NovelToon NovelToon

Eternal Enemy

Ceo Baru

Happy Reading.

Beberapa bulan yang lalu.

"Fara, udah tau kabar berita yang berhembus, belum?" tanya seorang wanita cantik yang duduk di sebelahku.

Tentu saja aku langsung menoleh jika ada kabar baru yang menghebohkan, tidak mau ketinggalan berita yang beredar saat ini.

"Emang berita apa mbak?" wanita yang ku panggil mbak itu memperlihatkan layar ponselnya.

Dia memperlihatkan obrolan grup di aplikasi hijau miliknya, lebih tepatnya grup gosip kantor yang memang selalu update setiap ada kabar baru.

"Pak Aris 'kan bilang katanya sebentar lagi posisinya sebagai CEO Abraham grup akan digantikan oleh putra tunggalnya," aku langsung mengangguk.

"Iya mbak, kalau itu mah gue tau, bukankah kabar ini sudah diberitahukan sebulan yang lalu, kan?"

"Nah, ini tadi ada yang kirim foto calon CEO baru kita yang misterius itu, lihat nih!" Mbak Yuni memperbesar foto di grup itu yang menampilkan seorang pria tampan dan yah, menurut ku itu wajar sih, secara banyak dikisahkan kalau CEO itu memang pasti seperti itu, tampan, mempesona, berwibawa apalagi yang masih muda.

"Namanya Keill Abraham, duh kok kaya oppa-oppa gitu ya wajahnya!" lanjut mbak Yuni yang wajahnya langsung berbinar hanya melihat foto dari calon CEO baru itu.

"Dih, biasa aja kali mbak, kalau gue sih gak kaget lagi, secara kan Pak Aris ganteng, jadi kalau anaknya seganteng itu ya gak apa-apa," tertawa kecil melihat bibir mbak Yuni yang mengerucut.

Eh, tunggu sebentar, tapi kok wajahnya gak asing ya?

"Liat hapenya mbak, kok gue gak asing sama wajahnya CEO baru kita, ya?"

"Tuh, kan! akhirnya lo terpikat juga dengan pesona pak Keill, dia tuh memang pria idaman banget! lo aja yang selama ini menjaga mata dari para pria gak sabar juga 'kan pengen mantengin wajah tampannya," cibir mbak Yuni.

Tak ku hiraukan cibirannya, aku langsung fokus ke foto pria yang memang terlihat tampan itu, namus sangat tidak asing.

'Astagfirullah!! bukankah ini Kei? iya, ini beneran Kei, kakak kelasku di masa SMA, jadi Keill itu Kei?? huh, pantes dulu dia selalu pake barang mewah dan mobil mewah, ternyata dia memang anak orang kaya, tentu saja aku sama dia bagai bumi dan langit! duh Fara! sempat-sempatnya lu tuh jatuh cinta sama dia!'

"Woy, Fara!! balikin hape gue! udah deh terpesonanya, gue yakin lo pasti ileran deh saat liat dia besok!" mbak Yuni merebut ponselnya kembali.

Aku hanya bisa mengerucutkan bibir saat mendengar ucapan mbak Yuni yang entahlah, apakah mungkin aku masih bisa bernafas saat lihat dia nanti.

"Fara, jangan ngelamun terus, tuh ada mbak Lidia," senggol mbk Yuni.

Aku pun mengerjabkan mata ketika melihat wanita cantik dengan hijab pink-nya yang besar itu berdiri dihadapan ku.

"Fara, mbak Yuni, ini bekal bento yang baru ku buat, nanti siang di makan, ya?" ucap Mbak Lidia menyodok dua paper bag ke depan kita.

"Wah, mbak Lidia baik banget, sih?"

"Sering-sering ya mbak," ku senggol lengan mbak Yuni karena berucap seperti itu. Kan malu kalau kesannya kita ngarep dibuatin terus makanan sama mbk Lidia. Padahal aslinya aku juga ngarep.

"Iya mbak Yuni, besok aku buatin lagi, kan memang rencananya aku mau buka restoran baru di daerah Bandung, jadi sekalian bikin resep baru buat resto itu besok," jawab Mbak Lidia. Duh, wanita ini anggun sekali.

Setelah itu mbak mbak Lidia naik ke lantai dimana dia bekerja sebagai general manager di perusahaan ini.

"Fara, mbk Lidia itu cantik dan baik banget ya, pasti yang jadi suaminya bakal seneng banget, deh!"

"Iya mbak, tapi mbak juga cantik kok, tapi kenapa belum nikah-nikah ya!" sindirku.

Mbak Yuni akan menjawab tapi ada dua orang tamu yang mendatangi meja kami.

Mbak Yuni ini memang tiga tahun lebih tua dariku, tapi dia masih jomblo sama seperti ku. Dan ya, sehari kemudian CEO baru itu akhirnya muncul di perusahaan, katanya sih itu kemunculan perdananya dan secara resmi diperkenalkan langsung oleh pak Aris.

Ternyata memang benar dia adalah Kei, kakak kelas dua tingkat denganku, wajahnya semakin terlihat matang dan tampan. Auranya sangat dingin dan tatapannya yang tajam.

Tidak seperti dulu yang selalu menatapku seakan dia memiliki rasa padaku, kita memang saling kenal, tapi tidak dekat. Dulu aku begitu tomboy, belum memakai jilbab dan pakaian tertutup seperti sekarang ini.

Pecicilan seperti anak laki-laki, hobiku berenang di kali, tapi karena hal itu aku bisa berenang dan menyelamatkan Kei pada waktu akan tenggelam di sungai saat acara sekolah.

Keill menyapa semua karyawannya, dia menatap satu persatu sambil ceramah yang intinya dia memperkenalkan dirinya. Dan pada waktu dia menatapku, entah kenapa hatiku berdebar. Masih sama seperti dulu, aku pun berusaha tersenyum manis kepadanya dan tanggapan sangat acuh.

Apakah dia tidak mengenali ku??

Bersambung.

Hai akak reader semuanya 🥰

Ini kisah anaknya Rara sama Aris, dijamin gak kalah seru loh. Jangan lupa hadiahnya ya😘😘😘

Ditolong

Happy Reading

Sore ini aku sial banget, ya Allah kenapa nasibku selalu buruk, sih? Sebenarnya bukan maksudku mengeluh, tapi mau gimana lagi. Sejak pulang dari kantor dan keluar dari parkiran, tiba-tiba ban motor ku kempes dan tidak tahunya ada sebuah paku payung yang menancap di ban depan.

Alhasil aku harus mendorong sampai bengkel yang tidak jauh dari kantor. Setelah setengah jam aku menunggu, akhirnya ban ku sudah ditambal dan ku lajukan motor matic ini sedikit kencang karena hari sudah mulai gelap.

Maklum, rumahku agak jauh dari kantor tempat ku bekerja. Kalau gak macet, sekitar 1 jam perjalanan. Tapi kalau macet bisa sejam lebih.

Keburu magrib aku pun menarik gas sedikit kencang, tapi di pertigaan ada anak kecil yang nyebrang jalan lari gitu aja kek anak tuyul. Astagfirullah, lihat sekarang karena perbuatan anak itu aku jadi reflek menghindar dan akibarnya seperti sekarang ini.

Tangan kanan ku kegeser aspal gara-gara jatuh dan terseret beberapa meter. Duh, tragis banget sih nasibku. Mana daerah sini sepi lagi. Emak! tolongin anakmu ini! Sudah setengah jam aku duduk karena tidak bisa berdiri.

"Apa kamu tidak apa-apa?"

Alhamdulillah ya Allah, akhirnya ada bala bantuan.

"Kamu jatuh dari motor?" suara pria itu lagi, semakin mendekat.

Eh, kok suaranya familiar.

Ada pria tampan datang menyelamatkan ku di tengah tragedi ini. Maklum, aku gak bisa mengangkat motorku, kesusahan banget karena tangan dan tubuhku masih bergetar hebat karena terjatuh tadi.

Kulihat pria itu sudah mendirikan motorku dan berbalik datang ke arahku. Duh, kok cowok ini wangi banget sih, wajahnya gak begitu jelas karena udah malam.

"Sini saya bantu, kenapa bisa sampai jatuh?" dia mengulurkan tangannya, membuatku menunduk menatap tangan itu.

"Ayo, saya bantu berdiri," lagi suara itu kok familiar ya? aku pun mendongak ke atas dan astaga!!! dia adalah Keill, orang yang sejak tadi nolong aku ternyata CEO di kantorku sendiri.

Duh, gimana ini, aku malu banget.

"Sa-saya bisa berdiri sendiri, pak," tolakku.

Bukannya aku menolak ulurang tangan dari Keill, tapi kami kan bukan mahram. Lagian apa dia benar-benar udah lupa sama aku ya?

"Kenapa gak mau saya bantu?" Keill terlihat menaikkan sebelah alisnya.

"Bukan mahram pak, jadi bukannya niat menolak pertolongan bapak," aku nyengir kuda.

Keill menghela nafas, apakah tadi dia sempat tersinggung dengan perbuatan ku yang menolak uluran tangannya?

"Kamu bisa bawa motor sendiri? sepertinya keadaanmu kurang baik?" peka banget sih.

Dari dulu Keill ini memang baik, gak sombong dan ramah. Makanya banyak cewek yang suka sama dia. Tapi katanya sih, dulu gosip yang beredar, Kei atau Keill ini tidak pernah mau menerima cewek-cewek yang nembak dia karena sudah ada cewek yang di sukai, tapi sampai lulus sekolah kami semua tidak ada yang tahu siapa cewek yang di suka sama Kei.

Makanya aku udah minder duluan buat nyatain perasaanku sama dia, secara aku kan tomboy banget dulu.

"Eghem, kenapa bengong?"

"Eh, tidak pak, maksudnya saya tidak bisa bawa motor, tangan kanan saya terluka," Keill langsung menatap tangan kananku yang masih terbungkus jaket. Mungkin dia memang tidak bisa lihat lukanya, tapi goresannya yang sampai punggung tangan terlihat dan ada sedikit darah yang sudah mengering.

Tapi meskipun begitu aku tetap gak bisa nyetir motorku, rasanya sakit banget ini.

"Ya sudah kalau begitu saya antar kamu pulang, ini juga sudah malam," eh, apa tadi yang Keill bilang? dia mau nganterin aku pulang?

Ya Allah, mimpi apa aku semalam!! tapi kan aku malu banget kalau harus satu mobil sama atasan sendiri.

"Ti-tidak usah pak, biar saya panggil ojek online saja," jawabku gugup.

Sumpah, dari jarak deket seperti ini Keill berkali-kali lebih tampan, tapi kok dia gak ingat aku ya? apa aku coba tes aja deh, siapa tahu dia terus ingat.

"Saya antar kamu saja, udah gak apa-apa, saya gak bakal ngapa-ngapain kamu, saya cuma mau menolong karyawan saya sendiri yang baru kena musibah," jawaban Keill benar-benar membuatku terkejut.

"Jadi bapak tahu siapa saya?"

"Tentu saja," terdengar kekehan kecil dari mulutnya.

"Jadi bapak ingat juga siapa saya?" Keill mengangguk sambil tersenyum.

Sumpah jantung ini jadi semakin berdebar tidak karuan.

"Tentu saya ingat, kamu adalah resepsionis di kantor saya dan juga teman Lidia," loh, kok ini jadi ngomongin mbk Lidia.

Apakah segitunya dia memperhatikanku, sampai-sampai tau kalau aku temannya mbak Lidia.

"Bapak tahu sama temannya ,mbak Lidia," Keill mengangguk, terlihat wajahnya berbinar.

"Lidia teman saya saat kuliah di Harvard, dan saya sering lihat kamu sama Lidia dan juga resepsionis yang satu itu makan di kantin kantor, kalian terlihat akrab, jadi temannya Lidia adalah teman saya juga," oh, jadi Keill menganggapku seperti itu.

Berarti dia benar-benar gak ingat sama aku, kok aku tiba-tiba jadi sedih, ya?

Fara, jangan mengharapkan sesuatu yang tidak dapat kamu raih. Dulu kami memang sempat kenal, namun tidak dekat. Meskipun terkadang aku merasa tatapan nya padaku itu beda, tapi dia tidak mungkin punya perasaan suka padaku, kan?

Kenyataannya dia tidak ingat sama sekali, dan itu artinya bahwa dulu aku memang tidak penting baginya.

Akhirnya aku pun menuruti perintah Keill untuk masuk ke dalam mobilnya, dia bilang bahwa nanti motor ku akan dibawa oleh anak buahan ke bengkel.

Aku duduk di kursi samping kemudi, kalau dibelakang katanya dia kaya sopir, aku pun sempat tertawa kecil mendengar hal itu. Tapi boleh gak sih kalau aku merasa istimewa karena bisa satu mobil dengan Keill Abraham. CEO di perusahaan ku bekerja?

Jangan baper Fara, dia kan cuma nganggap kamu temannya mbak Lidia, ya, selain dia memang baik dan suka menolong.

Terhitung 3 bulan sudah Keill menjabat sebagai CEO di kantor mengganti kan Pak Aris, Ayah dari Keill sendiri.

Canggung banget sih kalau diam-diam seperti ini.

"Oh ya, nama kamu siapa? Maaf malah lupa belum kenalan?" Keill menoleh ke arahku.

Kenapa jantungku berdebar-debar ya hanya mendengar suaranya saja.

"Nama saya Fara pak," jawabku cepat sambil melirik Keill yang sudah fokus ke arah depan.

"Owh, kalau begitu kita bisa berteman di luar kantor, dan kembali profesional kalau sudah di kantor, bagaimana?" Sungguh tidak bisa aku tidak kaget mendengar permintaannya itu.

Apakah akan terjadi seperti di novel-novel yang di mana CEO menikah dengan office girlnya sendiri??

Bersambung.

Gugup

Happy Reading.

"Berhenti disini pak, itu rumah saya," tunjuk ku pada bangunan yang tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil-kecil amat.

Aku tinggal bersama Ibuku, ayahku sudah meninggal setahun yang lalu.

Keill mengerem mobilnya di sebrang jalan, terlihat pria itu mengamati hunian ku yang terlihat asri itu. Maklum, dihalaman nya banyak tanaman bunga dan ibuku yang menanam semuanya.

"Terima kasih pak sudah mengantarkan saya, selamat malam," ku buka seat belt nya dan membuka pintu.

"Sama-sama, besok motor kamu akan di antar ke rumah pagi-pagi sekali, sekarang sudah dalam perbaikan," ucap Keill.

"Wah, bapak jadi repot ngurusi motor saya, seharusnya gak perlu pak, biar saya bawa ke bengkel saja," jujur aku tidak enak hati.

"Tidak apa-apa, bukan saya yang repot kok, ya sudah, saya pulang dulu," Keill melambaikan tangan nya, begitu pula aku.

Huh, sungguh rasanya tadi aku tidak bisa bernapas saat berada di dalam mobil hanya berdua dengan Keill.

Tapi aku sedikit bersyukur jika dia memang benar-benar tidak ingat denganku, yah, setidaknya aku tidak perlu sok dekat dengannya karena sejujurnya aku merasa insekur.

"Safara, kenapa baru pulang, nak?"

Ah, Ibuku yang paling ku sayang, pasti beliau begitu khawatir dengan anak gadisnya ini. Tapi bagaimana jika ibu tahu aku baru saja terjatuh dari motor dan sekarang motor ku gak ikut pulang bersama ku.

"Loh, kemana motor mu? Kok gak ada?" Tuh, kan! Belum juga aku duduk, sudah ditanyakan juga.

"Itu bu, tadi motor Fara ban nya bocor, terus ada temen Fara yang baik banget ngasih tumpangan ke Fara, jadi sekarang motornya Fara tinggal di bengkel, besok dianterin ke rumah kok sama tukang bengkel nya," ku harap ibuku percaya.

"Ya sudah, kalau begitu kamu cepat ganti baju, sholat Magrib dan makan malam," ibu lalu masuk kedalam. Syukurlah kalau beliau tidak curiga kalau aku berbohong, kan memang benar aku diantar sama teman.

Ya, Keill memang teman ku, bukan? jadi aku tidak sepenuhnya berbohong.

****

Pagi ini motorku sudah kembali ke rumah, pasti ini diantar oleh anak buahnya keill, dia tuh memang masih baik banget, masih sama seperti dulu. Duh, jangan baper Fara!

Tanganku ternyata lumayan masih sakit, sudah ku oleskan betadin agar lukanya cepat mengering. Ternyata gak terlalu dalam goresannya, untung ibu gak tau. Coba kalau tahu, pasti langsung ceramah sampai subuh.

Maklum, aku ini anak satu-satunya, dulu waktu masih SMA sering manjat pohon mangga punya Jimmy, sama cowok itu juga kalau manjat. Jimmy ini adalah tetangga ku, rumahnya besar dan halamannya ada beberapa pohon mangga. Kita berdua emang bandel banget gak bisa di bilangin dan akhirnya aku gak berani lagi manjat pohon mangga setelah jatuh sampai menyebabkan tangan kiriku retak ketika aku masih kelas 3 SMA.

Itulah yang membuat Ibu jadi khawatir kalau-kalau aku berubah jadi tomboy lagi, tapi gak mungkin lah, sekarang kan aku udah pake jilbab, bajunya juga tertutup. Di perusahaan Abraham grup memang memperbolehkan resepsionis memakai jilbab. Jadi aku dan mbak Yuni sama-sama pakai, walaupun mbak Yuni yang menyesuaikan diri karena dia sebenarnya gak pakai jilbab kalau diluar kantor.

"Eh, Fara! lo kok bengong terus sih, dicari mbak Lidia tuh!" mbak Yuni menyenggol lenganku.

"Hehe, maaf mbak Lidia, baru bisa fokus nih, mbk Yuni sih gak kasih aku akua, minuman yang bisa bikin fokus!" ku lihat mbak Yuni geleng-geleng kepala.

"Kamu tuh lucu, Fara. Aku kesini mau ngajakin kalian makan siang, tapi harus gantian 'kan, biar ada yang jaga," ucap Mbk Lidia lembut dengan senyuman yang menawan.

Gadis ini memang sempurna kalau menurutku, tidak hanya cantik dan baik, mbak Lidia sangat ramah meskipun dia adalah general manager di perusahaan ini.

Bahkan dia gak mau dipanggil Bu, yang seharusnya jadi panggilannya karena posisinya yang tinggi di perusahaan. Tapi karena aku udah kenal lama sama Mbak Lidia, jadi dia gak mau ku panggil Bu.

Sedangkan mbak Yuni jadi ikutan manggil Mbak, tapi itu hanya saat kami berdua atau bertiga seperti ini.

"Kalau gitu sama Fara aja mbak, biar aku yang jaga tempat," jawab mbak Yuni cepat.

Huu, bilang aja dia mau lihat Bapak CEO kita sama sekretarisnya keluar kantor, karena biasanya Keill akan makan siang di luar. Dasar mbak Yuni!

"Ya udah mbak, sama aku aja," aku kalau sama mbak Lidia memang ber-Aku kamu. Ya mau bagaimana pun dia lebih tinggi dari aku, segala-galanya.

Akhirnya kami makan di kantin seperti biasa, aku mengambil makanan sedikit karena mbak Lidia sudah bawa bento seperti biasanya.

"Boleh saya duduk di sini?" tiba-tiba Keill datang ke meja kami dan meminta izin duduk.

Ku lihat mbak Lidia sedikit terkejut dengan kehadiran Keill, begitupun aku. Tidak biasanya CEO kita ini makan di kantin kantor.

"Silahkan, pak!" jawabku, karena mbak Lidia tidak kunjung menjawab.

Entah kenapa aku bisa melihat tatapan Keill ke mbak Lidia itu berbeda, tapi kan mereka memang sudah saling kenal, jadi wajar sih kalau Keill begitu.

Namun mbak Lidia jadi bergerak gelisah setelah kehadiran pria itu di meja ini. Entah apa karena dia merasa tidak enak dengan yang lain atau karena dia gak nyaman makan bareng CEO. Tapi kata Keill mereka berteman 'kan?

"Fara, gimana keadaan tangan kamu? masih sakit?" Eh, Keill bertanya padaku? kok seperti perhatian gitu ya?

"Ehm, sudah tidak begitu sakit kok pak, terima kasih pak sudah mengantarkan motor saya," jawabku gugup.

"Kalian saling kenal?" tanya mbak Lidia menatap kami berdua. Ya, tadi Keill memang duduk di samping ku.

"Iya, aku dan Fara memang saling kenal," jawab Keill cepat. Sudah tidak memakai panggilan formal lagi.

Ku lihat mbak Lidia meremas sendok yang dia bawa, tapi sedetik kemudian dia tersenyum.

"Aku juga udah kenal lama sama Fara, dan Fara, Keill ini sahabat ku sejak masih kuliah, jadi jangan terkejut jika kita memakai bahasa seperti ini," ucap mbak Lidia tersenyum.

Aku tidak berani menatap Keill, entah kenapa aku merasa gugup saat dia duduk di sampingku seperti ini.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!