NovelToon NovelToon

THE FRATERNITY

Kembali Ke Jakarta

Adam berada Apartemennya, tepatnya di balkon kamarnya. Adam mengambil ponselnya yang ada di saku celananya, kemudian menekan nomor ponsel milik ibunya. Adam ingin menghubungi ibunya dan meminta ibunya untuk mengurus kepindahan nya ke Jakarta.

Selang beberapa menit, panggilan tersambung..

"Hallo Mama. Minggu depan aku akan pindah kuliah ke Jakarta. Aku sudah tidak betah disini. Jadi dalam minggu ini aku akan mengurus semua administrasi dan kepindahan kuliahku. Jadi besok adalah hari terakhirku kuliah dibsini. Aku mau mama mengurus nya."

"Baiklah, sayang. Kalau itu maunya kamu, mama akan mengurus semua disini."

"Terima kasih, mama. Aku menyayangimu."

Setelah selesai berbicara dengan ibunya, Adam pun mematikan panggilannya.

^^^

Keesokan harinya, setelah sarapan pagi. Adam langsung pergi meninggalkan Apartemennya untuk menuju Kampusnya hanya untuk mengurus kepindahannya Ke Jakarta dan juga berpamitan dengan teman-teman sekelasnya dan juga keenam sahabatnya.

***

Adam sudah berada di Kampusnya. Ketika Adam tiba di Kampus. Teman-temannya dan juga keenam sahabatnya dengan semangat dan kekompakan.

"Selamat pagi dan selamat datang di Kampus,  Dirandra Adamka Abimanyu!" seru mereka semua ketika melihat Adan melangkah memasuki kelas

Adam yang melihat dan mendengarnya tersenyum bahagia. Kini Adam telah duduk di kursinya.

Adam menatap satu persatu wajah keenam sahabatnya, begitu juga dengan teman-teman sekelasnya.

"Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian!" seru Adam.

"Apa, Dam? Kau mau menyampaikan apa pada kami?"

"Aku besok mau balik ke Jakarta," jawab Adam.

"Ba-balik ke Jakarta?"

"Hm." Adam menjawabnya dengan deheman.

"Tapi kau akan balik lagi ke sini kan?"

"Kayaknya tidak. Ini adalah hari terakhirku kuliah di sini bersama kalian. Dan hari terakhir aku di Amerika." Adam menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu dengan wajah sedihnya.

"Tapi kenapa, Dam? Apa ada yang membuatmu tidak nyaman kuliah di sini?"

"Atau ada yang mengusikmu selama tinggal di Amerika ini?"

"Tidak. Aku nyaman tinggal di negara ini. Dan aku juga nyaman kuliah di sini. Hanya saja, aku memang benar-benar ingin balik ke Jakarta."

"Apa tidak bisa dibatalkan, Dam? Disini saja ya."

"Tidak bisa. Aku minta maaf," jawab Adam.

Adam menatap sedih keenam sahabatnya yang sudah menangis mendengar keputusan Adam yang akan kembali ke Jakarta.

"Kalian tidak perlu khawatir dan sedih. Walaupun aku balik ke Jakarta. Kita tetap menjadi sahabat. Aku akan sering-sering menghubungi kalian. Kitakan punya grup chat. Kita akan melepaskan rindu disana." Adam berbicara sembari memberikan semangat keenam sahabatnya

"Baiklah, Dam. Kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Aku dan yang lainnya menghargai keputusanmu itu."

"Terima kasih.

***

Di kediaman keluarga Bimantara. Terlihat seorang pemuda tampan yang masih terlelap di dalam kamarnya. Pemuda itu adalah Danelio Danish Bimantara, putra kedua dari Evan Hara Bimantara.

"Danish, ayo bangun. Ini sudah jam 06.00 pagi. Nanti kamu bisa terlambat pergi ke Kampusnya." Dhira berucap sambil menarik selimut Danish.

"Yaelah Mama. Ini masih jam 6 kan. Aku berangkatnya jam 8," jawab Danish sambil mengucek-ucek matanya.

"Ya, ampun Danish. Kamu itu mandinya lumayan lama. Belum lagi pakai bajunya milih-milih dulu. Tambah lagi sarapan. Sudah berapa menit waktu yang terpakai sayang."

"Iya, ya. Aku mandi sekarang! Papa dan kak Garry sudah bangun belum, ma?"

"Jangan ditanya lagi. Mereka sudah bangun dari tadi. Tidak kayak kamu setiap hari dibangunin. Ya, sudah Mama tunggu dimeja makan."

Setelah itu, Dhira pun pergi meninggalkan kamar Danish. Sementara Danish langsung beranjak dari tempat tidurnya dan kemudian bergegas ke kamar mandi.

Setelah berpisah dengan istrinya Utari. Evan menikah lagi dengan seorang perempuan yang baik hati. Perempuan itu adalah Dhira. Evan menikah bukan karena dia sudah tidak mencintai istrinya lagi, tapi dia menikah karena rencana jahat sang Ibu dan kakak perempuannya.

Evan tidak mengetahui, apa yang sudah dilakukan oleh ibunya. Dirinya hanya menuruti semua kemauan ibunya.

Dhira adalah sosok istri yang baik untuk Evan dan ibu yang penyayang untuk ke dua putranya yaitu Ayden Garry Bimantara dan Danelio Danish Bimantara. Dhira sangat tulus menyayangi mereka berdua.

***

Di kediaman keluarga besar Abimanyu, seluruh anggota keluarga telah berkumpul di meja makan untuk melakukan ritual mereka yaitu sarapan pagi.

"Oh, ya! Mama ada kabar baik untuk kalian berdua!" seru Utari sembari menatap dua keponakan tampannya yaitu Mahanta Ardiya Abimanyu dan Ekawira Harsha Abimanyu.

"Kabar apa, Mama?" tanya Ardi penasaran.

"Adam akan pulang ke Jakarta. Dan Adam akan kuliah disini bersama kalian. Dan mama sudah mengurus semuanya."

"Benarkah, Ma? Waaaah! Ini kabar yang sangat menyenangkan. Aku makin tidak sabar ingin cepat-cepat bertemu dengannya. Sudah berapa lama ya tidak bertemu dengan anak kelinci itu. Aku sangat-sangat merindukannya?" ucap Harsha.

"Memangnya cuma kau saja yang merindukan si kelinci bongsor itu. Kakak juga merasakan hal yang sama," saut Ardi.

"Kapan Adam pulang, Ma?" tanya Harsha dengan semangat.

"Besok! Jadi, bisakah kalian menjemputnya di bandara?" tanya Utari tersenyum.

"Bisa," jawab Ardi dan Harsha bersamaan.

Mereka semuanya tersenyum ketika mendengar jawaban antusias dari Ardi dan Harsha. Mereka bisa melihat ada kerinduan yang terpancar di mata keduanya untuk adiknya.

"Ayoo, sekarang habiskan sarapan kalian. Nanti kalian bisa terlambat ke Kampus," ucap Yodha, sang kakek

"Baik, Kakek!" jawab Ardi dan Harsha bersamaan.

Mereka pun kembali melanjutkan sarapan paginya dengan tenang dan hikmat.

***

Adam berada di ruang tengah Apartemen miliknya. Dirinya duduknya di sana sebelum rasa kantuknya menyerang.

Adam saat ini sedang memikirkan keenam sahabatnya. Wajah sedih dan kecewa keenam sahabatnya masih terngiang-ngiang di otaknya.

"Apa aku telah salah mengambil keputusan untuk balik ke Jakarta? Maafkan aku." Adam menggumam dalam hatinya.

***

Pesawat yang di tumpangi oleh Adam sudah landing di bandara Soekarno Hatta satu jam yang lalu. Adam menduduki dirinya di salah satu kursi yang ada di ruang tunggu bandara sambil mendengarkan musik.

"Aiisshh! Dari pada aku duduk disini kayak orang bodoh menunggu jemputan yang tak kunjung datang. Mending aku pergi dari sini saja. Menyebalkan! Lebih baik aku menginap di Apartemen milik kakek dan sekalian aku tidak akan memberikan kabar kepada mereka. Biarkan saja mereka kelimpungan mencariku. Siapa suruh membuat seorang Dirandra Adamka Abimanyu menunggu lama di bandara?" Adam menggerutu

Adam beranjak dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan bandara Soekarno Hatta.

Beberapa jam dalam perjalanan, Adam pun telah sampai di depan gedung Apartemen milik kakeknya.

Adam melangkah memasuki gedung Apartemen tersebut dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

Kini Adam telah berdiri di depan Apartemen kakeknya. Adam menekan pin pintu Apartemen tersebut. Setelah itu, Adam pun membuka pintu Apartemen itu.

CKLEK

"I AM BACK!" seru Adam saat kakinya melangkah memasuki Apartemen itu

Kekhawatiran Utari

Danish sudah berada di Kampusnya. Kini dirinya dan gengnya sedang ada di Rooftop. Hari ini mereka berencana ingin mengganggu dan memancing keributan dengan geng BRAINER. Saat mereka sedang berdiskusi dan merencanakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang yang mendekat kearah mereka. Dia adalah Sigit, mahasiswa fakultas ekonomi.

"Maaf  kak Danish aku terlambat, Ini pesananmu," ucap Sigit.

"AKU SUDAH BILANG RASA MANGGA. KENAPA MALAH MELON. APA KAU TULI, HAH?!" bentak Danish.

PLAKK!!

Sebuah tamparan sukses mendarat di wajah Sigit. Setelah Danish puas menampar Sigit. Danish berlalu pergi meninggalkan Rooftop untuk menuju kantin.

"Makanya lain kali kalau disuruh itu yang benar," ucap Indra, lalu mendorong tubuh Sigit sehingga terjatuh di lantai

BRUUKK!!

Di kantin geng BRAINER yaitu Arka, Ardi, Kenzie, Sakha, Gala dan Harsha sudah duduk dengan tenang di kursi masing-masing.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Harsha.

"Apa saja, Sha? Samain saja semuanya." mereka menjawab secara bersamaan.

"Oke, dech. Sebentar ya." Harsha pun langsung berdiri dan melangkahkan kakinya pergi memesan makanan

Sedangkan di meja lain, geng BRAINER tidak menyadari adanya geng BRUIZER yang sedang menatap mereka dengan tatapan sinis. Mereka beranjak dari tempat duduk mereka, lalu melangkahkan kaki menghampiri meja geng BRAINER yang tak jauh dari meja mereka dan tidak sengaja mereka berpapasan dengan Harsha yang sedang membawa pesanan.

Salah satu teman Danish yaitu Arya dengan sengaja menyenggol lengan Harsha yang mengakibatkan semua pesanan yang sudah dipesan terjatuh berserakan dilantai. Sontak membuat geng BRAINER yang lainnya tersulut emosi.

"Apa yang kau lakukan, hah?!" bentak Harsha.

"Oop, sorry. Aku memang sengaja," jawab Arya. tersenyum sinis

"Hei Danish. Apa kau dan gengmu tidak lelah selalu cari masalah dengan kami? Apa maumu sebenarnya Danish?" tanya Sakha yang berusaha menahan emosi

"Mauku adalah kau dan gengmu yang busukmu itu keluar dari kampus ini!" bentak Danish ketus.

"Apa kau sudah gila, hah?! Apa Kau pikir ini Kampus milik nenek moyangmu? Seenaknya saja kau menyuruh kami keluar dari Kampus ini. Kau pikir kau siapa?" Harsha balik membentak Danish.

"Aku tidak peduli. Di Kampus ini hanya ada satu geng. Geng itu adalah geng Bruizer. Jadi enyahlah kalian dari Kampus ini!" teriak Danish, lalu mendorong Harsha hingga terjatuh.

BRUUKK!!

"Harsha!" teriak mereka saat melihat Harsha yang terjatuh.

Ardi yang melihat hal itu, dengan kalapnya, Ardi balik mendorong Harsha.

"Beraninya kau mendorong adikku, hah! Kau pikir kau siapa? Kau tidak berhak menyuruh kami keluar dari kampus ini. Mentang-mentang ayahmu donatur terbesar di Kampus ini sehingga membuatmu menjadi belagu dan sok menjadi penguasa disini. Kau pikir kami semua takut padamu. Jawabannya tentu saja tidak!" Ardi menatap tajam Danish.

"Sudahlah, Di! Ayo, kita pergi dari sini. Percuma saja bicara pada mereka, buang-buang energi saja." Arka membujuk Ardi dan berusaha menghindari perkelahian

"Kau tidak apa-apa, Sha?" tanya Gala.

"Aku baik-baik saja, Gal." Harsha menjawab dengan memperlihatkan senyumannya.

Setelah itu, mereka semua pergi meninggalkan geng Bruizer yang masih ada di kantin.

Saat baru beberapa langkah meninggalkan Kantin, Harsha baru menyadari sesuatu.

"Astaga. Ya,Tuhan!" seru Harsha sembari menepuk jidatnya

"Ada apa, Sha?" tanya Sakha.

"Kak Ardi, kita melupakan sesuatu. Bukannya hari ini Adam pulang ke Jakarta dan kita sudah berjanji pada mama Utari untuk menjemputnya di bandara!" saut Harsha mengingatkan.

"Astaga. Kau benar, Sha! Kenapa kakak bisa lupa?" ucap Ardi.

"Tunggu dulu. Apa aku tidak salah dengar? Tadi kalian berdua mengatakan kalau Adam akan balik ke Jakarta?" tanya Gala.

"Iya, Gal. Adam bakal kuliah disini bareng kita," jawab Harsha.

"Waaah!! Kakak bahagia sekali mendengar Adam balik ke Jakarta. Kakak jadi tidak sabaran ingin cepat-cepat bertemu dengannya!" seru Arka yang diangguki oleh yang lainnya

"Ya, sudah kalau begitu. Ayo, kita pergi jangan sampai terlambat!" seru Ardi.

Setelah mengatakan hal itu, mereka pun berlalu pergi meninggalkan Kampus. Mereka tidak peduli harus membolos kuliah hari ini. Karena itu sudah menjadi kebiasaan mereka.

***

Sekarang mereka sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta. Selama 15 menit mereka berkeliling mencari Adam. Tapi hasilnya, mereka tidak menemukan keberadaan orang yang mereka cari. Terpampang raut khawatir di wajah mereka.

"Kak, bagaimana ini?" tanya Harsha khawatir.

"Tenanglah, Sha. Siapa tahu Adam sudah pulang ke rumah?" jawab Ardi.

"Ya, sudah. Kalau begitu kita pulang sekarang!" seru Sakha.

Akhirnya mereka semua pun pergi meninggalkan bandara dan pulang ke rumah masing-masing.

***

Ardi dan Harsha telah sampai di depan pintu rumah mereka. Ardi membuka pintu yang kebetulan tidak dikunci. Kemudian Ardi dan Harsha melangkah masuk ke dalam rumah.

"Kami pulang!" seru Ardi dan Harsha bersamaan

Mendengar suara Ardi dan Harsha, Alin langsung menghampiri keduanya. Terlihat raut lelah di wajah keduanya.

"Kalian sudah pulang? Kalian pasti lapar? Mama sudah memasak makanan kesukaan kalian," ucap Gauri Alindra Abimanyu.

Lalu tiba-tiba Utari datang dari ruang tengah dan menghampiri mereka yang ada di ruang tamu.

"Eh, kalian sudah pulang. Adam mana? Kenapa tidak pulang bersama kalian? Bukannya kalian yang akan menjemputnya di Bandara?" tanya Utari bertubi-tubi kepada kedua keponakannya.

"Mama Utari bicara apa? Bukannya Adam sudah ada di rumah?" tanya Ardi bingung.

"Kalian jangan bercanda. Adik kalian itu belum sampai di rumah. Kan kalian berdua yang akan menjemputnya," saut Utari panik.

"Maafkan kami mama Utari. Kami tadi terlambat menjemput Adam. Saat kami sampai di Bandara. Adam sudah tidak ada. Kami pikir Adam sudah ada di rumah," jawab Harsha menyesal.

"Jadi Adam sekarang ada dimana?" Utari sudah menangis.

"Utari, tenanglah! Adam pasti baik-baik saja. Percayalah! Coba kau hubungi dia sekarang?" Alin mencoba menghibur Utari.

Utari mengambil ponselnya dan menghubungi putranya. Terdengar suara operator 'nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi'

"Bagaimana?" tanya Alin.

"Tidak aktif, kak." Utari berucap dengan nada khawatir

Berulang kali Utari mencoba menghubungi putranya, tapi tetap saja jawaban yang sama. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.

Utari terduduk lemas di sofa ruang tamu dan air mata sudah mengalir di wajahnya. Dia begitu sangat mengkhawatirkan putranya. Dia tidak ingin sesuatu terjadi pada putranya itu.

Lalu tiba-tiba datang Bagas Baureksa Abimanyu dan mendekat kearah mereka. "Ada apa ini? Apa yang terjadi? Utari, kau kenapa menangis?" tanya Bagas pada sang adik.

"Adam, kak! Adam belum kembali ke rumah," jawab Utari yang menangis.

"Apa?" jawab Bagas kaget.

"Bagaimana bisa? Bukannya Ardi dan Harsha yang menjemputnya di bandara!" ucap Bagas.

Lalu Bagas menatap dan melihat ke arah Ardi dan Harsha. "Kalian tidak menjemput Adam di bandara?

"Maafkan aku papa. Kita berdua terlambat menjemput Adam di bandara. Saat kita tiba di bandara, Adam sudah tidak ada di sana." Ardi menjawab pertanyaan ayahnya sembari menunduk. Dirinya tidakk berani menatap papa dan bibinya. Begitu juga dengan Harsha.

"Kau jangan khawatir, Utari. Adam pasti baik-baik saja. Adam itu bukan pendatang baru di Jakarta. Jadi dia tidak akan tersesat. Adam anak hebat dan pemberani." Bagas berbicara sembari menghibur adik perempuannya

***

Two days later! Keluarga besar Abimanyu belum juga mendapatkan kabar tentang keberadaan Adam dimana? Tambah lagi ponselnya tidak bisa dihubungi. Mereka semua benar-benar sangat mengkhawatirkan Adam. Apalagi Ardi dan Harsha. Mereka berdua merasa bersalah. Mereka merasa lalai dan gagal menjalankan tugas.

Ditempat lain! Adam yang sedang asyik dengan kesibukannya sendiri di Apartemen, tidak peduli dengan keluarganya yang sedang mengkhawatirkan dirinya. Dia tetap fokus sama Game yang ada di Komputernya.

"Sudah dua hari aku disini. Bagaimana dengan mama ya? Pasti mama sekarang lagi mengkhawatirkan aku! Aah.. biarin saja. Lagian salah mama sendiri. Kenapa membiarkan anaknya menunggu lama di bandara? Padahal mama tahu sendiri kalau anaknya akan pulang. Aku juga sudah menelepon mama, tapi ponselnya gak aktif." Adam mengomel sambil terus asyik dengan permainannya

Adam menghentikan kegiatan bermain gamenya. Seketika Adam memikirkan ibunya dan keluarganya. Adam masih bingung. Apakah dia akan pulang atau akan tetap disini beberapa hari lagi? Dia masih kecewa dengan keluarganya. Hari pertama dia sampai di Jakarta. Bukannya sambutan yang dia terima, tapi malah kekecewaan yang dia dapat. Seharusnya dia dijemput, tapi nyatanya tidak ada satupun keluarganya yang datang menjemputnya.

"Aarrrggghhh!!" teriak Adam frustasi.

Setelah berpikir lama, Adam akhirnya memutuskan untuk pulang Ke Mansion Mewah keluarganyanya. Bagaimana pun, Adam sangat menyayangi ibunya? Dia tidak mau ibunya sakit gara-gara memikirkan dirinya.

Hari Pertama Kuliah

Ke esokkan harinya, Adam yang masih berada di Apartemen kakeknya kini tengah bersiap-siap. Setelah selesai dengan pakaiannya, Adam turun ke bawah.

Setibanya dibawah, Adam pergi menuju dapur. Adam membuka kulkas, lalu mengambil susu pisang kesukaannya.

Setelah mendapatkan dua botol susu pisang itu, Adam meneguknya habis tanpa sisa.

"Lebih baik aku ke Kampus terlebih dahulu. Setelah dari kampus, baru aku akan pulang ke rumah. Kalau misalnya mama marah-marah padaku. Aku sudah menyiapkan seribu alasan untuk menyerang mama!" seru Adam dengan tersenyum menyeringai

Setelah mengatakan hal itu, Adam pun langsung pergi meninggalkan Apartemen untuk menuju Kampus.

***

Setelah melakukan perjalanan selama satu setengah jam. Akhirnya Adam tiba di Kampus milik ibunya.

Kini Adam sudah berada di depan gerbang Kampus. Kemudian kakinya berjalan memasuki halaman gerbang Kampus tersebut. Setibanya di dalam, Adam bertanya kepada satpam yang berjaga disitu.

"Pak, ruangan Rektor dimana ya?" tanya Adam.

"Ooh, kamu mahasiswa baru yang dari Amerika itu? Nanti setelah dari gerbang ini ke kiri terus ke kanan, jalan lurus saja terus ke kiri lagi sudah sampai. Jalannya dari koridor ini saja ya." Satpam itu menjelaskan letak ruangan Rektor pada Adam sambil menunjuk arah koridor yang berada di kiri.

"Oke, pak. Terima kasih," jawab Adam sambil menundukkan kepalanya dan berjalan menuju koridor yang di tunjukkan satpam tersebut dan mengikuti arahnya.

^^^

Sesampainya di depan ruangan Rektor. Adam kemudian mengetuk pintu secara berlahan.

TOK!

TOK!

TOK!

"Masuk!" teriak Rektor dari dalam

CKLEK!

Adam membuka pintu tersebut. Setelah pintu itu terbuka, Adam melangkah memasuki ruangan tersebut.

"Selamat pagi pak. Saya mahasiswa baru pindahan dari Amerika seperti yang sudah ibu saya daftarkan." Adam berbicara lembut pada Rektor tersebut sambil menundukkan kepalanya

"Ooh iya, iya. Ibumu adalah pemilik kampus ini? Mari saya akan langsung tunjukkan jalan menuju kelasmu, "jawab Rektor tersebut

Setelah itu, keduanya pun pergi meninggalkan ruangan Rektor untuk menuju kelas Adam.

^^^

Sesampainya di depan kelas, Adma langsung melihat papan nama kelas yang berada di atas pintu. Fakultas Ilmu Komputer.

Rektor itu langsung mengetuk pintu kelas itu dan langsung memasukinya. Adam hanya mengikutinya dari belakang Rektor tersebut.

Semua tatapan dan pandangan orang yang berada di kelas itu langsung tertuju pada Adam. Adam yang menyadari hal itu hanya memberikan senyumannya kepada mereka semua.

Sedangkan para mahasiswa dan mahasiswi yang melihat Adam langsung saling berkata satu sama lain.

"Loh, kok tumben Rektor langsung yang mengantar mahasiswa baru itu? Biasanya kan dia menyuruh yang lain untuk mengantar mahasiswa yang baru masuk."

"Berarti dia anak orang kaya atau istimewa."

"Bisa saja, sih. Rektor kitakan selalu begitu."

"Tapi mahasiswa baru itu tampan juga, ya."

"Wajahnya itu loh, imut sekali."

Setelah Rektor tersebut mengantar Adam ke kelasnya. Rektor tersebut pun pergi menuju ruangannya kembali.

"Oh, iya. Silahkan perkenalkan namamu pada semua teman-temanmu!" ucap Dosen laki-laki itu

"Baik, pak."

Adam melihat dan menatap satu persatu wajah teman-teman barunya.

"Hallo semuanya, namaku Dirandra Adamka Abimanyu. Kalian bisa memanggilku Adam. Aku pindahan dari Amerika dan pindah kuliah disini ke tempat asalku."

"Baiklah, Adam. Sekarang silahkan duduk. Kita akan memulai mata kuliah kita."

"Baik, pak."

Adam berjalan menuju bangku paling belakang. Adam duduk paling pojok di bangku yang kosong. Bangku yang kosong itu bukan berarti tidak ada orangnya. Penghuni bangku tersebut sedang membolos. Penghuni tersebut adalah Ekawira Harsha Abimanyu, kakak sepupu Adam.

^^^

Setelah mengikuti materi kuliahnya selama dua jam. Kini Adam berada di kantin. Adam mengambil satu botol minuman dingin. Adam membukanya, lalu meminumnya berlahan. Setelah itu, Adam memutuskan menduduki dirinya di salah satu bangku sambil sibuk dengan ponsel di tangannya.

Adam menyadari bahwa orang-orang yang ada di kantin itu semua menatapnya. Ada yang menatapnya dengan tatapan kagum dan terpesona dengan ketampanannya dan ada juga yang menatapnya dengan tatapan tak suka. Tapi, Adam tidak memperdulikan semua itu. Adam masih tetap fokus sama ponsel di tangannya.

Disisi lain, Ardi dan Harsha bersama empat sahabatnya sedang berada di Rooftop. Mereka kini tengah khawatir akan adik kesayangannya yang tidak ada kabar selama dua hari. Dan sekarang adalah hari ketiga.

"Kak Ardi! Apa yang akan kita lakukan sekarang? Apa kita akan berdiam diri seperti ini terus? Bagaimana kalau terjadi sesuatu terhadap Adam?" tanya Harsha bertubi-tubi dengan wajah paniknya

"Tenanglah, Sha. Tidak akan terjadi apa-apa terhadap Adam. Dia anak yang kuat dan pemberani." Ardi berusaha menenangkan Harsha.

"Iya, Sha! Apa yang dikatakan kak Ardi benar. Kita berdoa saja semoga Adam baik-baik saja," ucap Gala.

"Ya sudah. Bagaimana kalau kita ke kantin saja. Biar kakak yang traktir!" seru Arka menyemangati.

"Waaaah.. benarkah kak Arka?" tanya mereka dengan wajah sumringah.

"Ya, benar. Ayooo!" ajak Arka.

Dengan semangatnya mereka berlalu pergi meninggalkan Rooftop untuk menuju ke kantin.

^^^

Mereka semua sekarang sudah berada di kantin. Setiba di kantin, tanpa basa-basi lagi mereka langsung memesan makanan. Seperti biasa Harsha yang akan memesan makanannya dan seperti biasa juga makanan yang mereka pesan sama.

Saat Harsha beranjak dari tempat duduknya, matanya tak sengaja melihat sosok orang yang dikenal.

"Adam," batin Harsha.

Melihat Harsha yang tiba-tiba terdiam, Sakha menepuk pundaknya.

"Sha, ada apa? Kenapa tiba-tiba kau melamun?" tanya Sakha.

"Kak Ardi itu Adam!" seru Harsha sambil jari telunjuknya menunjuk ke arah orang yang dimaksud.

Dengan kompaknya Arka, Ardi, Kenzie, Sakha dan Gala mengalihkan pandangan mereka melihat kearah yang di tunjuk oleh Harsha. Terukir senyuman di bibir mereka saat mereka melihat Adam dalam keadaan baik-baik saja.

Tanpa menunggu perintah. Mereka langsung berlari menghampiri adik mereka.

"Adam!" teriak mereka dan mereka pun langsung memeluk Adam.

Semua orang yang ada di kantin itu melihat kearah kelompok BRAINER. Mereka menyadari kalau teriakan mereka tadi, mengundang tatapan dari para pengunjung kantin. Tapi mereka tidak peduli dengan semua itu. Lagian orang-orang yang ada di kantin itu tidak akan ada yang berani protes pada mereka.

"Yak! Apa-apaan kalian, kak? Lepaskan aku!" teriak Adam kesal yang merasa terganggu.

Mereka melepaskan pelukan mereka dari Adam dan menduduki diri mereka di kursi. Tatapan mata mereka tak henti-hentinya menatap Adam dengan penuh kebahagiaan. Terutama Ardi dan Harsha. Mereka sangat lega ternyata Adam baik-baik saja.

"Kau ke mana saja tiga hari ini, Dam? Kami semua sangat mengkhawatirkanmu!" ucap dan tanya Ardi.

"Untuk apa kalian mengkhawatirkanku. Justru baguskan kalau aku tidak ada didekat kalian. Kalian bisa bebas melakukan apa saja," jawab Adam ketus yang masih fokus dengan ponselnya.

"Kenapa kamu bicara seperti itu, Dam? Kami memang benar-benar mengkhawatirkanmu," ucap Harsha.

Adam jengah, lalu menatap satu persatu wajah kakak-kakaknya.

"Sudahlah, kak. Simpan saja semua bualan kalian itu. Aku tidak akan percaya."

Setelah mengatakan itu, Adam langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka semua.

"Adam tunggu!" Harsha menahan tangan Adam untuk tidak pergi.

"Adam, dengar dulu. Kita semua benar-benar khawatir, apalagi mama Utari. Mama Utari tak henti-hentinya menangis memikirkanmu, Dam." Harsha berbicara sambil menatap wajah tampan Adam.

"Kalau memang kalian semua sayang dan peduli padaku. Kenapa kalian tidak menjemputku di bandara? Tidak ada satu pun dari kalian yang datang menjemputku. Kalian tahu berapa jam aku menunggu disana, hah? Satu jam lebih aku menunggu kalian seperti orang bodoh. Bahkan aku juga sudah menghubungi mama berulang kali, tapi hasilnya apa? Ponselnya mama tidak aktif sama sekali!" teriak Adam.

Teriakan Adam membuat orang-orang yang ada di kantin kaget, lalu mereka semua melihat ke arahnya

"Kami minta maaf, Dam! Kami terlambat menjemputmu. Saat kami tiba di bandara, kamu sudah tidak ada!" seru Ardi yang diangguki oleh yang lain.

"Aku tidak peduli. Yang jelas sekarang aku belum mau pulang."

"Lalu kau tinggal di mana?" tanya Harsha.

"Kalian tidak perlu tahu." Adam menjawab dengan nada ketus.

Setelah itu, Adam berlalu pergi meninggalkan kakak-kakaknya. Dan tanpa Adam sadari, para kakak-kakaknya mengikutinya dari belakang dengan jarak yang tidak terlalu dekat.

Sekarang Adam sudah berada di halaman kampus dan tanpa sengaja Adam menabrak seseorang.

"Maaf, aku tidak sengaja." Adam menundukkan kepalanya dan berlalu pergi.

"Hei kau, tunggu!" seru Danish.

Adam menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke arah Danish.

"Ada apa?"

"Ooh.. jadi kau mahasiswa baru itu ya?" tanya Danish.

"Iya! Memangnya kenapa?" tanya Adam balik.

"Kau tahukan? Setiap mahasiswa baru yang baru masuk harus mematuhi peraturan di Kampus ini?" tanya Nuta Prana Khe.

"Ya, aku tahu. Di Kampus manapun pasti selalu ada peraturannya kan?" jawab Adam santai.

"Bukan itu maksudku, bodoh." Prana berucap kesal.

"Lalu apa? Kalau ngomong itu yang jelas bodoh," jawab Adam yang tak terima di katakan bodoh.

Prana mengepalkan tangannya kuat. Baru kali ini ada orang yang berani mengatatainya bodoh.

"Maksud dari perkataan temanku tadi itu adalah kau sebagai mahasiswa baru disini harus mematuhi semua perintah kami. Mengerti!" Kavi Nuta Kevala menjelaskan apa yang dimaksud oleh Prana kepada Adam dengan nada tinggi.

"Apa aku tidak salah dengar, hah? Kalian menyuruhku untuk mematuhi semua perintah kalian. Yang benar saja. Memangnya kalian itu siapa? Seenaknya saja kalian mengatur hidupku." Adam menjawab dengan wajah kesal.

Tidak ingin berlama-lama berurusan dengan Danish dan gengnya, Adam memilih pergi meninggalkan mereka semua.

"Wah, wah. Ternyata anak baru ini berani juga pada kita, Danish!" seru Indra Balamani.

"Wooi, anak baru. Urusan kita belum selesai. Dasar pecundang!" teriak Kim Danish.

Adam menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, lalu menatap tajam kearah Danish.

"Mau apa lagi? Aku tidak ingin berurusan denganmu maupun geng bodohmu itu. Jadi jangan pernah mengusik kehidupanku. Mengerti!!" Adam berucap dengan kejam.

Setelah itu, Adam kembali melanjutkan langkahnya.

Sedangkan para kakak-kakaknya hanya tertawa geli melihat kelakuan sang adik yang sedang berhadapan dengan Geng Bruizer. Awalnya mereka khawatir kalau Adam kenapa-napa, tapi di luar dugaan adik mereka bisa mengatasinya.

"Beraninya kau menghina gengku, bocah sialan! Kalian berdua serang dia!" titah Danish emosi.

Saat kedua temannya yaitu Arya dan Cakra ingin menyerang Adam, terdengar suara teriakan.

"ADAM! AWAS! teriak Harsha.

DUUAAGGHH!!

DUUAAGGHH!!

Adam langsung berbalik dan melayangkan tendangan tepat kearah dua pemuda yang menyerangnya membuat mereka berdua tumbang.

"Waaaaaaw.. hebat sekali dia!" seru orang-orang yang menyaksikan kejadian langka itu.

Beberapa orang yang melihat kejadian itu berdecak kagum atas keberanian Adam sang anak baru di Kampus. Karena selama ini tidak ada yang berani melawan mereka, selain Geng Brainer. Hanya geng Brainer lah yang selalu berani melawan mereka. Karena kedua geng ini sama-sama punya pengaruh kuat di Kampus.

Adam menghampiri mereka dan menatap mereka satu persatu.

"Jangan pernah menyerang orang dari arah belakang. Apalagi orang itu sedang lengah. Itu tindakan yang sangat buruk. Hanya laki-laki pengecut yang melakukan hal itu." Adam tersenyum sinis.

Setelah itu Adam pergi meninggalkan Danish dan gengnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!