NovelToon NovelToon

NEW WORLD

Bab 1 : dimensi iblis

Disini sangat gelap, seperti hanya warna hitam yang saya lihat. Saya mencoba menggerakkan tangan, saya terkejut. Berusaha untuk terus mencobanya, tapi saya tetap tidak bisa merasakan tangan saya sendiri. Saya mulai ragu jika saya memiliki tangan atau bahkan tubuh, kepanikan mulai tumbuh. Saya mencoba menjelajahi ingatan saya. Berharap menemukan jawaban dari semua keanehan ini, dari yang terakhir saya ingat. Selasa pagi saat saya hendak berangkat ke kantor, tepatnya saat berhenti di lampu merah. Ada sebuah truk trailer dalam keadaan rem tidak berfungsi melaju menabrak beberapa mobil yang ada di jalur depannya termasuk mobil yang saya kendarai, dari situ saya menyimpulkan bahwa saat ini saya mungkin berada dalam keadaan kritis.

Tak lama terjadi hal yang kembali mengejutkan, yang awalnya saya hanya melihat warna hitam. Kini berubah menjadi merah yang menyilaukan, saya mencoba menutupi mata saya untuk menghindari silau itu. Saya terkejut saat saya bisa merasakan sebuah energi di sekitar saya, saya kemudian mencoba menggerakkan tangan, awalnya saya mengira bahwa saya tidak memiliki tubuh. Tapi kini saya benar-benar bisa mengerakan tangan dan kaki saya, juga ada bagian dari tubuh saya yang masih bisa di gerakan. Bagian tubuh yang belum pernah saya miliki sebelumnya, apa ini? sebuah ekor? saya kemudian mencoba membuka mata. Yang pertama kali saya lihat adalah warna merah dari langit yang cukup menyilaukan, saya baru menyadari bahwa saya tidak hanya memiliki ekor melainkan juga sebuah tanduk yang ada di kepala. Saya menginjakan kaki ke tanah, tanah yang berwarna hitam, tidak hanya itu. Bahkan rumput dan tumbuhan juga berwarna hitam, sepertinya dunia ini telah didominasi oleh warna merah dan hitam. Saya juga melihat bangunan-bangunan tinggi mirip kerajaan dari kejauhan, itu aneh. Saya mampu melihat kerajaan itu dari jarak yang cukup jauh, penglihatan ini bukanlah penglihatan yang saya miliki sebelumnya, mungkin mulai hari ini saya tidak lagi menjadi seorang manusia, hal itu diperkuat dengan adanya tanduk dan ekor yang ada di tubuh saya.

"Hei kau."

Saya merasa jika ada orang yang memanggil, saya mencoba melihat-lihat sekitar. Tapi hasilnya saya tidak melihat apapun kecuali pepohonan dan juga beberapa batu besar yang berwarna hitam, saya yakin jika tadi ada seseorang yang memanggil.

"Apa jiwamu juga ada di tubuh ini?"

Lagi-lagi saya mendengar suara seseorang, saya baru sadar jika suara itu seperti menyatu didalam tubuh saya. Saya sempat berpikir, apa-apaan ini. Saya terbangun di sebuah dunia  yang hanya didominasi oleh warna hitam dan merah, serta tanduk dan ekor yang ada di tubuh saya. Dan kini saya dikejutkan dengan fakta bahwa tubuh ini juga menyimpan kepribadian lain selain saya, apa keanehan ini belum cukup sampai disini. Apakah saya akan mengalami hal-hal diluar nalar lagi selain ini?

"Sepertinya saat ini kita berada di dimensi para iblis."

Suara itu lagi-lagi muncul, sadar bahwa suara itu memang benar adanya didalam tubuh ini. Saya mencoba bertanya:

"siapa kau? dan kenapa kau berada ditubuh ini?"

"Pertama-tama aku ingin menanyakan hal yang sama kepadamu."

Ayolah, akulah yang lebih awal bertanya. Kenapa aku juga yang harus menjawab duluan, ah sudahlah.

"Namaku Ken, dari yang terakhir di ingatanku. Mobilku tertabrak truk saat berhenti di lampu merah, tapi entah kenapa saat bangun aku sudah berada disini."

"Mobil? lampu merah? tunggu! apakah sebelumnya kau adalah ras manusia?"

Saya tidak tahu kenapa dia menyebut manusia sebagai ras, apakah memang ada ras lain selain manusia disini.

"Begitulah, jadi apa kau tahu kenapa kita berada disini dalam satu tubuh?"

"Ini disebut reinkarnasi, singkatnya jiwa yang lepas dari ragamu terpanggil oleh sihir pemanggil. Tapi mungkin ada kegagalan saat ritual pemanggilan, jadi jiwamu yang seharusnya terpanggil ke dunia baru malah terdampar di dimensi iblis ini."

"Dunia baru? apa itu berbeda dengan bumi yang aku tinggali sebelumnya?"

"Tentu saja berbeda, dunia baru diciptakan oleh seorang Dewa Pencipta. Dunia yang di isi oleh berbagai makhluk hidup, dan aku adalah salah satu makhluk pertama yang Sang Dewa itu ciptakan."

Saya tidak terlalu mengerti tentang Dewa Pencipta yang dia bicarakan, tapi entah kenapa kata itu terdengar sangat keren untuk mengambarkan sesuatu. Tunggu... Sepertinya saya harus menanyakan beberapa hal.

"Hey, aku belum tahu siapa namamu."

"Panggil saja Norkes, dan aku ingatkan jangan menyebut namaku dihadapan orang lain. Anggap saja kau tidak pernah dengar nama itu."

Jujur saya ingin menanyakan alasannya, tapi karena memang saya adalah makhluk baru didunia aneh ini. Jadi mungkin memang ada beberapa hal yang sebaiknya belum saya ketahui, kelihatannya saya harus pergi ke dunia baru untuk mengetahuinya sendiri.

"Kalau begitu, bagaimana cara kita untuk pergi ke dunia baru?"

"Dimensi iblis memiliki gerbang utama, kita bisa menggunakan gerbang itu untuk masuk ataupun keluar. Tapi gerbang itu dijaga oleh dua iblis penguasa, meskipun itu tidaklah gampang tapi jika kita ingin keluar dari dimensi ini. Maka kita harus mengalahkan iblis penguasa itu."

Iblis penguasa? mendengarnya saja sudah sangat mengerikan karena kata "penguasa" biasanya diberikan kepada yang paling kuat, apalagi dia bilang ada dua. Saya mulai ragu bisa keluar dari tempat ini.

"Apakah kita bisa mengalahkan mereka?

"Apa kau tahu pedang Legendaris?"

"Apa lagi itu?"

Sepertinya saya sama sekali tidak memiliki pengetahuan disini, banyak kata-kata keren yang tidak pernah saya dengar sebelumnya.

"11 pedang yang dijuluki sebagai pedang Legendaris, masing-masing pedang memiliki sebagian dari kekuatan Sang Dewa Pencipta. Dan kabar baiknya, kita memiliki salah satu pedang itu."

Saya melihat setiap bagian di tubuh saya, pedang apa yang dia maksud. Sedari tadi saya tidak menyadari jika kami memiliki sebuah pedang.

"Aku akan mengambil alih tubuh ini sebentar, aku harap kau melihat apa yang aku lakukan."

Saya menyetujui hal itu, saya melihat tubuh saya bergerak tanpa perintah dari saya. Kemudian Norkes mengulurkan tangan, dari situ muncul sebuah gagang pedang yang entah dari mana munculnya. Dia memegang gagang itu dan menariknya, Seketika tanpak jelas bentuk dari pedang itu, pedang panjang sekitar 1 meter lebih dengan diliputi energi sihir berwarna ungu kehitaman.

"Bagaimana kau melakukannya?"

"Dengan sihir kau bisa menyimpan barang dan dengan sihir pula kau bisa mengambil barang itu, itu adalah teknik sihir yang paling dasar."

"Hey, bisakah kau menjelaskannya lebih rinci lagi."

"Sudahlah lakukan saja seperti apa yang aku lakukan tadi.'

Ini bukanlah pelajaran, saya hanya melihat apa yang dia lalukan. Dan dia menyuruh saya melakukannya juga tanpa tahu bagaimana caranya, tapi walaupun begitu. Entah kenapa saya sangat ingin sekali mencobanya, setelah saya mengambil alih tubuh ini. Saya mencoba mengeluarkan energi sihir ditangan, sekitar 5 menit. Saya seperti orang bodoh yang seolah-olah sedang memegang pedang, Norkes hanya diam saja, sepertinya dia sedang menahan tawa. Apakah dia yakin dengan hal ini, ataukah dia hanya senang mempermainkan orang lain.

Akhirnya saya bisa melakukannya, bentuk utuh dari pedang legendaris saat ini ada ditangan saya. Walaupun itu membutuhkan waktu yang cukup lama, tapi saya yakin jika terus diasah. Saya mungkin bisa melakukannya dalam waktu singkat.

Bab 2 : pedang legendaris

Pedang ini lumayan ringan, walaupun memiliki ukuran yang cukup panjang.

"Sekarang, goreskan pedang itu ke pohon."

Saya berjalan mendekat ke sebuah pohon dengan ukuran yang tidak terlalu besar, saya pun menggoreskan sisi tajam dari pedang itu ke batang pohon. Goresan dari pedang itu berwarna ungu kehitaman, warna yang sama seperti aura sihir yang mengelilingi pedang ini. Seketika pohon itu terseret seperti terhisap oleh pedang tersebut, lagi-lagi saya dibuat terkejut dengan hal-hal diluar nalar yang terus saya alami. Sekejap pohon itu hilang seakar-akarnya dari hadapan saya.

"Kenapa ini?"

"Ini adalah salah satu kekuatan dari pedang Legendaris, pedang ini bisa menghisap apapun yang digores termasuk makhluk hidup."

"Menghisap? lalu kemana pohon itu tadi?"

Saya pikir pohon itu cukup besar, apakah konsepnya masih sama seperti cara menyimpan pedang Legendaris ini. Ataukan pohon tersebut memang dihilangkan untuk selamanya, tapi Norkes bilang terhisap dan bukannya menghilang.

"Benda-benda yang tergores pedang ini akan terhisap ke sebuah ruang hampa, aku pernah masuk ke ruang itu. Aku menamainya sebagai alam Endless karena ruangan itu seperti tidak memiliki ujung, jadi mau batu ukuran besar sekalipun yang tergores. Maka batu itu akan tetap terhisap."

Wow, bukankah itu terlalu berbahaya. Bagaimana jika saya tidak sengaja menggores seseorang, atau bahkan diri saya sendiri.

"Bagaimana jika tubuh kita yang tergores pedang ini?"

"Sebagai pemilik pedang ini, selama jiwa kita masih ada. Kita memiliki perintah mutlak atas pedang ini, kita bisa memerintahkan pedang ini untuk menghisap sebagian saja dari yang digores atau bahkan tidak menghisap sama sekali."

Saya lega mendengar penjelasan itu, saya pikir suatu hari nanti saya akan terhisap oleh pedang saya sendiri karena kecerobohan.

"Setiap pedang Legendaris memiliki kekuatan unik yang berbeda-beda, dan ini adalah salah satunya."

Dari awal Norkes memang sudah bilang bahwa pedang Legendaris berjumlah 11, Saya sedikit penasaran dengan kekuatan-kekuatan spesial yang dimiliki pedang lainnya.

Saya pikir setelah saya bisa mengeluarkan pedang ini, saya sudah cukup kuat untuk mengalahkan para musuh. Ternyata tidak, ada banyak skill lain yang perlu saya kuasai. Bahkan teknik berpedang juga salah satu kunci untuk memenangkan pertarungan, Norkes bilang jika sebagian kekuatan terdahulunya ternyata juga ikut terseret ke dalam tubuh ini. Dengan meminjam mana itu, cukup memudahkan saya untuk menguasai beberapa skill termasuk ilmu pedang.

Saya tidak tahu sudah berapa lama saya disini, tidak ada kalender atau bahkan jam penunjuk waktu. Suasana juga tidak berubah, seperti tidak ada siang dan malam disini. Tampak seperti waktu pertama saya terbangun, langit terus memancarkan sinar merah yang saya bahkan tidak tahu darimana asalnya. Tidak ada matahari atau tumbuhan yang berwarna selain hitam.

Saya sudah menguasai beberapa skill sihir, skill juga terbagi menjadi beberapa tipe. Ada skill sihir untuk memperkuat ketahanan tubuh, melipat gandakan dampak serangan, memperkuat insting, melacak menggunakan hawa keberadaan, mendorong raga agar bisa bergerak cepat. Bahkan saya juga sudah cukup mahir menggunakan pedang, Norkes sendiri memberi nilai yang bagus untuk ilmu berpedang saya. Semua itu berkat bantuan dari mana milik Norkes yang saya pinjam, mana yang luar biasa. Saya mulai percaya jika dia memang seorang Primordial.

"Apa kau bisa merasakannya?"

"Kelihatannya begitu.'

Saya merasakan ada hawa keberadaan yang mendekat dengan sangat cepat sekitar 3 makhluk, kelihatannya mereka bergerak cepat sambil menyiapkan serangan. Benar saja, mereka menembakan sihir yang terkontrol. Sihir itu tidak kalah cepat dengan gerakan mereka, itu berbentuk bola kecil dengan aliran sihir yang cukup padat. Saya menangkis dan menghisap serangan itu dengan pedang Legendaris.

"Hey kau, aku tidak tahu darimana kau mendapat pedang tingkat Legendaris. Sepertinya kau tidak cocok memakainya, biarkan aku meminjamnya sebentar."

Salah satu dari 3 makhluk itu mulai mengawali pembicaraan, sementara yang lainnya mencoba mengepung. Penampilan mereka sama seperi saya, memiliki ekor serta tanduk yang ada di kepalanya. suatu kebetulan. Saya juga ingin mencoba skill-skill yang selama ini saya pelajari, Norkes juga memikirkan hal yang sama. Dia berbicara kepada saya.

"Sepertinya ini momen yang tepat untuk mengeluarkan semua kemampuan yang sudah kau pelajari."

Saya tersenyum mendengarnya, beberapa dari mereka tampaknya cukup terganggu dengan hal itu. Seperti seolah-olah sedang diremehkan.

"Apa yang lucu?"

Saya mulai bergerak dengan sangat cepat tanpa menjawab pertanyaan yang mereka lontarkan, dengan kecepatan itu saya mencoba menebas mereka bertiga sekaligus. Satu dari mereka berhasil terhisap namun yang lainnya memiliki reflek menghindar yang cukup bagus. Sepertinya mereka memiliki banyak pengalaman dalam bertarung, saya memadatkan energi sihir sama seperti serangan awal yang mereka keluarkan namun ini lebih padat dari yang mereka hasilkan. Saya menembakan sihir padat itu dan berhasil membunuh salah satu yang lain, dengan ini hanya tinggal satu lagi. Dia mulai marah karena saya berhasil membunuh teman-temannya.

"Jangan sombong hanya karena kau memiliki pedang Legendaris."

Dia kemudian mengeluarkan pedangnya, lalu mengaliri pedang itu dengan energi sihirnya. Saya mencoba bertanya kepada Norkes.

"Pedang apa itu?"

"Itu hanya pedang biasa yang dialiri sihir."

Saya pikir pedang yang dia keluarkan barusan juga memiliki kekuatan unik sama seperti pedang Legendaris, ternyata dia hanya mencoba menggertak, pertarungan pun diakhiri dengan kami yang saling adu pedang. Namun karena saya memiliki pedang Legendaris, saya bisa mendominasi pertarungan dan berhasil mematahkan pedang miliknya. Setelah dia terlihat hanya pasrah menunggu untuk ditebas, namun sebelum itu saya ingin menanyakan beberapa hal kepadanya.

"Apa kau tahu dimana letak gerbang utama dari dimensi ini?"

"Jangan banyak bicara, bunuh saja aku jika kau mau."

"Aku akan menyiksamu jika kau tidak menjawab."

"Sebelah ujung barat, disitu letak gerbang utama, jika kau ingin keluar dari dimensi ini. Maka saat ini adalah waktu yang tepat."

"Benarkah."

"Ya, aku dengar salah satu dari iblis penguasa yang menjaga gerbang itu meninggalkan tugasnya. Kabarnya dia pergi ke dunia baru, dan kini yang menjaga gerbang hanya tinggal Kezo, sang iblis penguasa yang masih setia menjaga gerbang itu."

Jadi yang menjaga gerbang hanya tinggal satu iblis penguasa, saya cukup lega mendengar hal itu. Peluang saya untuk bisa keluar dari dimensi ini akan bertambah, lagi pula saya juga tidak terlalu terkejut dengan hal itu. Iblis memang dikenal dengan sifat egoisnya yang sering melalaikan perintah, setelah saya mendapatkan informasi itu. Saya pun menebas dan menghisap iblis itu.

"Bagaimana menurutmu Norkes, bukankah kita memiliki peluang yang cukup besar untuk keluar dari sini."

"Yah, iblis memang dikenal dengan sifat egoisnya."

Wow, kita tidak hanya berada didalam tubuh yang sama. Melakukan kepribadian ini juga satu frekuensi dengan saya, sepertinya kita akan menjadi partner yang baik.

Saya pun bergerak cepat menuju arah barat, sesampainya di sana. Saya merasakan perasaan yang cukup aneh, sekitar beberapa kilo dari gerbang utama. Saya melihat banyak mayat iblis yang berserakan.

"Ada apa ini."

"Sepertinya sang iblis penguasa itu mengeluarkan auranya, dengan aura sihirnya saja dia bisa membunuh iblis sebanyak ini. Kita terlalu meremehkannya, ini tetap akan sulit walaupun dia menjaga gerbangnya sendirian."

Bagi yang memiliki mana tinggi, dengan mengeluarkan auranya saja itu bisa membuat makhluk yang lebih lemah darinya menjadi gila atau bahkan kehilangan kesadarannya dan perlahan tewas. Namun sepertinya saya juga memiliki mana yang cukup tinggi, itu terbukti karena saya sama sekali tidak terpengaruh dengan hal ini. Tapi kenapa para iblis lemah ini mencoba melawan sang iblis penguasa, apakah mereka tahu yang menjaga gerbang hanya tinggal satu iblis penguasa. Dan mereka berfikir bisa mengalahkannya dengan bekerja sama.

Bab 3 : menuju dunia baru

Saya terus melangkah menginjak mayat-mayat yang berserakan disekitar area itu, saya melihat makhluk yang duduk di gunungan mayat. Dia mengeluarkan aura mencekam untuk mengintimidasi, saya pun membalasnya dengan mengeluarkan aura yang sama. Walaupun kami sama-sama mengeluarkan aura, tapi saya lah yang paling banyak terkena dampaknya. Dia kemudian turun dari gunungan mayat itu, menatap saya dengan tatapan tajam yang tidak kalah mengerikan dari auranya.

"Siapa kau? aku belum pernah merasakan aura ini selain dari para iblis pemegang daerah."

"Aku kebetulan tersesat di dimensi ini, izinkan aku untuk keluar."

"Sayang sekali, aku tidak menerima alasan seperti itu."

Sudah kuduga, berkomunikasi dengan iblis tidak semudah yang dibayangkan.

Iblis penguasa itu kemudian memasang kuda-kuda untuk bertarung sambil mengalirkan energi sihirnya ke tangan dan kakinya, energi sihir berwarna hitam pekat yang cukup menyeramkan.

'Ken, aku ingin berganti."

Tiba-tiba Norkes bilang seperti itu pada saat saya sudah siap bertarung, kami pun bertukar tempat dengan Norkes yang kini mengambil alih tubuh. Norkes kemudian mengeluarkan auranya, dan membebaskan mana-nya karena tubuh yang kami pakai saat ini sedang sepenuhnya dikuasai oleh Norkes. Dan disaat itu juga, saya melihat perubahan ekspresi dari si iblis penguasa.

"Kezo, lama tak jumpa."

"Norkes, apakah itu benar kau?"

Norkes kemudian mengeluarkan pedang Legendaris, mencoba memberitahu si iblis penguasa bernama Kezo itu bahwa yang ada didepannya memang benar-benar makhluk Primordial.

"Ini cukup mengejutkan, aku dengar kau sudah mati pada waktu itu."

"Jiwaku mengikuti sebuah cahaya dan tiba-tiba aku terbangun di tubuh ini, aku berbagi tubuh dengan seseorang dari ras manusia yang sempat berbicara denganmu diawal. Dia bernama Ken."

Loh? jadi mereka sudah saling kenal, saya pikir saat Norkes berniat bertukar posisi. Dia ingin menghadapi iblis penguasa itu menggantikan saya, tapi saat ini bukankah mereka tampak seperti bukan musuh.

"Jadi apa yang akan kau lakukan saat ini."

"Sudah jelas, aku ingin kembali ke dunia baru, jadi jika kau mengizinkanku untuk lewat. Maka aku akan menyimpan kembali pedangku."

Kezo terlihat tersenyum mendengar peringatan itu, dia kemudian berkata:

"Kalau begitu, izinkan aku ikut denganmu ke dunia baru."

Saya benar-benar terkejut, Norkes sepertinya juga memikirkan hal yang sama. Saya memang sudah tahu tentang sifat buruk yang dimiliki oleh iblis, tapi yang ini terlihat sangat konyol. Dia sudah mengalahkan ribuan iblis-iblis yang berniat mendekati gerbang utama, dia sudah bekerja sangat jauh. Tapi kemudian dia membuang semua itu dan memilih untuk meninggalkan tugasnya, lalu apa yang dia pikirkan saat membunuh ribuan iblis itu. Apakah itu hanya bentuk senang-senang menurutnya.

"Apa maksudmu?."

"Kau pasti sudah tahu kan jika Forez saat ini ada di dunia baru, si bodoh itu tiba-tiba meninggalkanku sendirian untuk menjaga gerbang ini. Aku juga dengar bahwa Forez berhasil mendapatkan salah satu dar 11 pedang Legendaris, itu membuatku penasaran tentang dunia baru."

"Tunggu, bagaimana dengan gerbang ini?"

"Aku akan memerintahkan para iblis pemegang daerah untuk menjaga gerbang ini."

"Apa akan baik-baik saja?"

"Jika memang mereka melakukan kesalahan, maka aku akan membunuhnya."

Kezo lagi-lagi mengeluarkan senyuman mengerikannya, definisi penguasa disini mengarah pada sosok iblis yang mampu mendapatkan semua keinginannya. Saya berpendapat jika para iblis yang Kezo sebut sebagai pemegang daerah juga pasti bertingkah seenaknya tanpa menghiraukan ancaman dari Kezo. Mungkin suatu hari nanti, mereka juga akan meninggalkan tugas yang diberikan pada mereka.

"Bagaimana?"

"Aku memiliki satu syarat, kau harus bisa merahasiakan identitasku."

"Kau bisa mengandalkanku, aku juga berniat merahasiakan identitasku."

Kezo kemudian memanggil iblis pemegang setiap daerah yang berjumlah 7 iblis, diantaranya ada Zio yang memiliki kerajaan di daerah pusat, Marky pemegang daerah sumber air, Nois pemegang daerah hutan, Elisa pemegang wilayah kota hukum, Verno pemegang daerah nuklir, Taka pemegang daerah kabut, Keila pemegang daerah sumber cahaya.

Mereka semua berlutut dihadapan Kezo sang iblis penguasa, namun yang jadi pertanyaan saya. Kenapa mereka tidak bekerja sama untuk mengalahkan Kezo dan pergi ke dunia baru, bukankah saat ini peluangnya lebih besar karena iblis penguasa disini hanya tinggal satu, Apakah mereka tidak tertarik dengan dunia baru, ataukah mereka saling bermusuhan sehingga sulit untuk bekerja sama.

"Dengar semuanya, aku akan pergi ke dunia baru karena ada urusan. Jadi aku menyerahkan tugas menjaga gerbang utama kepada kalian, jika ada satu pun iblis yang berhasil melewati gerbang ini. Maka aku akan memenggal kepala kalian satu per satu, mengerti?"

semua iblis pemegang daerah itu menjawab serentak sambil menundukkan kepalannya.

"Mengerti."

Saya merasakan mana dari masing-masing iblis pemegang daerah, mereka memiliki kekuatan yang cukup hebat. Saya yakin masing-masing dari mereka memiliki skill unik, jika saja mereka bekerja sama. Tidak ada lawan yang mustahil untuk dikalahkan.

Norkes menukar posisi dengan saya, kami juga sempat berbicara sebelum masuk ke dunia baru.

"Seperti yang aku ucapkan tadi, aku berniat merahasiakan keberadaanku. Jadi aku tidak akan lagi mengambil alih tubuh ini, kita tidak akan bertukar posisi meskipun seandainya kita berada dalam bahaya. Aku harap kau terus berlatih mempelajari sihir untuk berkembang menjadi lebih kuat lagi."

"Bagaimana dengan mana milikmu?"

"Kau boleh meminjamnya sesukamu, asalkan itu bisa membuatmu lebih kuat."

"Bukan begitu, maksudku bagaimana jika ada yang curiga bahwa itu adalah mana mu?"

"Tenang saja, aku mencampur mana ku dengan mana milikmu. Jadi ini seperti kelahiran dari mana yang berbeda."

Tak masalah jika saya tidak bisa lagi bertukar tempat dengan Norkes, asalkan saya masih bisa meminjam mana miliknya. Itu sudah lebih dari cukup, lagipula kami masih bisa berkomunikasi untuk meminta saran jika memang kami berada dalam situasi yang berbahaya.

Saya kemudian memperhatikan Kezo, Terlihat dia masih mengintimindasi para iblis pemegang daerah. Masih terus mengoceh tentang hal-hal yang cukup menyeramkan sambil memasang senyuman khasnya dan juga kebiasaannya mengeluarkan aura saat berbicara, sepertinya dia memang menyukai hal-hal seperti ini.

"Hey Kezo, sampai kapan kau mengoceh? jika memang kau ingin ikut. Maka cepatlah bersiap."

"Bisakah kau diam sebentar, Ken. Atau aku juga akan membunuhmu."

Saya berjalan menuju gerbang utama tanpa menghiraukan iblis itu.

"Hey, tunggu. Ayolah aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepada para bawahanku."

Saya masih terus berjalan tanpa melambat sedikitpun, dan Kezo pun akhirnya mengikuti. Sampai di depan gerbang, saya hanya melihat warna merah, seperti warna yang menyinari dimensi ini.

'Kenapa?"

"Ah, tidak apa-apa."

Saya berjalan memasuki gerbang itu, berjalan cukup jauh hingga saya melihat cahaya yang berwarna putih. Semakin saya berjalan, cahaya berwarna putih itu perlahan mengalahkan sinar merah yang saya lihat diawal. Sampai akhirnya saya melihat dedaunan dan tanah yang berwarna semestinya, saya juga melihat matahari yang bersinar. Ini seperti surga. Yang awalnya mata saya hanya dipenuhi dengan warna merah dan hitam. Kini saya bisa melihat warna-warninya dunia ini, namun sepertinya Kezo tidak terlalu menunjukan ekspresinya. Mungkin dia sudah pernah pergi ke dunia ini sebelumnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!