Assalamualaikum.. kembali bertemu lagi dengan aku yang tidak pernah kalian rindukan, karena aku yang selalu merindukan like dan komen kalian.
Sebelum membaca cerita ini jangan lupa masukkan ke daftar favorite dulu ya hehe.. author juga mohon bantuan dukungan dengan cara like, komen di setiap bab nya.
Sukur-sukur kalau kalian dengan ihlas mau sedekahin vote serta setangkai mawar untuk cerita ini.
Author akan sangat-sangat berterimakasih, dan tentunya akan membuat author semakin bersemangat dalam berkarya hehe.. baiklah cukup sampai di sini cuap-cuap author. Selamat membaca dan semoga kalian suka dengan ceritanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tangis haru mewarnai acara wisuda di salah satu universitas negeri kota Surabaya, para orang tua dengan bangga memeluk putra-putri mereka yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan dengan nilai terbaik.
Begitupun dengan seorang gadis bernama Embun Binar Arunika atau yang lebih kerap disapa Binar.
Gadis berusa 22 tahun itu menangis dipelukan kedua orang tuanya, tangis bahagia karena berhasil mendapatkan nilai tertinggi diacara kelulusan tahun ini.
Perlahan Binar melepas pelukan ayah serta bundanya, pandangan gadis itu beralih pada sosok laki-laki berprawakan tinggi gagah, berkulit putih, serta berwajah tampan namun menyebalkan. Dialah Keanu Surya Dirgantara, kakak laki-laki Binar satu-satunya.
"Kak..ih dipeluk kek adeknya!"
"Ogah!"
"Kakak nyebelin!"
"Bodo!"
"Dasar Jomblo!"
"Kaya situ gak jomblo aja."
"Kan kakak yang ngelarang Binar pacaran, boro-boro pacaran, deket sama laki-laki aja gak boleh."
Surya mengabaikan adiknya yang masih terus mengomel, sedangkan pria itu memilih berbalik arah lalu keluar meninggalkan aula kampus.
"Sudah-sudah.. kalian ini berantem aja kerjaanya, ayo pulang!"
Bunda Dita merangkul pundak Binar lalu membawanya berjalan menyusul Surya, ayah pun mengikuti dari belakang.
Surya sudah duduk manis dibalik kemudi, Binar duduk disampingnya. Sedangkan ayah dan bunda duduk di bagian tengah.
"Kakak malam ini harus nginep di rumah ya! pokoknya gak ada alasan untuk menolak!"
Surya menoleh ke arah Binar, "gak bisa Dek..."
"Kakk.. please ya! besok itu hari minggu. Kakak mau alasan apa lagi? memangnya kakak hari minggu masih mau ngantor juga? enggak kan."
Surya memilih untuk diam, yang dikatan Binar memang benar adanya. Besok hari minggu, dan ia sudah pasti tidak ada jadwal untuk ke kantor.
"Iya Sayang.. sebaiknya kamu nginep aja di rumah. Besok kan hari minggu, lagian uda lama kamu gak nginep, paling-paling kalo dateng cuma bentar doang, terus balik lagi. Bunda sama ayah juga kangen sama kamu." kini giliran bunda Dita yang berbicara, jika sudah seperti ini maka Surya tidak akan bisa menolak.
"Iya nih Bun, kakak sok sibuk banget orangnya." timpal Binar.
"Ya emang kakak sibuk, emangnya kamu." saut Surya.
"Enak aja! aku juga sibuk tau." ucap Binar tidak terima.
"Sudah-sudah.. kalian ini ya uda pada dewasa tapi masih aja suka berantem kaya anak kecil." Bunda Dita kembali memperingatkan kedua anaknya.
Ingatan Binar seakan ditarik mundur pada kejadian 5 tahun yang lalu saat ia masih duduk di bangku kelas 2 SMA.
Saat itu Surya pertamakalinya memutuskan untuk pindah ke apartemen dengan alasan ingin belajar mandiri, serta membangun bisnisnya sendiri. Saat itu Surya bahkan baru berusia 22 tahun dan baru saja menyelesaikan kuliahnya.
Surya bertekat untuk hidup mandiri, membangun usaha serta melanjutkan pendidikan S2 nya sendiri tanpa bantuan dari orang tua. Padahal kedua orang tua mereka bisa dikatakan sangat mampu.
Saat itu pula Surya mulai berubah sikapnya, Sosok kakak yang selalu bersikap hangat, serta penyayang berubah berganti menjadi Surya si cuek serta irit bicara.
Terkadang sempat terbesit rasa rindu di hati Binar akan masa kecil mereka, sosok kakak yang selalu bisa ia andalkan dan berada di garda terdepan untuk melindunginya.
"Surya langsung ke kamar ya Bun." pamit Surya ketika baru sampai di rumah.
Bunda serta ayah bahkan sampai dibuat heran dengan tingkah putranya yang berubah 180 derajat sejak beberapa tahun yang lalu.
"Kakakkkkkkk....!" teriakan Binar begitu melengking hingga memekakkan telinga, Surya yang baru saja selesai mandi, masih bertelanjang dada, tubuhnya hanya dibalut kain handuk yang menutupi bagian bawahnya.
Binar kembali menutup pintu dengan keras, pemandangan yang baru saja ia lihat sudah merusak mata sucinya. "Kakak...buruan ganti baju!"
Didalam kamar, Surya tersenyum tipis, bahkan sangat tipis sampai semut pun tidak bisa melihatnya. "Dasar bocah, masuk kamar orang main nyelonong aja. Rasain tuh."
Setelah selesai berpakaian lengkap, Surya berjalan membuka pintu kamarnya, ternyata Binar masih berdiri dengan memegangi dadanya, gadis itu terus beristigfar dengan suara pelan dan mata terpejam. Persis seperti orang habis melihat hantu.
"Ada apa?" Surya berbicara dengan suara dingin. Binar pun menoleh kearah kakaknya.
"Kakakkk...!" Binar memberengut kesal, tangan gadis itu sudah terulur bersiap untuk memukul kakaknya.
"Mangkanya kalo masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu, ucapin salam dulu, jangan asal main nyelonong aja. Terus ngapain kamu gak pake jilbab?" Surya berbicara tanpa melihat ke arah Binar.
"Kenapa sih Kak..? lagian ini kan di dalam rumah, gak ada siapa-siapa juga."
"Cepetan pake kerudung, setelah itu kamu baru temui kakak!"
Meskipun kesal, namun Binar tetap menurut, gadis itu kembali ke kamar lalu mengambil jilbab instan dari dalam lemari.
****
"Binar..makan dulu nak!" bunda memanggil dari arah dapur saat Binar maru saja menuruni tangga.
"Bunda lihat kakak gak bun?" bukanya menuruti perintah bundanya, Binar justru menanyakan keberadaan kakaknya.
"Di taman kayaknya, tadi bunda lihat kakak jalan keluar."
"Oke Bun, Binar kesana dulu ya."
"Iya.. sekalian ajakin kakak kamu masuk ya, sudah waktunya makan siang."
"Iya Bunn."
****
Udara sejuk langsung menerpa permukaan kulit Binar yang dibalut oleh gamis panjang, aroma dari bunga yang baru bermekaran menambah kesan asri.
Cuaca hari ini memang sudah mendung sejak pagi, jadi meskipun hari sudah siang, udara tetap sejuk seperti saat pagi hari.
Binar menoleh ke kanan dan kiri, berharap segera menemukan sesorang yang ia cari.
"Ehh.. dicariin malah asik ngobrol sama ikan." gerutu Binar saat melihat Surya sedang asik berdiri di samping kolam ikan. Sesekali tangannya melempar pelet kedalam kolam.
"Kakak..!" Binar berteriak memanggil Surya.
Surya hanya diam tanpa berniat untuk menoleh sedikitpun, matanya tetap fokus melihat ikan-ikan yang sedang berebut makanan.
"Kak..di panggil itu dijawab kek, atau paling gak noleh kek." protes Binar saat sampai di belakang kakaknya.
"Waalaikumsalam." ucap Surya.
"Eh iya, maaf lupa."
"Assalamualaikum Kakak aku yang tampan.."
"Waalaikumsalam.. uda tau kalo aku tampan, gak usa muji. Aku gak ada duit receh."
"Ya Allah..sabar..sabar."
"Ada apa?" tanya Surya.
"Kak, aku kan uda lulus kuliah nih, boleh ya aku kerja di kantor kakak?"
Binar mengeluarkan jurus puppy eyesnya. Jurus andalan saat ia akan merayu ayah maupun bundanya, namun hal itu sepertinya tidak mempan untuk Surya.
"Enggak!" ucap Surya lagi-lagi tanpa menoleh ke arah Binar.
"Pleasse... boleh ya Kak.." Binar bahkan mengatupkan kedua tanganya, memohon agar Surya mau menuruti keinginanya.
"Eng...gak!"
"Kakak...." Binar merengek namun Surya tetap mengabaikanya.
"Binarrr.. Surya..! ayo makan!" Bunda berteriak memanggil keduanya dari arah teras.
"Iya Bun.." ucap mereka kompak.
Cinta itu anugerah yang Allah titipkan pada hati setiap hambanya. Cinta berada di dalam hati, tak perlu diungkapkan dengan rangkaian kata-kata indah agar orang lain tau, tak perlu juga sikap lembut menggoda jika hanya menimbulkan kebahagian yang semu, karena cinta itu diam. Tak mampu disuarakan dan menyuarakan. Hanya dengan diam saja cinta sedang diuji kekuatanya. ~ Keanu Surya Dirgantara.
Seluruh anggota keluarga telah berkumpul di meja makan, bibi Nur terlihat sibuk menyajikan beberapa menu masakan di atas meja. Momen seperti ini bisa dibilang cukup langka dalam keluaraga mereka, kesibukan semakin mengikis jarak masing-masing anggota keluarga. Apalagi semenjak Surya memilih untuk hidup mandiri.
"Gimana kondisi perusahaan kamu Ken?" ayah memulai obrolan dengan menanyakan kondisi perusahaan Surya, Ken atau keanu. Ayah lebih suka menggunakan nama itu dibanding dengan Surya, pasalnya nama keanu dalam beberapa bahasa memiliki arti tegas, disiplin serta cerdik. Sangat cocok dengan kepribadian yang dimiliki oleh Surya.
"Alhamdulillah semuanya baik Yah.." Surya mengulas senyum tipis.
Ayah tersenyum, "Alhamdulillah.. kalau butuh bantuan apapun jangan sungkan-sungkan bilang sama ayah ya Ken!"
"Iya Yah.."
"Yah, Binar kan uda lulus. Boleh ya Yah kalau Binar kerja di kantor kak Surya?"
Ayah menautkan kedua alisnya, seakan tidak setuju dengan permintaan Binar. "Terus yang bakal bantu ayah di kantor siapa? Ken nggak mau dan lebih milih membangun bisnisnya sendiri, eh sekarang Binar malah ikut-ikutan juga. Ayah jadi sedih, padahal ayah sudah ingin pensiun, menikmati hari tua ayah sama bunda."
Surya hanya diam sambil menundukkan pandanganya, melihat kearah piring yang masih kosong belum terisi makanan.
"Yahh.. Binar itu mau belajar dulu dari enol yah, Binar mau ngerasain jadi karyawan biasa dulu. Kalo Binar kerjanya di kantor ayah, sudah pasti Binar tidak akan bisa merasakan momen menjadi karyawan yang seutuhnya. Semua anak buah Ayah kenal sama Binar, mereka pasti bakal memperlakukan Binar sama kaha mereka memperlakukam Ayah dan kak Surya."
"Hemm oke. Ayah ngizinin kamu untuk kerja di perusahaan Kakakmu, tapi cuma satu tahun. Setelah itu kamu dan Ken harus membantu meneruskan perusahaan Ayah. Sepakat?"
"Deal!" Binar tersenyum lebar seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan ayahnya.
"Deal..!"
Semua orang tersenyum kecuali Surya, pria itu tetap diam tanpa ekspresi sedikitpun.
"Gimana Kak, kamu setuju kan?" melihat putranya hanya diam, kini giliran bunda yang bertanya.
"Ya.. terpaksa Bun."
Sontak semua orang tertawa kecuali Binar, gadis itu memberengut kesal.
"Bodo amat! kakak mau terpaksa atau enggak, yang penting aku kerja di kantor kakak whekkkk..!" Binar menjulurkan lidah mengejek kakaknya.
"Besok ada interview, kamu harus berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang kamu mau, kakak tidak akan membantu apapun, kalo kamu lulus ya diterima, kalo enggak ya..kamu kerja di tempat lain."
"Oke, Deal!" Binar mengulurkan tanganya, namun Surya mengabaikan, pria itu memilih untuk membaca doa kemudian mulai menikmati makan siangnya.
Merasa diabaikan, Binar kembali menarik tangannya. Lagi-lagi gadis itu memberengut kesal. Membuat wajah cantiknya terlihat begitu menggemaskan.
"Bun, Yah. Surya balik dulu ya." Pamit Surya kepada ayah dan bunda ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Jarak antara rumah dan apartemen Surya cukup jauh, membutuhkan waktu 45 menit sampai 1 jam perjalanan untuk bisa sampai di apartemen.
"Apa nggak sekalian habis Maghrib aja sayang?" ucap bunda.
"Sekarang aja Bun, Surya ada kerjaan nanti. Tidak apa-apa ya bun kalo Surya balik sekarang."
"Iya sudah.. kamu hati-hati di jalan ya nak, jaga pola makan dan tidur tepat waktu. Oke?"
"Iya Bun.. Insyaallah."
"Kakak.. tunggu!"
Binar berlarian menuruni tangga dengan membawa sebuah koper berukuran kecil di tanganya. Ayah, bunda serta Surya bahkan sampai dibuat keherana. Mau kemana anak itu, mau minggat?
"Dek.. kamu mau kemana?" bunda bertanya dengan ekspresi bingung.
Binar pun meringis memperlihatkan deretan giginya, "Hehe.. Binar malam ini nginep di apartemennya kak Surya ya Bun, besok kan Binar mau interview, jadi biar Binar gak telat, kan bisa bareng kak Surya berangkat ke kantor nya."
Ayah hanya mengangguk-angguk. Sedangkan bunda menggeleng sambil menepuk jidatnya. "Kirain kamu mau minggat, pake bawa-bawa koper segala."
"Ya udah.. tapi kamu tanya sama kakak kamu dulu tuh, boleh apa enggak kamu nginep disana."
"Boleh dong Bunn.. yuk kak kita berangkat!" Binar menyunggingkan senyum lebar sambil menggandeng tangan kakanya.
Untuk beberapa saat Surya hanya bengong dan tidak sedikitpun bergerak dari tempatnya, beberapa detik kemudian Surya melepas pegangan tangan adiknya kemudian bersiap untuk protes.
"Kapan kamu bilang sama kakak kalau mau nginep, dan sejak kapan juga kakak setuju?"
"Kakak ini ya, belum tua tapi uda pikun. Tadi kan kakak sendiri yang bilang kalo Binar boleh nginep, terus besok berangkat ke kantornya bareng sama kakak."
Surya mencoba untuk mengingat-ingat namun tidak sedikutpun ia mendapatkan ingatan saat dirinya mengizinkan Binar untuk menginap di apartemennya.
Surya belum tersadar dari lamunanya, namun Binar sudah menyalimi ayah serta bunda untuk berpamitan. Gadis itu kemudian berlari mendahului kakaknya.
Tidak lama kemudian Surya pun melakukan hal yang sama, menyalimi ayah serta bunda kemudia kembali berpamitan. "Hati-hati di jalan ya nak.." bunda menginterupsi.
Sadar kalau sudah dibohongi oleh adiknya, dengan penuh keterpaksaan Surya pun membawa Binar ke apartemenya.
Binar dan Surya sampai di apartemen tepat saat suara Adzan Magrib berkumandang di masjid.
"Kamar kamu yang di sebelah sana, dan ini kamar kakak." ucap Surya menunjukkan kamar milik Binar.
"Apartemen Kakak bagus ya, pantesan kakak betah tinggal di sini. Aku pikir kakak nyembunyiin perempuan loh, mangkanya kok kakak betah banget tinggal disini gak pulang-pulang."
Pletak!
"Kakak.. sakit ih!" Binar cemberut sambil mengusap jidadnya yang baru saja di sentil oleh Surya.
"Cepet siap-siap.Kakak tunggu di ruangan yang itu, kita shalat jamaah." Surya menunjuk sebuah ruangan, kemudin masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Binar.
Binar terdiam saat melihat seorang pemuda mengenakan sarung berwarna abu-abu dengan garis putih, serta mengenakan baju koko lengan pendek berwarna putih. Wajahnya masih basah, sesekali air sisa wudhu masih menetes dari rambutnya.
Plak!
" Ck Bisa-bisanya aku terpesona sama kakak aku sendiri." batin Binar.
Suara alarm terdengar begitu nyaring menembus indra pendengaran Binar, alarm yang sudah dipasang otomatis sejak lebih dari lima tahun yang lalu dan tidak pernah Binar ubah sidikitpun kecuali saat ganti HP.
Alarm itu dulunya disetting oleh Surya untuk membangunkan Binar, gadis itu memang sangat sulit dibangunkan ketika sedang tidur.
Dek..! bangun Woy.. sholat sholat...!
Begitulah kiranya nada alarm dari rekaman suara Surya sendiri, suara itu pula yang telah berhasil membangunkan Binar setiap pukul 3 dini hari. Binar akan segera bangun dan bergegas mengerjakan solat tahajud kemudia dilanjut dengan membaca Al-Qur'an sampai waktu subuh.
Binar menatap pantulan dirinya di cermin, sekali lagi mengecek penampilanya yang memang nyaris sempurna.
Rok plisket hitam yang dipadukan dengan kemeja putih khas pelamar kerja, rambutnya tertutup balutan hijab pasmina berwarna hitam, serta wajah cantik dengan riasan tipis membuat Binar semakin memukau.
"Bismillah mudahkan semua urusan hamba hari ini Ya Allah.." Binar menengadahkan tanganya untuk berdoa sebelum melangkah meninggalkan kamar.
"Assalamualaikum Kakak.." ucap Binar dengan senyum mengembang saat melihat Surya yang tengah sibuk di dapur.
Surya yang sedang menata dua piring nasi goreng di atas meja, sedikit mendongak lalu terdiam beberapa saat. Pandanganya terkunci dengan sosok Binar yang terlihat begitu anggun pagi ini.
"Waalaikumsalam.." ucap Surya kemudian.
"Gimana kak penampilan aku? uda cantik belum? make up aku gak berlebihan kan?" tanya Binar sambil berputar menunjukkan penampilanya.
"Mau interview atau fashion show?" sebuah pertanyaan yang lebih mengarah ke sindiran meluncur dari bibir Surya, seketika membuat Binar merengut.
"Terserah ya, pokoknya aku tidak akan membiarkan mood aku berantakan gara-gara Kakak. Oke?" Binar menarik satu kursi lalu mendudukinya.
"Dapet dari mana Kak, nasi goreng sepagi ini?" Binar bertanya saat melihat dua piring nasi goreng ayam telah tersaji rapi di atas meja. Aroma wangi dari nasi goreng itu berhasil membuat cacing di perut Binar meronta-ronta.
"Alhamdulillah.. sepertinya pagi ini anak-anakku akan mendapat asupan makanan yang bergizi." ucap Binar lirih sambil mengelus perut ratanya.
Surya yang sedang minum sampai tersedak mendengar ucapan Binar.
"Kamu hamil?" tanya Surya dengan mata tajam melotot, seakan siap untuk menguliti Binar hidup-hidup.
" Hamil? yang bener aja sih Kak. Gimana bisa hamil, deket sama cowok aja bisa diamuk singa jantan. Pacar gak punya, apalagi suami." Binar melirik malas kakaknya, yang dimaksut dengan singa jantan disini tentu saja Surya. Pasalnya pria itu yang melarang keras Binar untuk dekat dengan laki-laki manapun.
"Terus tadi maksud ucapa kamu apa?"
Binar menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskanya perlahan. "Maksud aku.. nasi goreng nya terlihat enak. Cacing di perut aku pasti seneng dapet makanan bergizi. Gituloh.. masa harus dijelasin juga baru paham. Katanya CEO."
Tanpa Binar ketahui, Surya menyunggingkan senyum tipis sambil mengelus dadanya sendiri. yaiyalah dada nya sendiri yakali dada Binar ada-ada aja author!
"Yaudah, buruan makan! biar anak kamu sehat dan tidak stanting." Surya mendekatkan piring berisi nasi goreng ke hadapan Binar.
"Ish apaan sih! orang dibilangin aku gak hamil."
****
Jalanan kota Surabaya bisa dibilang ramai lancar, udara pagi hari di kota ini tergolong menyejukkan, meskipun berada di pusat kota namun udara disana terlihat begitu asri, bunga tebebuya yang bermekaran di sepanjang trotoar begitu memanjakan mata disepanjang perjalanan menuju kantor. Tak henti-hentinya Binar bersukur atas nikmat yang Allah berikan pagi ini.
Kekaguman Binar pada bunga tebebuya seketika terhenti saat Surya tiba-tiba menghentikan mobilnya, padahal kantor masih terbilang jauh. Kurang lebih sekitar 200 meter lagi.
"Turun!" ucap Surya cuek.
"Loh, kok turun sih Kak? kan kantornya masih jauh." protes Binar.
"Katanya mau mandiri, mau memulai karir dari nol . Terus kalo kamu datengnya sama kakak, apa bedanya? pake kekuatan orang dalam juga kan?"
"Iya sih.. tapi gak di sini juga dong kak.. masih jauh ini." rengek Binar.
"Uda buruan turun! gak usah manja."
Meskipun kesal namun sebisa mungkin Binar tetap tersenyum, sesuai janjinya, ia tidak akan membiarkan masalah sekecil apapun menghancurkan moodnya.
"Semangat!" Surya mengepalkan tanganya keatas memberi semangat kepada Binar.
"Iya.. yaudah gih sana kakak duluan!" perintah Binar pada Surya.
"Kamu aja yang duluan, kakak lihatin dari sini. Kalo kamu uda nyampek baru Kakak jalan."
Binar mengembangkan senyumnya, ia tau kakaknya tidak akan tega membiarkan ia berjalan seorang diri tanpa pengawasan darinya.
"Makasih ya Kak. aku berangkat dulu, Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam..semoga kamu berhasil Dek."
"Aminn.. aku pasti berhasil."
****
Senyum tak henti-hentinya mengembang dari bibir Binar, pasalnya dari 150 pelamar kerja hanya 10 orang saja yang diterima, dan ia salah satu dari mereka yang diterima bekerja. Lulus bahkan tanpa bantuan siapapun kecuali Allah, membuat Binar begitu bersyukur.
"Binar..!" seseorang memanggil Binar saat ia baru saja keluar dari pintu lift. Mata Binar memicing memastikan penglihatanya, Binar berharap ia tidak salah mengenali orang.
"Kak Dylan?" ucap Binar dengan senyum lebar.
Pria yang diketahui bernama Dylan itu tersenyum seraya berjalan menghampiri Binar.
"Assalamualaikum Binar.." sapa pemuda itu.
"Waalaikumsalam Kak, kakak kerja disini?" tanya Binar antusias.
"Iya Nar, Alhamdulillah nggak nyangka bisa ketemu kamu disini, kamu habis interview?"
"Iya Kak, Alhamdulillah aku habis interview dan diterima. Besok uda bisa mulai kerja." cerita Binar penuh semangat.
Pemuda itu tidak kalah semangatnya, bahkan kebahagian begitu terlihat jelas dari sorot matanya.
Obrolan terus berlanjut hingga beberapa menit telah berlalu, keduanya bahkan terlihat begitu akrab dan saling melempar candaan.
Tanpa disadari oleh keduanya, seseorang sedang memandang tanpa ekspresi ke arah mereka. Alis tebalnya bahkan tidak bergerak sedikitpun.
****
Binar baru saja keluar dari lobby perusahaan, Adzan Ashar telah berkumandang di seluruh penjuru kota Surabaya, Binar buru-buru mencari masjid terdekat untuk menunaikan kewajibanya. Gadis itu pun ahirnya sholat berjamaah dengan para karyawan di masjid kantor.
Cari mobilku dan tunggu aku disana!
Binar membaca pesan yang dikirim oleh Surya saat selesai sholat. Singkat padat dan langsung pada intinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!