NovelToon NovelToon

MOVE ON

Pupus

Setelah turun dari angkot, aku terus berlari, dan terus berlari.
Tak ku perdulihan berpasang-pasang mata melempar bermacam tatapan sinis dan prihatin kepadaku.
Setelah sampai di halaman rumah.
Tanpa salam, aku berlari kedalam rumah, masuk menuju kamarku. Tak jauh dari pintu utama.
Brug..
Ku banting tubuhku ke ranjang, tengkurap. Ku tumpahkan seluruh air mataku yang tak sanggup ku bendung lagi.
Dini
Dini
Bodoh... Bodoh.... Hiks.. Apa yang ku harapkan darinya..?? Hiks..
Rasa sesak mengerogoti ku.
Sesak yang kini ku rasakan, tak pernah sekalipun aku bayangkan sebelumnya. Dia orang yang paling ku cintai menghianatiku.
Ku balikan tubuhku menatap langit-langit kamar.
Riska
Riska
Jangan Din.. Jangan kamu terima.. Rian itu playboy.
Dini
Dini
Darimana kamu tahu kalau Rian itu playboy?
Riska
Riska
Aku kenal dia Din, dia teman sekelasku sewaktu smp. Jadi aku mohon sama kamu.
Dini
Dini
Bilang aja kamu sirik sama aku. Aku gak pernah sekalipun melihat kamu ngobrol sama dia.
Riska
Riska
Ya ampun apa maksud kamu? Jadi kamu menuduhku? Oh astaga....
Dini
Dini
Lantas ini...?
Riska
Riska
Oke.. TERSERAH KAMU.. Aku cuma gak mau kamu sakit hati dini... Cuma itu aku sahabat kamu, karna kamu berhak dapat yang lebih baik dari dia. Kamu terlalu bagus untuknya.
Dini
Dini
Oke.. Aku akan tunjukan sama kamu Riska, kalau Rian benar-benar mencintai aku.
Aku menutup mataku menyesali kebodohanku waktu itu.
Dini
Dini
Andai aku mendengarkan ucapanmu.. Hiks.. Lihat hasil dari keangkuhanku.. Hiks.. Semuanya seperti ini.. Hatiku hancur.. Hiks.. Sakit.. Sakit sekali.. Tolong aku Riska..
Aku bangun, tanganku meraih tas yang semula tergelatak dilantai.
Tap.. Tap.. Tap..
Ku buka tasku, ku ambil selembar kertas bertinta merah.
Rian
Rian
Dear Dini sayang... Maafkan aku, ini semua salahku. Sepertinya diantara kita sudah tak ada lagi kecocokan. Jadi, setelah aku pikir-pikir lebih baik kita putus saja. Maafkan aku sayang, jujur aku masih sangat menyayangimu. Aku tak akan mencari penggantimu, setelah ini karena hanya kamu di hatiku.                              Sayangmu Rian.
Dini
Dini
Apanya..? Apanya yang tak akan cari pengganti? Hiks.. Mana buktinya kau masih mencintaiku. Hiks.. Belum ada sehari kau sudah gandeng cewek lain... Dimana hatimu..?
Aku robek surat itu menjadi serpihan-serpihan kecil.
Dini
Dini
Hancur sudah.. Hancur semuanya.. Hiks..
Dengan perlahan tanganku mengusap foto Rian berbingkai hati.
Dini
Dini
Bahkan untuk membanting figura berisi fotomu aku tak sanggup, ku yang tampan, baik hati, manis dan lembut. Berubah dalam sehari dan langsung memutuskanku.. Hiks..
Aku keluarkan fotonya dari bingkai dan ku masukan kedalam sebuah kotak yang berisi hadiah pemberiannya, selama 3 bulan ini.
Ku simpan kotak itu di bawah ranjang. Sebelum ku buang besok.
Tok.. Tok..
Bunda
Bunda
Dini sayang. Kamu ada di dalam?
Terdengar suara lembut bundaku dari balik pintu. Segera mungkin ku hapus airmataku, ku rapihkan seragam yang masih menempel di tubuhku.
Dini
Dini
Ya bunda.
Suaraku serak dan pecah sulit untuk di hilangkan. Mungkin masih nampak jelas kalau aku habis menangis tapi ku beranikan diri untuk membuka pintu kamarku.
Bunda
Bunda
Ya alloh Dini kamu kenapa?
Kekhawatiran terlihat jelas, bunda memegang wajahku yang habis menangis.
Dini
Dini
Gak apa-apa bunda, aku lagi latian drama aja. Aku kebagian peran yang sedih, jadi harus latihan biar mendalami peran.
Dini
Dini
Maafkan aku bunda. (Batinku)
Bunda
Bunda
Tapi..
Dini
Dini
Bunda.. Aku lapar.. Bunda masak apa?
Aku peluk pinggang ramping ibuku.
Ibuku berusia 49 tahun tapi masih cantik dan ramping seperti usia 35 tahun.. Awet muda..
Bunda
Bunda
Akh.. Bunda sampai lupa. Bunda lagi goreng ikan mas.
Bunda melepaskan pelukanku dan berlari ke arah dapur.
Dini
Dini
Apakah aku akan menjadi anak durhaka kalau aku berbohong??
Aku bergegas menganti pakaianku dan menyusul bundaku ke dapur.

Kamu Kekuatanku

Tringg... Tringg...
Bel mengema. Tanda jam istirahat tiba, semua murid berhamburan keluar kelas.
Begitupun aku dan sahabatku Riska. Kami bergegas menuju kantin sekolah.
Riska
Riska
Cepat Din.. Kau tau cacing yang ada di perutku ini sudah demo sejak tadi.
Riska Merengek sambil menarik-narik tubuhku.
Dini
Dini
Inikan kita lagi jalan ke kantin. Apa kita harus berlari? Kamu tau sendirikan di lorong sekolah tidak boleh berlari?
Riska
Riska
Akh.. Alasan saja kamu ini. Tapi kan kamu bisa jalan lebih cepat.
Seperti nya Riska tak mudah putus asa, ya dia memang keras kepala sama sepertiku.
Dini
Dini
Aku lemas..
Riska
Riska
Tak ada alasan.
Riska melepas tangannya beralih mendorong punggungku agar berjalan lebih cepat.
Dini
Dini
Hey.. Itu geli.
Aku segera berlari menghindari jari Riska, jari yang mengelitiki pinggangku.
Dini
Dini
Kenapa dia harus punya jari yang seperti itu. (Batinku)
Aku sering kali berhati-hati jika dekat - dekat dengannya apalagi kalau dia lagi jahil tangannya itu kalau sudah mengelitik tak akan mudah terlepas dengan mudah, seperti ada lemnya.
***
Riska
Riska
Hah.. Kenyang...
Riska menyenderkan tubuhnya kebelakang sambil terus mengusap usap perutnya.
Dini
Dini
Ya jelas.. Sudah berapa piring batagor yang kamu makan?
Riska
Riska
Itu hanya tiga piring.
Jangan heran walau badannya kecil tapi makannya jangan di ragukan lagi, banyak sekali. Berbanding terbalik denganku.
Riska
Riska
Kapan selesainya? Kalau kamu makan secubit-secubit begitu.
Ledek Riska ketika melihatku menyuap batagor.
Dini
Dini
Apa sih? Aku kan bukan kamu, sekali telan sepiring batagor.
Ledekku tak mau kalah sambil mengangkat alisku sebelah kiri.
Riska
Riska
Wah.. Itu parah.. Itu benar-benar parah.
Riska mengelengkan kepalanya sambil menatapku seperti makanan. Penuh ancaman.
Kalau aku tak sedang makan mungkin aku sudah habis di kelitikinya.
Tapi, tiba-tiba tawa di wajah Riska menghilang ketika ia melihat ke arah parkiran motor.
Karena penasaran aku pun ikut menoleh mengikuti tatapan Riska.
Deg..
Mataku membulat sempurna, wajahku memanas seperti air yang ada dimataku berontak ingin keluar. Tanpa pikir panjang aku berlari tak tentu arah menerobos kerumunan orang yang berjalan ke arah kantin.
Riska
Riska
Din.. Dini..
Aku mendengar teriakan Riska, tapi kakiku terus berlari.
Aku benamkan wajahu keatas tas sekolahku.
Dini
Dini
Sakit.. Hiks..
Tubuhku tersentak ketika menerima belaian lembut di ujung kepalaku. Sepontan ku tengok darimana sumbernya.
Riska
Riska
Kenapa kau sembunyikan?
Riska menatap penuh kekhawatiran.
Tanpa menjawab aku peluk erat pinggang ramping Riska.
Yang aku peluk hanya diam, namun tangannya terus mengelus-elus kepalaku.
Setelah merasa tenang kulepas pelukanku. Riska pun duduk disampingku, dan memang itu tempat duduknya.
Dini
Dini
Maaf..
Raut wajah Riska berubah bingung dengan apa yang ku ucapkan.
Dini
Dini
Maaf aku gak dengerin ucapan kamu tiga bulan yang lalu. Karena keegoisanku, persahabatan kita juga hampir berantakan.
Riska
Riska
Tidak masalah.. Aku tidak pernah marah sama kamu, aku hanya tidak mau kamu jadi salah satu mainannya saja.
Dini
Dini
Sekarang aku sadar, dan aku mengerti. Rasanya benar-benar sakit.. Hiks..
Airmataku kembali mengalir.
Riska
Riska
Dia memang kurang ajar, sudah ku peringatkan tapi tetap saja. Apa dia minta di hajar...
Riska berdiri dengan melipat kedua lengan bajunya. Nampaknya Riska benar-benar emosi.
Dini
Dini
Jangan... Jangan, aku gak mau....
Aku mengenggam erat tangan Riska.
Riska
Riska
Biarin aja.. Dia harus di beri pelajaran sekali-kali.
Riska berusaha melepas genggaman tanganku.
Dini
Dini
Jangan Riska, aku mohon jangan..
Aku semakin mengenggam erat tangannya.
Riska
Riska
Tapi Dini..
Dini
Dini
Please...
Riska
Riska
Oke.. Oke.. Tapi jangan sampai sesekali dia mendekati kamu lagi, aku gak akan segan-segan...
Dini
Dini
Aku gak akan mau lagi didekati olehnya.
Riska
Riska
Nah.. Gitu donk.. Jangan gampang terpengaruh dengan janji manis cowok-cowok. Apa lagi yang tampangnya kaya si Rian itu. Si playboy chapcay..
Riska memeluk erat tubuhku.
Aku tersenyum membalas pelukan sahabatku.

Playboy Cap chai

Tiga hari berlalu.
Yah seperti biasa Rian selalu jadi pusat perhatian, baik itu guru maupun murid.
Walau dia seorang playboy dan pembuat onar, tapi tak bisa di pungkiri otaknya yang encer.
Sungguh tak adil kan? Dia memiliki segalanya harta, ketampanan dan kecerdasan. Tapi yang disayangkan darinya adalah dia seorang playboy cap chai.
Menclok sana menclok sini, dari satu gadis ke gadis lain. Dari satu hati ke hati lain. Dan anehnya selalu saja ada gadis yang mau jadi kekasihnya. Bahkan mantan mantannya pun tergila-gila padanya.
Sungguh orang yang kurang hajar atau ingin dihajar.
Semua siswi tak ada satu pun yang dapat terlepas dari jeratan cinta Rian. Kecuali Riska, mungkin dia memang tidak tertarik dengan yang namanya pacaran.
Bukan berarti tak ada yang mendekatinya tapi tak ada yang berhasil mendekatinya lebih dari teman. Terlebih sikapnya yang keras kepala dan sabuk biru pencak silat yang di pegangnya, membuat semua siswa ciut bila di dekatnya. Termasuk Rian.
Saat ini, tanpa mendengarkan apa yang dikatakan Dini waktu itu. Riska yang habis latihan pencak silat dengan kakinya yang tanpa alas kaki dengan tas besar di pungungnya tengah berjalan menuju lapangan sekolah dimana Rian dan kawan-kawannya tengah bermaim basket.
Di tengah permainan, bola basket terlepas dari tangan salah satu tim basket Rian. Dan tertangkap oleh Riska.
Semua yang ada di lapangan tersenyum getir, termasuk Rian yang terkejut ketika melihat Riska lengkap dengan pakaian silatnya.
Riska
Riska
Sini kamu..
Riska berdiri dengan sangat angkuh sambil menunjuk Rian.
Rian
Rian
A..ada apa?
Riska
Riska
Bukannya sudah aku peringatkan? Jangan ganggu Dini lagi.
Rian
Rian
Ya? Aku sama sekali tidak menanggunya?
Riska
Riska
Ouh ya? Apa kamu yakin?
Rian
Rian
Ya..
Riska
Riska
Tapi gadis itu bilang, kalau kamu yang menyuruhnha dan bilang agar Dini tidak menganggu kamu lagi. Sebenarnya siapa yang menganggu siapa di sini? Tolong bilangin sama pacar baru kamu itu. Tapi kalau kamu masih ngeyel juga. Jangan salahkan aku. Karena aku sudah memberi peringatan.
Riska melempar bola yang ia pegang ke arah Rian.
Dengan sigap Rian menangkap bola basket.
Riska melengang dengan lega sekaligus cemas, ketika ia mengingat apa yang di katakan Dini.
Riska
Riska
Aku terlalu cepat emosi akhir-akhir ini.
Riska mengelengkan kepalanya tak tau apa yang harus dia lakukan.
Rian yang masih tertegun dengan bola yang ada di tangannya. Melihat kepergian Riska dengan tatapan sulit dimengerti. Beralih melanjutkan permainannya dengan teman-temannya.
Pricil
Pricil
Sayang...
Suara gadis agak cempreng, memekik di telinga.
Arya
Arya
Primadona dateng.
Arya menyenggol teman sepermainannya.
Pricil
Pricil
Ikh kok kamu cuekin aku sih. Ouh iya, tadi aku liat dari atas Riska ke sini ada apa dia ke sini?
Rian
Rian
Gak ada apa-apa, kok hanny.
Tak ada cara lain, ketakutan yang lebih dominan dari pada sayang pada pacarnya membuat Rian tak menceritakan apa pun.
Pricil
Pricil
Ouh.. Yukk pulang. Udah sore nih. Kamu aneh, betah banget di sekolah.
Rian
Rian
Dimanapun ada kamu aku pasti betah berada di sana sayang.
Arya
Arya
Ikh.. Jijik gue lama-lama di sini. Gue duluan ya ian.
Arya meninggalkan Rian diikuti yang lain.
Rian
Rian
Yo.. Jangan lupa hari rabu kita tanding.
Arya
Arya
Yoi bro..
Tanpa menoleh, Arya hanya melambaikan tangannya pada Rian.
Rian
Rian
Yukk sayang..
Pricil tak berniat untuk melepaskan gengaman tangannya di lengan Rian dan terus tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!