Jam menunjukkan pukul 05:45 saat gue berdiri memperhatikan penampilan gue sendiri yang sudah siap dengan seragam dan atribut lengkap di depan cermin. Tak terasa tinggal 3 bulan lagi gue di jenjang pendidikan SMA, gue punya impian setelah lulus yaitu untuk berkuliah di luar negri, negara mana saja yang penting harus luar Indonesia. hehe^^
Gue Kesya, Kesya Ananda. Siswa kelas XII yang ingin cepet lulus. Gue baru berusia 17 tahun, yup umur gue setahun lebih muda dari teman seangkatan, kata Ibu gue waktu kecil nangis kejer pengen sekolah, ibu menyetujuinya dan mengatakan kepada pihak sekolah kalau gue hanya sebagai murid pendengar, tapi karna gue cerdas jadi yaa.... bisa ditebak sendiri kelanjutannya.
Gue susah dalam bersosialisasi sehingga selama hidup gue hanya punya 1 teman Nayla namanya yang entah mengapa mau berteman dengan gue yang sulit bergaul ini, mungkin karna pribadinya yang ceria ddan friendly membuatnya sangat mudah diterima dimanapun.
Gue berjalan keluar kamar setelah memastikan sekali lagi penampilan gue dan menuju ke ruang makan. Disana sudah ada ayah yang duduk di kursi dengan bunda yang sibuk menata sarapan.
"Mari sayang sarapan dulu" kata bunda sambil menepuk kursi disebelahnya.
"Apa ga kecepetan kamu ke sekolahnya?" tanya ayah.
"Ayah juga apa ga kecepetan ke kantornya?" sengaja gue jawab pertanyaan ayah dengan pertanyaan yang sama karena gue kepo tidak biasanya ayah ke kantor di pagi buta begini.
"Haha, kamu ini ayah nanya malah nanya balik tinggal bilang aja kepo susah amat haha. Ayah mau menyambut kawan lama ayah yang baru balik dari Amerika sudah 12 tahun ga tatap muka, mereka tiba pagi ini" jelas ayah panjang lebar.
"Bunda ikut sama ayah?"
"yaiya dong sayang masa bunda ditinggal, kawan ayah kan kawan bunda juga"
"Kesya nebeng ya yah, udah lama juga ayah ga nganterin Kesya lagi"
"Baru aja ayah mau nawarin"
"Udah-udah cepet habisin makanannya nanti telat" kata bunda menengahi.
***
"Kesya masuk ya, dadah bunda dadah ayah" ucap gue setelah turun dari mobil sambil melambaikan tangan ke ayah dan bunda yang sudah melajukan mobilnya.
Inilah suasana yang gue suka saat pagi buta seperti ini di sekolah, belum terlalu banyak siswa yang datang sehingga sekolah terasa nyaman, tentram dan damai.
"SYASYA" panggil seseorang yang mengganggu ketentraman pagi gue, siapa lagi kalau bukan Nayla cuma dia yang manggil Syasya
"Syasya kangen" ucapnya sambil meluk gue.
"Perasaan kita ga ketemu cuma dua hari deh masa udah kangen"
"Dua hari itu lama loh"
"Eh ayang aku sudah datang" lanjut Nayla sambil melepaskan pelukannya dari gue kemudian berlari memeluk kekasihnya yang baru saja memasuki kelas.
"Cerah banget senyumnya sayang aku" ucap Kalael sambil membalas pelukan Nayla.
Gue yang sudah jengah dengan pemandangan itu memutuskan untuk segera ke tempat duduk gue yang terletak di ujung dekat dinding.
Gue duduk sendiri sambil mendengarkan musik lewat earphone yang sedang memutar lagu dari boyband k-pop kesukaan gue yaitu 2 minus 1 by SEVENTEEN sambil menunggu bel untuk upacara bendera karena ini hari senin, Sedangkan Nayla dan kekasihnya sudah keluar kelas entah kemana.
Upacara bendera telah selesai gue balik ke kelas berjalan beriringan dengan Nayla dan Kalael. Jujur gue sebenarnya risih apalagi kalau hanya ada kami bertiga di satu ruangan tapi mau bagaimana lagi Nayla segitu sayangnya ama gue gamau dia gue berdiam diri sendirian, untungnya kejadian itu cukup jarang gue alamin karna biasanya dua sahabat Kalael sering ikut bersamanya David dan Dion.
"Sya, Kalael bolos lagi" kata Nayla yang membuat gue refleks melihat ke belakang tempat seharusnya Kalael berada.
Gue mengangguk setuju saat melihat bangku Kalael dan juga dua shabatnya itu kosong. Bukan hal baru Kalael bersama sahabatnya bolos, mereka sering melakukannya. Tentu saja mereka tidak akan merasa khawatir dengan nilai karna mereka merupakan siswa yang cerdas, selain itu Ayah Kalael juga merupakan pemilik sekolah sehingga Kalael bebas melakukan apapun sesuka hatinya.
"Kalael lagi banyak pikiran deh keknya" lanjut Nayla
"Orang tuanya balik hari ini, dia ga begitu akrab dengan orang tuanya sya apalagi ayahnya" sambung Nayla gue cuma nyimak aja karna fokus gue terbagi dengan guru yang sedang menerangkan didepan.
Nayla terus bercerita tentang Kalael yang tidak negitu akrab dengan orang tuanya sendiri. Gue ga begitu mengetahui kehidupan pribadi Kalael karna ga penting juga buat gue tapi gue pernah denger kalau Kalael cukup dekat dengan sang ibu tapi tidak dengan ayahnya. Ayah Kalael adalah orang yang ga bisa dibantah walaupun Kalael adalah darah dagingnya sendiri. Hal itu membuat gue merasa iba ke dia ga heran dia sangat mencintai Nayla karna Nayla sangat pengertian padanya.
KRIIINGGG~~ (bunyi bel pulang)
Gue pulang di jemput supir peribadi, sesampainya di rumah gue ga melihat keberadaan ayah dan bunda, yang gue liat hanya mbok Yumi yang jalan perlahan ke arah gue sambil menawarkan makan.
"Non mau langsung makan atau mau mandi dulu?"
"Mau mandi dulu mbok, ayah sama ibu belum balik ya?"
"Udah tadi non tapi katanya ada urusan mendadak makanya langsung keluar lagi deh" jelas mbok Yumi yang membuat gue mengangguk mengerti.
Gue berjalan ke kamar gue yang terletak di lantai dua untuk mandi. Setelah mandi gue turun kebawah untuk makan dan menonton TV di ruang keluarga sambil menunggu ayah dan bunda pulang.
Sudah seminggu sejak kejadian ayah dan bunda pulang terlambat, entah mengapa gue merasa ada yang aneh dengan sikap mereka selama seminggu ini, ketika gue tanyapun bunda bakal jawab gada apa-apa.
"Hari ini pulang jam berapa?" tanya bunda.
"Seperti biasa bunda jam 5"
"Kamu gaada kegiatan lainkan setelah pulang sekolah? kalau ada batalin memang, hari ini kita ada tamu spesial jadi entar pulang sekolah langsung balik ke rumah"
"gaada kok bunda, habis pulang sekolah Kesya langsung ke rumah gabakal singgah dimana-mana, bunda kaya gatau Kesya aja"
"Iya sayang, bunda tau kok"
Setelah bunda mengatakan itu gue langsung pamit ke sekolah.
***
"Kalael nih ga dateng apa bolos?" gue dengar Nayla bergumam pelan dan gak gue jawab.
"Syasya ke kantin yuk, pengen makan yang pedas pedas" lanjutnya kemudian menarik paksa gue ikut bersamanya.
Gue berjalan beriringan dengan Nayla yang sambil merangkul gue ke kantin.
"Ihh ayang aku ada disini" ucap Nayla melepas rangkulannya dari tanganku kemudian berlari memeluk Kalael.
"Hati-hati sayang, nanti jatuh"
Yahh seperti itulah mereka selalu menebar keuwuan, gue duduk di samping David tepat didepan Kalael dan Nayla. Entah cuma. perasaan gue atau bukan, gue rasa Kalael terus saja memperhatikan gue sejak gue duduk hingga gue makan. Ingin skali gue tanya kenapa tapi gue ragu, walaupun dia pacar sahabat gue tapi gue sama sekali ga dekat dengan dia, Jarang banget gue ngomong ke dia.
Setelah makan gue pamit terlebih dahulu ke kelas, namun di tengah perjalanan seseorang menarik tangan gue dan membawa gue di sebuah ruangan yang kosong. Gue ga tau ini ruang apa karna gua jarang keliling sekolah.
Gue kaget, saking kagetnya gue refleks memukul dada orang tersebut berulang kali sambil menutup mata tapi kegiatan itu terhenti saat seseorang itu mulai mencengkram kedua lengan gue yang membuat gue semakin panik dan memberontak.
"Ssshh ini gue" suara familiar itu membuat gue membuka mata dan segera menarik tangan gue paksa. suaranya sedikit meringis mungkin pukulan gue cukup keras.
"Kalael? apa-apaan sih lo?" ucap gue sedikit marah.
"Ada yang mau gue omongin sama lo. Lo..." ucapannya menggantung dia terlihat sedikit berpikir.
"Lo belum tau apa-apa?" sambungnya.
"Ga jelas lo" gue berniat meninggalkan ruangan itu tetapi lagi tangan gue ditahan.
"Ada hal penting yang harus gue omongin tapi karna lo belum tau apa-apa gue jadi bingung mulai darimana. Intinya gue pengen lo nolak apa yang akan terjadi entar malem. Kalau lo berhasil kemungkinan besar.
"Sorry gue gabisa nolak permintaan Nayla"
"Bukan Nayla, kalau ini Nayla gabakal juga gue nolak"
"Trus apa dong? Selain Nayla kita ga punya urusan apa-apa. Tau ah, males gue ngomong sama hal yang ga penting" ucap gue sambil meninggalkan ruangan itu untungnya kali ini gue ga ditahan.
"Pokoknya lo harus tolak psksjdjbdb" teriakan Kalael yang ga gue denger kata terakhirnya.
***
Gue masuk ke dalam rumah dengan perasaan aneh. Rumah gue tiba-tiba berubah kek pesta. Ga kek pesta juga sih gue melebihkan tapi jujur rumah gue terlihat sangat berbeda. Gue liat bunda dan mbok Yumi yang sedang berkutat dengan peralatan dapur sepertinya mereka sedang memasak hidangan spesial dan banyak membuat gue berpikir sespesial apa sih tamu hari ini.
"Eh anak kesayangan bunda udah pulang" jangan salfok ya sama ucapan bunda gue, gue anak tunggal yang sudah pasti menjadi satu-satunya yang diberikan kasih sayangnya.
"Ayo ikut bunda, ada yang mau bunda nunjukin ke kamu" kata bunda sambil menggandengku menuju kamarnya.
Gue terkejut kamar bunda keliatan seperti kapal pecah banyak pakaian yang bertebaran diatas ranjangnya
"Bunda tadi ke mall cari dress buat kamu malah kalap belinya kebanyakan, pilih den sstu buat kamu pakek entar malem"
"Harus dress ya bunda ga bisa aku pakek yang ada di lemari aja" gue kurang nyaman kalau pake dress jujur.
"Harus sayang, tamu malam ini tuh tamu terspesial yang pernah kita terima"
Gue mulai memilih macam-macam dress yang ada di kamar bunda dan menemukan sebuah dress yang gue suka. Dress selutut dengan warna putih polos dan rok yang mengembang.
"Yang ini bund"
"Ini yang jadi pertimbangan bunda dari tadi ternyata selera kita sama haha"
"Naik gih ke kamar kamu trus mandi, pakek dress ini ohh jangan lupa make up ya, tipis tipis aja biar ga keliatan pucat" lanjut bunda.
Gue berjalan menuju kamar dengan perasaan tak karuan, entah mengapa gue tiba-tiba kepikiran ucapan Kalael yang ga gue dengar. Gue mulai mencocoklogikan dan sepertinya benar bahwa teman ayah yang sudah 12 tahun ga ketemu itu adalah ayahnya Kalael. Apa mungkin gue sama Kalael.... ah apasih yang gue pikirin semoga saja hanya gue yang terlalu parno.
Gue turun dari kamar menuju ruang tamu dan melihat ayah sma bunda yang sudah siap dengan jas dan dressnya.
"Aduhh cantiknya anak bunda, kamu hanya pakek liptint ya?"
"Hehe iya bund, udah aku coba yang lain tapi ga bisa" ucap gue sambil garuk kepala yang tidak gatal.
"Kamu tetep cantik kok sayang, cantik natural. Rambutnya digerai aja ya" kata bunda sambil melepaskan ikat rambut yang gue kenakan.
"Tuan, Nyonya tamunya sudah datang"
Mendengar itu bunda cepat-cepat menggandeng tangan gue menuju pintu utama untuk meyambut tamu spesialnya. Gue berdiri di tengah ayah sama bunda.
"Akhirnya datang juga, ayo masuk kita kedalam. Eh putramu mana?"
"Dia gamau bareng semobil jadi dia bawa mobilnya sendiri, bentar lagi sampai tu"
"Ini Kesya ya? makin cantik saja kamu sayang"
"Udah ayo masuk bicaranya didalam saja, Kesya kamu tungguin tamu terakhirnya ya. Ayah, bunda, mama Rena dan papa Juan masuk duluan" titah ayah yang gue anggukin.
Gue menunggu tamu terakhir sambil berdoa semoga bukan Kalael. Sebuah mobil sport putih memasuki halaman rumah gue kemudian pintu mobil itu terbuka menampilkan seseorang yang mengenakan setelan jas berwarna dominan putih yang gue kenal yup Kalael. Netra kami saling bertemu, gue lebih dulu memutuskan pandangan itu setelah dia berdiri dihadapan gue. Otak gue tiba-tiba saja blank pikiran gue melayang. Gue menepuk pelan pipi gue bebrapa kali untuk mengembalikan kesadaran gue.
"Ayo masuk" ajak gue seraya memasuki rumah namun seperti di sekolah tadi lagi-lagi dia menahan pergelangan tangan gue.
"Lo harus nolak oke?"
"Lo ngomongin apa sih dari sekolah tadi? gue ga ngerti. Ini hanya makan malam bareng mengingat ayah gue sama papa lo udah ga ketemu 12 tahun, jangan buat gue berpikir yang ngga ngga" ucap gue frustasi, gue masih berusaha untuk positive thingking walaupun jantung gue rasanya mau meledak saking cepatnya berdetak.
Gue langsung masuk kedalam rumah meninggalkan Kalael yang langsung mengekori gue.
"Udah datang, wihh tampan skali putramu Ren" kata bunda
"Putrimu juga cantiknya ga main-main"
"Sudah puji-pujinya, ayo kita mulai makan makan malamnya keburu dingin makanannya"
Gue menyendok sedikit nasi dan mengabil sedikit lauk, jujur nafsu makan gue hilang apalagi liat muka Si Kalael yang duduk depan gue. Posisi temat duduk kita yaitu ayah dan om Juan duduk berhadapan pada sisi lebar meja kebetulan meja makan di rumah gue bentuknya persegi panjang sedangkan bunda dan tante Rena duduk berhadapan disisi panjang meja begitupun gue dan Kalael.
Sesekali gue denger perbincangan ayah dan om Juan mengenai bisnis masing-masing, terkadang mereka tertawa ketika membahas masa lalu, bunda dan juga tante Rena asik mengobrol sedangkan gue dan Kalael sibuk dengan pemikiran masing-masing hingga tanpa gue saari ternyata meja makan sudah dibersihkan dan ayah nengajak ubtuk mengobrol di ruang utama.
Keadaan tiba-tiba menjadi serius, gue melirik Kalael yang ternyata menatap gue dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Seperti yang sudah direncanakan bahwa kedatangan kami kesini bukan cuma untuk makan malam dan melepas rindu tapi juga untuk mempererat hubungan keluarga Ananda dan keluarga Adiwarman yaitu dengan menjodohkan putra keluarga kami Kalael Adiwarman dengan putri keluaraga kalian Kesya Ananda" kata om Juan.
Bless.. Rasanya seperti jantung gue ditusuk sesuatu pikiran gue melayang memikirkan Nayla dan juga impian gue yang gue idam-idamkan.
Ayah, bunda dan tante Rena mengangguk seraya menatap kami berdua bergantian. Bunda mengelus rambut gue sayang membuat gue ingin menitikkan air mata, kemudian gue spontan berdiri.
"Ayah, bunda, om, tante ak- aku ga bisa terima perjodohan ini..." ucap gue mantap tapi juga menggantung gue pengen bilang kalau Kalael udah punya pacar tapi gue urungkan itu mengingat om Juan adalah orang yang ga bisa dibantah artinya Kalael pasti merahasiakan identitas Nayla.
"Kalau kalian pengen mempererat hubungan keluarga aku mau kok berteman dengan Kalael atau anggap Kalael kakak aku mau, tapi kalau menikah aku ga bisa. Ayahh" ucap gue lirih penuh harap sambil menatap ayah. Gue yakin ayah pasti mengerti selama ini ayah belum pernah menolak permintaan gue.
"Kalian ga langsung nikah kok, ayah tau kalau kalian ga deket sama skali makanya ayah udah bilang ke papa Juan buat ngasih waktu kalian buat saling kenal"
"ta-tapi ayah... Kalael?" gue menatap Kalael berharap dia segera membuka suara dan membantu gue untuk menolak perjodohan ini.
"Pa, mah, om, tante Kalael izin mau bicara berdua sama Kesya" ucap Kalael yang buat gue pengen banget nyekik dia dari lamanya dia melamun tadi hanya itu yang sanggup ia keluarkan.
"Gue gamau ngomong sama lo" "boleh silahkan" ucap vue yang serempak dengan ayah.
"Ga boleh kasar begitu Kesya, maaf ya Ren" gue yakin bunda skarang merasa ga enak sama om Juan dan tante Rena atas ketidaksopanan gue terlihat dari nama gue yang disebut bunda jarang manggil gue pake nama biasanya sayang atau anak bunda.
"Gapapa, mungkin Kesya masih shock" ucap tante Rena dengan senyum tulus.
"Bawa gih Kalael ke kamar kamu trus ngomong baik-baik"
Gue lantas berjalan mendahului Kalael menaiki lantai 2 dimana kamar gue berada.
"Ini kamar lo? beda banget sama kamar Nayla, kamar lo terlalu kosong untuk cewe"
Reaksi Kalael ga beda jauh sama Nayla waktu pertama kali masuk ke kamar gue. Kamar gue didominasi warna putih dengan sedikit sentuhan Rose Quartz and Serenity warna official boygrup K-pop kesukaan gue 'SEVENTEEN', kamar gue termasuk luas makanya tidak heran kalau terasa kosong apalagi gue ga ngoleksi apa-apa selain Album dan Merch seventeen yang tersusun rapi di rak khusus.
"Ga usah komentarin kamar gue, apa yang mau lo omongin? kalau lo cuma mau nyuruh gue buat usaha tolak tuh perjodohan mending gausah deh, lo liatkan perjuangan gue tadi dan.... lo gamau gitu usaha gue tau papa lo ga bisa dibantah tapi lo gamau perjuangin Nayla?
"Maulah, gue udah berusaha dari semalam tapi gatau kenapa papa gue kekeh banget gue harus nikah sama lo, gue sebisa mungkin nyembunyiin identitas Nayla gue takut dia diapa-apain"
"Ya lo usaha kalau gitu, kabur kek apa gitu"
"Gabisa Kesya, gue yakin lo pasti ngerti dengan kekuasaan papa gue gue bisa lari kemana"
"terus keputusan lo gimana?" tanya gue frustasi.
"Kita coba aj..."
"WHAT?"
"Maksud gue kita coba lagi, lo ngomong baik-baik ke orang tua lo gue juga lakuin yang sama gimana?"
Sudah seminggu sejak malam perjodohan itu, gue masih belum dapat kesempatan buat berbicara sama ayah dan bunda. Ayah dan bubda sering tiba-tiba keluar katanya ada urusan mendadak. Bagaimana dengan Kalael? entahlah gue ga pernah berbicara lagi dengan dia sejak malam itu, gue gatau dia sudah berbicara dengan orang tuanya atau belum.
Suasana kelas begitu hening kala pak Agus mengajar. Tapi tidak berlaku ke gue, duduk disamping Nayla pasti akan selalu ada cerita darinya.
"Sya belakangan ini kamu aneh banget... Kamu banyak diamnya yaiya sih kamu emang pendiam tapi belakangan ini diamnya lebih parah dari sebelumnya mana kebanyakan melamun lagi" kata Nayla yang cuma gue senyumin, hari-hari gue terasa semakin berat semenjak perjodohan itu.
"Syasya! tuh kan melamun lagi"
"Gue ga melamun, gue lagi fokus sama materi lo juga gih fokus dulu belajar"
"Temenin aku sebentar yah"
"Kemana?"
"Ke Cakery yang disebelah RS Jaya"
"Suruh Kalael aja yang nemenin" Nayla langsung menutup mulut gue menggunakan tangannya.
"ssttt jangan kenceng-kenceng inituh rahasia Kalael ga boleh tau" ucap Nayla berbisik gue hanya mengangguk menunggu lanjutan.
"Besok Kalael ultah aku mau beli cake buat surprise-in dia"
Perkataan Nayla entah mengapa membuat gue merasa bersalah padahal gue sama Kalael belum ada apa-apa. Seperti yang pernah gue bilang sebelumnya gue susah menolak permintaan Nayla dan pada akhirnya gue nemenin dia milih cake buat Kalael.
Gue dan Nayla pergi menggunakan mobil Nayla, Nayla sendiri yang nyetir. Sepanjang perjalanan Nayla terus menerus menceritakan tentang Kalael yang membuat gue pengen menghilang dari sisinya.
"Kalael ga suka coklat jadi aku mau beliin cake yang rasa vanila dan strawberry"
"Kalael cukup pemilih dalam makanan dia gasuka makan nasi kalau sarapan, gasuka makan sayur dan daunan lain kaya selada, seledri, kemangi lucu kan?" cerita Nayla panjang lebar yang membuat gue berpikir sebenarnya gue lagi sama Nayla apa tante Rena sih.
"Dia juga ga suka jeroan, suka dagingnya doang dia suka semua jenis buah-buahan. Ohh dia juga suka sama makanan pedas kalau diliat-liat kalian berdua punya selera yang sangat berbeda dalam makanan".
"Gue suka daging kok, gue juga suka makan buah".
"Iya buah nenas sama strawberry doang kan?"
"Sampai, ayo turun Sya jangan ngambek dong akukan cuma bercanda"
"Gue ga ngambek kok"
Gue turun dari mobil dan mengikuti Nayla memasuki toko Cakery tersebut tetapi langkah gue terhenti saat melihat sebuah mobil dengan nomor plat yang sangat aku kenal memasuki area RS Jaya.
"Lo masuk duluan ya Nay, ada yang mau gue cek sebentar" ucap gue kemudian berlari ke arah RS Jaya.
Gue mengikuti langkah ayah dan bunda dengan pelan melihat mereka memasuki salah satu ruangan disitu kemudian pintu tertutup. Gue membaca identitas dokter yang tertera dipintu membuat gue shock pasalnya ruangan tersebut adalah ruang dokter spesialis jantung.
Gue berlari keluar Rumah sakit menuju ke toko Cakery di sampingnya. Gue liat Nayla yang masih setia menunggu gue dengan tangan kanannya yang menenteng sebuah box kue.
"Udah? ayo pulang"
Selama perjalanan gue mencoba untuk berpikir positif semoga saja itu hanya check up biasa.
Gue tiba di rumah lebih dulu dari ayah dan bunda, tanpa melepas seragam yang masih melekat di badan gue duduk di ruang tamu menunggu ayah dan bunda.
Tak berselang lama gue mendengar suara mobil dari luar, kemudian sosok ayah dan bunda muncul di pintu utama.
"Udah pulang sayang, gimana sekolahnya? Udah akrab ama Kalael?"
"Ayah sama bunda darimana?" tanya gue langsung begitu ayah dan bunda masuk.
"Hmm? dari kantorlah sayang emangnya mau kemana lagi" jawab bunda yang membuat gue gabisa menahan air mata.
"Bohong!!!"
Gue berlari ke kamar kemudian berbaring ke atas ranjang dengan posisi telungkup, kepala gue benamkan ke bantal. Gue udah ga bisa nahan tangis gue, tangis gue pecah begitu saja.
"Anak bunda kenapa nih? coba cerita sama bunda" gue rasakan tangan bunda mengelus rambut gue sayang.
Gue merubah posisi gue menjadi duduk untuk menatap wajah bunda dan ayah.
"Siapa yang sakit?"
"Kamu ngomongin apa sayang?"
"Ayah sama bunda gausah bohong Kesya liat sendiri ayah sama bunda ke dokter spesialis jantung hiks... hiks"
Ayah duduk disamping gue kemudian memeluk gue erat.
"Ayah pasti sembuh sayang, ayah harus kuat supaya bisa jadi wali kamu. Setelah kamu nikah sama Kalael baru ayah mau berobat ke Jerman" ucap ayah yang membuat gue semakin terisak dalam pelukannya kulihat bunda juga sedang berusaha menghapus air mata yang mengalir dipipinya.
"Kalau memang itu mau ayah Kesya siap nikah muda, Kesya siap tinggalin impian Kesya. Tapi calonnya harus babget Kalael ya yah? Kesya mau sama siapa aja kok Kesya ga pilih pilih kalau soal pasangan, Kesya ga punya kriteria apapun untuk pasangan"
"Harus Kalael sayang, ayah gabisa percaya sama orang lain sebesar ayah percaya orang tua kalael. Ayah yakin kamu tidak akan merasakan kurang kasih sayang kalau sama mereka. Ayah juga ga maksa kamu harus menikah skarang, ayah masih bisa menunggu sampai kamu siap" ucapan terakhir ayah membuat gue menggeleng cepat.
"Kesya mau nikah cepet sama Kalael biar ayah mau berobat".
Gue tau gue egois disini, gue udah gabisa mikirin perasaan Nayla lagi yang menjadi fokus utama gue skarang hanya kesehatan ayah. Ayah harus berobat, ayah harus sehat lagi. Gue gatau akan seperti apa kedepannya hidup gue saat bersama Kalael tapi apapun itu akan gue terima semuanya dengan lapang dada demi ayah dan bunda.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!