sementara Fatih yang mendengar permintaan ayahnya untuk selalu mengikuti kemanapun sedikit bergidik ngeri.

Dua orang laki laki merangsek masuk sambil pongah ke dalam rumah akan tetapi Delon segera menyusulnya, ya mereka sahabat Fatih bernama Arman dan Dio.

"Fatih, Fatih!!! Ayok kita keluar." teriak mereka berdua.

Mereka pun berjalan ke arah Fatih akan tetapi mereka berdua tak mengerti hadirnya Ayah Ahmad Fatihurahman dan Mama Zahra Khumaira.

"Eh ada Om dan Tante." polos Arman.

"Duduk kalian berdua! Masuk rumah ucapkan salam!!" bentak Ayah Ahmad Fatih.

"Eh Om , assalamualaikum wr wb, wah ada rapat keluarga, yauda kita tinggal dulu deh Om Tante." pamit Dio sambil menarik tangan Arman untuk segera pergi.

"Duduk dulu, jangan tergesa-gesa Dio dan Arman, duduk sebelahnya Fatih." pinta Mama Zahra Khumaira.

Mereka berdua pun duduk dengan menundukkan kepalanya masing-masing.

"Sekarang Om tanya dan jawab jujur, apakah Fatih masih bersama dengan cewek bernama Vina Renata?" tegas Ayah Ahmad Fatih.

Fatih segera memberikan kode untuk memberikan instruksi agar berkata tidak.

"Oh Vina Renata ya Om, sudah menghilang tuh anak Om, ada apa ya Om?" tanya Dio.

"Jangan bohong, ingat lho di atas kamu ada siapa? Allah SWT lho, kalau berbohong mau kena azabnya?" ujar Ayah Ahmad Fatih sedikit menakuti mereka.

Mereka berdua pun menelan ludah dengan kasar sementara Fatih hanya berharap cemas karena jika nantinya mereka berdua jujur pasti tinggal nama nantinya.

"Bener Om, karena setiap Fatih ke kantor selalu sendiri, Om kan tau saya selalu keluar masuk dengan Dio, iya kan Dio?" ucap Arman sedikit mengintimidasi Dio.

"Eh iya Om, bener deh, suer samber gledek deh Om kita." ucap Dio sambil mengacung kedua tangannya berbentuk peace.

Ayah Ahmad Fatihurahman menganggukkan kepala seakan percaya, Delon segera berdiri di samping Ayah Ahmad Fatihurahman karena di beri kode olehnya.

Delon pun mengangguk setuju setelah di berikan instruksi dari Ayah Ahmad Fatihurahman.

"Yauda Om percaya, kalian berdua mulai besok ikut Fatih dan Riko untuk belajar agama ke pondok pesantren, hanya empat jam saja, jangan menolak, jangan membantah, paham?" tegas Ayah Ahmad Fatihurahman.

"Maaf sebelumnya Om Tante, kalau boleh tahu ada apa sebenarnya?” tanya Dio polos.

"Mas Fatih mau menikah dan menerima perjodohan dengan sahabatnya Ayah dan Mama dan oleh karena itu kita mendampingi Mas Fatih, jangan menolak kalian berdua bisa jadi perkedel kentang kalian, lihat tuh Delon sudah membawa alat kejut listrik." ucap Riko santai.

Dio dan Arman hanya menelan ludah kasar, seperti memakan buah simalakama, maju kena mundur pun kena, akhirnya mereka berdua mengangguk setuju.

"Tenang aja kalian berdua, Fatih Masih di bawah Om di perusahaan Al-Fatih Group jadi ketika kalian berdua di ancam bilang Om, oke Dio dan Arman?" ucap Ayah Ahmad Fatihurahman.

Dio dan Arman mengangguk dan menatap wajah Fatih dengan pandangan tak percaya, Ayah Ahmad Fatihurahman dan Mama Zahra Khumaira melenggang pergi untuk beristirahat, sementara Riko kembali ke kamarnya.

Keesokan harinya di lain tempat............

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hayo mikir apa hayoo pembaca? tetap ikuti terus ya.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!