HAI HAI
BERTEMU LAGI DENGAN CERITA SEDERHANA MILIK YANKTIE
JANGAN LUPA MASUKKAN DI SUBSCRIBE YAAA
SELAMAT MEMBACA
Hari ini aku dan anak istriku bersiap sejak pagi. Anak lelakiku nomor dua akan mengadakan konser musik tunggal. Dia memang mengikuti jejak seniku. Walau tak ada satu tetes pun darahku mengalir didalam nadinya.
Namaku TRIPLE P, demikian aku sering dipanggil teman dan sahabatku. Suatu julukan dari nama asliku Putra Pamungkas Purwanagara. Saat ini usiaku sedikit lagi mendekati setengah abad. Usia yang patut ku syukuri karena bisa sampai dititik ini dalam keadaan sehat.
“Daddy, semua baju yang Mommy siapin udah dimasukkin semua ke koper?” suara renyah istri tercintaku menyeruak lamunanku.
Namanya ARIENKA DEWI PURBOWISONO, perempuan tercantik dimataku sejak dulu hingga saat ini. Tak pernah ada yang bisa menggantikannya. Biar orang lain mau bilang apa. Dia lah bidadari dalam hidupku dan anak-anak kami.
Perempuan yang usianya lebih tua hampir enam tahun dariku, karena dia adalah mantan guru SMA ku. Bahkan dia perempuan beranak tiga ketika aku persunting. Perjuangan panjang dan penuh luka di hatiku untuk mendapat cintanya.
Dia sudah sangat terluka berkali-kali dikhianati mantan suaminya. Dan aku harus menutup luka itu terlebih dahulu agar dia bisa menerima cinta baru. Agar dia bisa membuka pintu hatinya ketika aku ketuk perlahan.
“Sudah Honey, semua sudah Daddy masukkan,” balasku sambil meletakkan foto ke lima anakku ketika mereka masih kecil. Kami memang mempunyai lima anak. Tiga bawaan istriku dan dua terakhir adalah bibit kembar milikku.
***
“Lagu terakhir dipertunjukan kali ini saya dedikasikan pada guru saya, pujaan saya, idola saya! Dia adalah Daddy saya tercinta PUTRA PAMUNGKAS PURWANAGARA yang sudah sangat menginspirasi saya untuk selalu mencontohnya dalam segala hal terutama dalam menghormati dan mencintai satu-satunya perempuan dihatinya yaitu Mommy saya.”
“Seorang laki-laki sejati yang mencintai kekasihnya tidak hanya dari hati, namun juga dari otak, bukan seperti laki-laki lain yang mudah tergoda dan hanya menuruti nafsunya saja” aku dengar jelas suara anak nomor duaku FAJRI RAMADHAN MAHENDRA yang meminta diriku dan istri untuk naik ke panggung.
Tak aku sangka, dia menyebutku sebagai inpiratornya, gurunya bahkan panutannya. Batinku basah oleh tangis haru. Anak yang memang tulus aku cintai, membalas cintaku dengan tulus.
Fajri memeluk diriku dan mommynya diatas panggung sebelum lagu terakhir dia nyanyikan.
Aku tahu kata-kata terakhir Fajri, dia tujukan pada RICKY PUTRAWAN MAHENDRA, ayah biologisnya yang aku lihat berada di penonton bagian depan walau agak kesamping. Aku juga menduga kata-kata itu Fajri tujukan untuk mantan adik iparnya yang kebetulan duduk dekat dengan Ricky.
Mantan menantuku REZKY KURNIA MALIK aku lihat selintas datang menonton pertunjukan Fajri putraku.
Aku memeluk erat bahu perempuan istimewaku saat menuju atas panggung sampai saat kami dipeluk oleh Fajri. Sungguh aku tak siap ketika Fajri meminta untuk duet berdua dengannya menyanyikan lagu LOVE
Lagu ini pernah istriku nyanyikan saat dipanggung reuni yang aku prakarsai dulu. Tempat diriku falling in love at first sight pada mantan gurunya itu.
Fajri memberikanku sebuah gitar, Fajri pun memegang gitar. Seorang crew naik panggung dengan dua kursi yang diatur berhadapan, untuk Arienka istriku dan diriku duduk, sedang Fajri berdiri antara seorang pemain harpa yaang aku belum kenal dan Alesha putriku duduk di piano.
L is for the way you look at me
O is for the only one I see
V is very, very extraordinary
E is even more than anyone that you adore can
Aku menatap dalam mata Ririen istriku penuh cinta, masih seperti itu dan akan selalu seperti itu. Bagiku hanya ada satu nama perempuan dalam hatiku dan itu hanya Arienka Dewi Purbowisono.
Fajri dan Alesha ikut menyanyi di bait berikutnya. Aku melihat Alesha bisa sedikit melupakan kepedihan hidupnya saat menyanyikan lagu ini. Aku sebagai ayahnya berharap dia menemukan cinta sejatinya seperti yang istriku dapatkan saat ini.
Love is all that I can give to you
Love is more than just a game for two
Two in love can make it
Take my heart and please don't break it
Love was made for me and you
Sementara Icha menantuku ikut naik dan mengisi di bait berikut, tentu saja ini membuat Fajar anak pertamaku kaget karena dia tidak tau istrinya ikut juga disetting Fajri untuk mengisi penutupan pertunjukannya
Tepuk aplaus tentu saja menggema di gedung itu, penonton kagum atas kejutan Fajri anakku bagi mommy and daddynya.
Fajri memanggil twins adik-adiknya juga ikut naik ke atas panggung, Leona dan Leoni. Dia juga mempersilakan kakak sulungnya Fajar untuk ikut bergabung bersama kami. Diperkenalkan semua anggota keluarga dan apa pekerjaannya.
Aku yakin semua penonton bisa melihat cinta kasih yang sangat kuat di keluarga kami. Karena memang begini kami sehari-hari.
“Sekalian promo ya, kalau ada yang mau bangun rumah, silakan hubungi daddy saya bapak Putra Pamungkas yang sejak dulu menjadi pengembang perumahan sejak kami masih di Jakarta.”
“Mommy saya Arienka adalah pembicara beberapa seminar mengenai tanaman, memiliki nursery cukup besar bernama ‘tanire flora’. Di nursery anda bisa konsultasi masalah tanaman free. Disana tersedia aneka tanaman, media tanam, pot, pupuk dan lain-lain.”
“Kakak sulung saya Mas FAJAR SETYAWAN, beliau punya firma hukum. Yang butuh bantuan hukum silakan hubungi beliau, tentu enggak gratis bila anda orang mampu. Dan saya yakin semua penonton disini bukan orang tak mampu karena bisa beli tiket pertunjukan ini yang super mahal he he he.”
“Nona Ambon manise ini adalah kakak ipar saya, jangan ganggu kak Icha karena dia istri tercinta mas Fajar. Dia seorang dokter anak!”
“Adik saya yang jelita bernama ALESHA PUTRI PURWANAGARA dia yang memimpin super market bahan bangunan. Yang butuh bahan bangunan bisa datang ke super marketnya tapi saya enggak jamin akan dapat diskon bila anda bilang tahu dari saya,” Fajri melempar joke segar.
“Dan ini kedua adik kembar saya Leona dan Leoni. Mereka sedang susun skripsi.”
Tak ada yang tak mungkin. Cinta ‘anak kecil’ pada sosok perempuan yang lebih tua dan merupakan janda tiga anak yang pernah menjadi gurunya saat SMA buktinya bisa membuat semua bahagia.
Itu kisah nyataku saat ini. Aku sangat bersyukur bisa melihat kelima anakku selalu rukun dan sukses menjalani hidup. Walau harus terjatuh dan terluka seperti yang Alesha alami.
Untuk berikutnya, aku akan ceritakan kisah lengkapku. Sejak aku bertemu dengan istriku hingga aku dititik ini. Di kisah berikut kita akan mundur 25 tahun dari saat ini. Jadi harap maklum ketika banyak fasilitas belum lengkap seperti saat ini. Belum ada telepon seluler canggih seperti sekarang, apalagi mobil terkini.
Salam manis TRIPLE P
UHUUUUUUUUUUY
BAB INI KITA SUDAH MASUK KE MASA LALU YA. JADI BUKAN HANYA PANDANGANTRIPLE P AJA. KITA AKAN LIHAT DARI SEMUA TOKOH.
SEMOGA KALIAN SUKA DAN SELAMAT MEMBACA
“Papa enggak mau tahu. Kamu harus segera pulang. Atau kakek akan melakukan keputusannya mencoretmu dari trah Purwanagara. Kamu tahu, kalau kakek melakukan itu, Papa tak bisa membantahnya.” demikian percakapan singkat Galih Purwanagara, papanya tadi pagi.
Putra membuang asap rokoknya di balkon apartemennya, saat ini sudah musim gugur. Dia memandang London nan temaram dari tempatnya duduk. Bumi seakan seirama dengan jiwanya nan kelam. Dia rindu keluarganya, rindu dekap dan peluk mama. Dia rindu kehangatan bumi nusantara.
Namun duka mendalam telah tertoreh mengoyak jiwanya. Kalau boleh dia tak pernah ingin kembali ke Indonesia. Ada luka teramat dalam yang mengoyak kalbu dan membuatnya benci semua perempuan kecuali ibu dan adik perempuannya serta kerabatnya.
Pikirannya melayang ke kejadian empat tahun lalu di ujung timur Jakarta. Orang tuanya tinggal di Ujung Aspal Pondok Gede yang masuk dalam wilayah Bekasi.
“Man, loe besok ikut cari route buat lomba sepeda yang bunda Dewi bikin untuk program kerja sama dengan kecamatan ‘kan?” Putra menanyakan sahabat akrabnya sejak SMP perihal cari route aman untuk lomba sepeda SABA DESA, karena bu Dewi guru mereka bukan orang asli Kranggan sehingga tidak hafal daerah sini.
Bu Dewi minta anak-anak pramuka asuhannya yang paling dekat, yang tergabung dalam group KEMDUR (singkatan dari kembang duren) untuk membantunya. Dan Putra langsung menyanggupi permintaan tolong pembina pramukanya itu.
“Gue enggak pasti, sepeda gue kayaknya enggak siap,” jawab Herman tak acuh.
“Kalau begitu elo yang bawa motor aja. Bunda Dewi ‘kan jangan suruh ngegowes. Bunda naik motor aja, gimana?” tanya Irhan membagi tugas.
Kali ini Herman kembali memberi alasan kalau besok dia tak bisa ikut kegiatan survey.
“Gue juga enggak tahu, karena kemaren nyokap nyuruh gue ke rumah mpok Nani, buat ambil kebayanya,” sahut Herman ogah-ogahan
“Ok, jadi sementara kita putuskan Herman besok enggak bisa, atau bisa, tapi tentative, siapa yang bisa mbawa bunda Dewi?” Putra kembali mencari solusi survey besok, saat ini mereka sedang meeting intern Kemdur.
“Qi bisa Ta,” sahut Qiqy, gadis imut berjilbab.
“Gue juga bisa kok,” sahut Sanih.
“Kalau begitu kalian berdua stand by aja, biar nanti bunda pilih kalian. Yang enggak mboncengin bunda Dewi, bagian bawa air minum aja, sedikit kok, 10 botol paling, sesuai jumlah kita yang survey, walau gue harap semua bawa minum masing-masing,” lanjut Putra.
“Selesai ya, besok pukul 06.00 pagi sudah kumpul di sekolah, biar enggak kepanasan yang nge gowes, jangan lupa sebelum berangkat semua wajib sudah sarapan,” Putra menutup meeting siang itu.
“Pray, elo kasih tahu ke bunda Dewi deh hasil meeting hari ini, intinya aja lah, besok kumpul di sekolah pukul 06.00 gitu,” perintah Putra pada Prayogi yang memang akrab dengannya.
“Dian, elo bagian pencatatan pemetaan untuk POS penjagaan selama lomba ya, jangan lupa bawa alat tulis,” kembali Putra memerintah temannya satu persatu sesuai tugasnya. Kali ini dia memerintah ceweq kecil imoet berambut panjang, Yusdianty.
“Doy, jangan lupa besok bawa perlengkapan P3K, walau survey kita tetap berjaga-jaga,” titah Putra pada Edy yang biasa dipanggil Edoy.
***
“Kak, aku lupa bawa kompas,” lapor Yusdianty pada Putra pagi itu. Untuk pemetaan tentu sangat di butuhkan kompas.
“Wah Yan, kompas Kakak masih di rumah kak Ayu. Sebentar Kakak tanya yang sudah pada datang ada yang bawa kompas enggak ya. Tapi alat tulis lainnya semua lengkap ‘kan, penggaris … busur? Cek dulu,” perintah Putra. Dia tak ingin dua kali kerja.
“Iya Kak, yang lain semua lengkap,” sahut Yusdianty lirih, dia takut dimarahi kakak tingkatnya yang terkenal sangat disiplin itu.
Putra menanyakan siapa yang membawa kompas kali ini, tapi diantara yang hadir tidak ada yang membawa alat penunjuk arah itu.
“San, pinjem motor sebentar, mau ambil kompas di rumah Ayu. Pray lo ambil alih memimpin di sini sebentar. Doy elo temenin gue ke rumah Ayu,” Putra langsung memberi perintah pada Sanih, Prayogi dan Edy.
Putra dan Edy naik motor ke rumah Ayu pacar Putra, gadis ini sama-sama kelas 12, karena Putra ikut kelas akselerasi, sedang Edy, Prayogi, Herman, Sanih serta Qiqy masih di kelas 11. dan Yusdianty masih dikelas 10, bersama Wendy dan Lia.
Sesampai di sana Putra dan Edy langsung masuk ke rumah yang pagarnya tidak di kunci. Di depan ada bik Sarah, adik ibunya Ayu yang menjaga dan merawat Ayu serta 2 orang kakaknya karena ibunya kerja sebagai tenaga medis di luar negeri sedang ayahnya adalah driver di kedutaan besar negara tetangga di Jakarta. Ayahnya Ayu jarang pulang menengok anak-anaknya di rumah.
“Ayu ada Bik?” sapa Edy.
“Belum bangun kayaknya, masuk aja bangunin kayak biasanya.” perintah bik Sarah, Edy memang masih saudara jauh Ayu.
Edy dan Putra mengetuk pintu kamar Ayu. Namun tidak ada respon dari penghuni kamar. Mengingat mereka di tunggu team yang akan berangkat survey, Edy berinisiatif membuka pintu kamar Ayu.
Edy dan Putra mendapat kejutan saat melihat apa yang terpampang di kasur. Ayu masih lelap dalam dekapan Herman yang tidak memakai kaos, hanya menggunakan celana pendek saja. Terlihat kaos serta baju Ayu berserakan di lantai.
Edy mengguncang pelan lengan Ayu. “Noy bangun, gue mau ambil kompas,” entah mengapa sejak kecil di keluarganya Ayu mendapat panggilan Ninoy.
Ayu yang bingung masih mengerjapkan mata mendengar Edy bicara, dia hanya memakai kaos tanpa lengan tipis, tanpa bra sehingga terlihat jelas dua puncak gunung mahamerunya melekat di kaos. Ayu terbelalak ketika di depan pintu dilihatnya Putra kekasihnya sedang memandangnya tajam.
“Gue enggak bisa nunggu lama, ambilin kompas sekarang juga,” pinta Edy tegas, Edy bisa membayangkan bagaimana runtuhnya hati sahabatnya melihat kekasihnya sedang tidur bersama sahabat mereka yang lain.
Ayu menurunkan kakinya, dia gunakan dulu celana pendeknya karena dia hanya memakai segitiga saja sehabis peperangan hangat dengan Herman semalam. Dia menggunakan celana pendek sambil ditutupi selimut. Dia berjalan sambil menunduk, membuka laci meja belajarnya dan mengambil kompas lalu memberikan pada sepupunya.
Tanpa berkata apa pun Edy dan Putra langsung keluar kamar itu. “Kenapa cepet Dy?” tanya bi Sarah.
“Enggak mau ganggu orang yang lagi bulan madu Bi,” jawab Edy ketus, meminta kunci motor pada Putra, karena dia tidak ingin Putra membawa motor dengan pikiran galau.
“Maksud lo apa Dy?” tanya bi Sarah penasaran.
“Bibi liat tu anak lo, tidur ama siapa dia, dan sejak kapan Bibi enggak kontrol mereka!” kecam Edy sambil menjalankan motor Sanih keluar pagar rumah sepupunya.
================================================================
YANKTIE ( eyang putri ) mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini.
Jangan lupa kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
HAI-HAI
SEDAYU~JOGJA HUJAN TAK HENTI. SEMOGA KITA SEMUA SEHAT YAAA
YANKTIE UCAPKAN SELAMAT MEMBACA
‘Aaaaaaaaarrrgggh,’ Putra meremas bungkus rokok yang masih berisi lebih dari setengahnya. Dia selalu marah, sedih dan ji-jik bila mengingat kejadian itu. Kejadian yang membuat kepercayaannya pada taman hilang. Kejadian yang membuat dia sangat membenci perempuan.
Empat tahun sudah Putra tidak menapakkan kakinya di tanah air tercinta. Selama kuliah dia tidak pernah pulang sama sekali, walau lebaran sekali pun. Empat tahun dia menghilang dari peredaran negeri hangat Indonesia.
Putra berupaya melupakan lukanya di tanah air. Namun selesai kuliah ayahnya mengultimatum dia harus kembali ke tanah air bila masih ingin menjadi keturunan Purwanagara.
Putra tidak perduli bila dia tidak dikirimi uang saku, karena sejak tahun ke dua di rantau dia sudah menghasilkan uang sendiri yang jumlahnya bisa mencapai tiga kali lipat dari uang bulanan yang ayahnya kirim.
Putra hanya tidak ingin di coret dari trah Purwanagara karena kakeknya adalah idolanya, dia cucu kesayangan kakeknya, tak ingin kakeknya terluka bila harus mencoret namanya dari keturunan Purwanagara.
Putra teringat laranya hati di Indonesia. Negeri tercinta nan damai tapi membuat hatinya berdarah tak bisa sembuh. Pengkhianatan sahabat dan kekasihnya sangat membuatnya terpuruk. Ayu Wulandari dan Herman Maulana adalah sepasang oknum yang sangat di bencinya. Mereka menyiram lukanya dengan air garam, sangat pedih!
Sejak melihat pengkhianatan Ayu dan Herman, Putra memilih menjadi lebih banyak diam, ketus dan sadis. Saat itu usianya masih sangat muda, baru 16 tahun. Mendapat luka seperti itu dia mengambil jalan keluar sesuai emosinya.
Dia yang dulunya ramah pada teman dan adik-adik tingkatnya menjadi sosok kaku yang akan bicara bila di tanya saja. Sangat berbeda dengan sifat dasarnya yang ramah.
Putra langsung dingin bila ada ceweq yang mendekatinya, dia menjadi benci dan langsung menghajar bila ada siapa pun yang berbuat salah atau melanggar aturan. Dan yang parah adalah dia akan menanggapi ceweq-ceweq binal yang mendekati.
Putra akan meladeni mereka untuk melakukan ONS [ one night stand ], karena dia tidak merasa merusak gadis baik-baik, dia pikir itu hanya permainan sama-sama suka.
Putra memilih meninggalkan Indonesia saat lulus SMA. Di London kelakuan Putra bermain perempuan nakal semakin liar, dia rajin keluar masuk club malam, tidak untuk mabuk, melainkan untuk mendapatkan perempuan yang free tanpa beban bila mereka melakukan one night stand.
Di tahun kedua dia mulai bekerja, selain kuliah, maka kegiatan ONS nya hanya di lakukan setiap week end saja, tapi tetap rutin dia lakukan, dia sudah tidak percaya dengan cinta dan kesetiaan.
Sejak bekerja ini Putra tak pernah tergantung dengan kiriman orang tuanya. Dia bisa menghasilkan banyak uang. Untungnya dia tak menghamburkan semua uang yang dia miliki. Semua dia simpan karena dia punya keinginan bekerja sendiri diluar bayang-bayang usaha keluarga.
***
Roda pesawat masih bergesek dengan landasan bandara, hari masih pagi, seorang pemuda manis mulai bersiap turun. Rambut gondrongnya dia ikat, membuat penampilannya terkesan tambah manis tapi tetap macho. Pemuda ini baru saja lulus S1 di London, usia nya masih sangat muda, baru 20 tahun. Memang dia pandai, dia lulus SMA saat berusia 16 tahun karena SMP dan SMA nya hanya di jalani masing-masing 2 tahun.
Putra Pamungkas Purwanagara nama cowoq manis itu. Orang tuanya berharap dia menjadi anak terakhir, maka di beri nama pamungkas, ternyata 3 tahun kemudian dia memiliki adik perempuan yang melengkapi kebahagiaan kedua orang tuanya.
Saat ini dia baru saja sampai di bandara SOETA, dia sengaja tidak memberi tahu siapa pun jadwal kedatangannya, walau sudah berjanji akan pulang minggu ini. Dia perhatikan banyak perubahan yang terjadi di negeri tercinta.
“Pak, bisa buka jendela saja, saya ingin merokok,” pinta Putra pada driver taksi.
“Silakan Bang,” driver taksi memberi izin pada Putra dan dia segera membuka jendela mobil.
***
“Assalamu’alaykum,” sapa Putra ketika sampai di teras rumahnya, dilihatnya adik perempuannya yang sedang menyapu. Adiknya bernama Laluna Purwanagara, tapi lebih sering dipanggil Nuna
“Wa’alaykum salam,” sahut Nuna sambil menoleh pada pemberi salam.
“A’aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,” teriaknya melihat pemberi salam adalah kakaknya. Gadis yang baru saja menamatkan SMEA/SMK nya langsung berlari memeluk kakaknya.
“Hehehe, ade A’a udah gede aja ya,” Putra memeluk satu-satunya anak perempuan ibunya, dia dan 2 kakaknya adalah laki-laki. Dia ingat saat dia berangkat ke London adiknya baru kelas 2 SMP naik ke kelas 3 SMP.
“Mama mana?” tanya Putra pada Nuna. Tak dia sangka, adiknya sudah menjadi gadis ayu.
“Masih di dapur,” jawab Nuna, dia segera berlari ke dapur untuk memanggil mamanya.
“Ma, A’ Utha pulang!” teriak Nuna karena bahagia.
Putra memeluk mamanya erat setelah mencium kedua tangan ibunya berulang-ulang. Mamanya menangis terharu melihat anaknya sudah kembali dengan kondisi sehat wal’afiat.
“Sehat Ma?” tanya Putra yang melihat mamanya agak lebih gemuk dari saat dia tinggal dulu.
“Alhamdulillah sehat,” jawab Rini Handarwati sang mamanya sambil tetap terisak.
“A’ Hilman ama A’ Gilar kemana?” tanya Putra pada sang mama. Hilman adalah kakak sulungnya. Dia yang meneruskan usaha keluarga milik papanya. Sedang Gilar adalah panggilan untuk Gumilar, kakak nomor dua yang menjadi ahli hukum.
“Sekarang Hilman lagi keliling super market, Gilar ‘kan sejak anaknya lahir belum balik ke sini, masih di rumah Risye,” jelas Rini.
Anak Rini yang nomor 2 memang sudah menikah dan baru saja memberinya cucu. Sedang si sulung Hilman belum menikah, rencananya bulan depan baru akan melamar Widuri atau Wiwid kekasihnya.
Galih Purwanagara, ayah Putra adalah pengusaha pribumi, dia memiliki toko bahan bangunan, awalnya hanya berupa toko kecil lalu terus berkembang sehingga bisa mendirikan super market bahan bangunan dan mempunyai beberapa outlet.
Bahkan sejak usahanya di pegang oleh Hilman putra sulungnya, mereka sudah mempunyai cabang di beberapa kota seperti Bandung, Cirebon dan Bogor.
Saat ini Hilman juga sedang ancang-ancang membuka cabang di beberapa kota besar di Jawa Tengah. Sayang Gumilar putra keduanya tidak mau membantunya menjalankan bisnis ini. Gumilar lebih senang membuka firma hukum sesuai dengan ilmu yang di tempuhnya. Sekarang Hilman sangat berharap Putra mau membantunya menjalani usaha keluarga ini.
‘Garuda kecilku sudah kembali ke sangkar. Kami akan mendukung apa pun niatmu Nak.’ batin Galih. Dia tahu luka putranya. Bahkan Alamsyah Purwanagara ayahnya atau kakeknya Putra selalu memantau semua kelakuan Putra selama di London.
Dari orang suruhan Alamsyah, Galih dan Rini mengetahui semua tentang Putra. Tentang prestasinya. Tentang kegiatannya bekerja. Dan pastinya tentang kegiatan nakalnya dengan banyak perempuan.
Galih, Alamsyah dan Rini tahu di negeri salju itu Putra sering berbuat tak pantas. Tapi mereka tak bisa berbuat banyak. Mereka hanya selalu mendoakan agar anak atau cucu mereka bisa kembali ke jalan yang benar.
***
=======================================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!