BRAK!!!
Tendangan itu tepat mengenai perut Xena hingga membuatnya jatuh tersungkur di antara lantai dan tembok. Matanya berkabut hendak meneteskan air mata, ia menatap Vano suami tercintanya.
Rasa sakit di tubuhnya tidak seberapa di bandingkan rasa sakit yang hatinya rasakan saat ini. Air matanya mengalir deras menatap ke arah suami dan juga wanita yang berada di belakangnya yang tanpa sehelai benang pun.
Selama 2 tahun pernikahan mereka, Xena selalu memikirkan alasan kenapa suaminya tidak ingin menyentuh dirinya selama ini.
Vano selalu bersikap dingin dan menatapnya penuh kebencian, bahkan dirinya tidak segan menyakiti fisik dan juga batinnya.
Dan kini ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Suami tercintanya tengah berhubungan badan dengan wanita lain, yang ia ketahui bernama Yani.
Xena mengenal Yani, yang tak lain adalah salah satu teman Vano saat suaminya masih kuliah dulu dan beberapa kali datang ke rumah Vano dengan teman yang lainnya.
Dan kini saat melihat pergumulan mereka, bukannya menyesal dan minta maaf, Vano justru menendangnya hingga jatuh tersungkur di lantai hingga terbentur tembok.
"Kenapa hiks, kenapa kakak melakukan ini padaku? Apa salahku padamu, kak? Kenapa kakak berusaha mendekatiku dulu, bahkan kakak melamar dan menikahiku, jika kakak hanya menyakitiku dan tidak mencintaiku?" ucap Xena dengan bibir bergetar menatap ke arah Vano dan Yani.
"Dan Kau!!! Kau begitu menjijikan, kau tahu jika Kak Vano sudah menikah denganku. Kenapa kau mau berhubungan badan dengan laki-laki yang sudah beristri, seperti seorang ja**ng, Dasar pel*cur!!!" ucap Xena dengan mata penuh kebencian menatap ke arah Yani.
BUGH!!!
Sebuah tendangan melayang ke arah kepala sebelah kiri Xena.
Pelakunya? Siapa lagi kalau bukan Vano.
"DIAM!!! Dasar kau PEMBUNUH!!!" teriak Vano.
"Kau, keluarlah!" Ucap Vano pada Yani
Yani tanpa banyak bicara menurut, ia bergegas mengambil bajunya yang berceceran di lantai dan segera memakainya, lalu ia segera keluar dari kamar.
"Aku akan mengajukan gugatan perceraian, percuma rumah tangga kita di lanjutkan tanpa adanya cinta dari salah satunya. Kau bisa melanjutkan hubungan dengan wanita yang kau cintai itu" ucap Xena meringis karena sakit.
Ia memejamkan matanya karena kepalanya begitu sakit, karena tendangan Vano begitu keras mengenai kepalanya, sampai darah kental keluar dari lubang hidungnya.
"Aaakkhhh!!!" teriak Xena saat rambut panjangnya di tarik begitu kuat kebelakang.
"Tidak semudah itu kau menggugat cerai aku, si*lan!!! Setidaknya kau harus mati dan mempertanggung jawabkan perbuatanmu, karena sudah membunuh Olive!!" ucap Vano membentak dan menatap penuh kebencian yang begitu dalam.
"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan, kematian Olive aku tidak ada hubungan denganku. Aku tidak tahu apa-apa" ucap Xena membela diri
"Dasar pembunuh!!! Kau kira aku bodoh? Aku tahu kau yang menjebak Olive, sampai dia di perkosa dan di bunuh oleh orang-orang suruhanmu!!!" ucap Vano menghentakkan dengan keras cengkraman di rambut Xena hingga kepalanya terbentur di tembok.
"Aaakkhhh, ssshhh" desis Xena saat kepalanya terbentur di lantai.
Xena menatap Vano yang tengah berjalan ke arah nakas dan mengambil sesuatu di laci.
Pandangan Xena sedikit mengabur karena kepalanya begitu sakit. Selama dua tahun menikah, ini kali pertama Vano begitu kasar padanya. Biasanya Vano hanya membentak, memaki dan menampar saja.
"Ucapkan selamat tinggal, Bi*ch!!" ucap Vano monodongkan pistol ke arah Xena.
DOR!!!
Suara tembakan begitu menggema di kediaman Vano. Randi, asisten Vano yang baru saja masuk ke dalam rumah Vano terkejut, saat mendengar suara tembakan itu.
Randi langsung bergegas menuju lantai dua, di mana kamar bos nya berada dan juga asal suara tembakan itu.
BRAK!!!
Randi membuka pintu dengan tergesa-gesa dan membuat bunyi dentuman antara pintu dan tembok.
"Astaga, Nyonya!!!" teriak Randi saat melihat Xena tergeletak di lantai bersimbah darah.
Luka tembakan tepat bersarang di dada nya, darah kental mengalir di lubang hidung dan mulut mengeluarkan seteguk darah segar.
"Uhuuukkk!!!" Xena merasakan sakit yang begitu luar biasa.
Ia masih sadar, meskipun penglihatannya sudah mulai kabur.
"Ya Tuhan, Nyonya. Kita harus ke rumah sakit sekarang!" ucap Randi mendekati Xena namun di halangi Vano.
"Untuk apa kau menolong pembunuh itu, Hah??" ucap Vano berteriak pada Randi.
"Siapa yang tuan maksud dengan pembunuh?" tanya Randi mengerutkan kening
"Tentu saja dia, siapa lagi kalau bukan DIA??? Wanita berbulu domba, muka polos namun hati busuk dan kejam seperti iblis. Bahkan tega membunuh Olive, adikku yang juga adalah sahabatnya sendiri, empat tahun yang lalu" ucap Vano dengan nafas naik turun.
"Tuan, bukan nyonya yang membunuh Nona Olive" ucap Randi
"Kau membelanya Ran?!" ucap Vano membentak dan melototkan matanya tidak percaya jika asistennya justru membela Xena.
"saya mengatakan hal yang sebenarnya tuan, saya datang kemari justru karena ingin memberikan anda bukti yang berhasil saya temukan tentang kasus pembunuh nona Olive" ucap Randi menyerahkan tab yang ada di tangannya.
Vano bergegas mengambil Tab milik asistennya, ia membuka dokumen dan bukti lain yang di sebutkan Randi. Matanya terbelalak, tubuhnya seketika bergetar.
"Yani?" ucap Vano menutup mulutnya.
"Ya tuan, dalangnya adalah nona Yani. Dia mengkambing hitamkan nyonya yang tidak bersalah apapun untuk menanggung semuanya.
Vano menoleh ke arah Xena yang tengah menahan sakit dan darah yang tidak berhenti keluar dari mulut, hidung dan di dadanya yang terkena tembak.
"Siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang!!!" ucap Vano sadar.
"Baik!" ucap Randi langsung bergegas keluar dan menyiapkan mobil.
Vano bergegas menghampiri Xena. Ia langsung menggendong istrinya menuju mobil. Xena merasakan tubuhnya di bawa, ia mendengar ucapan Vano. Namun pandangannya mulai kabur.
"Tolong bertahanlah, maafkan aku!! Tolong maafkan aku, sayang!! Aku bersalah!! Tolong tetaplah hidup" ucap Vano dengan air mata mengalir di kedua pipinya.
Dadanya begitu sesak, ia begitu menyesal saat melihat istrinya bersimbah darah karena ulahnya sendiri.
Dugaan tentang Xena yang ia pikir pembunuh Olive, membuatnya gelap mata hingga berakhir membunuh wanita yang sejak dulu mencintainya dengan begitu tulus itu.
"Ak-ku akan per-gi, se-moga ka-mu baha-gia" ucap Xena terbata-bata.
"Tidak sayang, aku mohon bertahanlah, hiks... Maafkan aku, aku begitu gelap mata sudah menyakitimu begitu dalam hanya karena dendam yang masih belum jelas" ucap Vano terisak dan menyesal.
"Aku mencintaimu Xena, namun dendam sudah membutakan ku dengan kebencian hingga menyakiti mu. Maaf kan aku!! Tolong berikan aku kesempatan untuk menebus semuanya, Aku akan memperlakukan kamu dengan baik dan hanya akan mencintaimu seorang di masa depan. Aku mohon tolong bertahanlah dan Maafkan aku" ucap Vano terisak.
"Aku me-maaf-kanmu, aku men-cintaimu Vano. Ak-ku ju-ga tidak me-nyesal dengan per-rasaan ini. Ta-pi Jika a-da kehidupan set-telah mati, ak-ku ber-harap ti-dak bertemu a-tau ti-dak ingin la-gi mencintai-mu dalam hi-dupku" ucap Xena terbata-bata dan pelan.
Degh!!!
Ucapan Xena membuat hati Vano teriris sakit. Vano menggelengkan kepalanya dan menggenggam tangan Xena.
"Jangan berkata seperti itu, aku mohon! Tolong tetap cintai aku di kehidupan manapun. Aku minta maaf, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Maafkan aku sayang. Aku menyesal. Aku akan akan melakukan apapun untuk menebus semua salah dan dosa ku padamu" ucap Vano mencium kening Xena.
"Ta-pi aku ti-dak ingin mer-rasakan sa-kit dan ter-luka lagi. Sela-mat Ting-gal Va-no" ucap Xena kemudian menutup mata, menghembuskan nafas terakhirnya.
"TIDAK!!! Sayang, bangun!!! Xena sayang, aku mohon bangun!!! Hiksss... Jangan tinggalkan aku! Aaakkkhhh!!!!!! Xenaaaaaa!!!!" teriak Vano di dalam mobil sembari memeluk tubuh istrinya.
Randi yang mengemudikan mobilnya terisak, Ia sangat bersedih dan juga merasa bersalah. Karena dirinya terlambat mencari bukti hingga berujung kematian istri bosnya itu.
...••••...
🌹
🌹🌹
🌹🌹🌹
🌹🌹🌹🌹
🌹🌹🌹🌹🌹
Jangan lupa klik
Favorit ♥️
Vote 👆
Like 👍
Comment 💬
Terimakasih
Thank You
Arigato Gozaimasu
Xie xie
Gracias
Gamsahaeyo
😘🤗
SRAK!!!
Tirai jendela kamar di buka, sehingga membuat cahaya matahari merangsek masuk.
"Xena bangun!! Apa kau tidak berangkat kuliah, hari ini? Lihat matahari sudah meninggi, biasanya kau bangun paling pagi, apa semalam kau begadang?" ucap ibu Xena yang bernama Utami, membangunkan putri semata wayangnya itu.
"Ugghh..." cahaya matahari yang menyilaukan dan juga Omelan sang ibu di pagi hari, membuat Xena terbangun dan mengerjapkan matanya.
Matanya membola dan mengembun saat menatap ibu yang paling menyayanginya itu. Sudah lebih dari satu tahun ia tidak bertemu dengan ibunya.
"Bukannya aku sudah mati? Bukannya aku di tembak Vano tepat di dada? Kenapa aku tidak merasakan sakit sama sekali?" ucap Xena bingung.
"Kenapa kau malah melamun Xena, bukannya kamu buru-buru mandi. Ini udah siang, kamu nggak ada mata kuliah hari ini, apa?" ucap Utami lagi
"Kuliah?" Beo Xena terkejut
"Astaga, kenapa kamu jadi orang linglung seperti itu. Sana mandi terus turun sarapan sebelum berangkat ke kampus" omel Utami kemudian beranjak dari kamar anak satu-satunya itu.
Xena masih diam mencerna apa yang sudah terjadi, matanya tidak sengaja menatap ponsel di atas meja kecil di samping tempat tidur, yang tengah di charger.
Ia mengambil ponsel itu sembari mengerutkan keningnya.
"Bukankah ini ponsel lama milikku?" Gumam Xena lagi.
Ia mengambil ponsel itu dan menyalakannya, tertera tanggal di layar ponsel. Xena terkejut dan menutup mulutnya agar ia tidak berteriak kencang.
"2020? Astaga... Jangan-jangan aku kembali hidup 4 tahun yang lalu?" ucap Xena.
Ia kemudian beranjak dari tempat tidur dan melihat ke cermin besar di kamarnya.
"Astaga, ini beneran aku 4 tahun yang lalu?" ucap Xena tidak percaya.
Drrrrtttt....
Tiba-tiba Ponsel yang Xena pegang bergetar dan sebuah nama yang sangat familiar muncul di layar.
OLIVE
Degh!!!
jantung Xena berdetak dengan cepat melihat nama itu, Xena menyadari jika saat ini ia kembali hidup 4 tahun yang lalu. Itu berarti Olivia, sahabat yang juga adik Vano masih hidup.
Jika semuanya sesuai dengan kilasan balik cerita yang pernah ia alami dulu. Olivia meninggal karena di perkosa beramai-ramai dan di bunuh di sebuah hotel, 1 tahun yang akan datang.
"Ha-Hallo Olive..." ucap Xena sambil menahan tangis agar tidak pecah.
"Xe, kamu di mana? Kenapa aku tidak menemukanmu di kampus" ucap Olive sahabat Xena yang juga adik dari Vano.
"Aku masih di rumah, aku akan berangkat sekarang" ucap Xena.
"Astaga! Cepatlah, aku tunggu di kantin. Jangan sampai telat masuk kelas. Ini kelas Pak Dodi!" ucap Olive mengingatkan jika saat ini merupakan kelas Pak Dodi, Dosen killer di kampusnya.
Setelah menutup telepon, Xena segera bergegas masuk ke kamar mandi.
...
Xena Yaksha, Putri satu-satunya Indra Yaksha dan Utami Pratiwi. Seorang mahasiswi Teknik Semester 4 yang mengambil jurusan Management.
Ia meninggal di usia 24 tahun di tangan suami tercintanya dan kini di hidupkan kembali pada usia 20 tahun. Di mana petaka itu belum terjadi dan sahabatnya Olive pun masih hidup.
Jika sesuai dengan apa yang terjadi di masa lalu. Malapetaka itu terjadi satu tahun mendatang.
"Karena Tuhan memberikanku kesempatan untuk hidup kembali, aku tidak akan membiarkan nasib buruk menimpaku, keluargaku dan juga sahabatku Olive. Sebisa mungkin aku mencegah kematian Olive yang menjadi penentu nasibku mendatang. Dan juga Vano..." ucap Xena menghela nafas.
Ia berharap ia tidak bertemu lagi atau tidak lagi mencintai pria yang sudah membunuhnya, karena dendam dan salah paham itu.
....
"Xena..." panggil Olive yang berjalan mendekatinya.
Xena yang melihat sahabatnya itu menahan diri agar tidak menangis. Ia merasa bahagia melihat Olive masih hidup, ia berharap ia bisa mencegah kematian itu.
"Ini kamu, serius???" ucap Sahabatnya itu terkejut melihat penampilan Xena.
Xena hanya tersenyum dan mengangguk.
"Kamu.... Oh iya astaga, kamu lama banget! Udah ayok kita ke kelas, lima menit lagi kelas mulai!" ucap Olive yang baru teringat jika kelas akan di mulai, ia menarik Xena dengan setengah berlari menuju kelas.
Untung saja mereka tidak telat, tepat setelah mereka duduk. Pak Dodi, Dosen killer itu masuk ke kelas.
Setelah selesai mengikuti kelas yang cukup membuat otak berdenyut karena terlalu banyak tekanan berpikir.
Akhirnya pelajaran itupun sudah selesai mereka ikuti, dan keduanya melangkah ke kantin bersama.
"Mau makan Apa Xe?" tanya Olive
"Samakan saja denganmu, ini!" ucap Xena sembari memberikan selembar uang berwarna merah muda pada Olive.
"Kamu seperti dengan siapa saja, simpan kembali uangmu!" ucap Olive menolak dengan wajah cemberut.
"Tidak, kali ini biarkan aku yang membayarnya. Kau harus belajar berhemat Olive, jangan terlalu baik memberikan makanan secara gratis pada orang lain meskipun itu adalah sahabatmu sendiri" ucap Xena.
"Aku bukan orang yang perhitungan Xe, aku punya uang" ucap Olive
"Aku tahu kau punya uang, kau anak dari keluarga Dirgantara yang sangat kaya raya. Tapi kau juga jangan terus menerus mentraktir ku. Kecuali orang itu adalah fakir miskin yang memang membutuhkan uluran tanganmu. Ambillah! Hari ini aku yang bayar, kita bisa bergantian saling membayar. Tapi aku tidak terima jika hanya kamu saja yang mengeluarkan uang" ucap Xena serius.
"Baiklah" ucap Olive mengalah.
Ia kemudian beranjak membelikan dua porsi makanan menggunakan uang yang Xena berikan padanya.
...
"Aku ikut!" ucap Olive saat mereka sudah selesai kelas dan berjalan menuju area parkir kampus.
Hari ini rencananya Xena ingin ke salon dan memotong rambut panjangnya. Dulu ia memanjangkan rambutnya, setelah ia tahu kriteria wanita yang di sukai Vano adalah Wanita berambut panjang.
Selain itu, Xena pernah mendengarkan ucapan Vano, yang mengatakan hal pada teman-temannya yang secara tidak sengaja ia dengar. Tepat dua tahun yang lalu, sebelum Vano berangkat kuliah S2 nya di negara Paman Sam itu.
Xena yang pada saat itu baru lulus SMA dan sangat mencintai Vano, ia ingin laki-laki itu melihat ke arahnya. Hingga ia mengubah penampilan remajanya menjadi penampilan yang lebih dewasa.
"Kau yakin? Kau tidak di jemput mang dadang?" tanya Xena
"Hmm, lagian aku tidak ada kegiatan hari ini, aku bisa memberi tahu mang Dadang kalau hari ini aku pulang bersamamu" ucap Olive
"Baiklah, ayo" ucap Xena.
Xena menuju ke tempat kendaraannya terparkir. Olive terkejut saat melihat sahabatnya itu menuju tempat di mana motor terparkir di sebelah kiri.
"Motor? Kamu bawa motor ke kampus? Bukannya kamu tidak bisa bawa motor?" tanya Olive terkejut.
"Hmm, sekarang aku sudah bisa bawa motor" ucap Xena tersenyum lembut ke arah Olive.
...••••...
Xena tersenyum dan meyakinkan Olive saat sahabatnya itu naik ke atas motor. Ia tidak memaksa sahabatnya itu untuk ikut bersamanya naik motor, namun dengan ragu Olive tetap ikut naik di boncengnya.
Xena memiliki trauma karena kecelakaan motor dan tidak berani naik motor sejak ia masih duduk di bangku SMP. Namun dari pengalaman sebelumnya setelah di kehidupan yang lalu.
Ia bisa naik motor karena paksaan Vano setelah menikah. Mungkin saat itu niat Vano hanya ingin menakut-nakuti Xena, namun karena itu pula traumanya menghilang.
Dengan kecepatan sedang, Xena melajukan motor maticnya menuju salon yang berada di dalam salah satu Mall terbesar di kota ini.
"Ayo turun!" ucap Xena setelah sampai di area parkir motor.
"Ya... Xe, kamu benaran bisa naik motor? kita selamat dan tidak luka-luka karena jatuh? Kita selamat sampe tujuan?" ucap Olive menatap Xena tidak percaya.
Tak!
"Awwss..." Pekik Olive saat keningnya jadi santapan sentilan jemari lentik Xena.
"Bicara tuh yang bener non, nggak boleh ngomong sembarangan. Ucapan adalah do'a, jadi jaga lisanmu sayang" ucap Xena
"He-he-he maaf Xe, aku kan kaget kamu sudah bisa bawa motor sendiri, padahal kamu anti banget sama yang namanya motor. Jangankan bawa, di bonceng pun kamu takut karena pernah kecelakaan dulu saat di bonceng mang Dulah" ucap Olive dengan senyum tiga jarinya.
"Hmm, Sudah. Ayo kita masuk!" ucap Xena menggandeng Olive menuju salon yang ingin di tuju?
Xena kemudian masuk ke salah satu salon terkenal dengan hair stylist nya. ia memangkas rambut panjang sepinggang miliknya, menjadi pendek sebahu.
Olive hampir teriak saat Xena mengatakan ingin gaya rambut seperti itu, karena ia tahu sahabatnya itu sangat menyukai kakaknya. Dan mendandani dirinya sesuai kriteria Vano yang menyukai wanita berambut panjang.
Namun ia terkejut, setelah Xena hari ini tampil polos tanpa make up ke kampus. Membuat wajah alaminya yang sangat cantik dan imut terlihat.
Bahkan beberapa mahasiswa kedapatan melirik dan memandang Xena penuh kagum. Hanya saja mereka tidak berani mendekat, karena dulu Xena membatasi diri bergaul dengan laki-laki selain Vano tentu saja.
Dan sekarang Xena memilih memotong rambutnya menjadi pendek. Sungguh Olive tidak tahu apa yang sedang di pikirkan sahabatnya itu.
Tentunya yang di pikiran Xena, ia akan menjadi dirinya sendiri dan tidak peduli dengan kriteria Vano. Bukankah bagus jika Vano tidak meliriknya, karena itulah yang Xena inginkan saat ini.
"Bagaimana?" tanya Xena saat rambutnya sudah selesai di potong.
"Aaaa...Cantik dan imut banget kamu Xe" ucap Olive terkesima dengan penampilan baru Xena. Ia tidak menyangka, justru dengan potongan rambut Xena sekarang. Ia terlihat cantik, anggun sekaligus imut secara bersamaan.
"Makasih pujiannya nona cantik" ucap Xena terkekeh dan memeluk lengan sahabatnya itu.
"Tapi kenapa kamu ubah penampilan kamu Xe?" tanya Olive penasaran.
"Aku hanya ingin suasana baru dan menjadi diriku sendiri Liv. Itu membuatku lebih nyaman menjalani hari-hari ku di masa depan" ucap Xena tersenyum.
"Agar dengan ini aku menjauh dari bayang-bayang Vano, aku tidak ingin merasakan sakit yang sama untuk kedua kalinya" lanjut Xena dalam hati.
"Oh seperti itu, lalu mau kemana lagi kita sekarang?" tanya Olive mengangguk percaya.
"Kamu sendiri mau beli apa?" tanya balik Xena.
"Aku lagi nggak tahu apa yang mau di beli. Aku ikut kamu aja deh hari ini. Kalau ada yang ingin aku beli, pasti aku ngomong nanti" ucap Olive.
"Okeh, kalau begitu ayo kita cari pakaian baru" ucap Xena
Keduanya masuk ke dalam pakaian casual bermerek. Olive mengerutkan keningnya lagi, saat Xena memilih beberapa baju over Size dan juga mampir di salah satu toko sepatu.
Tidak ada yang namanya Dress atau baju bermodel dewasa lainnya.
"Serius Xe, kamu beli pakaian kaya gini?" ucap Olive.
"Seriuslah! Udah ayo kita belanja lagi" ucap Xena terkekeh melihat sahabatnya terbengong.
Mereka berbelanja dengan nyaman dan juga bahagia. Tidak terasa sudah memasuki waktu makan malam, perut mereka berdua sudah berdemo minta di isi.
Akhirnya mereka berdua sepakat untuk makan di salah satu tempat makan yang cukup banyak di jumpai di mall yaitu "Bensinria"
Mereka berdua kompak memesan capcay di sana yang rasanya sangat mereka sukai karena pas di lidah mereka.
Jika mampir di tempat itu, itu adalah menu wajib yang mereka berdua pesan. Hanya bedanya Olive suka yang kuah sedangkan Xena yang di goreng.
Keduanya mengobrol dengan hangat, sampai dentingan pesan masuk terdengar dari HP Olive
Ting!
"Omegot, astajim!!!!" ucap Olive heboh sendiri dan berteriak.
"Heboh bener, malu di lihatin orang Olive" ucap Xena berbisik.
Xena menatap dan tersenyum canggung ke arah pelanggan lain yang menatap ke arah meja mereka berdua.
"Ada kabar sangat luar biasa dan aku yakin kamu pasti denger ini merasa senang juga" ucap Olive antusias, ia tidak menggubris pandangan orang-orang di sekitarnya, Ia terus berucap dengan semangat empat lima.
"Emang berita apa sih sampai kamu heboh begitu?" tanya Xena, namun seketika Xena diam karena teringat sesuatu.
"*S*it!!! Ya Tuhan aku lupa, kalau tidak salah Vano akan kembali ke negara ini. Jika tebakanku benar, itu ada seminggu-an lagi. Jangan-jangan kabar gembira itu..." ucap Xena dalam hati*
"Kak Vano seminggu lagi pulang ke sini Xe!!" ucap Olive sangat semangat.
Degh!!!
Tubuh Xena menegang, tebakannya ternyata benar. Vano, sosok yang sangat tidak ingin ia temui akhirnya muncul juga.
Xena tahu jika ia tidak bisa menghindari pertemuan dengan Vano, apalagi hubungan persahabatan ia dengan Olive dan juga hubungan kedua keluarga yang sudah bersahabat sangat lama.
"Xe, Woy kamu kok ngelamun" ucap Olive. menepuk pundak Xena.
"Eh, kenapa Liv, kenapa?" ucap Xena yang tidak mendengar apa yang di ucapkan sahabatnya itu.
"Aku bilang kita nanti jemput Kak Vano di Airport. Aku akan kasih ruang biar kamu bisa Deket sama Kak Vano" ucap Olive menarik turunkan alisnya menggoda Xena.
"Nggak!!" tolak Xena spontan.
"Hah??" ucap Olive terkejut.
"Ma-maksud aku, aku tidak bisa ikut jemput, ada urusan" ucap Xena memberikan alasan.
"Tumben kamu lebih pentingin urusan lain di banding kak Vano, biasanya kamu yang paling gercep jika itu soal kak Vano" ucap Olive mengerutkan kening heran.
Xena menghela nafas, setidaknya ia harus menjelaskan pada sahabatnya itu jika saat ini ia sudah tidak ingin dekat dengan Vano.
"Aku menyerah Liv, aku sudah tidak ingin lagi mengejar kak Vano" ucap Xena.
"Uhuukkk ... Uhuuukk..." Olive tersedak, karena terkejut tepat saat ia sedang minum.
"Astaga, ini minum dulu Liv, pelan-pelan makanya" ucap Xena sambil menyodorkan air mineral padanya.
Olive segera menenggak minuman kemasan itu, hingga habis setengahnya.
"Kamu sehat kan Xe, apa lagi demam? Coba aku cek... Eh nggak panas, kamu lagi bercanda kan Xe??" tanya Olive menatap sahabatnya itu tidak percaya.
"Aku serius" ucap Xena dengan tatapan yang sama serius juga.
"Kenapa?" tanya Olive dengan banyak pertanyaan di matanya.
...••••...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!