ANAKARALA sosok gadis yang berparas cantik, putih dan tinggi sekitar 168 cm. Anakarala memiliki sifat yang susah ditebak, selalu berubah-rubah disetiap situasi dan kondisinya. Sangat membingungkan penampilan dengan sifat yang diperlihatkan berbanding sangat jauh dengan apa yang akan kita bayangkan. ANAKARALA gadis cantik yang baru memasuki umur 20 tahun di bulan Desember kemaren. ANAKARALA dengan penampilan yang serba tertutup, mulai dari ujung kepala sampai ujung kakinya tertutup, yang bisa terlihat hanya matanya yang cantik seperti kilau mutiara yang indah, dengan Niqab yang melekat indah diwajahnya. Jika melihat penampilannya yang rapih, anggun dan elegan dengan Niqab (istilah syar'i untuk cadar yaitu sejenis kain yang digunakan untuk menutupi bagian wajah) diwajahnya mungkin kita akan berpikir kalau ANAKARALA adalah anak yang bisa dikatakan sempurna luar dalam.
Penuh dengan sejuta misteri tentang ANAKARALA....
Apakah dugaan kalian akan benar atau salah tentang ANAKARALA
Tunggu dan nikmatilah Alur Ceritanya..
Penuh Misteri, Teka-teki, Konflik, Humoris, Kisah Persahabatan, Percintaan dan Keluarga. Semua terangkum dalam kisah ANAKARALA ini.
Bagaimana kisah persahabatannya, kisah dengan keluarganya dan bagaimana dengan kisah percintaannya serta bagaimana hubungan dia dengan orang-orang disekelilingnya. Penuh dengan Misteri yang harus dipecahkan satu-persatu.
•°°•°°•°°•°°•°°•°°•
Terlihat dari jauh ada sosok perempuan yang berpakaian setengah rapih, cantik dengan rambutnya yang terurai, sedang berjalan dengan santai menuju gedung yang menjulang tinggi di depannya dengan tulisan SMA TUNAS BANGSA.
"Alara.. Alara... Anakarala!!"
Terik seseorang dari belakang Alara.
"Kamu tuli apa gimana sih... dari tadi aku panggil nggak dengar-dengar." Sambil berlari. Kata Alaisa dengan napas yang masih belum utuh dan menepuk pundak Alara.
Seketika Alara menoleh kebelakang dan menjawab "apaan si La" dengan wajah datar seperti tidak bersalah dan lanjut berjalan.
Itu la ANAKARALA yang masih anak remaja berusia 16 tahun, bulan desember mendatang genap berumur 17 tahun, masih labil dan susah diatur empat tahun lalu. Dengan sifatnya yang susah ditebak, kadang bisa menjadi sosok yang sangat sopan dan ramah sekali, terkadang juga bisa menjadi egois, kasar dan terkadang bisa menjadi sosok panutan bagi semua orang di sekitarnya.
ANAKARALA biasa dipanggil dengan Alara. Agak aneh si..., karena nama panggilannya terdengar tidak nyambung dengan namanya. Seharusnya dipanggil Arala. Tapi ini mala terbalik A-R-A-L-A menjadi A-L-A-R-A. Tapi jangan heran dengan nama Anakarala yang tidak nyambung sama sekali. Karena seperti itu la Anakarala penuh dengan kejutan dan misteri. Panggilan namanya menggambarkan sifatnya yang berbanding terbalik dengan penampilannya.
"Alara....!!" Pekik Alaisa sambil menunjukan wajah kesal karena dicuekin dan ditinggalkan oleh Alara.
ALAISA ANATASHA adalah sahabat Alara dari kecil, orang yang paling mengerti Alara, paling sabar dan paling sayang dengan Alara. Alara memanggilnya dengan sebutan Lala (Labil dan lamban).
"Yaa Lala". Kata Alara dengan senyuman yang dipaksakan sambil duduk di bangku dekat taman sekolah.
"Kamu hari ini lagi kenapa si Ra...?" dengan wajah yang sembringai menatap ke arah Alara. "Lagi dapet atau lagi galau". Timpa Alaisa lagi, dengan wajah penasaran.
"Nggak kenapa-kenapa La." Jawab Alara. "Cuman lagi ada masalah aja di rumah." Timpa Alara lagi.
"Nah... tuh kan..., pasti ada kenapa apanya... ee ada apa-apanya." Kata Alaisa. Sambil tertawa kecil karena dia sadar salah dengan ucapannya. "Ibu kamu berulah lagi ya Ra....?" Sambung Alaisa sembari menatap Alara dengan dalam-dalam dan menunjukan wajah khawatir.
"Ya seperti biasa La. Selalu bertingkah semaunya." Jawab Alara dengan wajah kesal.
"Yang kuat dan sabar ya Ra." Kata Alaisa sembari memeluk Alara dan mengusap pundak Alara, berusaha menenangkan Alara.
"Gue udah muak dengan masalah di hidup gue yang datang bertubi-tubi. Seolah-olah hanya ada gue aja di dunia ini orang yang paling dibenci sama sang pencipta." Kata Alara sambil marah dan memukul dirinya sendiri.
"Udah Ra...!" Sahut Alaisa (berusaha-menenangkan Alara). "Gue tahu gimana keadaan keluarga lo, gue paham Ra, dan bisa rasain apa yang lo rasakan sekarang Ra. Lo tenang aja, gue bakalan ada selalu untuk lo kok Ra." Timpal Alaisa sambil memeluk Alara dan seketika air mata Alaisa mengalir deras di pipinya yang lembut dan merona, seolah-olah dia yang berada diposisi sahabatnya.
Alara hanya bisa membisu dan berlinangan air mata sambil memeluk sahabatnya dengan erat. Mereka berlomba-lomba dalam mengeluarkan air mata, sudah terlihat seperti dua manusia yang sangat putus asa dengan hidupnya.
Tringgg
Suara bel masuk menyadarkan Alaisa dan perlahan melepas dekapan Alara kemudian menghapus air mata Alara yang mengalir di pipinya.
"Sekarang kita masuk kelas aja dulu ya Ra. Jangan pikirin itu terus, sekarang fokus aja sama sekolah dan si dia." Kata Alaisa dengan ceria berusaha menghibur dan menggoda Alara. "Yuk." Timpal Alaisa lagi sambil menarik Alara masuk kelas.
Mereka masuk kelas dan mulai menyimak pelajaran biologi. Disela-sela pelajaran seorang gadis dengan wajah yang cantik tapi cantikan Anakarala. Dia menarik rambut Alaisa yang panjang dan berkata "Hi babunya Alara, beliin gue minuman ke kantin dong..!" Dengan suara berbisik ke Alaisa.
Seketika Alara bergerak dari tempat duduknya yang berada di depan bangku Alaisa. "Kaisaa..!!" Dengan marah dan menepis tangan Kaisa dari rambut Alaisa. "Jangan pernah lo sentuh Lala ya..., sekali lagi lo coba-coba, habis lo...! Lala itu sahabat gue bukan babu..., ngerti lo." Sembari mendorong bahu Kaisa.
"Kalau bukan babu tu si Alaisa kenapa lo suruh-suruh dia terus. Kalau babu ya babu aja kali." Teriak Kaisa sambil tertawa.
"Lo yaa..., Awas lo... Lo cari gara-gara dengan orang yang salah." Jawab Alara dengan geram.
"Udah Ra... nggak usah kamu ladenin orang kayak si Kaisa..., lagian aku nggak kenapa-kenapa kok Ra." Kata Alaisa ke Alara dengan berusaha menghentikan dan menenangkan Alara.
"Kamu kenapa sabar bangat si la..., udah... ter...." Kalimat Alara terpotong karena Buk Siska marah.
"Kaisaa... Alara dan Alaisa kalian ikut ibuk keruangan BK." Kata Buk Siska dengan marah. "Selesaikan masalah kalian di ruang BK dengan Pak Salmon."
"Tapi buk..., itu salahnya Kaisa buk." Jawab Alara dengan kesal.
"Iii salah Alaisa tu buk, si babu." Timpal Kaisa.
"Tidak ada bantah-bantahan. Kalau kalian masih tetap nggak mau pergi... ibuk tambah hukuman kalian."
Seketika mereka langsung bergerak meninggalkan ruangan kelas menuju ruang BK.
Sampai diruang BK mereka ribut lagi dan Pak Salmon menghukum mereka dengan menyuruh membersihkan kolam renang.
"Bersihkan secara keseluruhan dan air kolamnya harus bersih tanpa ada satupun sampah di atasnya." Timpal Pak Salmon dengan gemulai. (Pak Salmon, guru BK yang sedikit maco, plin-plan, wajah lumayan tampan, tapi sayangnya gemulai alis agak banci cin).
Mereka kesal tapi tidak ada pilihan.
Alara membersihkan air kolam sampai tidak ada lagi sampah di atasnya. Alaisa membersihkan pinggiran kolam dan Kaisa menyapu sekitaran area kolam sambil masih berdebat dengan Alara.
Alara hampir selesai membersikan air kolam. Tapi tiba-tiba ia hampir jatuh, untungnya cepat ditangkap sama dia.
"Sorry... aku hanya menahan supaya lo nggak jatuh masuk kolam." Kata dia.
"Aaa... iiyaa." Jawab Alara terbata-bata."
Bukan Alara bangat, Alara gugup karena kaget mau masuk kolam atau karena kaget lihat dia.
Kisah ANAKARALA waktu itu..
Rekomendasi Novel yang sangat bagus untukmu, Six Blood, di sini dapat lihat: https://mangatoon.mobi/id/six-blood?content\_id\=2583773
Jangan lupa juga mampir ke novel baru aku Six Blood. Kali ini genre nya Kriminal.
ANAKARALA
"Hi Ra." Teriak Alaisa Sambil menepuk pundak Alara.
"Yaa La." Jawab Alara dengan lembut namun tetap kaget dengan kedatangan Alaisa.
"Gimana kuliah dengan Pak Salman tadi Ra lancarkan?" Tanya Alaisa dengan ceria.
"Yaa... Alhamdulillah lancar La." Dengan pancaran matanya yang indah diteduhkan oleh Niqab yang menempel di wajah Alara. "Kamu gimana lancar juga kan La?" Timpal Alara lagi.
"Ya... gitu dee Ra." Dengan wajah Alaisa yang terpancar senyuman lebar di bibirnya.
"Si dia gimana kabarnya La?" Tanya Alara sambil menyenggol bahu Alaisa.
"Dii... diaa... siapa?" Alaisa kembali bertanya dengan wajah bingung. "Kamu kali Ra." Timpal Alaisa sambil memegang wajah Alara dengan gemas.
"Kok jadi aku si La." Jawab Alara. "Aku ma nggak ada, kan kamu yang waktu itu PDKT dengan dia La." Timpal Alara sambil tertawa kecil menjahili sahabatnya itu.
"Ii... kamu ii." Jawab Alaisa sedikit sebal disambung tertawa kecil dengan pipinya yang mulai merona. "Kalau dia kan masa lalu Ra." Menunjukan wajah murungnya. "Aaa... kamu aa (kesal), kan aku jadi kembali ingat dia Ra." Timpal Alaisa disertai gerakan tangannya yang mencubit pelan Alara karena kesal dan sedikit malu.
"Kan kamu yang mulai duluan La." Jawab Alara dengan tertawa puas tapi masih terkontrol.
"Ya uda deh... jangan dibahas lagi." Kata Alaisa. "Yuk..., pulang yok Ra." Timpal Alaisa sambil merangkul bahu sahabatnya itu, yang sekarang telah menggenakan Niqab.
"Yaa." Sahut Alara tanpa bantahan, dengan sedikit jahil menarik kerudung Alaisa sembari berlari pelan meninggalkan Alaisa.
Perbedaan yang jauh berbanding terbalik dengan Alara yang dulu. Tapi hanya dari segi berpakaiannya yang berbeda. Sifat Alara masih susah di tebak. Kadang lembut, kadang masih kasar, keras kapala, dan masih tetap memiliki karakter tomboi yang kental didalam diri Alara. Sepertinya karakter yang satu itu tidak akan pernah hilang dari diri seorang ANAKARALA walau seperti apa pun penampilan dan gaya berpakaiannya.
Alaisa sahabat Alara sekarang juga kepincut gaya berpakaian Alara karena saking seringnya bersama. Penampilan Alaisa yang anggun dengan gaya berpakaian hijabnya yang moderen dan kekinian, mampu meluluhkan hati para cowok-cowok di kampusnya. Yaa... walaupun Alaisa belum menggunakan Niqab. Karena menurut Alaisa memakai Niqab butuh mental dan keyakinan yang kuat dan tambah ragu untuk memakai Niqab karena Alaisa masih belum yakin dengan sahabatnya Alara, yang sifatnya bisa berubah kapan saja. Alaisa takut Alara akan tidak Istiqomah karena Alaisa tahu apa alasan Alara berubah drastis.
Ditengah perjalanan pulang Alara baru ingat kalau dia mau ke tokoh buku.
"La... putar balik La, aku mau ke tokoh buku bentar La." Sambil menepuk pundak Alaisa.
"Oo... (Masih belum fokus) yaa Ra..., tokoh buku ya..., ayok." Sambil memutar balik motor yang dikendarainya. "Emangnya kamu mau beli buku apa si Ra...?" Tanya Alaisa kemudian.
"Ada deh..., penting pokoknya sambil (tersenyum kecil, terlihat dari gerak matanya yang merona). Jawab Alara dengan nada datar tapi menyimpan sejuta makna didalamnya.
"Mm... ya udah kalau nggak mau kasih tahu." Sambung Alaisa dengan sedikit kesal tapi tetap bersemangat.
Akhirnya sampai di tokoh buku. Alara masuk untuk mencari buku yang dari Minggu lalu sudah di incar nya. Sedangkan Alaisa menunggu di tempat motor karena kata Alara bakalan sebentar, cuma tinggal ambil buku aja lalu pulang.
Alara menelusuri semua rak buku untuk mencari buku yang ingin dia beli. " Yes... ini dia..., akhirnya dapat." Dengan suara agak keras sampai membuat laki-laki pakai masker yang duduk di bangku dekat rak bukunya menoleh, dan kemudian tersenyum kecil melihat tingkah lucu Alara.
Alara menyadari suaranya terlalu keras dan marasa malu. Kemudian pergi berlari kecil ke tempat kasir.
"Ada-ada saja cewek zaman sekarang. Aneh..., bercadar tapi kelakuannya beda ya. Mungkin anak baru tobat kali yah." Ucap lelaki itu dengan tersenyum. "Tapi gue ngerasa kenal sama tu cewek. Tapi dimana." Timpal lelaki tu lagi.
Alara sudah selesai bayar bukunya. Kemudian lanjut pulang ke rumah.
Sampai di rumah Alara membuka buku yang habis dibeli bersama dengan Alaisa tadi. Bukunya berjudul Uhibbuka Fillah.
Ketika memulai membaca buku itu, Alara teringat akan perkataan seseorang dimasa lalu. Kata-katanya selama ini masih Alara ingat dan selalu kepikiran. Ada rasa terbebani dan penyesalan yang di tunjukan dari pancaran matanya yang bulat merona itu.
... Bersambung...
Terlihat dari jauh ada Mobil Sport yang siap parkir di parkiran sekolah. Tidak lama keluar sosok pria yang pakai baju rapih, dengan kacamata hitam yang menempel di matanya. Pria tampan dan berkarisma menjadi idola setiap wanita di SMA TUNAS BANGSA dengan tinggi sekitar 178 cm. Siapa yang tidak kenal Akara Lakasmana, yang merupakan anak pengusaha terkaya di Indonesia.
AKARA LAKASMANA identik dengan sifat dinginnya kepada setiap orang, berpendirian, cuek dan paling sensitif jika menyangkut masalah keluarganya.
"Ka... Ka... Akara...!!" Suara seseorang membangunkan Akara dari lamunannya. "Hi... bro... melamun aja." Ucap Shafan sembari mendekap leher Akara dari belakang.
"Hi... bro" Sahut Akara dengan langsung menyodorkan tangannya ke Shafan kemudian mendekapnya sebentar. "Tumben lo rajin ke sekolah, biasanya sibuk dengan urusan bokap lo." Timpal Akara.
"Iya si... tapi gue kan mau refreshing juga Ka." Jawab Shafan sambil mengamati sekelilingnya.
"Refreshing..., di sekolah...!" Timpal Akara dengan ekspresi tidak percaya dengan kegilaan sahabatnya itu. "Gila lo ya..., disekolah itu untuk belajar bukan untuk senang-senang."
"Nggak papa la Ka... selagi masih muda gue Ka." Jawab Shafan dengan tertawa kecil di ikuti senyuman. Senyuman yang bisa membuat para ledis di SMA TUNAS BANGSA melayang seketika.
SHAFAN SANTAKALA. Sosok pria tampan dan bermata agak sipit disertai lesung pipit di pipinya, tingginya sekitar 173 cm. Anak seorang pengusaha batu bara yang terkaya kedua setelah keluarga Akara. Sahabat Akara dari SMP, paling Akara percaya melebihi percaya dia kepada kedua orang tuanya. Shafan identik dengan laki-laki romantis tapi puitis yang punya beribu gombalan di kepalanya.
Akara dan Shafan sedang menikmati duduk di taman dekat pohon rindang yang menyejukkan. Tiba-tiba... Jreeng..., terdengar bunyi seseorang yang terjatuh tepat di belakang bangku Akara dan Shafan.
"Aduu... sial gue." Terdengar suara seseorang yang merintih kesakitan sambil nyoce.
"Ngapain lo di atas pohon...?" Tanya Shafan ke Pakara. "Kayak nggak ada kerjaan aja lo." Sambung Akara.
"Gue... (sedikit bingung) lo bicara sama gue...?" Pakara balik bertanya sambil menunjuk kearahnya.
"Iya lo... do dol...! siapa lagi coba." Kata Shafan.
"Emang masih ada mahluk lain selain kita disini?" Timpal Akara sambil memukul Pakara yang masih kesakitan.
"Hahha... siapa tahu bukan gue kan." Jawab Pakara. "Siapa tahu ada dedemit di dekat sini." Sambil tertawa cekikikkan disambung dengan menepuk-nepuk dada karena ketawa yang susah di hentikan.
"Garing lo." Timpal Akara dan Shafan bersamaan diikuti dengan tertawa kecil. Karena melihat tingkah konyol sahabat dia yang satu itu.
PAKARA ANTARSONO. Sosok pria kocak dan humoris dengan paras yang hitam manis, tinggi kisaran 169 cm. Suka melucu tapi selalu garing. Lengkap sudah persahabatan mereka dengan adanya kehadiran Pakara. Anak seorang pengusaha kerajinan tangan kecil-kecilan. Sahabat Akara dari SMP, paling bisa sedikit menghibur Akara dengan kekonyolan yang di buatnya.
Tiga sifat yang sangat berbeda disatukan karena landasan persahabatan. Paket komplit yang satu dingin sedingin es di kutub utara, yang satu tebar pesona dengan ketampanan dan gombalan mematikan. Dan yang satu pecicilan. Jika dijadikan menjadi satu orang maka akan menjadi orang yang mendekati sempurna untuk di jadikan pasangan hidup. Karena semuanya ada pada dirinya.
Tringgg
"Udah bel tu." Kata Pakara. Masuk kelas yuk...!" Ajak Pakara sambil memain-mainkan jarinya ke dalam lobang hidungnya untuk menggeluarkan si upil yang bersarang lumayan banyak di rongga hidung Pakara.
"Iiii... benar-benar aneh ya lo Par." Kata Shafan sambil agak menjauh dari Pakara.
"Sekarang jadi masuk nggak, nanti dihukum lagi lo." Timpal Pakara setelahnya, sembari melihat disekelilingnya.
"Lo masuk aja duluan sama Shafan. Gue disini dulu." Sahut Akara.
"Ya udah. Gue duluan ya Kar." Timpal Shafan. "Jangan lama-lama ngelamunnya, nanti ke sambat penghuni pohon lo...!" Sambung Pakara.
Selepas kepergian mereka, Akara melihat dua wanita cantik yang tengah menangis secara bersamaan di tempat duduk taman di depan kirinya Akara.
Itu Alaisa dan Alara yang habis menangis karena masalah keluarga Alara. Akara melihat mereka pergi meninggalkan taman dan menuju kelas XI IPA 1. A. Setelah melihat Alara dan Alaisa pergi, Akara pun ikut pergi dengan mata yang masih memandang kearah Alaisa dan Alara, sampai mereka masuk kelas, baru Akara menuju kelasnya XI IPS 1.A, dengan wajah Akara yang menunjukan masih penasaran dengan wanita yang dilihatnya tadi.
Akara sampai dikelas. Dalam kelas Akara tidak menghiraukan siapa pun, yang terlintas dipikirannya masih sama. Akara penasaran dengan wanita cantik yang dilihatnya tadi di taman.
Sepertinya Akara jatuh cinta pada pandangan pertama tetapi tidak tahu dia sukanya ke siapa, ke Alaisa atau ke Alara.
Tringgg
Suara bel tanda pulang berbunyi. Shafan dan Pakara menghampiri Akara.
"Woii... lamun aja." Suara Shafan membuat Akara kaget.
"Pulang yuk." Ajak Pakara. "Habis itu kita lanjut main basket tempat biasa." Timpal Pakara lagi.
"Lo berdua pergi aja dulu. Gue ada urusan." Jawab Akara
"Gitu aja terus lo Ka..., galau mulu. Nggak asik lo Ka." Ucap Shafan
"Jangan-jangan lo benar ke sambat Ka." Sambung Pakara sambil periksa jidat Akara.
"Apaan si lo berdua." Jawab Akara. "Udah pulang aja dulu, nanti gue nyusul ke lapangan basket." Timpal Akara sambil berlari lebih dulu keluar kelas.
"Woii mau kemana lo Kar..., gila ya tu anak." Ucap Pakara
"Udah pulang." Kata Shafan sambil mendorong Pakara untuk berjalan. "Mungkin dia lagi jatuh cinta." Timpal Shafan setelahnya.
"Akara...!! jatuh cinta...!! kalau benar berarti benar-benar udah mau kiamat ni dunia Fan." Ucap Pakara sambil geleng-geleng nggak percaya.
Shafan dan Pakara sudah pulang. Sementara Akara masih lihat ke kiri ke kanan dan ke kiri lagi dan ke kanan lagi. Udah kayak tukang parkir aja, lihat kiri kanan agar mobil orang yang parkir nggak nabrak.
Cukup lama Akara menoleh ke kiri dan ke kanan. Akhirnya yang dia cari terlihat juga. Akara melihat Alaisa, Alara dan Kaisa sedang membersihkan kolam renang.
Akara terus mengamati mereka sampai satu tragedi terjadi. Alara hampir jatuh ke kolam renang tapi untuknya seorang pemuda tampan berhasil mendekapnya.
Pria tampan itu Akara, dia dengan gercep menangkap Alara. Terucap kata sorry dengan spontan oleh Akara. Karena iya tidak bermaksud memeluk Alara. Tujuannya hanya membantu agar Alara tidak tercebur ke kolam.
Alara sontak kaget dan terpesona dengan ketampanan Akara. Sampai lupa mengucapkan terima kasih pada Akara.
Akara langsung pergi dengan lagak cool nya sembari memakai kacamatanya.
...Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!