NovelToon NovelToon

5 Tahun Menikah Tanpa Cinta

Awal mencurigai suami

5 tahun aku menikah dengan Ranu, ia adalah cinta pertamaku. Aku sangat mencintainya, melebihi cinta pada diriku sendiri. Dia adalah laki-laki yang sempurna, berbadan tinggi dan tegap, wajah tampan. Aku sangat bangga mempunyai suami seperti dia.

"Kak, kamu mau kemana sudah malam?" tanyaku ketika suamiku hendak keluar kamar tengah malam.

"Ini sayang ada WA tentang kerjaan," jawab suamiku.

"Kamu tidak percaya aku? kerjaan ini dari pusat kantor Amerika. Jam di sana pagi, di Indonesia malam."

"Aku percaya dengan Kakak, kapan aku tidak percaya dengan kamu? hanya nanya saja, kirain aku kantor yang di Indonesia," ucap Bilah.

"Yah sudah kamu istirahat aja yah, aku keluar sebentar." Suamiku mengecup keningku lalu dia melangkah keluar.

Entahlah hatiku merasa curiga saat ini dan sikapnya akhir-akhir ini berubah terhadapku. 1 minggu ini aku yang selalu mengingatkan dia untuk mengecup keningku sebelum pergi bekerja.

5 tahun menikah tapi kami belum dikaruniai momongan. Aku mandul? tidak! atau suamiku yang mandul? tidak juga. Karena kami sudah memeriksa ke dokter, baik aku dan suamiku sehat. Memang Allah belum memberi kepercayaan kepada kami. Suamiku juga tidak pernah menyinggung tentang momongan. Hanya keluarga dari suamiku lah yang terus mendorong agar kami segera mempunyai momongan karena suamiku anak satu-satunya.

***

"Dina, gue curiga dengan suami gue. 1 minggu ini, setiap malam dia mengendap-ngendap keluar kamar dan selalu membawa handphonenya," ucap Bilah pada sahabatnya.

"Setiap malam? wah itu harus dicurigai Bilah. Buat apa juga mengendap-ngendap," ucap Dina.

"Gue pernah memergokinya, dia bilang urusan pekerjaan dari cabang Amerika," kata Bilah.

"Ih i gak percaya tuh, suami you bilang begindong. ngapain malem-malem, ngendap-endap kaya cecurut yang mau nyolong makanan," ucap Billi teman Bilah yang jika berbicara agak melambai.

"Tapi masa sih kak Ranu berbohong sama gue," kilah Bilah.

"You terlalu cintong sama laki you, kalau gak you kloning WA laki you. Biar jelas. Laki you bekerja atau punya gayung mandi yang lain," bujuk Billi.

Bilah tampak gusar ketika Billi memberi usul mengkloning WA Ranu.

"Bilah...." Dina menggoyangkan pundak Bilah yang melamun.

"I...iya Dina," Bilah menatap Dina.

"Loe kenapa? Bilah loe jangan terlalu polos, apalagi suami loe itu tampan, kaya lagi. Apapun bisa dia lakukan. Yah walaupun hartanya dari ayah loe sih."

"Gue takut Dina," ucap Bilah.

"Loe takut jika ternyata benar suami loe itu punya gayung mandi yang lain? atau loe takut akan kehilangan suami loe jika dia kabur dengan selingkuhannya? Bil...loe tuh masih muda, cantik, masih banyak yang mau sama loe. Daripada dalam hati loe selalu bertanya-tanya tanpa jawaban. Cobalah kloning WA suami loe gak ada salahnya untuk mencoba."Dina megang tangan Bilah dengan tatapan penuh keyakinan agar Bilah mau melakukan itu.

"Lagi pula nih Bil, dia gak berani pisah sama you. Dia akan berpikir 2 kali karena dia akan takut kehilangan jabatan CEO di office bokap you," ucap Billi.

Aku menikahi Kak Ranu karena memang aku sangat mencintainya, berawal Kak Ranu itu pegawai di kantor papahku, aku coba pura-pura menjadi pegawai biasa di kantor Papah. Sejak kukenal dia, aku mulai jatuh cinta. Dia pun laki-laki yang penyayang, sangat sayang sama aku. Itu sebabnya aku tidak mencurigai suamiku.

"Oke deh, gue akan kloning WA kak Ranu," ucap Bilah.

"Gue siap bantu loe, kapanpun loe butuh gue, hubungi gue," ucap Diana.

"Thanks guys, kalian benar-benar sahabat gue yang the best ."

Itulah percakapan aku bersama para sahabatku, kami bertiga sudah berteman dari sekolah dasar. Biasanya kami berkumpul di cafe cantik, cafe bernuansa untuk para wanita, karena Billi teman laki-lakiku ini gemulai jadi dia tidak masalah jika di ajak ke cafe cantik.

***

Bilah memilih waktu yang tepat untuk kloning WA Ranu. Ketika Ranu mandi adalah waktu yang sangat tepat untuk kloning WA nya, karena bisa 40 menit ketika sedang mandi.

"Aduh di kunci, coba tanggal lahir aku." Bilah memasukan tanggal lahirnya akan tetapi tidak bisa terbuka, dia mencoba tanggal lahir suaminya tidak bisa juga. Dia mencoba berpikir keras.

"Apakah tanggal kejadian itu? hari kecelakaan ibu Kak Ranu," Bilah mencoba memasukan angka-angka.

"Alhamdulilah bisa, yes... sekarang tinggal kloning." Ia menunggu kloning WA, butuh waktu yang cukup lama. Mata Bilah selalu melihat pintu kamar mandi, jantungnya berdebar cepat takut jika suaminya tiba-tiba keluar.

Suara gemericik air sudah tidak terdengar, kloning WA belum selesai. Tubuh bila sudah panas dingin takut jika kepergok suaminya.

"Ya Allah...tolong aku, duh yuk cepat...cepat." Gagang pintu handle kamar mandi bergerak kebawah, Bilah menatap pintu kamar mandi terbuka.

Ranu sudah selesai mandi, ia mengeringkan rambutnya di depan Bilah. Tubuh Ranu memang atletis dengan perut kotak-kotak karena selalu gym 1 minggu 3 kali.

"Kamu kenapa sayang, kok keringetan seperti itu?"

"T...tidak apa-apa kak? hanya belum mandi aja. Ini aku mau mandi."

"Memang AC nya kurang dingin? ini pas kok dinginnya, apa kamu sakit?"

"Tidak Kak, aku baik-baik aja kok. mungkin tadi aku baru selesai masak jadi berkeringat, lalu niat mau mandi eh ada Kakak. Yah udah Kak aku mandi dulu deh."

Bilah sangat lega, hampir saja tertangkap basah. Ketika Ranu membuka pintu, kloning WA sudah selesai dan dia langsung meletakkan handphone suaminya ditempat semula dengan posisi sama dalam keadaan terkunci.

"Alhamdulilah, lega rasanya aku berhasil." Bilah tersenyum ketika dia menyentuh handle pintu kamar mandi.

Setelah Bilah selesai bersih-bersih, mereka menuju ruang makan. Bilah sudah masak beberapa lauk yang Ranu suka. Tidak ada gerak gerik atau expresi yang terlihat diwajah Ranu yang mencurigakan.

"Sayang, hari ini aku lembur yah. Aku juga menyuruh karyawanku ikutan lembur karena hari ini harus selesai pekerjaan aku."

"Lembur lagi Kak? tidak bisakah malam ini kamu pulang cepat?"

"Maaf sayang, aku CEO dan harus cek pekerjaan karyawanku agar mereka kerja yang bagus jadi tidak kerja 2 kali karena ada kesalahan sedikit aja waktu akan terbuang percuma, nantinya harus di cek ulang lagi. Maafkan aku yah, kamu nanti tidur aja duluan."

"Hari ini aku mau bertemu temanku boleh yah Kak, aku bosan di rumah."

"Iya boleh, cewe 'kan bukan cowo. Hati-hati aja yah di jalan, jika ada apa-apa telepon aku. Aku sudah selesai sarapan, terima kasih atas sarapannya, Assalamu'alaikum," aku menganggukan kepalaku.

"Kak...kamu kenapa sih kok selalu lupa terus?" tanya Bilah.

"Maaf sayang." Ranu mendekati Bilah dan mengecup kening Bilah. 5 tahun hidup serumah tapi 1minggu ini Ranu selalu lupa untuk mengecup kening istrinya.

"Duh jangan cemberut begitu dong sayang, cantiknya hilang nanti."

"Kamu gak cinta lagi yah sama aku? kenapa 1 minggu ini setiap berangkat kerja selalu lupa mengecup kening aku. Padahal 5 tahun itu kebiasaan kita."

"Maaf sayang, jangan bicara seperti itu. Cintaku masih sama dari awal aku meminangmu. Aku terlalu tegang dengan proyek baru, maaf yah jangan ngambek." Ranu menarik pinggang Bilah lalu dia mengecup dahi, mata, hidung, pipi dan bibir Bilah yang merah dengan sedikit hisapan dan gairah, membuat Bilah memejamkan matanya.

"Sudah yah jangan sedih istriku yang cantik, i love you. Aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum."

"I love you too, Wa'alaikumsalam."

"Ciuman Kak Ranu masih sama manis, jantungku sangat berdebar-debar. Apakah aku salah mencurigainya, jika dugaanku salah betapa dosanya aku ini. Mencurigai suamiku yang baik. Astagfirullah."

dedd..dedd...

Suara benda pipih milik Bilah, lalu ia mengusap untuk membuka kuncinya.

Dina \= ["Assalamu'alaikum, Bilah jadi gak hari ini ketemuan?"]

Bilah \= ["Wa'alaikumsalam, jadi dong say."]

Dina \= [" Oke deh, di tempat biasa yah."]

Bilah \= ["Sip, nanti kita ketemuan di sana, jam makan siang yah."]

Dina \= [" Oke cantik."]

Bilah mau membicarakan sesuatu kepada sahabatnya Dina dan Billi.

Bersambung

Kloning WA berhasil

Bilah sudah sampai di cafe cantik, dia mencari Dina, matanya melihat sekeliling cafe tapi dia belum menemukan Dina. Ia mengirim pesan singkat kepada Dina.

Bilah \= ["Din, loe di mana? gue sudah sampai cafe cantik."]

Dina \= ["Bilah, gue sudah di atas. Loe naik aja yah."]

Bilah \= ["Oke Din, gue naik sekarang."]

Bilah langsung menaiki tangga untuk menuju lantai 2 di cafe cantik

"Bilah..." Dina melambaikan tangan ke arah Bilah.

"Billi gak ikutan?" tanya Bilah.

"Rada sibuk dia ngurusin usaha papahnya," jawab Dina.

"Bukannya dia gak mau kerja di perusahaan papahnya?" tanya Bilah.

"Di paksa, katanya kalau gak mau bekerja di perusahaan papahnya akan dijodohkan dengan anak dari teman papahnya," jawab Dina.

"Haha, memang ada cewe yang mau sama Billi?" ucap Bilah.

"Hehe ada kali, kita lihat aja nanti jodohnya siapa?" ucap Dina.

"Loe kenapa Bilah? wajah loe gak enak dilihat, lecek banget," tanya Dina.

"Gue berhasil kloning WA kak Ranu," jawab Bilah.

"Bagus dong kenapa loe terlihat sedih?" tanya Dina.

"Gue merasa bersalah sama suami gue, tadi gue protes, lagi-lagi dia tidak mengecup kening gue ketika berangkat ke kantor. Aneh bagi gue selama 5 tahun ini dia gak pernah lupa akan mengecup kening gue. Lalu dia bilang karena proyek baru yang dia dapatkan jadi agak sedikit tertekan," ucap Bilah.

"Terus loe percaya begitu aja, hanya dia beralasan seperti itu. Dih amit-amit sahabat gue yang satu ini bucin banget," ucap Dina dengan nada kesal.

"Karena tadi dia kasih kiss mendalam buat gue, duh bibirnya bikin candu apalagi pegang dada bidang suami gue," jawab Bilah.

"Ih hanya ketempelan bibir doang jadi luluh gitu, geli gue," ucap Dina, sambil memutarkan matanya.

"Makanya loe nikah dong, jadi tahu rasanya di kiss sama orang yang kita cintai," ucap Bilah.

"loe terlalu bucin say. Gimana udah cek belum isi kloning WA suami loe?" tanya Dina.

"Gue mau cek bareng loe sebagai saksi," jawab Bilah.

Bilah membuka WA suaminya, ia sangat ragu. Jantungnya berdetak sangat kencang. Dia melihat satu persatu, kata Dina laki-laki yang selingkuh save nomor selingkuhannya pakai nama cowo. Jadi Bilah membuka satu persatu isi dari Chat WA suaminya.

"Banyak banget suami loe chatnya, gak dihapusin apa. Sini gue lihat biasanya kalau selingkuhan itu chatnya ada di atas. Coba buka ini Pak Yanto," usul Dina.

Dina membaca isi chat tersebut, ia terdiam kadang melirik Bilah.

"Apa sih Din? kok loe bikin gue deg-degan deh," tanya Bilah.

"Coba loe baca sendiri deh Bilah." Dina menyodorkan handphone kepada Bilah.

Ranu \= ["Sayang, aku kangen kamu. Kangen bibir kamu yang sangat pintar memainkan bibirmu ke bibirku daripada istriku yang hanya diam mematung ketika dicium."]

Pak Yanto \=[" Aku juga kangen kamu yang, kangen bibir kamu, kangen belaian kamu. Duh aku tidak kuat membayangkan. Ketemuan yuk hari ini ditempat biasa, aku tunggu malam ini. Aku rindu dipeluk dengan tubuhmu yang kekar. Wow maco."]

Ranu \= ["Oke nanti aku akan datang Nida sayang, dandan yang cantik buat menyambutku sayang."]

Jantung Bilah seketika mau copot membaca chat WA suaminya. Dia menunduk dan menangis.

"Bilah..." Dina memeluk Bilah dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Kenapa Kak Ranu tega sama gue Din, pantas tadi dia bilang mau lembur padahal hari ini gue kepengen banget berduaan sama dia tapi dia menolak karena alasan lembur. Gue memang belum bisa kasih momongan," ucap Bilah dengan tangisnya.

"Tapi loe sehat Bilah, hanya Allah belum kasih momongan aja, 'kan loe udah periksa diri loe ke dokter . Gue yakin loe bisa hamil. Tapi laki loe itu kurang ajar, gak sepatutnya dia selingkuhin loe. Loe masih muda, cantik, kaya lagi. Buang aja laki kaya gitu Bil," ucap Dina, menghibur Bilah.

"Tapi gue cinta sama kak Ranu, Din, gue cinta sama dia," ucap Bilah.

"Tapi cinta loe itu bikin loe sakit hati, bikin loe nangis sekarang," ucap Dina.

Aku terdiam dengan perkataan sahabatku ini. Jujur aku tidak menyangka hal ini akan terjadi. 5 tahun kebersamaan tidak ada artinya. Sikapnya manis yang diberikan oleh suamiku selama ini, tidak terlihat dia sedang berselingkuh di belakangku. Sangat rapih perselingkuhannya.

Aku jiji dengan suamiku, walaupun agamaku masih jauh dari kata sempurna. Tapi salat 5 waktu, aku tidak pernah meninggalkan. Suamiku sudah berzinah dengan perempuan yang bukan mahramnya. Aku istri sahnya dia mengatakan aku seperti patung ketika tercium bibir dengannya. Dia malah menikmati mencium bibir yang haram daripada yang halal.

"Bilah, loe gak sendirian ada gue yang siap bantuin loe. Apa selanjutnya yang loe akan rencanakan Bil? gak mungkin dong loe mau meneruskan pernikahan loe ini," ucap Dina.

"Gue mau ikutin suami gue Din, dia akan pergi kemana setelah pulang kerja," ucap Bilah

"Loe mau ikutin suami loe hari ini? gue ikut sama loe. pakai mobil gue aja, kebetulan gue pakai mobil baru. Agar dia gak curiga ketika tahu ada mobil di belakang ikutin mobil dia nanti," pinta Dina.

"Iya Din, hari ini karena mereka sudah janjian, terima kasih yah loe mau bantuin gue. Kalau gak ada loe gak tahu deh gue harus bagaimana," ucap Bilah.

"Gue gak rela aja sahabat gue dikhianati, padahal loe cantik, kaya, suami loe kaya 'kan karena loe," ucap Dina.

"Tapi gue kaya karena ayah gue. Makanya gue mulai merintis 2 tahun lalu usaha roti," ungkap Bilah.

"Dan usaha loe itu maju sekarang, sudah ada 2 cabang, mantab," Dina mengacungkan jempol.

"Suami gue gak tahu tuh Din, gue mau kasih kejutan buat dia bahwa gue bisa buat bisnis, tapi karena kejadian ini buat apa lagi," rencana Bilah

"Hah jadi Ranu gak tahu?" tanya Dina.

"Ayah gue aja gak tahu Din," ucap Bilah.

Aku membangun usaha pembuatan roti dari nol, awalnya kupasarkan ke kalangan menengah kebawah dengan harga miring tapi rasa enak rotiku seperti roti terkenal membuat rotiku digemari. Tak kusangka makin lama makin berkembang, dan cabang tokoku ada di Bandung dan Jogja. Kantor pusat ada di Jakarta.

Aku dan Dina pergi menuju kantor suamiku, memakai mobil Dina tentunya. Kami menunggu di depan kantor suamiku. Suamiku itu menjadi CEO menggantikan ayahku, karena aku anak semata wayang lalu ayahku mempercayai kak Ranu untuk menggantikannya.

Pukul sudah menunjukan jam pulang kerja, aku memperhatikan setiap mobil yang keluar dari kantor. Sudah 15 menit aku dan Dina menunggu tapi suamiku belum keluar juga, aku tetap menunggu sampai suamiku keluar dari gedung kantor, untung ada Dina yang menemaniku jika tidak aku akan gugup setengah mati berbuat seperti ini.

"Dina itu mobil kak Ranu." Bilah menunjuk dengan jarinya.

Dina langsung menjalankan mobilnya dan mengikuti mobil Ranu dari belakang.

"Bilah loe lihat tadi?" tanya Dina.

"Iya, gue lihat ada cewe di dalam mobil kak Ranu dan duduk di jok depan samping kak Ranu," ucap Bilah.

"Dan tadi gue sempat lihat berciuman, Sorry Bil," ucap Dina.

Aku meremas rokku, sungguh hatiku menjerit melihat mereka berciuman. Sungguh keterlaluan sekali dia telah membohongi.

"Bil, loe kuat gak?" tanya Dina.

"Insha Allah, gue kuat Din. Gue mau ngegape mereka," ucap Bilah.

"Coba loe telepon laki loe," usul Dina.

Bilah \= ["Assalamu'alaikum, Kak, masih di kantor?"]

Ranu \= ["Wa'alaikumsalam, iya aku masih di kantor. Kenapa sayang?"]

Bilah \= [" Tidak ada apa-apa Kak, aku hanya kangen aja denganmu."]

Ranu \= [" Iya, aku juga sama kangen dengan istriku yang cantik. Tapi maaf sayang aku pulangnya agak malam. Tadi aku sudah bilang 'kan sama kamu."]

Bilah \= ["Yah sudah, gak apa-apa Kak. Selamat bekerja yah. Love you Assalamu'alaikum."]

Ranu \=["Wa'alaikumsalam."]

Bilah mematikan teleponnya.

"Dih Bil laki loe buaya darat buanget, gak balas kalimat terakhir loe lagi."

Mobil Dina melaju cepat agar tidak tertinggal dari mobil milik Ranu.

Apakah pengejaran mereka berhasil?

Bersambung

Suamiku ke hotel

Mobil Dina melaju mengikuti mobil Ranu, dengan kecepatan yang sedang karena jalanan di Jakarta ketika jam pulang kerja mengalami kemacetan.

"Dia belok Bil, kayanya ķe restoran deh."

Ranu membelokan mobilnya ke restoran terdekat. Dina melambatkan laju mobil dan memarkirkan tidak terlalu jauh dari parkiran mobil Ranu.

"Bil...tunggu dulu deh, kalau loe kaya seperti ini akan dikenalin sama laki loe. Kebetulan pakaian loe rapih Bil tinggal sentuhan sedikit dari gue."

"Terus gue harus ganti dandanan gue, oke gue ganti model make up gue."

"Siapa suruh loe rubah make up loe? tunggu gue ambilin sesuatu yang harus loe pakai, kebetulan gue bawa, kemarin gue pakai pas ada pengajian di rumah sepupu gue. Nih...loe pake ini." Dina memberikan jilbab kepada Bilah.

"Hah! loe suruh gue pakai jilbab? ah yang bener aja loe, syar'i lagi."

"Yeh... biar sempurna penyamaran loe, dah loe diam aja gue yang dandanin loe. Percaya sama gue, gue gak mungkin ngejerumusin sahabat gue sendiri."

Dina memakaikan Bilah jilbab syar'i, kebetulan Bilah memakai rok payung panjang berwarna biru, Kemeja berwarna pink, jadi pas dengan jilbab syar'i kepunyaan Dina yang berwarna biru langit. Sedikit polesan make up sederhana.

"Subhanallah sahabat gue cantik banget, keliatan alim banget loe Bil. Yakin gue, Ranu gak bakal kenalin loe."

"Emang selama ini gue kaga alim?"

"Loe kaga tahu malu malah, sering kaga ada adab di depan umum, sering kentut sembarangan. Hanya depan laki loe doang loe jaim, pas gak ada laki loe mah. Ihhh...."

"Sial loe, daripada gue kaga keluarin tuh kentut, sakit! orang habis operasi aja harus kentut dulu baru boleh makan."

"Iya emang benar, kalau kentut loe kalem sih mendingan sunyi gitu gak ada suaranya, lah ini kentut pakai nada rendah tinggi dimerdu-merduin."

"Hahaha...sial loe, emangnya kentut gue kaya nada buat vokal, di mana-mana kentut tuh bau."

"Loe mau banggain kentut loe apa mau selidikin laki loe nih."

"Yah selidikin kak Ranu lah, lagi loe bahas aib gue."

"Yah udah yuk keluar, nanti kehilangan jejak. Ehhh tunggu dulu Bil." Dina menarik tangan Bilah.

"Apa lagi? kurang rapih penampilan gue?"

"Bukan, gue mau selfi sama loe dulu. Buat kenang-kenangan hasil karya gue. Sumpah loe cantik banget."

"Ya Allah...sahabat gue ini error temannya di selingkuhin sama suaminya bukannya dihibur malah mau selfi dulu sama gue."

Setelah Dina puas berselfi dengan Bilah, lalu dia mencari keberadaan Ranu dan selingkuhannya. Mereka kehilangan jejak Ranu karena restoran kala itu sedang ramai.

"Loe sih pake selfi, hilang deh Kak Ranu."

Bilah cemberut sepanjang jalan sambil memegang tangan Dina. Tiba-tiba Dina kesenggol salah satu pelayan sehingga gandengan tangan dengan Bilah terlepas dan Bilah tidak sadar bahwa Dina tertinggal di belakang dan ia salah menggandeng tangan seseorang tanpa melihat tangan siapa itu.

"Kok tangan Dina lebih besar deh," ucap Dina dalam hati.

"Mba...Mba, astagfirullah. Lepaskan tangan saya Mba, kita bukan mahram," teriak laki-laki yang bernama Bagas.

Bilah langsung menoleh kebelakang, dia terkejut karena salah menggandeng tangan orang lain.

"Maaf Mas, saya pikir teman saya."

Bilah mencari keberadaan Dina.

"Astagfirullah, saya tidak pernah di sentuh sama perempuan Mba, hanya ibu saya yang pernah menyentuh tangan saya," ucap Bagas.

"Mas maaf, saya tidak sengaja. Saya pikir teman saya. sekali lagi saya minta maaf."

"Bilah...." Teriak Dina

Bilah melambaikan tangan ke arah Dina.

"Loe kok tinggalin gue sih," ucap Dina.

"Gue gak tinggalin loe, loe nya yang hilang gitu aja," ucap Bilah.

"Ini siapa Bil? teman loe?"

"Gue gak tahu, gara-gara loe gue salah gandeng tangan. Kirain gue loe di belakang gue ternyata ketinggalan, gue salah pegang tangan Mas ini jadinya," ucap Bilah

"Mas sekali lagi saya minta maaf, bukan saya sengaja pegang-pegang tangan Mas." Sesal Bilah sambil menundukkan kepalanya.

"Iya gak apa-apa, lain kali lihat-lihat kalau mau pegang tangan biar gak salah lagi."

Bilah tersenyum dan menganggukan kepalanya, " Saya permisi dulu Mas, Assalamu'alaikum."

Bilah pergi meninggalkan Bagas dengan menggandeng tangan Dina.

"Yah Bil, gue belum kenalan. Ganteng juga tuh cowo."

"Din, loe mau bantuin gue gak sih? kita kehilangan kak Ranu nih," ucap Bilah.

"Penuh banget lagi Bil nih restoran, Bil lihat ke arah jam 9 deh kaya laki loe tuh." Dina melirik ke arah kanan.

Bilah melihat ke arah jam 9 benar saja suaminya sedang bermesraan dengan selingkuhannya.

"Loe baik-baik aja 'kan Bil?" mata Bilah sudah mengembun melihat pemandangan yang menyakitkan. Dia duduk di sembarang meja punya pengunjung lain yang sudah memesan meja tersebut.

"Bilah, jangan di sini duduknya cari tempat lain. Ini punya orang tempatnya."

"Dina..."

Bilah memegang tangan Dina dan mulai meneteskan air mata.

"Yah Bilah, jangan nangis sekarang dong, gak enak sama Mas yang punya meja ini. Mas maafkan teman saya yah," Dina meminta maaf.

"Gap apa-apa Mba duduk aja."

Bilah tidak memperhatikan Bagas, ternyata pria yang dia gandeng tangannya tadi yang mempunyai bangku tersebut. Bilah hanya menatap tingkah laku suaminya yang membelai pipi wanita lain lalu mencium tangannya. Mendidih darah Bilah seketika, dia ingin menghampiri suaminya tapi ditahan oleh Dina.

"Bil, jangan dulu. Dia akan ngeles kalau dipergokin sekarang, loe sabar jangan terburu-buru."

"Itu suami gue Din sama selingkuhannya. Gue gak nyangka bakal diselingkuhin gini. Sakit hati gue Din."

Dina memeluk Bilah sahabatnya, dan menoleh ke arah Bagas lalu berkata dengan suara berbisik.

"Maafkan teman saya Mas," suara bisik Dina.

Bagas hanya menganggukan kepalanya, sesekali menatap Bilah yang sedang menangis. Bagas memberikan tisu untuk diberikan ke Bilah.

"Bil, udah yah stop. Sampai sini aja kita ikutin mereka, gue gak mau lihat loe nangis hancur seperti ini. Dia laki-laki yang gak patut ditangisi sama loe."

"Gue cinta sama Kak Ranu, Din, apa artinya 5 tahun pernikahan sama gue ini."

"Kita pulang yah."

"Gak Din, gue mau ikutin mereka sampai mana mereka setelah ini. Tolong foto mereka untuk barang bukti."

Dina memfoto Ranu yang sedang bermesraan bersama selingkuhannya. Tidak lama Ranu dan selingkuhannya berdiri untuk meninggalkan restoran itu dan menuju arah tempat duduk Bilah. Dia tidak mau ketahuan oleh suaminya. Dia menghapus air matanya. Ranu melirik ke arah Bilah dia berhenti sejenak tapi jalan kembali karena tangannya sudah ditarik oleh wanita selingkuhannya.

"Ayo Din, kita juga harus bergegas," ucap Bilah.

"Mas maafkan saya sudah tidak sopan, terima kasih pinjaman mejanya. Makanan Mas biar saya yang bayar sebagai ucapan terima kasih dan permintaan maaf karena saya tadi menggandeng tangan Mas."

"Eh gak usah, makanan saya biar saya aja yang bayar."

"Teman saya sudah bayar Mas, Have a nice day yah, Assalamu'alaikum." Bilah langsung meninggalkan Bagas di restoran.

"Wa'alaikumsalam."

Kini Dina dan Bilah mengikuti Ranu kembali. Dina memarkirkan mobil dengan jarak yang tidak jauh sehingga aktifitas Ranu bisa dilihat.

"Bilah, Ya Allah laki loe itu."

Bilah semakin menangis, karena suaminya kini mencium perempuan itu dengan panas dan menggebu-gebu. Ranu lupa menutup kaca mobilnya sehingga aktifitas bercumbu mereka bisa terlihat dengan jelas.

Bilah meremas roknya menahan amarah, rasa benci kini mulai tumbuh. Dina mengabadikan momen tersebut dengan memfoto ketika Ranu dan selingkuhannya itu sedang bercumbu.

Mobil Ranu mulai berjalan, Dina pun mulai mengikuti mobil Ranu dari belakang.

"Jangan sampai ketinggalan Din."

"Tenang Bil, percaya sama gue."

Dina terus mengikuti mobil Ranu, sampai mobil Ranu berhenti disebuah hotel berbintang 5.

"Mereka Check in?" ucap Bilah syok.

"Bil, loe mau ke dalam untuk memastikan."

"Din, jujur gue gak sanggup lagi," tubuh Bilah lemas, keringat bercucuran karena terlalu syok.

"Kita pulang yah Bil, badan loe jadi lemas begini. Loe minum dulu." Dina memberikan air mineral untuk Bilah agar perasaannya menjadi sedikit lebih tenang.

Pada akhirnya mereka memutuskan untuk pulang tidak mengikuti Ranu kembali.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!