❤️ Happy Reading ❤️
Namaku Selina Azura yang berarti bintang di langit biru...entah kenapa kedua orangtuaku memberikan nama indah itu...mungkin ingin putrinya cantik, indah dan berkedudukan di tempat yang tinggi seperti bintang di langit.
Aku merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Kakakku bernama Satria Abimana, dia adalah tipe pria penyayang dan bertanggung jawab, terbukti dari cara dirinya memperlakukanku serta menjagaku selama ini terlebih semenjak kedua orangtua kami tiada karena kecelakaan.
Keluarga kami bukanlah keluarga berada namun prinsip kedua orangtua kami pendidikanlah hal yang utama, maka aku bisa mengenyam pendidikan hingga menyelesaikan strata satu di salah satu universitas negri di kota ini.
Sedangkan kakakku pun juga sama, hanya bedanya kalau aku bekerja di sebuah perusahaan...kakak laki-lakiku memilih melanjutkan usaha milik kedua orangtua kami.
Meskipun tidak terlalu besar, namun minimarket yang keluarga kami miliki bisa terbilang cukup untuk menopang kehidupan kami dari semenjak masih ada ayah dan ibu sampai sekarang.
Berbekal ilmu yang kakakku peroleh dari bangku kuliah membuat usaha ini semakin maju dan berkembang sehingga kini memiliki beberapa karyawan dan sudah ada cabang juga walaupun masih satu.
Minimarket yang lama di awasi langsung oleh kak Satria sedangkan yang baru di awasi oleh kak Dela...istrinya...ya meskipun awalnya mereka memintaku untuk mengelolanya, namun aku tak mau karena aku ingin meraih impianku sendiri...ingin lebih fokus dengan karier yang aku geluti saat ini.
Hampir setiap hari membujukku, tapi yang dasarnya aku keras kepala...jadi ya...aku tetap menolaknya.
❤️❤️❤️❤️❤️
Namaku Lazuardi Cakrabuana yang berarti langit biru, aku adalah putra sulung dari pasangan Awan Cakrabuana dan Mega Larasati.
Aku memiliki dua orang adik perempuan yang bernama Larissa yang berarti salah satu bulan/satelit planet Neptunus...Larissa Larasati dan Lulana (yang berarti bintang penuntun)...Lulana Larasati.
Entah kenapa kedua orangtua kami menamai anak-anaknya dengan nama langit, kami sendiripun tak tau alasannya, mungkin karena ayahku pun namanya dari salah satu benda langit.
Sebagai anak laki-laki pertama dan satu-satunya, maka tampu kepemimpinan kerajaan bisnis yang di miliki oleh keluarga Cakrabuana bertumpu padaku.
Lelah...bosan...itulah yang kadang aku rasakan dengan segala aktivitas yang menurut sebagian orang terlalu monoton, tapi yah mau bagaimana lagi...sudah menjadi resiko serta tanggung jawabku sebagai anak laki-laki satu-satunya.
Setiap hari...dari pagi hingga malam, aku harus berkutat dengan tumpukan kertas dan juga laptop.
Aku di kenal dengan sosok yang dingin juga arogan.
Sikap dinginku terbentuk karena sebuah rasa yang di namakan sakit hati karena penghianatan seorang wanita.
Seorang wanita yang aku cintai melebihi diriku sendiri...nyatanya dengan tega menghancurkan hatiku menjadi berkeping-keping dan membuatku menutup hati rapat-rapat dari makhluk yang namanya wanita.
Dan hal itu juga membuatku menganggap semua wanita sama...sama-sama b******k kecuali keluargaku tentunya.
Mereka hanya mengincar harta...harta...dan tahta, dimana kita tak memiliki harta dan kekuasaan maka dengan mudahnya kita akan di tinggalkan.
❤️❤️❤️❤️❤️
Selamat datang di karya terbaruku...karya receh ke lima milik author remahan seperti diriku ini😊
Semoga kalian suka dan jangan lupa...budayakan untuk meninggalkan jejak setiap membaca...terimakasih 🙏
❤️ Happy Reading ❤️
''Selamat pagi...'' seru Selina menyapa seluruh penghuni rumah di ruang makan. ''Pagi kakakku tersayang...'' ucap Selina kepada sang kakak sambil mengecup pipinya sekilas.
''Pagi.'' balas sang kakak.
''Pagi cantiknya onty.'' sapa Selin pada keponakan cantiknya sambil mengecup sekilas puncak kepalanya.
''Pagi onty Selin.'' balas Sena Abimana...si bocah cantik nan menggemaskan yang baru berusia lima tahun itu.
''Pagi kakak tercantikku.'' sapa Selina lagi pada Dela sang kakak ipar yang baru keluar dari dapur sambil membawa nampan yang berisi empat gelas susu.
''Pagi.'' sahut Dela. ''Ceria amat...'' sambungnya.
''Harus dong kak untuk mengawali pagi agar hari kita ikut ceria.'' balas Selin.
''Biasanya diakan juga gitu bun.'' timpal Satria. ''Sel, kamu yakin nih gak mau ikut bantu kelola minimarket?'' tanya Satria untuk yang kesekian kalinya.
''Jangan mulai deh kak.'' sahut Selin. ''Kitakan sudah pernah bahas ini berkali-kali.'' imbuhnya lagi.
''Ya siapa tau kamu berubah pikiran Sel.'' timpal Dela.
''Jawaban aku tetap sama kak.'' kata Selin.
''Sel, lebih baik kita mengerjakan orang dari pada bekerja pada orang.'' kata Satria.
''Huft...iya aku tau tapi aku mau fokus sama karir aku yang sekarang kak.'' kata Selin. ''Lagian aku juga gak ada minat jadi lebih baik kakak dan kak Dela saja yang kelola.'' imbuhnya.
''Tap...'' kata Satria.
''Sudah yah jangan di paksa.'' potong Dela. ''Sekarang lebih baik kamu sarapan Sel...biar nanti gak kesiangan ke kantornya.'' katanya pada sang adik ipar.
''Kakak memang yang terbaik.'' puji Selin lalu mulai memakan sarapan paginya.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Mau kakak antar?'' tawar Satria ketika mereka semua sudah keluar rumah untuk ke aktivitas masing-masing.
''Gak usah kak, aku sudah pesan ojek online kok...bentar lagi juga sampai.'' tolak Selin. ''Lagian kakak kan juga harus buka toko dan anterin kak Dela sama Sena.'' sambungnya. ''Tuh ojeknya udah dateng.'' seru Selin sambil menunjuk kearah driver ojek online yang di pesannya.
''Kamu hati-hati ya.'' pesan Satria. ''Bilang sama abangnya jangan ngebut-ngebut.'' imbuhnya lagi.
''Iya kakakku sayang.'' sahut Selin lalu berpamitan pada kedua kakak plus keponakan kesayangannya.
Dari kantor ke perusahaan...Selin membutuhkan waktu sekitar dua puluh sampai tiga puluh menit.
''Huh...untung gak telat.'' gumam Selin setelah melihat jam di pergelangan tangannya.
Dor
''Ish kamu ini ngagetin aja...untung aku gak punya riwayat penyakit jantung.'' kesal Selin karena terkejut atas ulah sahabat satu-satunya yang dia miliki.
''Amit-amit deh.'' sahut Nanda. ''Maaf...maaf...'' ucapnya lagi.
Mereka berdua lalu masuk ke tempat dimana divisi mereka berada...divisi keuangan.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Di, mama dan papa minta waktumu sebentar boleh?'' tanya mama Mega.
''Hem...ada apa mam?'' tanya Lazuardi.
''Di, kapan kamu akan menikah?'' tanya mama Mega. ''Usia kamu itu sudah gak muda lagi loh Di, sudah waktunya kamu untuk berumah tangga.'' imbuhnya lagi. ''Lihatlah kedua adikmu juga sudah membina rumah tangga semuanya.'' sambung mama Mega lagi.
''Selalu ini yang di bahas.'' sahut Lazuardi dengan jengah.
''Mama dan papa juga ingin kamu berumah tangga Di, menikah dan punya anak.'' kata mama Mega lagi.
''Aku sudah punya anak mam...kalau mama lupa.'' kata Lazuardi.
''Iya mama tau ada Langit putra kamu tapi dia bukan anak kandungmu Di.'' kata mama Mega yang sudah terlanjur kesal.
''Cukup mam...aku gak mau mama atau siapa pun mengatakan hal itu lagi, aku gak mau kalau sampai Langit mendengar hal ini...Langit putraku mam.'' kata Lazuardi.
''Iya oke Langit adalah putramu tapi dia juga butuh sosok seorang ibu Di...sama seperti teman-temannya yang lain.'' kata mama Mega sedikit melunak lagi. '' Mama suka kasihan kalau lihat tatapan sendunya ketika melihat teman-teman sekolahnya yang di anter serta di tungguin ibunya di play grup.'' tutur mama Mega.
''Apa yang di katakan mamamu benar Di.'' kata papa Awan yang mulai buka suara. ''Isu kamu gay...kamu punya kelainan sudah terbantahkan semenjak kamu mengenalkan Langit sebagai putramu...tapi tidakkah kamu berpikir mereka semua juga lambat laun pasti akan bertanya-tanya mana sosok maminya Langit...istri kamu yang selama ini tak pernah muncul di depan publik.'' kata papa Awan panjang kali lebar.
''Akan aku pikirkan.'' sahut Lazuardi atau Ardi lalu pamit pergi ke perusahaannya.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Selamat pagi Presdir.'' sapa Heni sang sekretaris.
''Hem.'' sahut Ardi yang langsung masuk ke dalam ruangannya.
''Sut...'' panggilnya pada Boby sang asisten Presdir.
''Apa?'' tanya Boby.
''Kenapa tuh bos...bad mood banget kayaknya.'' kata Heni dan Boby hanya mengangkat bahunya saja tanpa menjawab dengan sepatah kata pun.
Boby sendiri juga gak tau apa yang terjadi dengan atasannya itu, soalnya dari tadi dirinya menjemput di rumah...sang atasan sudah seperti itu.
Beberapa detik kemudian sudah ada panggilan telepon dari si big boss untuk memintanya masuk ke dalam ruangan.
''Presdir.'' sapa Boby.
''Duduk Bob.'' titah Ardi.
Sang Presdir mulai menghela nafasnya dalam lalu menghembuskannya kembali dan hal ini tentu saja membuat Boby mengernyitkan dahinya...ada masalah apa dengan big bosnya ini, mungkin itulah yang ada di pikiran sang asisten.
Lazuardi mulai membuka suaranya, dia mulai menceritakan apa yang terjadi pada pagi hari sehingga membuat mood-nya buruk, karena terkadang hanya Boby lah tempatnya bercerita yang paling dia percaya.
''Bagaimana menurut kamu?'' tanya Lazuardi di akhir ceritanya.
''Maaf ni ya bos ya...kalau menurut saya apa yang di katakan oleh tuan dan nyonya besar itu benar adanya.'' kata Boby. ''Langit butuh sosok seorang mami dan anda juga butuh sosok seorang istri.'' sambungnya lagi. ''Makanya bos...cari pacar...eh salah cari istri.'' imbuhnya lagi dan hanya Boby lah anak buah serta orang yang berani bicara seenaknya pada Lazuardi.
''Cari...cari...emangnya murah apa cari istri.'' seru Lazuardi. ''Cari istri kayak cari permen saja yang di jual di mana-mana.'' imbuhnya lagi dengan kesal.
''Aduh bos...memang semudah itu kalau bos mau cari istri beda dengan saya, secara banyak tuh perempuan yang ngejar-ngejar bos, bisa di bilang ngantri...tapi bosnya cuek aja, di kurang-kurangi dikit bos dinginnya biar yang mendekat gak langsung beku.'' cerocos Boby.
''Eh kurang ajar ya kamu.'' seru Lazuardi mendengar ocehan asisten lucnutnya. ''Sana keluar...tambah pusing aku dengerin ocehan kamu itu.'' sambungnya lagi.
''Hehehe maaf bos...cuma mengungkapkan fakta...'' ucap Boby lagi lalu cepat-cepat mengambil ancang-ancang untuk keluar dari ruangan si big bos karena melihat bosnya itu sudah meremas pulpen yang siapa kapan saja di lempar ke arahnya.
❤️ Happy Reading ❤️
Pikiran kacau seorang Lazuardi bertambah ketika sang pengasuh mengabarkan kalau sang putra tak mau menyentuh makannya sedari tadi pulang dari play grup.
Padahal berbagai cara telah di lakukan, termasuk bujuk rayu dari sang oma dan opa yang nyatanya sama sekali tak mempan.
Entah apa yang terjadi dengan anak itu, karena tak biasa-bisanya seperti ini dan ini baru pertama kali jadi sangat membuat seorang Lazuardi merasa panik plus khawatir.
''Hen, saya pulang dulu.'' kata Lazuardi yang sudah keluar dari ruangnya.
''Bos...'' seru Boby yang baru ingin menuju ke ruangan sang atasan. ''Ini laporannya...'' serunya lagi saat sang atasan tetap melanjutkan langkahnya.
''Antar kerumah dan kamu handle kantor dulu.'' sahut Lazuardi sebelum masuk kedalam lift untuk menuju langsung ke basement bawah khusus sang presdir.
Iya Lazuardi memang tak terbiasa datang dan pulang melewati lobi perusahannya, dirinya lebih memilih menaiki lift dari parkir khusus di peruntukkannya menuju langsung ke lantai di mana ruangannya berada.
Jadi banyak dari karyawan yang tak tau tentang sosok seorang Lazuardi Cakrabuana, hanyalah orang-orang tertentu yang tentunya para petinggi perusahaan yang mengetahui sosoknya secara langsung.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Dimana Langit?'' tanya Lazuardi ketikan baru menginjakkan kakinya di teras rumah, bajakan sapaan dari sang kepala pelayan pun tak di hiraukannya.
Walaupun setiap harinya pun sama tak pernah membalas tapi setidaknya seorang Lazuardi akan sedikit menganggukkan kepalanya untuk merespon.
''Ada di kamarnya tuan muda.'' sahut sang kepala pelayan yang biasa di sebut pak Ben.
Tanpa ba bi bu lagi...Lazuardi langsung bergegas dengan langkah panjangnya menuju ke kamar sang putra yang berada di tak jauh dari kamar miliknya di lantai atas.
Cklek
''Di.'' sapa sang ayah ketika melihat anak laki-laki satu-satunya masuk kedalam.
''Bagaimana?'' tanya Lazuardi namun mamanya hanya bisa memberi gelengan kepala sebagai jawabannya.
''Huft...'' Lazuardi menghela nafasnya sebentar lalu duduk tepat di depan sang putra, di tempat yang diduduki oleh mama Mega tadi saat membujuk langitnya langit.
''Jagoan papi kenapa hem? kenapa gak mau makan? nanti kalau sakit bagaimana?'' tanya Lazuardi beruntun dan berusaha selembut mungkin, namun sayang...langitnya itu masih saja diam tak bergeming.
''Ada apa sayang? ayo cerita sama papi.'' bujuk Lazuardi lagi sambil mengelus rambut sang putra, berharap bujukannya ini bisa berhasil.
Karena tak mungkin kalau tak ada apa-apa dengan putranya itu, ada sebab pasti ada akibat pikirnya...dan dia ingin tau penyebab semua ini.
Perkataan sang papi membuat Langit langsung mendongakkan kepalanya yang sedari tadi hanya dia sembunyikan di tekukan lututnya.
Sedangkan ketiga orang dewasa yang ada di sana hanya bisa diam sambil melihat interaksi antara ayah dan anak itu.
''Tapi papi janji tak akan marah?'' tanyanya sambil mengacungkan jari kelingking tangan kanan miliknya yang mungil.
''Iya papi janji.'' jawab Lazuardi sambil mengaitkan hari kelingkingnya pada sang putra.
''Kenapa Langit gak punya mami pi?'' tanya Langit yang membuat Lazuardi sedikit kaget dan saling pandang dengan kedua orangtuanya yang juga tak kalah kaget, karena tak biasa-bisanya putranya ini menanyakan tentang hal itu.
''Dimana maminya Langit pi?'' tanyanya lagi saat sang papi masih terdiam.
''Belum cukupkah ada oma, opa juga papi hem?'' sahut Lazuardi. '' Kenapa harus menanyakan tentang mami?'' tanyanya lagi.
''Langit ingin seperti teman-teman Langit.'' lirihnya dengan sendu. ''Berangkat sekolah dan di tunggu sama mami sepeti mereka.'' imbuhnya lagi dengan air mata yang kini sudah menganak sungai.
''Langit juga ingin seperti Lila, Lili dan Joshua punya tante Larisa, Langit juga pengen kayak Luna, Riko dan Lita ada tante Lula yang selalu menemani mereka.'' imbuhnya lagi yang merasa iri di setiap melihat kebersamaan para sepupunya dengan ibu mereka.
Lazuardi tak sanggup berkata-kata lagi mendengar penuturan sang putra, dirinya hanya mampu membawa tubuh mungil itu kedalam dekapannya.
Begitu pula mama Mega yang sudah m nangis mendengar kata-kata cucunya, dia lebih memilih keluar dari kamar dan langsung di susul oleh sang suami.
Inikah yang dirasakan oleh putranya selama ini, begitulah kira-kira yang di pikirkan Lazuardi saat ini.
Oh iya dia baru ingat, pernah beberapa kali melihat sang putra terlihat murung sambil melihat para sepupunya yang sedang bersama dengan para ibu mereka.
Ternyata kesedihan inilah yang di rasakan oleh putranya, putra semata wayangnya...putra yang sudah di angkatnya semenjak bayi merah.
Ya Langit adalah putra yang di adopsi oleh Lazuardi semenjak bocah itu baru saja di lahirkan.
Anak bayi yang masih merah, yang baru merasakan menghirup udara bebas namun harus bernasib malang dengan meninggalnya kedua orangtuanya saat itu juga akibat kecelakaan yang mereka alami.
Untung saja sewaktu kecelakaan itu terjadi, Lazuardi sedang melintas mengunakan mobilnya bersama sang asisten.
Lazuardi yang biasanya cuek, entah mengapa mendadak perduli dengan apa yang terjadi. Alhasil mereka menolong sepasangan suami istri yang sudah terluka parah itu akibat motor yang mereka kendarai tertabrak mobil dari orang yang tak bertanggungjawab.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Bagaimana Di?'' tanya mama Mega yang nyatanya masih duduk di depan kamar sang cucu bersama papa Awan.
''Sudah mau makan mam, walaupun cuma sedikit.'' jawab Lazuardi. ''Sekarang anaknya lagi tidur.'' imbuhnya lagi.
''Duduk Di.'' perintah papa Awan pada sang putra...putra langitnya. ''Apa kamu masih tak mau mempertimbangkan kata-kata kamu pagi tadi?'' tanyanya to the poin karena kasihan pada sang cucu.
''Apa kamu tak pernah berpikir kalau kejadian ini bisa terulang lagi dan bisa mengganggu psikisnya?'' tanya mama Mega menimpali.
''Pikirkan baik-baik Di.'' sahut papa Awan lagi. ''Bukan hanya demi kamu tapi demi putra kamu.'' imbuhnya lalu pergi begitu saja.
''Mama harap kamu bisa mengambil keputusan yang tepat.'' kata mama Mega. ''Anak seusia Langit masih membutuhkan sosok seorang ibu.'' sambungnya lalu pergi mengikuti sang suami, meninggalkan putranya itu duduk sendirian di sana.
Lazuardi sendiri bingung memikirkan hal ini, jangankan calon istri...pacar atau sekedar teman dekat wanita saja dirinya tak punya.
Lagian ada rasa ketakutan tersendiri di dalam hati seorang Lazuardi Cakrabuana...bagaimana nanti kalau calon istrinya tak menyayangi putranya dengan sepenuh hati, bagaimana nanti kalau putranya itu semakin tersakiti, bagaimana nanti kalau putranya itu di beda-bedakan dengan anaknya yang lain oleh istrinya kelak kalau dirinya menikah dan punya anak serta masih banyak lagi ketakutan-ketakutan yang lain yang ada di pikirannya saat ini, tapi melihat putranya yang seperti tadi juga membuatnya merasa kasihan...hal sederhana namun tak bisa dirinya kabulkan, jangankan mengabulkan...menjawabnya saja dia tak mampu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!