NovelToon NovelToon

MENIKAH JADI ISTRI KEDUA

Bab1. Menjadi Ibu Penganti

Derasnya hujan yang turun menyamarkan air mata yang mengalir di pipi Nadya, tidak peduli dengan kerudung dan pakaiannya yang sudah basah, Nadya melepaskan semua sesak yang menghimpit hidupnya dengan menangis.

Demi biaya operasi dan pengobatan Rosa neneknya, Nadya memutuskan untuk menerima permintaan Marisa menjadi ibu penganti. Percakapannya dengan Marisa kembali terulang di ingatan Nadya, seperti sebuah adegan film yang diputar ulang.

"Aku bisa memberi bantuan biaya operasi dan pengobatan untuk nenek kamu." ucap Marisa membuat Nadya menatap tidak percaya.

"Aku tidak sanggup membayarnya dalam waktu dekat Mbak. Apa bisa?" tanya Nadya tidak percaya dengan tawaran Marisa.

"Kamu tidak perlu membayarnya dengan uang. Cukup pinjam kan rahim kamu menjadi ibu pengganti untukku dengan mengandung benih dari suamiku." jawab Marisa.

"Maksud Mbak Risa?" tanya Nadya tidak mengerti.

"Mertuaku mendesak agar aku segera memberikan mereka keturunan, tapi karena sesuatu aku tidak bisa memiliki anak. Aku dan suamiku sudah berusaha dengan berbagai cara, tapi sel telurku yang tidak bisa dibuahi.

Menikahlah dengan suamiku, Nadya. Jadilah maduku dan istri kedua suamiku hanya sampai kamu melahirkan seorang anak. Setelah kamu menyerahkan anak yang kamu lahirkan untuk kami, aku dan suamiku akan membebaskan kamu melanjutkan hidupmu." ucap Marisa menjelaskan pertanyaan Nadya.

"Bagaimana?" tanya Marisa karena melihat Nadya yang hanya diam saja menanggapi penjelasannya.

"Satu hal lagi. Selama kamu menikah dengan suamiku, kamu akan mendapatkan pertanggungan sebagai seorang istri, suamiku akan memberikan nafkah setiap bulannya dan juga menanggung biaya kuliah adikmu." ucap Marisa lagi memberikan tawaran yang menggiurkan agar Nadya mau menerima kesepakatan mereka.

"Aku harus bicara dengan adikku." jawab Nadya.

"Bicaralah, aku bisa menunggu mu disini. Jika kamu menolak aku bisa menawarkan pada orang lain, tapi pikirkan pengobatan nenek mu." jawab Marisa memberi kesempatan pada Nadya untuk bicara dengan Azam.

Nadya kembali masuk ke kamar rawat inap Rosa, dia mengajak Azam sedikit menjauh dari tempat tidur Rosa.

"Ada apa Kak?" tanya Azam.

"Ada hal penting yang ingin kakak bicarakan denganmu." jawab Nadya.

"Ibu Rosa harus segera dioperasi jika tidak ingin jaringan kankernya menyebar." ucap Nadya memberitahu Azam dengan mengulangi ucapan dokter Sam, dokter yang merawat neneknya. Lalu Nadya memberitahu tawaran yang diberikan Marisa pada mereka dengan Nadya menjadi ibu penganti.

"Bagaimana menurut kamu, Zam?" tanya Nadya.

"Mengapa tidak meminta batuan ayah, Mbak. Ayah pasti punya uang untuk mengobati nenek." jawab Azam menanggapi penjelasan Nadya dengan memberikan solusi pada kakaknya.

Nadya menarik nafas panjang, satu orang yang selalu dia hindari adalah Surya, ayahnya. Nadya sudah mencoba menghubungi orang yang paling bertanggung jawab terhadap Rosa, siapa lagi kalau bukan ayahnya sebagai putra satu-satunya yang dimiliki sang nenek.

"Mbak sudah menghubungi ayah." jawab Nadya.

"Apa yang ayah katakan Mbak?" tanya Azam penasaran.

Nadya diam sesaat lalu menceritakan pada Azam apa yang terjadi saat dia menghubungi dan memberitahu Surya tentang Rosa. Dia bicara dengan Surya "Nenek sakit dan butuh biaya yang tidak sedikit." ucap Nadya begitu panggilannya terhubung. Tidak ada sapaan dan salam yang Nadya berikan pada sang ayah, karena baginya dan Azam, laki-laki itu bukan lagi orang yang harus mereka hormati.

Tidak ada reaksi dari sang ayah menjawab pemberitahuannya, Surya langsung menutup telepon dari Nadya begitu saja. Tapi Nadya sempat mendengar ada suara wanita yang memanggil Surya, dan Nadya yakin itu adalah suara Wulan ibu tirinya. Sekali lagi Nadya harus kecewa dengan Surya dan semakin membenci ayahnya itu.

"Itu yang terjadi, Zam. Seperti biasa." ucap Nadya mengakhiri ceritanya pada Azam.

"Mbak siap setelah melahirkan memberikan anak Mbak pada mereka lalu menjadi janda?" tanya Azam.

Siap tidak siap, tidak ada jalan lain yang bisa Nadya lakukan. Tidak apa-apa mejadi janda, suatu saat akan ada pria yang akan menerima dirinya dengan apa adanya. Tapi kehilangan anak?

"Demi nenek, Zam. Mbak siap melakukan apapun." jawab Nadya.

"Aku tidak tahu apa yang kita tempuh ini benar atau salah, tapi aku percaya Tuhan tidak hanya diam melihat kita yang kesulitan. Mungkin ini memang jalan yang harus Kakak dan Aku hadapi. Azam merestui dan siap jadi wali Kakak." jawab Azam membuat Nadya akhirnya menerima tawaran Marisa meskipun dia terpaksa menjadi ibu pengganti.

"Ya ampun Nadya, kenapa kamu suka sekali hujan-hujanan." tegur Anjas begitu melihat Nadya yang datang ke restoran dalam keadaan basah kuyup.

Suara Anjas menghentikan siaran ulang yang ada dikepala Nadya, dia kembali dalam dunia nyata, sebuah episode baru yang kelak akan dia jalani sebagai istri kedua.

Nadya hanya tersenyum menanggapi teguran Anjas, manager di tempatnya bekerja yang juga sudah menjadi temannya sejak sekolah menengah pertama. Karena Anjas juga Nadya bisa bekerja di restoran milik kakek sahabatnya itu.

"Bagaimana kabar nenek?" tanya Anjas.

"Besok lusa dia operasi." jawab Nadya jujur.

"Kamu ada uang untuk biayanya?" tanya Anjas lagi.

"Pengobatan nenek pakai asuransi." kali ini Nadya harus berbohong pada Anjas.

Nadya tidak ingin Anjas tahu masalah yang sedang dia hadapi, begitu banyak batuan yang sering Anjas berikan untuknya. Baru beberapa hari yang lalu Anjas memberikan pinjaman pada Nadya untuk tambahan biaya kuliah Azam, pinjaman yang bisa Nadya kembalikan kapanpun tanpa bunga.

Karena itulah Nadya tidak ingin Anjas tahu kesulitannya kali ini, biarlah dia mencari cara tanpa bantuan Anjas, menyewakan rahimnya untuk hamil benih laki-laki yang tidak dia cintai.

"Aku ganti pakaian dulu, An." ucap Nadya pamit pada Anjas sebelum Anjas menyadari matanya yang sembab karena menangis.

Sepulang kerja Nadya kembali kerumah sakit, dia sengaja memilih rumah sakit yang dekat dengan restoran tempat dia bekerja sehingga hanya dengan berjalan kaki dia bisa menemui Rosa bila ada sesuatu yang penting.

Nadya melihat Azam sedang menyuapi Rosa, begitu dia masuk ke ruang rawat Rosa yang baru. Marisa memindahkan neneknya kekamar vip begitu Nadya menerima tawaran wanita itu.

"Zam kamu pulang saja, biar Mbak yang jaga nenek malam ini." ucap Nadya memberitahu Azam.

"Kakak saja yang istirahat, besok kakak harus kerja pagi." ucap Azam menolak permintaan kakaknya.

Nadya tidak menjawab tolakan Azam, dia mengambil alih tempat makan Rosa dan sendok yang ada di tangan Azam.

"Biar Mbak aja yang menyuapi nenek" ucap Nadya yang dituruti Azam kali ini.

Andai saja ayahnya tidak menikah lagi, mungkin ibunya tidak akan meninggal dunia karena serangan jantung. Neneknya juga tidak harus bekerja keras membantu membiayai hidupnya dan Azam hingga akhirnya sakit-sakitan seperti sekarang ini.

Keluarga yang dulu sangat bahagia hancur setelah ayahnya memutuskan untuk poligami tanpa sepengetahuan ibunya. Tidak hanya sampai disitu, ayahnya memilih hidup bersama wanita itu dari pada hidup bersama ibu dan anak-anaknya, mengabaikan tugas dan kewajibanya sebagai seorang anak dan juga seorang ayah.

Nadya sangat membenci istri kedua ayahnya yang mau menikah dengan pria yang sudah beristri. Lalu, bagaimana dengan dirinya sendiri? Bukankah dia juga menjadi istri dari laki-laki yang sudah beristri?

Suara notifikasi di ponsel Nadya berbunyi. Nama Marisa yang tertera di layar pipih miliknya. Nadya segera membaca pesan yang dikirimkan Marisa, dan dia tidak percaya akan secepat ini.

Marisa: [Pernikahan kamu kita adakan besok sore]

...🌿🌿🌿...

...Menikah Jadi Istri Kedua...

Bab 2. Menikah

Malam ini Marisa menunda jadwal keberangkatannya ke Bali untuk pemotretan, dia sengaja menunggu kepulangan Reno dari kantor. Marisa akan memberitahu Reno kalau dia sudah mempunyai calon istri sirih yang mau mengandung anak Reno yang kelak akan menjadi anak mereka.

Reno yang baru tiba di kediamannya terkejut melihat Marisa ada di rumah, istrinya sejak kemarin sudah memberi kabar kalau hari ini akan terbang ke Bali.

"Berangkat jam berapa?" tanya Reno.

Marisa tersenyum, "Aku tunda besok." jawab Marisa.

Reno berjalan menuju kamar yang diikuti Marisa. Bukan hal yang baru Marisa menunda keberangkatannya, sehingga Reno tidak menanggapinya lebih jauh lagi.

"Ren, aku punya kabar baik." ucap Marisa.

"Kabar baik apa?" tanya Reno sambil membuka dasi dan kemeja yang dia kenakan.

Belum sempat Marisa menjawab, Reno sudah kembali bicara. "Sebentar hari ini kamu bilang kerumah sakit, apa kabar baik itu kamu bisa hamil?" tanya Reno lagi.

"Aku memang ke rumah sakit, tapi bukan untuk bertemu dokter." jawab Marisa jujur.

"Tapi ini masih tentang anak yang kamu dan keluargamu inginkan." ucap Marisa melanjutkan jawabannya untuk menjelaskan pada Reno.

"Apa itu?" tanya Reno lagi, sambil bersiap ke kamar mandi.

"Aku sudah menemukan wanita yang mau mengandung anak kamu, yang akan jadi anak kita." jawab Marisa.

"Aku lelah, aku tidak ingin membahas masalah itu." jawab Reno lalu masuk ke kamar Mandi.

Sejak awal Marisa punya rencana mencari ibu pengganti, Reno langsung menolak. Setiap Marisa kembali mengungkit masalah itu, Reno selalu menghindar. Reno menginginkan anak dari Marisa bukan orang lain, tapi Reno tidak tahu jika Marisa tidak bisa memiliki anak.

Karir Marisa sebagai model sedang cemerlang dan banyak tawaran, tapi Reno terus mendesak untuk menikah secepatnya atau Reno akan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Tidak ingin kehilangan Reno, Marisa menerima lamaran Reno dan mereka menikah.

Tidak ingin karirnya hancur, Marisa memutuskan untuk menunda memiliki anak. Diam-diam Marisa mengkonsumsi obat penunda kehamilan tanpa sepengetahuan Reno.

Kini usia pernikahan mereka memasuki tahun ke tiga, orang tua Reno terus menerornya agar segera memberikan keturunan untuk keluarga Damara. Sayangnya terlalu lama mengkonsumsi obat penunda kehamilan, Marisa mengalami masalah dengan kesuburannya. Segala cara sudah dia lakukan tapi tetap saja tidak bisa, karena sel telur miliknya yang tidak bisa dibuahi.

Ide mencari ibu pengganti menjadi pilihan bagi Marisa, tidak masalah baginya Reno memiliki Istri sirih sampai mereka mendapatkan keturunan. Karena itu kali ini Marisa akan membuat Reno menyetujui permintaannya. Mereka akan memiliki anak walau bukan dia yang melahirkan.

Reno keluar dari kamar mandi dan menemukan Marisa yang menangis. Hal yang tidak bisa Reno lihat jika seorang wanita menangis terlebih lagi itu wanita yang dicintainya.

"Jangan menangis." ucap Reno sambil memeluk Marisa.

"Kamu Tidak setuju dengan permintaan aku, itu berarti kamu setuju dengan permintaan orang tua kamu untuk menceraikanku." ucap Marisa.

Reno terdiam, orangtuanya memang mengancam dia untuk menceraikan Marisa yang tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga mereka.

"Baiklah aku setuju dengan keinginan kamu untuk menikahi wanita yang kamu pilihkan untukku. Jangan menangis lagi." jawab Reno, dia terpaksa karena airmata Marisa.

"Kamu tidak ingin melihatnya terlebih dulu?" tanya Marisa yang langsung tersenyum mendengar jawaban Reno. Marisa tahu kelemahan Reno, dengan air mata Reno akan luluh meskipun itu hanyalah akting untuk meloloskan rencananya.

"Aku percaya dengan pilihan kamu, waktu dan tempatnya juga aku serahkan kamu yang menetukan dan mengurus semuanya." jawab Reno lalu pergi ke ruang kerja.

Marisa segera mengirim pesan pada Nadya, memberitahu calon istri sirih suaminya itu akan menikah besok sore.

"Anjas, besok aku izin pulang lebih cepat bisa?" tanya Nadya begitu dia melihat Anjas masuk ke kamar rawat inap Rosa.

Anjas hampir setiap hari menyempatkan waktu untuk mejengguk Rosa. Selain jarak rumah sakit yang tidak jauh dari tempatnya bekerja, dia juga bisa bersama Nadya lebih lama lagi.

"Aku harus mengurus surat-surat untuk nenek operasi." ucap Nadya lagi memberi penjelasan pada Anjas.

Anjas tahu, jika biaya pengobatan Rosa menggunakan asuransi, maka banyak persyaratan yang harus diurus.

"Tentu saja bisa." jawab Anjas, sebagai manager dia bisa memberikan izin, apa lagi Nadya benar-benar sedang mengurusi neneknya. Tanpa Anjas tahu jika Nadya izin karena akan menikah dengan Reno.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, tapi pengunjung restoran tempat Nadya bekerja masih saja dipenuhi pengunjung. Nadya tidak mungkin meninggalkan restoran yang sedang ramai seperti ini. Sementara dua jam lagi dia akan menikah.

"Mengapa aku jadi gugup seperti ini, ini hanya pernikahan sementara Nadya." gumam Nadya yang pikirannya mulai kacau karena belum bisa meninggalkan restoran. Anjas yang tahu Nadya harus segera mengurus surat-surat pengobatan Rosa menghampiri Nadya, pulang saja tidak apa-apa, nanti aku yang akan menggantikan tugas kamu." ucap Anjas.

Nadya merasa bersalah denga Anjas, "Maaf Anjas aku berbohong, tapi ini demi nenek." ucap Nadya didalam hati.

Pernikahan Reno dan Nadya di laksanakan dengan sangat sederhana. Azam sudah siap sebagai wali yang akan menikahkan Nadya dengan Reno dan akan ada penghulu yang nanti akan membimbingnya. Marisa menentukan kediaman Nadya sebagai tempat pernikahan kedua suaminya, bukan tanpa sebab agar pernikahan ini tidak diketahui keluarga mereka.

Azam mengundang ketua Rt dan tetangga sebelah rumah mereka. Biarpun hanya menikah siri, Azam tidak ingin kakaknya dituduh berzina oleh tetangga mereka. Marisa mengizinkan Nadya dan Azam mengundang Rt dan tetangga mereka. Karena selain menghindari tuduhan yang tidak baik untuk Nadya, mereka juga membutuhkan saksi.

Reno datang ke kediaman Nadya ditemani Marisa dan Kevin manager dan sahabat Marisa serta sopirnya yang akan di jadikan saksi oleh Reno. Tentu saja sang sopir sudah diminta untuk merahasiakan pernikahan ini dari keluarga Reno dan keluarga Marisa.

Reno pernah mengucap ijab kabul saat menikahi Marisa, tapi entah mengapa dia merasa pernikahannya kali ini jauh lebih menegangkan dan membuatnya gugup.

"Ini hanya pernikahan sirih, kenapa aku jadi gugup seperti ini." ucap Reno bicara dengan dirinya sendiri.

"Bagaimana mempelai laki-laki apa sudah siap?" tanya penghulu.

"Siap." jawab Reno meskipun detak jantungnya masih berdegup kencang.

"Saudara Azam apa sudah siap menjadi wali nikah kakaknya?" tanya penghulu pada Azam.

"Sangat siap." jawab Azam.

"Saksi bagaimana, siap?" tanya penghulu lagi.

Penghulu sudah memulai proses ijab kabul, di awali dengan mengucap basmallah dan doa. Ijab kabul pun telah di ucapkan Reno dengan satu tarikan Nafas.

"Sah." ucap pak Rt yang jadi saksi yang diikuti sopir Reno yang juga jadi saksi.

Untuk pertama kalinya Reno melihat Nadya yang berjalan mendekat padanya untuk disandingkan. Wanita yang kini sah menjadi istrinya itu Hanya mengenakan gamis polos berwarna putih tulang dengan hijab berwarna silver. Ditambah polesan make up yang natural, Nadya terlihat cantik alami dimatanya.

Reno mencoba menepis pikirannya tentang Nadya, tapi dia merasa perasaan yang berbeda saat Nadya mencium punggung tangannya.

Reno tidak percaya, jika Marisa memilihkan istri berhijab untuknya, tapi Reno tidak bisa membohongi matanya jika Nadya wanita yang cantik. Apalagi dia merasa ada perasaan yang berbeda saat istri mudanya itu mencium punggung tangannya.

"Tidak, jangan tertipu dengan penampilannya Reno." ucap Reno didalam hati. Menurutnya tidak ada wanita baik-baik yang mau Menjual rahimnya sebagai ibu penganti tanpa mencari tahu alasan Nadya yang sebenarnya.

...🌿🌿🌿...

...Menikah Jadi Istri Kedua...

Bab 3. Hinaan Reno

Selepas nikah Reno langsung kembali ke perusahaanya, dia meninggalkan istri sirihnya begitu saja karena belum bisa menerima kehadiran Nadya. Dari sikap Reno Nadya bisa tahu, jika Reno sebenarnya terpaksa dengan pernikahan ini. Lalu bagaimana dia bisa menyelesaikan kontraknya dengan Marisa jika Reno melihatnya saja tidak mau.

"Dia sedang banyak pekerjaan." ucap Marisa memberitahu Nadya dengan sikap dingin Reno.

"Iya tidak apa-apa Mbak, aku mengerti."

Nadya pamit pada Azam, karena dia akan ikut Marisa pulang ke kediaman Reno untuk menetap disana.

"Sabar Mbak, mas Reno sepertinya terpaksa dengan pernikahan ini. Tapi Mbak sudah menjadi istrinya, lakukan yang terbaik. Ini demi nenek." ucap Azam menguatkan Nadya.

Tiba di kediaman Reno, Marisa hanya menunjukkan kamar untuk Nadya dan memberitahu asisten rumah tangganya jika Nadya juga istri Reno. Setelahnya Nadya pergi bersama Kevin.

"Aku seharusnya dari kemarin ke Bali, karena hari ini kamu dan Reno menikah maka aku menundanya." ucap Marisa memberitahu Nadya.

"Aku harus berangkat sekarang, selama kamu jadi istri Reno kamu bisa menganggap rumah ini seperti rumahmu sendiri." ucap Marisa lagi menjelaskan pada Nadya.

"Iya Mbak, hati-hati di jalan." jawab Nadya.

"Hai cantik, aku pergi dulu." ucap Kevin sambil mengedipkan matanya pada Nadya.

Sejak awal Nadya dikenalkan Marisa dengan Kevin, Nadya merasa risih dengan cara Kevin menatap dan memandangnya. Entah mengapa Nadya merasa takut dengan tatapan mata Kevin, tatapan yang menurut Nadya tatapan yang tidak biasa.

"Iya Kak, hati-hati." jawab Nadya hanya untuk menghormati Kevin sebagai manager dan juga sahabat Marisa.

Setelah melepas kepergian Marisa, Nadya masuk kedalam rumah yang cukup besar jika hanya di tempati hanya untuk dua orang saja. Dia langsung menemui Ijah, kepala asisten rumah tangga yang tadi dikenalkan Marisa. Nadya ingin menanyakan kebiasaan dan aktifitas orang-orang dirumah ini termasuk Reno agar dia bisa menyesuaikan diri.

"Bi, bapak biasanya makan malam di rumah atau tidak?" tanya Nadya.

"Biasanya makan malam dirumah, Mbak."

"Meskipun ibu Marisa tidak di rumah?" tanya Nadya lagi.

"Iya." jawab bi Ijah.

"Bapak sukanya makanan apa?" tanya Nadya lagi.

Setelah tahu makanan kesukaan Reno, Nadya di bantu bi Ijah membuatkan makan malam untuk Reno.

Nadya ingat pesan neneknya, "Untuk menyenangkan suami, kamu harus pintar dalam tiga hal. Pertama kamu harus pintar menyenangkan dia ditempat tidur, kedua kamu harus pintar memijat dan ketiga kamu harus pintar memasak untuk menyenangkan perutnya."

Nadya tersenyum sendiri mengingat pesan neneknya. Untuk urusan memasak, Nadya tidak meragukan kemampuannya. Bekerja di restoran bisa menambah ilmunya dalam urusan memasak. Untuk memijat, Nadya sempat belajar dengan ibunya yang seorang fisiotrapi untuk penderita stroke. Tapi untuk menyenangkan ditempat tidur, Nadya tidak mengerti sama sekali caranya meskipun usianya sudah duapuluh lima tahun.

"Hemm" suara Reno mengejutkan Nadya.

Nadya tidak tahu kapan Reno pulang, suami sirihnya itu sudah berganti pakaian rumah dan siap untuk menyantap makan malam.

Reno duduk di kursi yang biasa dia duduki, lalu dia membuka piring nya.

"Biar saya ambilkan Mas." ucap Nadya saat Reno akan mengambil nasi kepiringnya.

"Saya bisa ambil sendiri." ucap Reno mencegah Nadya.

"Saya tidak suka dilayani wanita murahan seperti kamu." ucap Reno lagi.

Nadya memundurkan tangannya dari wadah nasi, dia tidak jadi mengambilkan nasi untuk Reno. Kata-kata Reno yang menghina Nadya sebagai wanita murahan sangat menyakitkan untuk Nadya.

Nadya mencoba bersabar, tanganya gemetar dan matanya berkaca-kaca. Reno melihatnya, ada perasaan bersalah telah berkata kasar. Tapi Reno menepisnya, lagi-lagi dia menganggap Nadya tetaplah wanita yang ingin menggunakan jalan pintas untuk mendapatkan kemewahan.

Nadya yang tadinya ingin menemani Reno makan malam meninggalkan meja makan lalu pergi ke kamarnya. Dikamar Nadya mencoba menenangkan diri, dia yang belum melaksanakan sholat isya pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Selepas sholat, Nadya menangis dan mengadu pada sang pencipta.

Wajah Rosa yang tergeletak lemah dirumah sakit membuat Nadya kembali semangat. "Aku tidak boleh bersedih, ini semua demi kesembuhan nenek. Bersabarlah Nadya." gumam Nadya menyemangati dirinya sendiri.

Nadya tidak juga beranjak dari tempatnya beribadah, dia masih betah berbicara dan mengadu pada yang maha kuasa, mengungkapkan semua perasaannya di tempat ternyaman bagi Nadya untuk berkeluh kesah tentang masalahnya sampai dia tertidur diatas sajadah masih lengkap dengan mukena yang dia kenakan.

Pintu kamar Nadya yang tidak tertutup rapat saat Reno melewatinya, membuat Reno ingin tahu apa yang dikerjakan istri sirihnya itu setelah meninggalkannya di meja makan.

Ada perasaan bersalah pada diri Reno begitu melihat mata sembab Nadya, jejak sisa airmata juga masih terlihat disana. Reno yang tidak bisa melihat wanita menangis kembali menyesali hinaan yang tadi dia ucapkan pada Nadya.

"Kenapa tubuh mu ringan sekali?" ucap Reno yang menggendong Nadya untuk dia pindahkan ke tempat tidur.

"Maaf atas ucapan kasarku." ucap Reno lalu pergi meninggalkan Nadya setelah dia menyelimuti istri sirihnya itu.

Di kamar pribadinya, Reno tidak bisa memejamkan mata, bayangan wajah Nadya yang menangis terus melintas di kepalanya.

Keesokan harinya, Nadya terkejut saat dia membuka mata dia sudah berada di atas kasur empuk lengkap dengan mukena yang semalam dia kenakan. Nadya mecoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam.

"Siapa yang memindahkan aku ke tempat tidur?" tanya Nadya heran.

"Apa mas Reno?" tanya Nadya lagi.

"Tidak mungkin. Mungkin saja aku berjalan sendiri." jawab Nadya pertanyaannya sendiri.

Selesai sholat subuh Nadya pergi ke dapur. Sudah ada bi Ijah dan satu asisten yang lain disana.

"Mbak Nadya mau apa?" tanya bi Ijah.

"Mau bantu buat sarapan, Bi." jawab Nadya.

"Tadi bapak bilang, saya disuruh kirim makanan ke kamar Mbak Nadya. Kata bapak Mbak Nadya sakit." ucap bi Ijah memberitahu pesan Reno padanya.

Nadya tersenyum mendengar penjelasan bi Ijah, kini dia tahu siapa yang memindahkan dia ke tempat tidur.

"Saya sudah agak enakan kok Bi." jawab Nadya yang tidak ingin mempermalukan Reno dihadapan asisten rumah tangganya.

Selesai menyiapkan sarapan untuk Reno, Nadya hendak kembali ke kamarnya. Tapi Nadya dibuat terkejut saat dia berbalik dan menemukan Reno sudah berada dibelakngnya. Melihat penampilan Reno, suaminya itu sepertinya baru selesai olah raga.

"Maaf kalau aku lancang menyiapkan sarapan untuk kamu, Mas. Karena aku merasa bukan wanita murahan seperti yang kamu tuduhkan." ucap Nadya memberanikan diri.

Reno mengambil susu yang baru saja dituangkan Nadya sebelum istrinya itu berbalik untuk meninggalkan meja makan. Dia tidak menjawab ucapan Nadya tapi Nadya tahu laki-laki itu mendengarkan ucapannya dengan menghabiskan susu yang dia tuangkan itu berarti Reno sudah tidak lagi menganggap dia wanita murahan.

"Aku menerima tawaran Mbak Marisa bukan ingin mendapatkan hidup mewah sebagai Istrimu, tapi karena aku butuh biaya yang tidak sedikit untuk operasi nenekku." ucap Nadya lagi saat Reno akan berlalu dari hadapannya.

Reno menghentikan langkahnya lalu melihat pada Nadya.

"Ini jalan terakhir yang aku pilih, setelah aku tidak tahu harus kemana mencari uang yang jumlahnya ratusan juta." Nadya melanjutkan penjelasannya.

"Hari ini aku izin untuk bekerja dan kerumah sakit. Mungkin aku tidak akan pulang malam ini, karena besok pagi-pagi sekali nenek ku akan melakukan operasi. Menggunakan uang yang dibayarkan mbak Marisa padaku sebagai ibu penganti."

...🌿🌿🌿...

...Menikah Jadi Istri Kedua...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!