NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Duda Playboy

Prolog

Araya Basagita, 20 tahun.

Jika cantik adalah sebuah dosa. Maka gadis itu akan masuk ke dalam neraka paling dalam berulang kali.  Rambut panjang menjulai berwarna dark aubrun, bibir tipis, kulit kuning langsat exotic, juga hidung mancungnya yang sempurna. Seolah mengatakan pada dunia, jika cantiknya tidak bisa dibandingkan dengan sebuah padang bunga sekalipun. Iris matanya yang berwarna almond, dengan bulu mata yang panjang lentik. Membuat siapapun terpesona tatapan matanya.

Araya mempercayai sepupunya---Reina Daniaty lebih dari siapapun. Bahkan, jika dua orang mengadu. Salah satunya adalah kakak laki-lakinya---Wisma putra Pratama, dan satunya lagi itu Reina.

Jelas, Reina akan dipercaya dengan skor telak. Sejak adik ayahnya meninggal dunia, Reina dan ibunya dibawa pulang ke kediaman utama Pratama oleh sang ayah.

Kejadian itu terjadi sekitar 10 tahun yang lalu. Saat Araya masih sangat kecil, dan belum mengerti apa-apa.

Lahir dikeluarga pengusaha sejujurnya itu baik. Namun berbeda dengan Araya. Ayahnya itu tamak, gila harta, dan kekuasaan. Bahkan kakak laki-lakinya terpaksa menikah dengan putri salah satu koleganya karena paksaan dari sang ayah.

Hubungan Araya sendiri dengan kakaknya tidak begitu baik. Entahlah, Araya merasa kakaknya terlalu berlebihan. Tatapan yang menunjukkan ketidaksukaannya pada Reina terlalu kentara dan berlebihan. Dan Araya tidak menyukai itu.

__________

Dion Ace Monata, 30 tahun.

Pria dengan wajah kotak, rahang tegas, alis mata yang tebal, serta gaya rambut Classica Pompadour yang menjadi ciri khas-nya itu menjadikannya pria incaran semua wanita. Hanya saja, pria ini memiliki trauma psikologis yang membuat dirinya tidak ingin menikahi seorang wanita lagi.

Berbagai cara telah dilakukan oleh sang ayah untuk menempatkan seorang gadis menjadi istri Ace. Namun, itu selalu saja berakhir dengan mengerikan. Pria itu bahkan tidak segan-segan untuk membunuh wanita yang dikirim ayahnya untuk menggoda.

Karena jikapun ia menginginkan sentuhan wanita. Ace hanya akan menuntaskan hasrat kelakiannya sesaat, kemudian membuangnya setelah mencicipi wanita itu sekali. Bagi Ace, wanita tak ada ubahnya seperti dessert yang cukup dicicipi satu suap untuk tes rasa.

Tersenyum? Jangan pernah bermimpi. Wajah sedatar jalan tol, serta sedingin kutub Utara itu tidak akan pernah melakukan hal sia-sia seperti itu. Sepanjang hari, yang akan dilakukannya hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Menjadi lulusan cumlaude, serta menerima gelar Magister Management terbaik sepanjang sejarah Universitas Stanford tidak semata-mata membuat ia puas.

Malam ketika ia diangkat menjadi CEO Art Monata Construction atau yang biasa dikenal dengan AMC. Ace mencekik putri teman ayahnya yang berusah untuk merayu.

Lupakan tentang tata krama yang dimiliki oleh Ace. 0 besar jika berharap anak itu bisa menjadi ramah pada orang lain. Tidak terkecuali pada ayah juga ibunya sendiri.

Kepergian mantan istri yang meninggalkannya, serta menghilang tanpa jejak 6 tahun lalu, benar-benar membekukan hatinya. Rasa jijik, serta tidak ingin melihat tingkah menggoda yang namanya wanita membuat hampir 90% pekerja di AMC adalah pria. Bahkan resepsionis yang bertugas pun adalah seorang pria.

Namun, ternyata hati itu tidak selamanya membeku. Wanita itu telah merebut inginnya untuk mendapatkan kasih juga cinta lebih dari sekedar rasa nikmat yang ia berikan satu malam.

Bagaimanapun caranya! Wanita itu adalah milik Dion Ace Monata seorang. Duda tampan yang sukses hingga membawanya berakhir di negara ini. Namun, lagi-lagi wanita itu menghilang. Untuk kedua kalinya ia ditinggalkan oleh harapan. Tidak! Bagaimanapun caranya ia akan menemukan wanita itu lagi. Harus!

Terjerat cinta duda playboy. 1

Seorang pria dengan penampilan yang sempurna menaiki salah satu lift yang ada di hotel. Dibelakangnya, ada empat orang pria lainnya yang ikut mengekor.

Ting... Ketika pintu lift terbuka. Pria itu berjalan menyusuri lorong demi lorong hingga tanpa terasa mereka telah tiba di depan pintu kamar VIP yang dituju.

Pria itu mengetuk pintu itu tiga kali. Tidak ada sahutan dari dalam. Menghembuskan napas pelan, ia kembali melirik arloji ditangannya. Sekitar sepuluh menit kemudian, ia kembali mengetuk.

Kriett... Pintu terbuka. Seorang wanita dewasa dengan penampilan yang masih cukup berantakan keluar dari kamar. "Hai, senang bertemu dengan Anda, Tuan Brian." Sapanya dengan senyum yang menggoda.

Pria yang biasa dipanggil dengan sekretaris Brian itu mengabaikan sapaan sang wanita. Ia lebih memilih masuk ke dalam kamar, dan melihat keada Tuan yang ia layani.

"Tuan,"

"Ada apa Brian? Apa ada sesuatu yang mendesak?" Tanya Ace tenang.

Dion Ace Monata, CEO AMC Grup yang terkenal dikalangan para pengusaha. Siap yang tidak mengakui sepak terjangnya di dunia bisnis. Tidak ada. Semua orang menghormati, dan mengakui kehebatan pria itu.

Dengan santai, Ace mengancingkan kembali satu persatu kancing kemejanya. Menatap ke cermin, dan beralih merapikan rambutnya.

"Tuan Ayas Pratama memaksa ingin bertemu dengan Anda, Tuan."

Ace masih sibuk merapikan rambutnya. Namun Brian tahu jika sebenarnya Tuan-nya itu telah mendengarkan. "Ini mengenai proyek pembangunan resort di Lombok, Tuan. Perusahaan Pratama ingin mengajukan kerja sama," lanjut Brian memberikan informasi.

"Aku tidak tertarik. Lupakan!"

Brian tidak banyak bicara. Tuan yang ia layani ini memang seperti itu. Dia tidak akan banyak berpikir, jika tidak suka maka ia akan mengatakannya dengan blak-blakan.

Setelah beberapa saat, Ace keluar dari kamar hotel. Meninggalkan tempat itu, dan menyusuri lorong menuju lift.

________

Disisi lain, Araya berjalan dengan tergesa-gesa memasuki salah satu lobi hotel bintang lima di kawasan ibu kota ini. Wajahnya memerah, rasa gugup, dan kacau dihatinya tidak bisa ia kendalikan.

Brughh... Araya tanpa sengaja menabrak seseorang karena tergesa-gesa. Namun, karena emosinya yang sudah diujung tanduk. Bukannya meminta maaf, ia malah memaki pria itu.

"Kamu buta, ya! Kalo jalan pakai mata. Ngapain bergerumun kayak semut ngejar gula begini!" cecarnya kesal, kemudian berlalu dari sana begitu saja.

Pria itu adalah Ace. Harga dirinya yang tinggi, membuat hati kecilnya terluka karena di maki seorang gadis kecil.

Tatap matanya mengikuti langkah Araya. Ace tebak, anak itu bahkan belum mencapai usia dewasa. Tapi sifatnya sudah arogan sungguh menyedihkan, mau jadi apa dia dengan sikap seperti itu. Yah, meskipun ia tidak bercermin pada diri sendiri yang bahkan lebih memperihatinkan dari pada gadis itu.

"Apa perlu saya bereskan, Tuan?" Tanya Brian mengikuti arah pandang Ace.

"Lupakan!"

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tempat yang akan mereka tuju adalah kantor AMC. Tempat dimana Ace terbiasa menghabiskan waktu hingga larut malam.

_______

Araya mengeratkan genggamannya pada kartu kamar cadangan yang ia dapatkan dari salah satu temannya yang bekerja di hotel ini. Ini memang melanggar privasi juga pelayan hotel. Selain itu jika ketahuan, temannya---Sofia, juga pasti terkena masalah. 

Tapi Araya harus melakukan ini. Apapun resikonya, ia ingin membuktikan dengan mata kepala sendiri. Bahwa apa yang dikatakan teman-temannya, juga kecurigaanya selama ini tidaklah benar.

Ini kali ketiga temannya memberikan kabar jika pacarnya---Doni, memesan kamar di hotel ini. Dan setelahnya Reina datang dan menanyakan kamar yang di booking oleh Doni.

Bip... Bip... Pintu kamar itu terbuka. Ayara membuka pintu itu dengan perlahan, sangat perlahan. Mengintip sejenak ke dalam. Terlihat seorang pria tanpa busana tengah mengungkung seorang wanita dengan gerakan maju-mundur di dalam sana.

Dari belakang, Araya jelas tahu jika itu benar Doni. Tapi siapa wanita yang bersamanya? Semoga itu bukan Reina seperti yang Sofia bilang.

Brakk...

"Doni! Apa yang kamu lakukan. Haaa!" Teriak Araya kencang diiringi suara bantingan pintu hotel yang menggema.

Terkejut, Doni spontan berdiri. Dengan pusaka berharganya yang masih mengacung tegak sempurna. Disisi kanannya ada Reina yang terlihat membulatkan mata saking terkejutnya.

Di tubuhnya bahkan telah banyak bintik merah sisa-sisa percintaan. "A--aya," gugup Doni terkejut.

"Bagus-bagus, jadi begini hubungan kalian dibelakang aku? Pantas saja kamu selalu banyak alasan setiap aku ajak keluar." ujar Araya dengan menggebu-gebu.

"Aku kurang apa si Don. Kurang cantik, kurang kaya, atau kurang apa?!" Bentak Araya histeris. Hal itu membuat orang-orang yang berada di kamar sebelah terganggu, dan melihat apa yang tengah terjadi pada mereka. "Kenapa kamu tega selingkuhin aku dengan saudara aku sendiri?"

"Dan Kamu!" Tunjuknya pada Reina. "Pakai pakaian kamu sekarang. Gadis murahan! Aku gak habis pikir sama tingkah laku kamu yang murahan kayak gini," cecar Araya penuh amarah. "Kurang baik apa aku sama kamu. Salah apa aku sama kamu, Reina! Salah apa?!"

"Apa kebaikan aku sama keluarga ku selam ini belum cukup untuk membuat kamu merasa puas?!" imbuhnya lagi.

Tak bisa berkata-kata. Reina hanya mengikuti perintah Araya untuk berpakaian kemudian kembali tertunduk diam. Sedangkan Doni kehabisan kata-kata untuk membela diri.

Tak berselang lama, seorang manajer hotel datang untuk melerai. Ia berdiri di samping Araya, kemudian menatap mereka secara bergantian satu persatu. "Ada apa ini?" Tanya manager hotel.

Araya tak kunjung bicara. Ini bukan salahnya, ini salah mereka. Mereka yang memilih untuk bermain api dibelakangnya. Mereka yang memilih menggunakan hotel ini sebagai tempat untuk berselingkuh.

Sejujurnya, Araya malu!

Apa mereka tidak bisa bermain pintar sedikit. Kenapa mereka harus berada di hotel bintang lima, yang mana banyak staff hotel mengenalnya. Tapi disisi lain, ia juga tidak bisa menahan gejolak amarahnya pada mereka.

"Nona Basagita, ada masalah apa ini?" Tanya manager itu kembali bertanya.

"Ini memalukan!" Gerutu Araya memijit pelipisnya pelan. "Mereka melakukan kegiatan asusila tanpa ikatan apapun, Pak. Tolong tutupi masalah ini untuk keluarga Pratama. Bagaimanapun wanita itu masih kerabat keluarga kami."

Setelah mendapatkan anggukan dari staff manager hotel, Araya berjalan keluar dari ruangan. Bahkan setelah ia pergipun kedua orang itu tetap bungkam. Bisu. Tak berani bicara, atau mungkin... takut?

Seharusnya itu mereka pikirkan sebelumnya. Bukan setelah ia berada tepat di depan mata.

Meskipun sakit, Araya berharap satu kata maaf keluar dari bibir Reina. Dan penjelasan tentang hubungan mereka yang jelas dari Doni.

Jika mereka memang saling mencintai. Katakan saja secara langsung. Ia bukan gadis bodoh yang akan menghalangi perasaan cinta orang lain. Kenapa mereka harus berselingkuh dibelakangnya?

Memijit pelipisnya pelan. Araya mendekati lift, menekan tombol, lalu masuk ke dalam sana.

"Aya, tunggu!" Doni menerobos masuk begitu saja ke dalam lift. Pria itu kembali terdiam setelah berdiri bersebelahan dengan Ayara.

"Kenapa? Kenapa harus Reina, Don?" Tanya Araya dengan bergetar. "Hubungan kita berawal dengan pertemanan. Tidakkah kamu memikirkan perasaan temanmu ini berang sedikit?"

"A--aku, aku khilaf, Ay. Aku minta maaf. Aku tidak tahu ada apa dengan hati dan pikiranku sendiri."

"Kita putus!"

Suara berisi keputusan itu menghantam hulu hati Doni. Ia sendiri belum yakin terhadap hatinya. Apakah cintanya masih untuk Araya, atau benar sudah berpaling ke Reina.

"Ja--jangan, Ay. Aku tidak mau putus. Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku benar-benar khilaf Ayara. Maafin aku, maafin aku, maafin aku," ucap Doni meminta maaf berulangkali.

"Khilaf hingga berulangkali?"

"I--itu--"

"Sebenarnya apa yang kamu lihat dari Reina, Don? Hatinya, ketulusannya, atau wajahnya?" Doni terdiam. Dia tidak tahu. Hubungannya dan Reina itu berawal dari acara From Night ketika kelulusan sekolah. Ia yang mabuk, dan Reina yang saat itu dikerjai beberapa temannya dengan memasukkan obat perangsang menghabiskan waktu bersama.

Entah bagaimana, setelah itu berlalu. Ia terus menginginkan tubuh wanita itu lagi, lagi, dan lagi. Dengan sedikit ancaman kecil, Reina mau tidak mau terus memenuhi panggilannya.

Tapi ia tidak menyangka jika Araya, kekasihnya akan tahu kebejatannya ini. "Kamu hanya ingin menghabiskan waktu bersama wanita, right?" Lagi-lagi Araya bertanya.

Ting... Lift telah tiba dilantai dasar. Keluar dari sana dengan mata sembab. Araya menghentikan langkahnya sesaat.

"Aku akan membicarakan ini dengan ayah. Kamu harus menikahi, Reina. Setuju, tidak setuju! Kita berakhir, Doni," lirih Araya sebelum berlalu meninggalkan Doni yang mematung. Pria itu bahkan tak sanggup untuk kembali menyusul langkah Araya.

"Tidak, aku tidak ingin ini berakhir, Aya. Kita tidak akan berakhir karena kesalahanku. Aku akan berusaha agar kamu memaafkan ku," Teriak Doni keras, berharap Ayara mau mendengarkan.

Terjerat cinta duda playboy.2

Gema suara bass dari musik DJ memekakkan telinga. Di dalam sana, diantara puluhan bahkan ratusan pendosa yang lupa dunia karena gemerlap dunia malam ini, Ayara menenggak habis minumannya yang terakhir.

Kedua sahabatnya, Sofia dan Elena tidak jauh berbeda dengan gadis itu. Malam ini mereka open table dan sudah menghabiskan sekitar lima botol wiski, dan satu sampanye bersama.

"Untuk Aya, biar cepat move on dari si bajingan!" Racau Elena kembali menaikkan gelasnya yang tinggal tersisa sedikit sampanye.

"Untuk Aya!" Sambung Sofia tak kalah heboh.

Mereka bertiga sudah mabuk berat. Tetapi Ayara bahkan tidak segan untuk mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ketika seorang bartender datang, dengan santai Ayara berkata: "Satu lagi sampanye, please."

Bartender itu mengangguk patuh. Meninggalkan ketiga gadis yang baru beranjak dewasa itu. "Aku mau mencoba seperti Reina," celetuk Araya asal.

Elena memiringkan kepalanya, matanya yang sudah tidak bisa melihat dengan jelas menggeleng-geleng. "Yah, kita harus mencobanya!" Sahutnya semangat.

"Doni berselingkuh karena Reina jadi menggodanya. Aku ingin jadi seperti dia juga." Racau Ayara membuat Sofia terkekeh mendengarnya.

"Oh come on, girl. Kalian benar-benar lemah, dengan alkohol." Sofia mengobrak-abrik isi tas Ayara. Dengan sisa kesadaran yang ia punya. Ia berniat membayar minuman mereka, tentu saja dengan uang milik Ayara.

Dilihat dari keadaan kedua temannya itu, tinggal dirinya yang bisa diharapkan untuk membawa mereka keluar dari sini. "Please," pinta Sofia dengan tangan terangkat tinggi.

"Aku akan membayar ini. Berapa?" Tanyanya pada bartender.

"Total bill 65 juta." Tanpa banyak bicara. Sofia menyerahkan credit card milik Ayara. Bartender itu membawanya untuk melakukan pembayaran.

Setelah menerima kembali kartunya. Sofia menatap wajah kedua sahabatnya dengan bingung. "Ayo kita pulang, girl's. Jadi, siapa yang ingin diantar ke mobil terlebih dahulu?" Tanya Sofia sembari mengalungkan ketiga tas kecil milik mereka di leher.

Ayara menunjuk Elena. "Aku masih bisa sadar. bawa aja ni anak dulu, nanti dia benar-benar di bungkus om-om," ujarnya sembari memijit pelipisnya pelan.

"Oke, Kamu tunggu disini! Jangan kemana-mana." Tegas Sofia memperingatkan Ayara.

"Yah, sana-sana. Aku mau mencoba menggoda pria, jadi kamu tidak perlu repot-repot jemput lagi." Selorohnya membuat Sofia berdecak.

"Nanti aku bawa kerumah. Abang ku pasti mau nampung kamu buat jadi istrinya dia sekalian. Jadi, jangan aneh-aneh!"

"Ho'o sana-sana, hush... hush..."

Ia mengibaskan tangannya mengusir. Setelah, Sofia menghilang dari meja mereka. Ayara berdiri dari tempat duduknya. Berjalan-jalan dengan sempoyongan.

Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Ia hanya memperhatikan orang-orang yang datang satu persatu. Kemudian, ketika matanya tertuju pada seseorang yang bersinar. Ayara mendekatinya.

"Kamu butuh teman tidur?" Tanya Ayara spontan.

___________

Ace memasuki salah satu bar terkenal di Jakarta. Melirik kesana-kemari, dan akhirnya ia menemukan apa yang ia cari.

"Yo, Ace Monata!" Ia beradu TOS dengan seorang pria. Dia adalah satu-satunya sahabat yang Ace punya di Indonesia. Namanya Batara, atau biasa dipanggil Tara. Pria itu memiliki bisnis club' malam yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Gimana-gimana, wanita kemarin, oke, kan?" Tanya Tara dengan kerlingan menggoda.

"Membosankan. Dia sama saja dengan yang sebelum-sebelumnya," jawab Ace jujur.

Tara tergelak. Ia tidak tahu lagi bagaimana memuaskan sahabatnya ini. Sudah puluhan wanita yang ia pilihkan namun tak satupun yang menarik perhatian pria ini.

Bahkan, ada beberapa wanita yang hanya ia tatap dengan datar. Kemudian disuruh pergi karena tidak tertarik.

"Ayolah, Ace. Jangan terlalu memilih. Pria dewasa seperti kita akan sulit mencari sesuatu yang segar. Jadi, nikmati saja yang sudah terhidang," kelakar Tara yang hanya ditanggapi dengan bahu terangkat tidak peduli oleh Ace.

"Aku punya teman. Katanya mau kenalan sama Kamu. Kalo mau, aku bakal atur waktu--"

"Kamu butuh teman tidur?" tiba-tiba suara seseorang memotong ucapannya begitu saja. Terlebih lagi, Tara terbelalak mendengar ucapan spontan dari seorang gadis yang selama satu tahun ini menjadi pelanggan tetapnya.

Ya, Tara mengenali Ayara. Karena ketika party sweet seventeen gadis itu memboking seisi club ini. Dan membiarkan teman-teman, bahkan pengunjung lainnya untuk ber-party sesuka mereka.

Dan semenjak saat itu. Gadis ini menjadi pelanggan tetap di club' ini. Dan biasanya, ia juga diperhatikan secara khusus. Berjaga-jaga agar gadis ini tidak dibawa pergi pria sembarang pria ketika mabuk berat.

Tapi, apa ini? Kenapa dia sendiri yang menawarkan diri.

"Jangan-jangan!" Tolak Tara cepat. "Dia pelanggan VIP, kayaknya dia lagi mabuk berat. Dia putri Tuan Ayasa Pratama. Bahaya kalo sampai dia dibawa laki-laki," jelas Tara sembari mendekati Ayara untuk diantarkan ke kamar privat di lantai dua.

"Lepas! Aku mau dia. Dia tampan," racau Ayara sembari mengelus pipi Ace sensual. "Ckk... Ternyata ada juga yang lebih tampan dari Doni-ku." Gerutunya kesal.

Ayara mendudukkan bokongnya di kursi bar. "Beri aku wiski satu gelas lagi!"

"Kamu benar tidak membutuhkan seorang teman tidur?" Ace menarik tangan ramping gadis itu. Mengecup telapak tangannya pelan, kemudian berbisik. "Aku tidak membutuhkan, wanita amatir."

"Oke, baiklah."

Tara menghembuskan napas lega mendengar penolakan dari Ace. Karena jika pria itu menerima keinginan Ayara. Maka ia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.

Bukan karena mereka berteman akrab. Tetapi karena kekuasaan pria itu tidak bisa dianggap enteng sama sekali. Bahkan oleh keluarga Pramana sekalipun.

Setelah menghabiskan isi gelasnya. Ayara kembali berdiri, tetapi tangannya malah ditahan oleh Ace. "Kemana?"

"Mencari pria yang mencari teman tidur." Jawabnya santai, "Reina bisa. Kenapa aku tidak bisa!" sambungnya.

Mendengar celotehan gadis kecil itu, Ace bisa menebak jika dia tengah mengalami patah hati. Mengingat pertemuan mereka yang tidak menyenangkan kemarin siang, sepertinya dia habis ditinggalkan pacarnya, atau mungkin diselingkuhi. Entahlah, Ace tidak peduli.

Lagipula tidak ada salahnya mencoba. Melihat bibir ranumnya yang berwarna merah muda, matanya yang sayu, serta hidung mancungnya yang menggoda, membuat gelora Ace bersemangat.

"Kalo memang ingin. Ayo habiskan malam denganku. Tapi, jangan pernah menangis apalagi menyesal besok pagi."

"Ace!" Cegah Tara tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Dia yang melemparkan dirinya sendiri. Aku hanya memenuhi. Bukan aku pun, dia akan bersama pria lain." Tara terdiam. Ia benar-benar habis kali ini. Apa yang akan terjadi pada bisnisnya setelah ini. "Satu kamar VIP untuk kami, Tar. Tenang, aku yang akan bertanggungjawab terhadap bisnismu."

Menghembuskan nafas lega sekali lagi. Tara menyuruh seseorang untuk mengantarkan mereka berdua ke kamar VIP. "Mereka seperti ayah dan anak." bisik Tara pada dirinya sendiri.

___________

Di dalam kamar yang remang. Ace membimbing Ayara untuk duduk di tempat tidur. Namun, tiba-tiba gadis itu menyerangnya dengan ciuman.

Sesaat Ace mematung, namun, ketika ia merasakan sesuatu yang manis memasuki kerongkongannya. Ia memperdalam ciuman mereka.

Untuk pertama kalinya Ace membalas ciuman wanita setelah 8 tahun berlalu. Dan untuk pertama kalinya, sebuah ciuman bisa membangkitkan gairahnya hingga membuat ia sesak.

Sekarang Ace sudah tak bisa mundur. Keinginannya untuk menyetubuhi wanita ini begitu memuncak.

Suara erangan, rintihan, dan ******* nikmat terdengar bersahutan. Ace yang tidak pernah bersuara ketika menuntaskan hasratnya, mengerang.

Ini nikmat.

Untuk pertama kalinya ia merasakan kenikmatan yang membuatnya melayang hingga ke awang-awang.

Gadis yang hebat, pikir Ace.

Hingga tengah malam berlalu. Ace masih belum puas menikmati tubuh gadis yang berada dibawah kungkungan nya ini.

"Arghhh..." Itu adalah pelepasan terakhir Ace. Ia melirik kebawah. Tersenyum tipis, kemudian mengecup mata yang perlahan tertutup karena kelelahan. "Kehormatan bagimu untuk menerima benihku," bisiknya sebelum ikut memejamkan mata disisi kanan Ayara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!