Seorang pria berkulit putih dengan penampilan yang sangat tertutup berjalan beriringan dengan orang-orang yang bertujuan sama dengannya. Kapal pesiar, ya, itulah tujuannya.
Agha Jenagha, sosok pemuda berusia 27 tahun dengan segala kecerdasannya. Ia adalah seorang detektif polisi yang banyak menerima pujian akan bakatnya.
Dengan langkah yang begitu tegas namun terkesan santai, ia melewatkan mewahnya interior kapal tersebut. Di mana semua orang tengah sibuk memandang ke sana ke sini dengan raut kekaguman akan desain kapal mewah itu. Agha memilih untuk langsung menuju kamarnya.
Brak~
Di lempar tas yang ia bawa ke sembarang arah, sangat lelah! Itulah yang pemuda ini rasakan. Beberapa tahun ini kepalanya dibuat pusing dengan kasus yang tak ada habisnya, tapi ia suka itu. Agha sangat menikmati profesinya bahkan ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaan dibandingkan dengan istri sendiri.
Drrt.. Drrt.. Drrt
Baru saja ingin memejamkan mata, suara deringan HP sangat mengganggu rehat Agha.
Silvie
Itu adalah nama yang terpampang di HP Agha, sebuah nama yang menandakan istrinya yang baru ia nikahi dua tahun lalu atas dasar perjodohan.
“Ada apa?” tanya Agha setelah menarik layak ke gambar hijau.
“Sayang kau sudah sampai di kapal pesiar, ya?” Suara lembut bertanya dengan nada cemas, bukti wanita ini sangat mencintai suaminya.
“Hmm.”
“Iss kok begitu banget jawaban kamu, aku istri kamu, loh.”
“Sil aku capek nanti aja lagi.”
“Yasudah deh, kamu jangan lupa makan ya. Love you.”
“Hmm.”
Tut~
Panggilan pun terputus, Agha bernapas lega. Sebenarnya walaupun dijodohkan Agha tetap menerima wanita itu dan memperlakukannya dengan baik, berhubungan selayaknya pasangan suami istri pada umumnya. Hanya saja Agha belum mencintainya, entah kenapa Agha merasa hatinya mati rasa, wanita mana pun tak ada yang menarik di mata seorang Agha.
Apa dia gay? Tidak bukan itu! Agha juga tidak tertarik pada laki-laki. Mungkin ia terlalu ambisius pada pekerjaannya.
Ting~
Sebuah pesan masuk ke HP Agha, dengan cepat Agha membukanya karena itu berhubungan dengan pekerjaan tentunya. Ternyata rekannya mengirim sebuah foto.
Foto tersebut menggambarkan seorang gadis cantik tersenyum indah dengan mata yang tertutup, berada di tempat yang sepertinya taman yang di penuhi bunga, gadis itu tampak seperti peri.
“Malang sekali gadis ini,” gumamnya.
Seperdetik kemudian HP Agha kembali berdering, panggilan masuk ia jawab.
“Halo.”
“Agha apa kau sudah melihat foto yang kukirim?”
“Sudah, tapi tak adakah foto yang melek?”
“Jangan cerewet! Kupikir itu juga sudah cukup. Gadis itu bernama Delly Bell, anak dari pembandar dari China. Kau carilah gadis itu di kapal kami akan mencari di tempat lain. Jangan sampai kelewatan, aku yakin kita bisa mendapatkan informasi mengenai ayahnya dari gadis itu.”
“Aku mengerti, Pak,” jawab Agha lalu kemudian memutuskan panggilan.
Tut~
Yang barusan berbicara dengan Agha itu adalah sang atasan, namanya Efrito. Gayanya aja sebagai atasan, tapi soal otak, Agha lebih unggul.
Setelah panggilan tertutup Agha kembali melihat layar ponselnya.
“Ck, kapal ini cukup luas untukku mencarinya sendiri,” gumamnya.
Setelah bermenung cukup lama, akhirnya Agha kembali merebahkan tubuhnya di ranjang, melanjutkan mimpi yang tadi sempat tertunda.
Tbc.
Hai Gais ini cerita tentang Agha Kakaknya Yara di novel “Merried With Step Brothers”. Bagi pengikutnya pasti sudah tahu, dan untuk pendatang baru boleh langsung lanjut aja atau kalau mau singgah juga di novel sebelah juga tidak apa-apa untuk sekedar mengenal.
09.00 Siang
Sejak tadi tatapan Agha memperhatikan setiap sudut, setiap orang bahkan peliharaan sekalipun yang tampak di netranya.
Dengan secangkir kopi pekat dan spagetti di mejanya ia memulai sarapan seorang diri. Yap, seorang diri, kapal yang di juluki kota terapung ini tak membuatnya ingin mencari kenalan, atasannya sangat mempercayai dirinya hingga tak mengoper seorang pun untuk membantu Agha.
Telinga Agha seketika memicing mendengar obrolan para bapakbapak-bapak berdompet tebal di sebelah mejanya yang berbicara menggunakan bahasa Inggris, ia tertarik dengan obrolan mereka, walaupun mereka bersuara pelan Agha tetap dapat mendengarnya karena jarak yang cukup dekat.
“Besok hari pelelangannya bukan?” Tanya pria berkumis tebal pada temannya.
“Iya, katanya ada gadis cantik juga yang dilelangkan. Kau dapat undangannya juga?”
“Tentu saja, kalau tidak bagaimana bisa aku tahu. Tujuan utamaku di sini juga karena pelelangan itu”
Beralih ke Agha, pria itu tampak memikirkan hal yang ia dengar barusan. Apa katanya tadi? Pelelangan? Gadis yang dilelang? Waw! Agha baru tahu ini.
“Ilegal?” pikir Agha, ia tersenyum tipis sembari menyeruput kopi.
“Aku tidak bisa melewatkan kesempatan seperti ini bukan?” tanyanya sendiri.
Setelah kopi habis barulah ia berdiri mendekati bapak-bapak tadi.
“Permisi Pak, apa boleh saya bergabung di sini?” ujarnya ramah. Hei ini munafik Agha mendekati orang lain padahal tadinya ia begitu malas bergaul, ini soal pekerjaan ok!
Beruntungnya orang yang disapa Agha tersenyum menerima sapaan pemuda itu.
“Silakan, Nak. Apa kau sangat kesepian?”
“Ya begitulah, kalau begitu saya duduk, ya.”
Lihatlah sekarang, Agha tampak sangat friendly. Sudah 15 menit sekiranya mereka mengobral ringan, Agha mengikuti alur obrolan dengan menyesuaikan diri seperti bunglon.
“Kamar bapak di lantai berapa? Kalian tampak luar biasa, aku yakin VVIP adalah tempat yang paling cocok,” puji Agha.
“Ahaha kau pemuda yang dermawan dalam pujian, jika berkenan kau bisa mengunjungi kamarku di lantai 09 No 0223.”
“Terima kasih atas tawarannya, Pak. jadi apa yang ingin kalian dapatkan di pelelangan?” Tanya Agha.
Mereka tampak terkejut tak menyangka Agha mengetahui tentang pelelangan itu juga, dengan segera mereka mengucilkan volume suara masing-masing.
“Kau dapat undangannya juga, Nak?”
“Ah, tidak ayah saya yang mendapat undangannya, tapi dia memberikan itu sebagai hadiah untukku.”
“Jangan sampai menghilangkan undangan itu Nak, itu satu satunya kunci untuk masuk. Kau tahu alasannya, kan?”
“Aku tahu Paman, karena pelelangan kali ini ilegal bukan?”
Begitulah kira-kira percakapan mereka, Agha pamit pergi setelah ia mendapatkan informasi lokasi di mana pelelangan akan segera diselenggarakan serta cara masuk ke lelang itu. Sekarang tinggal menunggu malam untuk mencuri undangan tersebut dari salah satu tuan-tuan yang mengobrol dengannya tadi.
Kini Agha kembali sendiri, menatap laut dengan rambutnya yang terkibas diterpa angin laut. Ia tengah berada di deck kapal berpikir seorang diri.
“Kalau gadis itu tidak ada di pelelangan aku akan rugi waktu, tapi ada salahnya juga mencoba.”
Bruk!~
Seseorang menyenggol bahu Agha, dengan tatapan datar Agha menoleh ke arahnya.
“Bro lu kalau jalan hati-hati,” protes pria asing menyalahkan Agha lalu kemudian pergi.
Agha berkedip beberapa kali “Memang aku jalan ya?” gumamnya, ya sejak tadi kan Agha termenung. “Dasar sialan! Dia menuduhku sembarangan,” umpat Agha setelah sadar barusan bukan salahnya.
Tbc.
Agha berhasil, ia yang merupakan detektif baru saja mencuri dari kamar orang lain. Sebuah undangan! Hanya itu yang ia ambil dari kamar 0223 di lantai sembilan.
Esoknya dia benar-benar berada di antara puluhan orang berdasi, termasuk dirinya juga yang berpenampilan bak pembisnis sukses. Agha memang sukses tapi dia bukanlah pembisnis, dia adalah detektif ingat itu baik-baik!
Ngingg~
Suara mic yang berdengung membuat semua orang terdiam, itu artinya mc akan membuka acaranya.
Waktu terus berjalan, sekiranya sudah 20 menit Agha duduk tanpa menawar apa pun barang atau apalah itu, semuanya ilegal! Agha tahu itu.
Hingga beberapa menit kemudian, sebuah tirai terbuka menampakkan sosok gadis yang lehernya diikat dengan kalung rantai seakan dia adalah seekor anjing peliharaan.
"Gadis itu!" gumam Agha, itu adalah gadis yang ia cari.
Suara sorakan para hidung belang benar-benar berisik, mereka begitu bersemangat menawar harga gadis itu yang dibuka dengan harga 500 juta untuk awalan. Gadis perawan jadi rebutan, itu sudah biasa di kalangan kolega kaya hidung belang.
"700 Jt"
"800 Jt"
"1 M"
"1,5 M"
"Ada yang menawar lebih tinggi untuk gadis perawan cantik ini?" ujar mc.
"5 M," Jawab Agha mengangkat tangannya dengan kode istilah.
Terdiam, semua orang di dalam sana tidak ada yang mengangkat tangan mereka untuk menaikkan harga. Mereka bukanlah orang bodoh yang mau membuang uang 5 M untuk seorang gadis cantik. Mereka bisa mendapatkan gadis lainnya dengan harga yang bahkan mungkin tak sampai seratus juta.
"Bagaimana? Apakah ada yang mau menawar lagi?" Tanya Mc kembali.
"3.. 2...1.. Ok gadis ini milik Tuan topeng putih dengan harga 5 M, selamat, Tuan."
Acara pelelangan sudah selesai, kini sang gadis mengekori Agha dari belakang, langkah Agha yang cepat membuat gadis itu sedikit lari agar tidak ketinggalan. Kepalanya terus menunduk, sebenarnya ia sangat ketakutan bahkan untuk meminta Agha berjalan pelan pun tidak berani.
Sesampainya di kamar Agha...
"Namamu Delly kan?"
Delly mengangguk tak berani menatap mata Agha.
"Hei lihat aku" Agha meletakkan jari telunjuknya di bawah dagu Delly guna membuat gadis itu menatapnya "Bicaralah, kau tidak bisu kan?"
Bukannya tidak bisa bicara tapi Delly benar-benar takut sekarang, wajahnya masih ditahan oleh Agha untuk bertatap mata dengannya.
"Aku membayarmu 5m dan ternyata kau bisu?"
"Ti-tidak aku tidak bisu," Jawab Delly cepat.
"Oh baguslah, kau istirahatlah dulu."
Setelah mengatakan itu Agha pergi ke luar untuk menghubungi atasannya.
"Apa! Dia dijual di Pelelangan?" jawab atasan setelah Agha menjelaskan.
"Ya, begitulah."
"Ehem Agha, uang 5m-mu aku rasa pihak atasan tidak akan menggantinya. Tidak ada yang menyuruhmu untuk membelinya bukan?"
"Jangan khawatirkan hal itu, aku pun juga tahu."
"Terima kasih atas pengertianmu, kami akan meminjam gadismu sebentar untuk interogasi tidak apa-apakan?"
"Apa maksudmu?"
"Hei gadis itu sudah kau beli, yang berarti dia milikmu, tentu saja kami butuh izin," Kekehnya tertawa bersama orang-orang yang di sekitarnya.
"Ck terserah."
Tut~
Panggilan pun terputus, usai itu ia pun langsung kembali ke kamar. Sesampainya di kamar Agha melihat Delly sudah tertidur di atas ranjang.
Mengingat ia sudah punya istri Agha memilih tidur di sofa dengan berbekal kan selimut saja.
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!