NovelToon NovelToon

Kurebut Suami Kakakku

Prolog

Rebecca Marley Swan's Point of View

Aku tidak pernah menyangka sebelumnya, ternyata lelaki yang sangat aku cintai justru menjadi suami kakakku sendiri. Bahkan berita pernikahan mereka yang sangat mendadak ini membuatku malas untuk pulang ke rumah dan melihat kakakku tersenyum bahagia di pelaminan bersama lelaki yang berhasil mencuri hatiku sejak aku duduk di kelas 3 SMP.

Aku Rebecca Marley Swan, putri kedua dari Papi Mario dan Bunda Aleya. Saat ini aku berusia 20 tahun, mahasiswi hukum semester 6 di salah satu Universitas di Kota Yogyakarta.

Saat ini aku sedang dalam perjalanan pulang ke Semarang karena mendapat kabar dari Mami jika Kak Nuna akan menikah dengan Mas Belva. Kabar ini sudah aku terima seminggu yang lalu, tapi karena aku sedang sibuk menyusun judul skripsi, akhirnya aku putuskan untuk pulang mendekati hari H pernikahan kakakku.

Belva Quiero, adalah anak dari sahabat Papi yang aku kenal namanya adalah Om Dion dan Tante Dea. Mas Belva itu lelaki tertampan yang pernah aku temui. Selain itu dia sangat cerdas dan sedikit jutek. Tapi yang buat aku jatuh hati kepadanya adalah sikap jutek Mas Belva.

Mas Belva adalah seorang pengacara terkenal dan memiliki Firma Hukum sendiri. Ini adalah salah satu alasan kenapa aku mengambil kuliah jurusan hukum. Tentu saja hanya untuk bisa lebih dekat dengan Mas Belva dan bekerja di bawah naungannya.

Tidak hanya itu, aku juga bercita-cita menjadi istrinya dan bisa bekerja sama dengannya di rumah mau pun di kantor.

Sayangnya semua cita-cita itu harus kandas setelah mendengar kabar pernikahan Kak Nuna dengan Mas Belva.

Huft, kenapa harus Kak Nuna sih yang jadi istri Mas Belva?

Kenapa bukan aku aja yang dijodohin sama Mas Belva?

Meski usiaku masih menginjak 20 tahun, aku bisa kok jadi istri yang baik untuk Mas Belva.

Ponselku berdering membuyarkan lamunanku tentang Mas Belva. Tampak Kak Nuna sedang menghubungiku dan dengan malas aku menjawab panggilannya.

"Halo kak."

"..."

"Udah di jalan kok, Mungkin sekitar satu jam lagi sampai."

"..."

"Gak usah dijemput kak, ini travelnya juga berhenti di depan rumah."

"..."

Panggilan pun terputus dan aku hanya bisa membuang nafasku kasar. Barusan kak Nuna memberi kabar jika siang ini akan ada acara siraman dan aku sudah ditunggu oleh keluarga besar.

Hmm, jika boleh aku sama sekali tidak ingin datang dari pada harus menelan pil pahit di pernikahan kakakku.

Nunaya Marley Swan adalah kakak perempuanku yang tidak begitu akrab denganku. Jika ditanya kenapa, jawabannya adalah karena kita sangat berbeda.

Kak Nuna sangat suka main diluar rumah dan berkumpul dengan teman-temannya di cafe. Setiap hari libur tiba, bisa dipastikan dia tidak ada di rumah.

Sedangkan aku lebih suka di dalam kamar untuk membaca buku, bermain ponsel, atau bermalas-malasan di atas tempat tidur.

Usia Kak Nuna saat ini 25 tahun, dan dia sudah menjabat sebagai wakil Manager di hotel tempat ia bekerja. Berita yang membanggakan memang, terlebih aku dengar sebentar lagi ia akan diangkat menjadi Manager di hotel tersebut.

Sedangkan apalah aku yang masih belum bekerja jika dibandingkan dengan Kak Nuna. Meski kata orang orang aku lebih cantik dibanding Kak Nuna, tetap saja mereka belum bisa melihat prestasi yang aku capai karena aku belum bekerja.

Terlebih jika memang Papi dan Om Dion memang berencana menjodohkan anak-anaknya, sudah tentu pasti Kak Nuna lah disodorkan, bukan aku.

Ck, sungguh menyedihkan.

🌺🌺🌺

Satu jam akhirnya berlalu dan kini aku sudah sampai di depan mansion yang sudah dipasang tenda pernikahan bernuansa biru.

Meskipun acaranya besok di ballroom hotel tempat kakakku bekerja, tetap saja mansionku di hias seperti layaknya orang hajatan.

"Neng Ecca baru pulang ya?" tanya salah satu tetanggaku saat aku menarik koperku masuk ke gerbang mansion.

"Iya tante," jawabku sambil tersenyum.

"Waaah, Neng Ecca makin cantik aja. Yuk tante bantuin bawain barang-barangnya masuk ke dalam mansion. Bibi pasti masih sangat sibuk bantu mempersiapkan acara siraman." ucap Tante Maya, tetangga samping Mansionku.

Dengan sopan aku tolak tawarannya karena aku merasa tidak keberatan jika hanya membawa satu koper saja masuk ke dalam.

Sesampainya di pintu mansion, Papi dan Mami langsung menyambut kedatanganku. Tapi mereka hanya sebentar bersua denganku karena masih banyak hal lain yang harus mereka kerjakan.

Aku pun akhirnya menemui dengan keluarga besar papi dan mami. Setelah saling menyapa dan menanyakan kabar, kini aku putuskan untuk menemui kakakku yang sedang berada di dalam kamar.

Tampak kamarnya sudah didekor selayaknya kamar pengantin dengan nuansa warna ungu, seperti warna kesukaan Kak Nuna.

Seketika dadaku terasa sangat sesak saat melihat ranjang pengantin, membayangkan Mas Belva bersama Kak Nuna di atas sana.

"Ecca," Kak Nuna langsung memelukku erat. "Akhirnya kau sampai juga sayang."

"Bagaimana skripsinya? Sudah dapat judulnya?"

Kak Nuna mencecarku dengan berbagai pertanyaan, dan jujur saja aku sangat malas menjawabnya.

"Judulnya sih udah dapet kak, tapi dosen pembimbing masih belum cocok sama judul yang aku ajukan." jawabku.

"Oh Gitu. Gimana kalo penelitiannya ambil masalah yang ada di Firma Hukum Mas Belva?" tawar Kak Nuna. "Siapa tahu diterima."

Memang sebelumnya aku pun berfikir seperti itu, tapi setelah mendengar Mas Belva lebih memilih Kak Nuna, niatku untuk mengambil penelitian di Firma Hukum Mas Belva langsung kandas begitu saja.

"Kan susah kak nanti aku bolak baliknya, ribet juga bimbingannya harus ditempuh dengan perjalanan jauh." kilahku yang sudah ingin mengubur rasa cintaku untuk Mas Belva.

"Yaelah, dek. Jaman sekarang kan bisa kali bimbingan skripsi via online. Gituh aja kok repot!"

"Udah pokoknya nanti aku bilang sama Mas Belva biar kamu ambil penelitian di Firma Hukum punya dia. Dijamin pasti dosen pembimbing kamu langsung ACC deh," ucap Kak Nuna sedikit memaksa.

Jika seperti ini, bagaimana aku bisa melupakan rasa cinta yang sudah lama aku pendam untuk Mas Belva?

Bagaimana jika rasa cinta ini semakin membuncah dan membuat aku makin berambisi mendapatkan Mas Belva?

🌺🌺🌺

Hai semuanya,

Mohon dukungannya ya untuk karyaku ini.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini yaa.

Hari Pertama Magang

Setelah serentetan acara pernikahan kakaknya, Ecca kini tidak punya pilihan lain selain mengambil kasus penelitian di Firma Hukum Quiero yang saat ini dipimpin oleh Belva.

Papi dan Maminya sangat setuju dengan usulan Nuna yang meminta Ecca melakukan penelitian di sana.

Tidak hanya itu, orang tua Belva juga memaksanya untuk mengambil penelitian di sana agar nantinya bisa langsung bekerja sebagai asisten pengacara di firma hukum tersebut.

Akhirnya Ecca saat kembali ke kampusnya untuk mengikuti Tes Semester dan mengajukan judulnya, Dosen pembimbingnya pun langsung menyetujui judul skripsi Ecca dan menyarankan untuk bimbingan secara online.

🌺🌺🌺

Satu bulan setelah pernikahan kakaknya, hari ini Ecca pun mulai melakukan penelitian di Firma Hukum Quiero.

Ia memilih menggunakan blouse putih dan rok span hitam yang pas di lututnya. Tak lupa ia mengikat rambutnya panjangnya tinggi ke atas dan memperlihatkan leher jenjangnya yang tentunya membuatnya sangat cantik.

Setelah memastikan penampilannya di depan kaca, Ecca pun bergegas turun ke bawah untuk bergabung sarapan bersama dengan Papi dan Maminya.

"Wah, anak mami cantik sekali pagi ini!" puji Mami Aleya.

"Ck, bukannya Ecca memang selalu cantik setiap hari Mi?" timpal Papi Mario.

Kecantikan Ecca memang menuruni papinya yang memiliki darah keturunan Belanda-Jawa. Warna kulit Ecca lebih putih dibanding dengan Nuna yang sedikit coklat eksotis menuruni darah keturunan Mami Aleya yang asli Jawa.

Meskipun begitu, keduanya sama-sama cantik dengan ciri khas yang masing-masing mereka miliki.

"Pagi Pih! Pagi Mih!" sapa Ecca sambil mencium pipi kanan dan kiri papi maminya secara bergantian.

"Pagi sayang. Yuk buruan sarapan, biar nanti papi yang anterin kamu ke Firma Hukum Mas Belva," ucap Maminya sambil menyiapkan sandwich untuk Ecca.

"Kenapa pake dianter segala sih? Ecca berangkat sendiri aja deh," tolak Ecca yang tidak mau ribet harus diantar jemput.

"Firmanya jauh dek. Pagi ini juga pasti macet banget. Papi gak mau kamu nanti kenapa-napa di jalan," tukas Papi Mario yang tetap keukeh mengantar putrinya.

"Tapi cukup hari ini aja ya aku diantar jemput sama papi. Besok aku mau bawa motor sendiri aja." balas Ecca.

Setelah menghabiskan sarapannya, Ecca dan papinya pun langsung membelah jalanan kota yang sangat ramai dan padat.

Mereka menempuh perjalanan selama satu jam untuk sampai di Firma Hukum Quiero.

Dengan mantap Ecca pun memasuki kantor milik kakak iparnya itu dan kemudian di arahkan oleh bagian resepsionis untuk langsung menuju ke ruang Belva yang ada di lantai 5.

'Duh, aku kok jadi deg-degan gini ya mau ketemu Mas Belva.' gumam Ecca dalam hati.

Perasaannya terus berkecamuk saat di dalam lift menuju ke ruang kerja Belva. Ini kedua kalinya ia bertemu dengan Belva setelah hari pernikahan kakaknya.

Bahkan kakinya pun terasa sangat lemas untuk melangkah ke ruangan Belva saat pintu lift sudah terbuka.

"Ecca." panggil Om Dion yang baru saja keluar dari ruangannya.

"Kamu baru datang ya? Diantar siapa tadi?" tanya Om Dion, papa Belva yang juga seorang pengacara di Firma tersebut.

Ecca pun langsung mendekat dan menyalami mertua kakaknya itu.

"Diantar sama Papi, Om." Jawab Ecca.

"Kita langsung ke ruangan Belva yuk." ajak Om Dion dan Ecca pun mengikuti langkah Besan papinya itu.

"Oh iya Ecca, nanti kamu panggil Pak Dion ya selama di kantor. Jangan panggil Om untuk profesionalitas kerja."

"Siap Pak Dion,." Jawab Ecca yang langsung mempraktekkan arahan Om Dion.

Dion Quiero pun langsung tersenyum mendengar Ecca yang langsung mengikuti arahannya.

Sesampainya di ruangan Belva, tampak pemilik ruangan itu sedang menikmati nasi padang yang pagi ini menjadi menu sarapannya.

"Sarapan nasi padang lagi?" tanya Pak Dion dan Belva menganggukkan kepalanya.

"Iya nih. Kayaknya Nuna udah mulai hamil deh pa. Jadi gak bisa siapin sarapan. Soalnya dari kemarin mual-mual terus."

Ucapan Belva membuat Ecca langsung terbatuk-batuk seperti orang tersedak. Padahal ia tidak sedang makan atau minum sesuatu.

"Ecca kenapa?" tanya Pak Dion.

Buru - buru Ecca menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa Pak Dion."

Kemudian Ecca pun dipersilahkan duduk di sofa untuk menunggu beberapa data informasi yang ia butuhkan.

'Kak Nuna hamil?' gumam Ecca yang dadanya masih terasa sangat sesak.

'Kenapa cepat sekali? Ck, aku sangat menyesal mengambil penelitian di sini. Tahu gitu aku gak usah menampakkan diri lagi di depan Mas Belva jika semuanya terasa sangat menyakitkan.'

"Ecca, ini data Firma yang kamu perlukan untuk Bab 3 penelitian kamu." ucap Belva menyodorkan berkas yang Ecca butuhkan.

Ecca menerima berkas yang disodorkan oleh Belva dengan sedikit gemetar.

"Sebenarnya kamu bisa melakukan penelitian disini sambil menjadi asisten pengacara. Jadi, kamu juga bisa sambil belajar mengusut suatu permasalahan klien." jelas Belva membuat Ecca mulai panas dingin.

Meski Belva berdiri jauh dari tempat ia duduk, tetap saja aura yang dipancarkan Belva membuat Ecca meleleh bagai es yang di letakkan tepat di bawah terik metahari.

"Iya Pak Belva." jawab Ecca dengan suara yang sedikit bergetar.

"Dan mulai besok, kamu akan menjadi karyawan magang di sini. Jam 7 tepat kamu harus sudah berada di kantor dan tidak boleh terlambat. Untuk gaji, nanti akan saya kasih rinciannya." jelas Belva yang kemudian kembali ke tempat duduknya.

"Baik Pak Belva. Lalu dimana ruangan saya?" tanya Ecca yang terlihat mulai memberanikan dirinya mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Belva.

"Lantai 4 dan temui Ollyta." ucap Belva singkat.

Ecca pun langsung menuju ke lantai 4 dan menemui Ollyta sesuai dengan arahan Belva. Namun saat ia hendak memencet tombol lift, pintu lift terbuka dan tampak Nuna hendak keluar dari lift.

"Ecca." sapa nya sambil memeluk adiknya.

"Kak Nuna." balas Ecca yang sangat terkejut dengan kedatangan kakaknya.

"Aku dengar dari Mami hari ini kau mulai penelitian di sini, jadi aku langsung saja kesini menemuimu." jelas Nuna yang langsung mengamit tangan adiknya dan kembali masuk ke dalam lift.

"Ada satu hal yang ingin aku bicarakan denganmu Ecca. Kita ke kantin yuk, nanti kakak traktir sambil ngobrol."

"Tapi kak, aku diminta Pak Belva untuk menemui Ollyta di lantai 4," sanggah Ecca.

Seketika Nuna tertawa saat mendengar adiknya memanggil suaminya dengan sebutan 'Pak Belva'.

"Dia itu kalo di kantor sama di rumah emang beda ya. Kamu tahu gak dek, kalo di rumah manjanya minta ampun. Tapi kalo lagi kerja, ternyata bisa tegas dan sekeren itu ya."

Ucapan Nuna kali ini secara tidak langsung menohok perasaan Ecca. Pagi ini sudah 2 kali Ecca harus bisa mengkondisikan perasaannya hanya karena ketidakmampuan nya bersanding dengan Belva, lelaki yang sudah lama duduk dalam singgasana hatinya.

Ia pun membuang nafasnya kasar dan memandang ke arah kakaknya.

'Kenapa Mas Belva bisa bersikap hangat, bermanja-manja, dan begitu perhatian dengan Kak Nuna? Tapi sejak dulu kenapa dia selalu bersikap dingin, jutek dan selalu tampak acuh?' gumam Ecca dalam hati.

'Sebenarnya apa yang Mas Belva suka dari Kak Nuna? Kenapa dia lebih suka wanita yang urakan dibandingkan aku yang diam dan anak rumahan?' batinnya kesal.

Permintaan Nuna

"Apa yang ingin kakak bicarakan denganku?" tanya Ecca to the point.

Ia terlihat sudah sangat jengah melihat kakaknya yang tampak sangat bahagia bersanding dengan Belva.

"Kamu mau gak tinggal sama kakak?" tawar Nuna membuat Ecca seketika membelalakkan matanya.

"What?!" pekik Ecca. "Kakak udah gila ya?"

Ecca tidak habis fikir dengan permintaan kakaknya. Mengambil penelitian di kantor suami kakaknya saja sudah membuatnya terbakar api cemburu, apalagi jika ia harus melihat kemesraan kakaknya dengan suaminya setiap hari.

Bisa-bisa ia bukan terbakar lagi, melainkan sudah menjadi abu.

"Apanya yang gila? Aku hanya menawarkan berbagai keuntungan untukmu, dek."

"Jarak dari rumah kakak ke firma sangat dekat dan kamu tidak perlu harus merasakan kemacetan setiap pergi dan pulang bekerja."

"Kamu juga bisa berangkat dan pulang bersama Mas Belva. Setidaknya bisa meminimalisir pengeluaran mu." jelas Nuna membuat Ecca langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau kak." tolak Ecca.

Penolakan Ecca kali ini membuat Nuna memohon agar adiknya mau tinggal bersamanya. Mendengar kakaknya terus memohon, membuat Ecca penasaran apa yang membuat Nuna memaksanya untuk tinggal bersama.

"Sebenarnya apa sih mau kakak?" tanya Ecca dengan nada yang tidak suka.

"Aku sedang hamil muda, dek." jawab Nuna membuat hati Ecca kembali teriris.

'Ternyata kakak benar-benar sudah hamil. Cepat sekali Mas Belva menanam benih di rahim kakakku.' batin Ecca yang semakin tidak mood mengobrol dengan kakaknya.

"Aku tidak sanggup mengurus pekerjaan rumah sendiri. Dan aku juga tidak tega melihat Mas Belva selalu kerepotan mengurus rumah saat aku mual." jelas Nuna membuat Ecca mulai naik pitam.

"Lalu, maksud kakak apa? Aku yang jadi pembantu di rumah kakak? Kenapa tidak menyewa asisten rumah tangga saja untuk mengurus semuanya?" serbu Ecca kesal.

Selama ini memang Ecca sangat lincah untuk membereskan pekerjaan rumah dan memasak meski ada asisten rumah tangga di Mansionnya. Tapi tetap saja ia tidak bisa jika harus menyaksikan kemesraan kakaknya setiap waktu.

"Kita belum dapat asisten rumah tangga yang cocok. Kemarin sudah dapat, tapi terlalu tua. Ada juga datang terlalu muda dan seksi. Mas Belva tidak suka,"

"Please, dek. Bantu kakak satu kali ini saja." pinta Nuna sedikit merengek.

"Ck. Kakak coba bilang papi sama mami deh." balas Ecca kesal sambil beranjak meninggalkan kakaknya.

Saking kesal nya, Ecca menghentak-hentakkan kakinya di lantai saat keluar dari kantin sampai ia tidak sadar jika Belva sudah berdiri di depannya.

Brukkk!

Ecca menabrak dada bidang Belva dan membuat Belva langsung merengkuh tubuh adik iparnya agar tidak terjatuh.

Deg!

Deg!

Deg!

Degub jantung Ecca bertalu-talu saat ia dan Belva dalam keadaan yang sangat dekat dan tidak berjarak.

Sorot mata mereka pun saling bertemu membuat Belva juga tidak segera melepaskan Ecca yang kini terlihat jelas seperti sedang ia peluk.

"Maaf Pak Belva, tadi saya tidak melihat jika ada orang di depan saya." ucap Ecca yang kemudian menjauhkan dirinya dari Belva.

"Hemm." jawab Belva singkat yang kemudian langsung meninggalkan Ecca yang berdiri mematung di pintu kantin.

"Mas Belva bener-bener yah. Cuek banget sama aku." gumam Ecca menggerutu sambil melangkah menuju ke lift untuk segera ke lantai 4.

Sedangkan Belva pun langsung menemui istrinya yang sudah menunggu kedatangannya.

"Hai Nuna, kamu tumben deh ke kantor aku pagi-pagi. Ada apa?" tanya Belva sambil menarik kursi istrinya.

"Aku pingin minta sama Ecca buat tinggal sama kita sebelum kita dapat asisten rumah tangga."

"Untuk apa? Toh aku masih sanggup mengurus rumah sendiri." balas Belva yang terdengar tidak setuju dengan keinginan istrinya.

"Tapi, Mas. Aku gak mau lihat Mas Belva kecapekan. Udah kerja, trus ngurus rumah juga." ucap Nuna.

"Ecca juga kerja, dia gak mungkin kita minta untuk bantu urus rumah, kan?" sanggah Belva.

"Tapi kan dia kalo berangkat kerja dari rumah kita lebih dekat sayang. Dan gak tahu kenapa aku kayaknya ngidam masakan Ecca." ucap Nuna yang kemudian memberi alasan agar Belva setuju Ecca tinggal bersama mereka.

Dan benar saja, Belva langsung setuju jika Ecca harus tinggal di rumahnya.

Mereka berdua pun langsung memberi kabar papi Mario dan Mami Aleya tentang kehamilan Nuna.

Tidak hanya itu, orang tua Nuna pun langsung setuju jika Ecca tinggal bersama mereka untuk memasak untuk Nuna dan suaminya agar ngidam Nuna terpenuhi.

Setelah memastikan semuanya keinginannya terpenuhi, Nuna pun pamit kepada suaminya untuk berangkat bekerja. Awalnya Belva sedikit tidak setuju jika istrinya masih tetap bekerja.

Tapi mengingat Nuna sangat menyayangkan posisinya yang baru naik jabatan menjadi seorang Manager, Belva pun mengizinkannya dengan catatan diantar jemput olehnya.

...🍄🍄🍄...

Sedangkan Ecca yang kini mulai menggarap skripsinya langsung uring-uringan saat mendapat kabar dari maminya jika sebagian pakaian dan barang milik Ecca akan dipindahkan ke rumah Belva sesuai permintaan kakaknya.

Terlebih papi dan maminya sama sekali tidak mengindahkan protes darinya.

'Semuanya sudah gila! Aku tidak mungkin melebur rasa cintaku pada mas Belva jika seperti ini keadaannya.'

'Jangan salahkan aku jika nantinya aku bertindak di luar batasku! Dan jangan pernah menyalahkankan aku, jika aku merebut suami kakakku sendiri!' batin Ecca menahan rasa geram.

Seketika di kepalanya dipenuhi bayangan kemesraan kakaknya dengan Mas Belva yang akan terus menenerus mengisi hari-harinya ke depan.

...🎀🎀🎀...

Selepas jam kerja, ponsel Ecca berdenting dan tampak nama Belva mengirimnya pesan. Dan ini baru pertama kali untuknya mendapat pesan dari Belva.

💌 Belva

Aku sudah menunggu di Loby. Kita pulang bersama. Aku tunggu 1 menit dari sekarang.

Ecca memutar bola matanya malas saat membaca pesan dari kakak iparnya itu. Ia pun segera mengirimkan pesan balasan untuk Belva.

💌 Ecca

Pak Belva pulang saja duluan. Saya bisa pulang sendiri. Nanti shareloc alamat rumah bapak.

Setelah mengirim pesan balasan untuk Belva, Ecca kembali berkutat dengan tugas skripsinya dan sengaja menunda kepulangannya.

Namun tiba-tiba Belva sudah berdiri tepat di hadapannya sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Pulang sekarang!" suara bariton Belva memenuhi ruangan.

Akhirnya mau tidak mau Ecca pun membereskan meja kerjanya dan pulang bersama Belva.

Ecca duduk tepat di samping sopir, sedangkan Belva sendiri duduk di belakang karena mereka akan menjemput Nuna di Hotel tempatnya bekerja.

Sesampainya di Hotel, tepat saat Nuna juga sudah menunggu kedatangan mereka. Dan lagi-lagi hari ini Ecca harus kembali tersakiti dengan melihat kemesraan kakaknya dan Belva di seat belakang.

"Ck, bisa gak sih mesra-mesraannya di kamar aja." celetuk Ecca dengan nada tidak suka. "Kayak gak ada tempat lain aja."

Nuna dan Belva yang hampir saja berciuman pun langsung menjaga jarak mereka berdua.

"Diiih, sirik aja nih bocah. Makanya pacaran dong dek Ca, biar bawaannya gak kaku," seloroh Nuna.

"Oh iya, makasih ya udah mau tinggal sama kita. Malam ini aku pingin dimasakin kerang saos padang sama kamu ya dek. Kayaknya enak deh, udah lama gak ngerasain masakan kamu." pinta Nuna sambil mengelendot manja di bahu Belva.

"Aku capek, kenapa gak beli aja di warung seafood?" timpal Ecca.

"Lagipula hamil muda gak boleh makan kerang, apalagi yang pedes-pedes. Janin kakak belum kuat."

Mendengar ucapan Ecca, Belva pun langsung melarang istrinya dan memintanya untuk menjaga kehamilannya. Perhatian Belva kepada Nuna membuat Ecca merasa semakin muak berada diantara mereka.

"Ya udah deh, udang saus tiram aja. Tolong bikinin ya dek. Kakak beneran ngidam masakan kamu nih." pinta Nuna.

Ecca menghela nafasnya pelan dan kemudian berdehem mengiyakan permintaan kakaknya.

'Ternyata ini yang kakak inginkan, aku ada di rumah kakak dan tinggal bersama kalian. Menjadi babu yang dengan enaknya kakak suruh-suruh tanpa melihat bagaimana keadaan aku saat ini.' gerutu Ecca dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!