NovelToon NovelToon

MERCIA

1. Hutan Royan.

"Cepat cari dan tangkap anak itu..!" perintah seorang pria berjas hitam kepada anak buahnya.

Rasa cemas terdengar dalam getaran suaranya. dia tau jika gagal melaksanakan tugas ini kematian segera datang menghampirinya.

August tak pernah berfikir bahwa pertama kalinya ia ikut berkemah membawa dirinya masuk ke dalam situasi bahaya hingga mengancam keselamatannya.

Sudah menjadi tradisi di Universitas Century yang terkenal dengan klub pecinta alamnya selalu mengadakan acara penyambutan anggota baru di tengah hutan di bawah kaki gunung Royan sebelum aktifitas kelas dimulai.

Kegiatan ini semacam penyambutan kepada mahasiswa baru yang telah diterima di Universitas Century dan ingin bergabung dengan klub tersebut.

August sendiri sebenarnya bukan anggota klub pecinta alam, dia adalah anggota klub perpustakaan, bukan karena dia kutu buku melainkan dia menyukai keheningan dan perpustakaan yang membuat dia relax dan sering menghabiskan waktunya disana untuk tidur.

Keberadaan dirinya disini semata-mata karena diminta Julia untuk membantunya terkait tradisi tahunan ini. sedangkan Julia dan tiga rekan lainnya diberikan tugas oleh ketua klub yang kebetulan dengan anggota lainnya sedang mengikuti undangan pertemuan para klub pecinta alam antar distrik dan provinsi di luar kota Royan.

Di dalam satu tenda August terlihat letih setelah membantu untuk persiapan acara puncak malam nanti.

August merebahkan dirinya, namun baru tiga detik ia mulai memejamkan matanya ia mendengar teriakan suara seorang wanita yang sudah sangat familiar di telinganya.

"August... August.. dimana kau?!"

Huft.. wanita ini! pikir August.

"aku disini!" sahut August malas sambil bangun merubah posisi untuk duduk.

Tak lama muncul seorang wanita di tangan kanannya membawa ember kecil yang terdapat peralatan mandi didalamnya sedangkan tangan kirinya memegang handuk lalu duduk di depan pintu tenda dimana August berada.

Dia adalah Julia teman kecil August, mereka tumbuh bersama, bersekolah diatap yang sama namun status sosial mereka bak bumi dan langit. Kedua orang tua Julia memang bukan yang terkaya namun mereka adalah salah satu keluarga yang terpandang dan juga disegani di Distrik Royan.

Sedangkan kedua orang tua August hanyalah titik debu dalam dunia hedonisme.

Julia berparas cantik berkulit putih, rambutnya hitam sebahu, bola matanya berwarna biru, senyumnya sensual dan cuek di saat yang sama. Badannya padat berisi, entah isinya apa.

"ada apa?!" tanya August.

"aku ingin mandi dan kau...." belum selesai Julia berbicara, tiba-tiba August memotongnya.

"Kau ingin aku memandikanmu?" kata August

DUUKKK..! bunyi ember mendarat di kepala August.

August terkekeh sambil mengusap pelan kening yang terlihat merah bekas cetakan benda plastik tersebut.

"Dasar otak mesum, aku ingin mandi bersama para gadis lain di sungai, kau di minta oleh Pak Jeremy untuk mengambil peralatan dokumentasi miliknya untuk acara nanti malam yang tertinggal di belakang mobil truk miliknya didepan pintu masuk hutan ini!" sahut Julia kesal.

"tidak adakah orang lain yang bisa kau suruh? lagi pula bagaimana bisa sampai lupa dengan barang miliknya sendiri?!" tanya August malas.

"para siswa baru itu belum hafal rute hutan ini, dan kau tau bagaimana Pak Jeremy, bahkan dia sering mencari kacamatanya sendiri yang berada diatas kepalanya" ucap Julia.

"Hey.. kau pikir aku tau rute seluruh hutan ini?!" timpal August.

"ikuti saja jalan setapak yang kemarin kita lewati, nanti kau akan menemukan persimpangan jalan tak jauh dari batu besar, ambilah jalur ke kanan.

"cepat pergi dan kembali sebelum gelap, ok?! aku temanmu yang paling baik ini akan membalas kebaikanmu nanti,"

Sebenarnya kau ini teman atau ibu tiriku? dua hari kau menyiksaku gumam August dalam batinnya.

"Baiklah" August menghela nafas dengan berat.

Julia pun tersenyum lalu melenggang pergi. August menatap kepergian Julia, jalannya terlihat elegant seperti berjalan diatas catwalk bak foto model, tak perlu dibahas ember yang dibawanya.

Hampir dua jam August terus berjalan menelusuri jalan setapak hutan hingga akhirnya bertemu persimpangan terakhir untuk keluar hutan,

kakinya sudah mulai gemetar ia pun memutuskan istirahat.

ia benar-benar kelelahan karena dirinya harus terus menerus menemani Julia membantu tugasnya dan sesekali membantu Pak Jeremy.

Bahkan karena hal tersebut tak sedikit para siswa baru beranggapan bahwa August adalah kekasih Julia, padahal kedekatan mereka berdua tak lebih seperti Hansel and Gretel, bahkan lebih cocok seperti tom and Jerry namun tak ada ruang dipikiran mereka untuk karakter Romeo and Juliet setidaknya untuk saat ini.

August duduk bersandar pada batu besar, mengambil botol air lalu minum dalam tiga tegukan. setelah istirahat beberapa saat ia pun segera bergegas untuk melanjutkan perjalanan untuk mengambil alat dokumentasi pak Jeremy.

August pun bangkit, namun baru saja ia ingin melangkah tiba-tiba terdengar pelan suara rintihan di telinga kirinya.

"Jangan pergi.. tolong aku.."

August terkejut, langkahnya terhenti. Otaknya langsung memproses apa yang barusan ia alami.

ia perlahan menggerakan kepalanya ke arah kiri dimana bisikan suara itu terdengar lalu mulai membalikan badannya ke belakang, namun dia hanya melihat batu besar tempat ia istirahat.

"apakah aku benar-benar kelelahan, hingga berhalusinasi?"

"aku disini.." rintihan kembali terdengar August, namun kali ini seperti berbisik di telinga kanannya.

Sontak wajah August langsung menegang, keringat dingin mulai menetes. August berusaha keras menenangkan dirinya dari rasa takut yang ia rasakan saat ini.

"si.. siapa kamu? ja.. jangan menakutiku!" teriak August yang masih dalam kepanikan.

"ikutilah cahaya itu" suara itu kembali terdengar.

Belum sempat August mencerna apa maksud suara itu, tiba-tiba dari balik batu besar itu keluar bola bercahaya hijau keemasan seukuran kepalan tangan bayi.

bola cahaya tersebut mendekati August dan berhenti sejengkal dari wajahnya, lalu kembali bergerak perlahan seolah-olah berbicara ikuti aku sekarang.

Masih diliputi kebingungan dan rasa penasaran atas perubahan peristiwa tersebut August seperti tanpa berfikir langsung mengikuti bola cahaya tersebut.

Tak terasa sudah 30 menit dirinya mengikuti bola cahaya tersebut.

"Bola cahaya ini menuntunku jauh ke dalam hutan yang semakin lebat, sial aku tak tahu bagaimana aku akan keluar dari sini? mengapa aku mengikutinya?" pikir August.

August tersadar dalam lamunannya ketika bola bercahaya itu berhenti. terlihat seorang lelaki bersandar pada pohon besar dengan baju perang ala ksatria di film kolosal.

Baju perangnya sebagian hancur, tubuhnya penuh darah yang mengalir dari lukanya. di samping kanannya terlihat pedang dengan noda darah disetiap sisinya.

Bola cahaya itu perlahan turun menuju telapak kiri tangan lelaki tersebut, tak berselang lama bola cahaya itu tampak berkedip, bergetar lalu cahaya itu menguap hilang tak berbekas namun di telapak tangan lelaki tersebut kini tampak sebuah kristal hijau berbentuk bintang.

August tercengang apa yang barusan ia lihat sendiri dengan matanya.

Lelaki itu melihat ketakutan di wajh August.

"kemarilah, aku tak kan menyakitimu" lelaki itu berkata dengan lemah.

Walau dalam keraguan August tetap berjalan perlahan mendekati dan duduk di samping kiri lelaki tersebut.

"a.. aku akan cari bantuan.." kata August.

"Tidak.. tidak perlu.., hegh... aku tak punya banyak waktu untuk menjelaskan.. bawalah kristal ini serahkan kepada Oracle..." lelaki itu memberikan kristal dan menaruhnya d telapak tangan August.

"dia.. dia nanti yang akan menjelaskannya padamu.." ucap lelaki itu dengan susah payah hingga terbatuk mengeluarkan darah.

"cepat pergi.. mereka sudah disini.."

"a.. aku tak mengerti.. siapa oracle? apa yang terjadi?" tanya August bingung.

Lelaki itu mengambil pedangnya bangkit berdiri. August yang sudah takut semakin panik ketika melihat banyak pria berjas hitam tiba-tiba mulai muncul di tempat mereka berada. mereka sebagian memegang pedang dan sebagian lagi memegang pistol yang diarahkan ke arah mereka berdua.

Lelaki tersebut menarik kerah baju August dan mengangkatnya berdiri lalu mendorongnya dan berkata "cepat pergi dari sini..!"

August sangat ketakutan, pikirannya kosong yang bisa dia lakukan saat ini adalah lari sekuat tenaga tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.

Larinya semakin kencang ketika ia mendengar suara jeritan dan tembakan di belakangnya. dia hampir menangis.

Sementara pimpinan kelompok merasa geram melihat orang yang sudah terluka parah dihadapannya masih mampu mengelak dari beberapa tembakan yang diarahkan padanya dan membunuh beberapa orang anak buahnya.

"Brengsek.. apa kalian tak mampu menghabisi bajingan yang sudah sekarat ini?!"

Ia pun mengambil dua bilah pisau yang terselip di balik bajunya lalu melemparnya ke arah lelaki tersebut.

Wusssh. Wusssh.

Jleb..jleb. Arggghhhh..

pisau pertama menancap di otot lengan kanannya yang membuat pedangnya terlepas dari genggamannya. pisau kedua menancap didadanya yang sudah tak terlindungi baju perangnya.

ia sepertinya sudah tak merasakan sakit lagi ketika selepas itu peluru terus menghujani tubuhnya.

suara tembakan berhenti ketika tubuh lelaki tersebut jatuh ke tanah.

Pemimpin kelompok tersebut mendekati mayat itu, ia berjongkok lalu mengambil kotak kecil yang terselip dipinggangnya.

Ia berdiri untuk membuka kotak tersebut wajahnya tersenyum matanya berbinar, ia berkata dalam hatinya.

"hahaha.. dengan ini Lord Gorran pasti akan menjadikan aku tangan kanannya dan menunjuk aku sebagai pimpinan ksatria merah.

ia pun membuka kotak tersebut, namun senyum wajahnya langsung hilang.

Ia membanting kotak ke arah mayat lelaki itu, lalu mengeluarkan pistol menembak beberapa kali ke arah kepala mayat tersebut.

Dor dor dor.

"CEPAT CARI DAN TANGKAP ANAK ITU...!"

2. Jiwa Yang Terpilih.

Matahari sudah malas menunjukan sinarnya, langit pun perlahan-lahan mulai menghitam ketika dua puluhan orang pria berjas hitam dengan senter dan senjata di kedua tangannya mulai menyebar mencari August untuk menangkapnya.

August sudah lelah berlari rasa frustasi sudah mulai menggerogoti mentalnya. disaat dirinya mulai drop dia teringat Julia dan para siswa baru disisi hutan lainnya.

bagaimana kabar Julia, apakah ia akan mencariku dan mencari bantuan. tiba-tiba kekhawatirannya muncul.

oh tidak tidak.. jika dia mencariku akan sangat berbahaya untuknya bila bertemu kelompok pria kejam itu.

August tak sanggup membayangkan apa yang akan menimpa Julia dan lainnya bila skenario itu terjadi.

aku tak boleh menyerah. aku harus mencari cara untuk keluar dari sini, tapi bagaimana caranya aku tak tahu harus jalan ke arah mana.

emosi dalam pikirannya campur aduk, apa yang dilihat dan ia rasakan hanyalah kegelapan.

Sementara tak jauh di belakangnya terlihat banyak cahaya senter yang bergerak-gerak acak semakin mendekat ke arahnya.

August mulai bergerak lagi namun sangat sulit karena dia tak bisa melihat apapun yang ada didepannya. beberapa kali ia terjatuh tersandung batu atau akar pohon besar.

Jarak diantara mereka hanya tinggal sekitar 50 meter.

August masih terus berusaha bergerak namun naas baginya ketika dia tak sengaja telah menginjak seekor ular besar yang sepertinya berbisa.

ular yang terinjak itu merespon dengan menggigit betis kanan August.

Akkkkhhh..!

celakanya teriakan August membuat salah satu pria berjas hitam mengarahkan cahaya senter ke arahnya.

"ITU DIA.. SEMUA KESINI..!"

pria tersebut berlari ke arah August diikuti yang lainnya dari berbagai arah.

August sudah pasrah mengetahui hidupnya akan berakhir malam ini.

Pria tersebut berjalan kearahnya dengan pistol ditangan kanannya kini jaraknya dengan August hanya satu meter.

"sekarang kau tak bisa lg bersembb... Heghh..!" belum selesai kalimat terucap sebuah tombak berwarna emas muncul dari perutnya.

Darah menyembur deras, sebagian terciprat ke wajah August.

August tercengang melihat momen menjijikan itu.

Tombak itu perlahan kembali masuk ke dalam perut pria itu.

pria itu roboh. kini di depan August terdapat sesosok wanita menatap tajam kepada August.

Wanita itu dibalut pakaian serba hitam hanya terlihat mata dan pergelangan tangannya saja. tangan kirinya memakai gelang mutiara biru berkilau terkena sorot cahaya senter milik pria yang baru saja terbunuh, sedangkan tangan kanannya memegang tombak emas yang masih meneteskan darah.

Panjang tombak itu hanya satu meter namun bisa berubah memanjang atau memendek sesuai keinginan sang pemilik.

pegangannya terdapat ukiran naga, ketika tombak itu memanjang ukiran naga itu bergerak mengelilingi gagang tombak seolah-olah naga itu hidup, dan kini ujung tombak tersebut menempel di leher kiri August.

Wanita itu diam tak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Jika kau ingin membunuhku, bunuhlah.. aku hanya memohon agar keluargaku bisa menemukan jasadku dan menguburkanku dengan layak" ratap August pasrah.

Wanita itu masih tetap dalam diamnya seolah-olah ia sedang menimbang sesuatu dalam pikirannya. namun kali ini ia memiringkan wajahnya ke kanan melihat August memejamkan matanya setelah kalimat terakhirnya tampak air matanya menetes.

Beberapa detik kemudian terdengar suara tembakan di belakangnya. ia berbalik cepat dan memposisikan tombaknya di depan dadanya.

Duar.. Tring.. Aaaagh.

peluru yang di tembakan mengenai bagian tombak dan memantul balik menembus leher yang menembaknya.

bersamaan dengan itu seluruh kelompok pria muncul di hadapannya.

Wanita tersebut menoleh ke kiri, melirik ke arah August dan berkata

"sembunyi."

"Tembak mereka!"

perintah pimpinan kelompok.

Dor dor dor dor dor.

suara tembakan mulai bersahut-sahutan.

Wanita itu memutar tombaknya searah jarum jam lalu melepas tombak itu dari genggamannya kemudian merentangkan kedua tangannya kesamping.

tombak emas itu terus berputar dengan sendirinya. melawan hukum fisika putarannya semakin cepat mengeluarkan suara angin yang menakutkan, melebihi kecepatan putaran baling-baling helikopter.

wung wung wung. tring tring. aaaghhhh.

tombak tersebut menjadi perisai yang melindungi wanita itu. tak ada satupun peluru yang dapat menembus putaran tombak. peluru-peluru itu melenceng mengenai pepohonan sebelah kanan atau kiri. sedangkan setiap peluru yang mengenai putaran tombak akan memantul balik ke pengirimnya.

Disaat yang sama August dengan susah payah berdiri, mengambil senter yang masih menyala milik pria yang dibunuh wanita itu.

Ia berjalan terpincang-pincang menjauhi wanita dan kelompok tersebut secepat yang ia bisa. dengan bantuan cahaya senter August mengetahui kini jalan yang ia akan lalui.

ia melihat sebelah kanannya tampak seperti jurang.

August ingin mencari jalan lain.

Namun luka gigitan ular membuat kakinya semakin parah. Hawa dingin gunung membuat nafasnya mulai berat dan perlahan-lahan kesadarannya semakin berkurang. pandangannya memudar ia pun terjatuh.

August sudah tak sadarkan diri, seluruh tubuhnya terus berguling terbentur pohon dan batu menuju tepi jurang.

tubuh yang tak terkendali itu pun akhirnya terhempas terjun bebas ke dasar jurang.

Namun sepersekian detik sebelum tubuh itu menghantam dasar jurang sekelebat bayangan melesat menangkap tubuh August lalu kembali melesat dan hilang dalam kegelapan malam.

Sementara sebelumnya tak jauh dari wanita dan kelompok pria terdapat dua pasang mata yang sedang mengawasi.

Dua pasang mata yang mengawasi itu ternyata milik dua wanita.

Satu sosok terlihat seperti berusia 18 tahun berwajah oriental, tubuhnya memakai jubah serba putih, dipinggangnya terselip dua buah trisula. sedangkan satunya lagi wajahnya terlihat sudah dewasa mungkin berusia sekitar 27 atau 28 tahun, dengan pakaian jubah berwarna ungu tak terlihat senjata di pinggang maupun dipunggungnya.

"Bibi Lyra siapa wanita itu? sepertinya ia juga ingin membunuh laki-laki itu.. kita harus menolongnya bi..

lihat dia menempelkan tombaknya ke leher laki-laki itu.."

"Tenanglah Carol, kau memang akan membantunya, tapi tidak hari ini. tetaplah fokus kepada tujuan kita semula." ucap Lyra pelan.

Kedua wanita yang bernama Carol Snowbell dan Lyra DeLight masih terus mengamati.

Pemimpin kelompok pria berjas hitam semakin khawatir melihat anak buahnya meregang nyawa satu per satu. anak buahnya hanya tinggal belasan ia merasakan kekalahan pihaknya.

"Brengsek.. wanita ini bukan manusia. MUNDUR..!"

perintahnya.

Wanita bertombak emas melihat lawannya mundur kini merubah posisi tangannya menyilang memegang pundaknya lalu menghentakan tangannya kedepan.

Bersamaan dengan gerakan tersebut tombak itu berhenti berputar lalu pecah menjadi puluhan tombak kecil seukuran jari orang dewasa lalu melesat menerjang ke arah kelompok yang melarikan diri.

setiap orang atau pohon yang terkena tombak kecil itu tubuhnya terbakar lalu mati mengenaskan.

Kini kelompok tersebut hanya tinggal pimpinan dan dua orang bawahannya.

Wanita itu hendak mengejar sisa kelompok tersebut, namun ia menghentikan langkahnya, mengurungkan niatnya lalu mengangkat tangan kanannya puluhan tombak kecil kembali menyatu menjadi tombak besar seperti semula.

Ia menggenggam dengan erat, memejamkan matanya lalu melempar tombak ke atas pohon yang berjarak 30 meter di sebelah kanannya.

Wushhh.

"Kita ketahuan cepat pergi" Kata Lyra mengingatkan Carol.

Blegarrr..!

Ledakan keras terdengar. pohon yang menjadi tempat persembunyian Lyra dan Carol hancur tak tersisa. namun keduanya selamat dan berhasil melarikan diri.

Sedangkan wanita dengan tombak emas itu kembali mencari jejak August. namun setelah beberapa lama ia tak berhasil menemukan jejaknya, ia pun pergi meninggalkan tempat itu.

Sementara itu di dalam satu gua tepi jurang, di atas batu datar terbaring lemah sesosok lelaki. di sampingnya ada seorang wanita berusia sekitar 25 tahun memakai baju ala putri raja, terlihat sebuah intan atau berlian berwarna biru yang seolah-olah menempel di keningnya.

Ia mencoba meminumkan sesuatu ke dalam mulut August dengan sendok perlahan-lahan.

August yang setengah sadar terbatuk-batuk menelan sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya.

"dimana aku? siapa kau? apa yang kau mau lakukan?"

tanya August yang masih lemah.

"Minumlah dulu" wanita itu memaksa August untuk menghabiskan minuman yang ia berikan.

August menelan dengan pasrah.

"Luka kakimu sudah kuobati, dan bisa berjalan normal beberapa jam setelah kau minum habis ramuan itu." kata wanita itu.

Walau terasa pahit August menghabiskan minuman tersebut. ia merasakan staminanya pulih perlahan. ia mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

"si.. siapa kamu?" tanya August.

Wanita itu bangkit berjalan menaruh gelas bambu di atas meja kecil disamping kiri dimana August berbaring.

"aku punya banyak nama, tapi mereka memanggilku Oracle. dan aku yakin kau punya sesuatu untukku!" jawab wanita itu lugas.

August tidak mengerti siapa yang dimaksud wanita itu dengan kata 'mereka'

Tunggu dulu dia menyebut dirinya oracle?

pikiran August kembali mengingat kejadian dimana pertama kali bencana ini dimulai.

seorang lelaki memberikannya sebuah kristal untuk diserahkan kepada seseorang yang bernama Oracle.

"Kau bernama Oracle?" tanya August lagi.

Wanita itu tidak menjawab. hanya senyum kecil yang terlihat.

Masih dalam keadaan berbaring August mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.

Oracle melihat tajam kristal berbentuk bintang yang ada ditelapak kanan August.

"Seorang lelaki dengan baju perang memintaku untuk menyerahkannya padamu." August menyodorkan tangannya ke arah wanita itu.

Oracle lalu mengambil kristal dari telapak tangan August. ia mengangkat kristal itu dengan tangan kanannya sejajar dengan matanya mengamati dengan cermat. lalu tangan kirinya mengambil sesuatu dari balik bajunya.

sebuah kotak kecil berwarna emas. kotak itu terbuka ia lalu memasukan kristal tersebut ke dalam kotak emas lalu menutupnya.

bersamaan dengan itu. August pun bertanya

"siapa lelaki itu? dan siapa wanita dengan tombak emas? untuk apa kristal itu?

"Lelaki itu hanya utusan, wanita dengan tombak itu akan menemuimu lagi" jawab Oracle

"Hah..! Apa dia akan membunuhku?" tanya August kaget.

Oracle memejamkan matanya sebentar dan membuka kembali lalu menjawab dengan datar

"Mungkin"

August lemas mendengarnya.

"Bagaimana dengan kristal itu?" August bertanya.

"Kristal ini.."

Oracle menghentikan kata-katanya. ia tersentak kaget kotak emas di tangan kirinya bergetar dengan hebat.

Oracle mencoba menahan dengan kedua tangannya namun sia-sia. ia terhempas ke belakang dengan keras mulutnya mengeluarkan darah segar.

Kotak emas bergetar melayang-layang terlihat kerlip-kerlip cahaya yang seolah-olah memberontak ingin keluar dari celah kotak yang mulai retak.

Crack.. crack.. blarr!

kotak itu pecah. serpihannya terhempas ke seluruh dinding gua.

Kini sinar itu terlihat menggumpal seperti benda padat, perlahan-lahan membentuk sebuah bintang segi lima lalu mulai berputar.

August sangat ketakutan, namun ia tak bisa menggerakan tubuhnya. berbaring pasrah melihat fenomena ini.

Oracle sendiri tercengang melihat kejadian ini. ia bergumam dengan dirinya sendiri.

"Ti.. ti.. tidak mungkin.., apakah dia.. dia... dia adalah jiwa yang terpilih?!"

Tiba-tiba cahaya yang berputar itu kembali menjadi padat seukuran bola basket lalu menghantam dada August.

Tubuh August bergetar seperti orang kesurupan ia memejamkan matanya menahan sakit dan rasa panas yang luar biasa menyiksa.

Ia berteriak dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya.

AAAAAAARGGGHHHH...! Byur!

Ia membuka mata dan melihat Julia dengan mata melotot sedang memegang ember ukuran sedang. lalu melihat bajunya sendiri yang basah kuyup. tercium bau tak sedap.

"Kau menyiramku dengan apa?" tanya August.

"Bekas air rendaman pakaian dalamku" sahut Julia sambil mendengus dan melempar ember ke arah August dan pergi.

DUKKK.

"Ouch"

3. Jangan Menghindar.

August masih duduk bertelanjang dada di dalam tendanya. bajunya di jemur disamping tenda setelah ia membersihkan diri.

Ia tampak merenung apa yang baru saja ia alami. semua tampak nyata baginya. bahkan emosinya yang campur aduk masih bisa ia rasakan.

apa yang sebenarnya terjadi.., mungkin aku harus menanyakannya pada Julia.

August pun beranjak pergi menemui Julia di tendanya.

Di dalam tenda Julia ingin mengganti pakaian. pakaian yang ia kenakan saat ini sudah basah oleh keringatnya dan membuatnya merasa tak nyaman. ia membuka kaos dan celananya hingga menyisakan bra dan ****** ***** yang menutupi tubuhnya.

Julia memisahkan pakaian yang kotor itu ke dalam plastik yang telah ia siapkan, lalu mencari tasnya untuk mengambil pakaian yang masih bersih untuk ia kenakan.

Ketika ia membalikan badannya, August yang bertelanjang dada muncul di pintu tenda dan langsung masuk begitu saja. tatapan mata keduanya bertemu.

Tak ada kata yang terucap.

Walau sejak kecil tumbuh bersama Julia tak pernah melihat postur August sedekat ini setelah mulai beranjak dewasa.

Ia melihat badan tegap dengan dada yang bidang dengan otot di kedua lengannya, Julia pun melihat barisan roti sobek di perut August yang membuat Julia sangat ingin segera memakannya.

Tak jauh beda dengan August ia pun merasakan hal serupa. August hanya sanggup menelan ludah ketika melihat perabotan Julia yang besar dan indah itu dalam kondisi unboxing hampir seutuhnya

Keheningan beberapa saat itu terpecah ketika Nora teman Julia muncul membuka pintu tenda.

"Ya Tuhan apa yang sudah kalian lakukan?"

sontak pertanyaan Nora mengembalikan kesadaran Julia dan August.

"ehm" "eh nganu"

"ini bukan seperti yang kamu pikirkan" Julia dan August menjawab secara bersamaan.

Nora menggelengkan kepalanya.

"Lupakan. aku tak lihat apa-apa, aku tak pernah ada disini" Nora mengambil sebotol air mineral lalu pergi.

Julia dengan kesal berteriak kepada August.

"untuk apa kamu masih disini?! cepat keluar!"

"Aku ingin bicara padamu" sahut August.

"Tunggu di luar!" teriak Julia makin kencang.

"ok ok" August pun bergegas keluar.

setelah mengenakan pakaiannya Julia menghampiri August dan duduk disampingnya.

"Dimana bajumu? udara disini sangat dingin kau bisa terkena demam bahkan hypothermia!" tanya julia

"Apakah kau lupa baju terakhir yang ku pakai kau siram air cucian" jawab August dengan kesal.

Julia menahan geli dengan berpura-pura memasang ekspresi tak bersalah.

"apa yang ingin kau bicarakan" tanya Julia ketus.

"siapa yang mengambil alat dokumentasi pak Jeremy?" tanya August.

Julia melirik August dengan heran.

"Bukankah kau yang mengambilnya?!"

"aku sebenarnya ingin menanyakanmu bagaimana kau bisa kembali begitu cepat dengan alat itu di tanganmu!"

perkataan Julia membuat August tercengang.

"setauku perjalanan keluar hutan ini setidaknya membutuhkan waktu berjalan kaki selama kurang lebih 2 jam, dan kau kembali kurang dari 30 menit."

"Hah.. apa kau melihatku kembali dengan alat itu?" tanya August.

"apa maksudmu? setelah kami kembali dari sungai aku melihatmu tertidur di tendamu. aku ingin memarahimu karena ku kira kau tak pergi mengambil alat itu."

"Namun setelah aku masuk, aku lihat alat itu ada di sampingmu. aku tak tega membangunkanmu, aku mengambil alat itu dan menyuruh Nora menyerahkannya kepada Pak Jeremy."

"aku kembali ke tendaku untuk menjemur pakaian, tak lama aku mendengar kau berteriak, selanjutnya kau tau apa yang terjadi."

August terdiam. penjelasan Julia tak membantunya memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Julia menatap ekspresi wajah August yang terlihat kosong. ia menepuk pelan pundak August dan membiarkan tangannya tetap menempel disana. lalu bertanya.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Ya.., aku baik. mungkin sedikit kelelahan. aku akan kembali ke tendaku." ucap August.

"Baiklah, aku akan bawakan makanan nanti ke tempatmu." kata Julia.

"Ehem"

terdengar suara seseorang di belakang mereka. Julia dengan refleks langsung menarik tangannya dari pundak August, dan mereka berdua menengok ke belakang dan melihat Nora ada disana.

"Julia kau dipanggil Pak Jeremy. Aku baru tiba, aku tidak melihat dan mendengar apa-apa."

tak ada perkataan apapun lagi, ketiganya pun pergi berlainan arah dengan canggung.

Malam telah tiba, api unggun mulai dinyalakan cahaya api mulai menerangi tempat mereka berkumpul.

Namun bukan di tempat mereka itu saja terdapat cahaya, di sisi hutan lainnya juga terlihat cahaya yang tiba-tiba muncul di tanah.

cahaya itu semakin terang benderang perlahan membentuk simbol pentagram dan simbol-simbol kecil di sekelilingnya. simbol itu berputar-putar dengan cepat, semakin cepat lalu bergerak terbang ke atas dan menghilang.

Kini di tanah tempat keluarnya simbol bercahaya itu terlihat sesosok wanita yang tengah berlutut dengan satu kakinya.

Wanita itu perlahan berdiri. ia mengamati sekitarnya dengan berhati-hati. tubuh wanita itu hampir semua tertutupi dengan baju pelindung yang sepertinya terbuat dari logam dan berwarna merah, mulutnya pun tertutup masker yang juga terbuat dari bahan dan warna yang sama. hanya bagian setengah wajah keatas, paha dan perut yang terlihat tanpa pelindung.

kedua tangannya terdapat lilitan rantai emas menjuntai dan masing-masing di kedua ujung rantai itu terdapat pisau kecil yang juga terbuat dari emas, tampak berkilau karena terkena pantulan cahaya rembulan.

Wanita itu terlihat mengambil satu botol kecil dari balik pinggangnya, lalu berjalan mendekati sesosok mayat yang tergeletak di tanah.

"Terima kasih, Pengorbananmu takkan kami sia-siakan"

setelah berkata ia menuangkan cairan di dalam botol ke mayat itu.

mayat itu terlihat seperti terbakar lalu menguap hilang tak tersisa bahkan baju perangnya pun ikut lenyap. setelah itu wanita itu melesat pergi.

Sementara itu acara malam terakhir berjalan lancar, semua bernyanyi dan tertawa bersama hingga mereka lelah, tertidur dan kembali ke rumah masing-masing pada keesokan paginya.

Sudah tiga hari aktifitas perkuliahan berlangsung. semenjak insiden perabotan. August lebih memilih pergi ke kampus menumpang dengan Rafael.

Rafael menyadari betul bahwa August biasanya lebih sering berangkat bersama Julia ketimbang dirinya.

"Bro.. apa kau dan Julia bertengkar?" tanya Rafael sambil mengemudikan mobilnya.

"Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan?" jawab August acuh.

"hahaha... kau tau pacarmu itu sedang mencari tau mengapa kau menghindarinya." ucap Rafael.

"Julia bukan pacarku, dan aku tidak menghindarinya, hentikan omong kosongmu, perhatikan saja jalanmu" ucap August jengkel.

"Jika Julia bukan pacarmu, apa pendapatmu jika ada lelaki lain yang menyatakan cinta padanya? kata rafael.

"Jika kau bicara lagi aku akan membenturkan kepalamu dengan kemudi itu" ucap August emosi.

"hahaha" Rafael tertawa puas.

lima menit kemudian mereka tiba di area kampus, mereka berpamitan dan berpisah. belum banyak orang yang datang, mereka memang berangkat lebih awal untuk menghindari kemacetan.

August berjalan menuju cafeteria ia ingin mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum menghadiri kelas.

sambil berjalan ia mengecek telpon selulernya. disana terdapat notifikasi 15 pesan yang belum terbaca dan 10 panggilan tak terjawab semuanya atas nama Julia.

August menyimpan kembali telpon seluler tersebut ke sakunya dan ia terus berjalan menelusuri lorong namun ketika ia berada didepan toilet seseorang menarik lengannya.

August terkejut langsung kehilangan keseimbangan akhirnya mengikuti orang yang menariknya masuk ke dalam toilet wanita.

August berhasil mengembalikan keseimbangannya namun kini ia dibuat syok setelah melihat orang yang menariknya kini berada dihadapannya mencengkram kerah di lehernya lalu mendorongnya ke tembok menggunakan kedua tangan dengan ekspresi mata membunuh.

"Ju.. Ju.. Julia?"

cengkraman tangan Julia sangat kuat, membuat satu kancing baju August terlepas keduanya tak berjarak dengan begitu perabotan yang besar itu menempel dengan tubuh August.

"mengapa kau menghindariku?!" tanya Julia dengan tatapan tajam setajam silet.

glek. August menelan ludah.

"a.. aku ti.. tidak menghindarimu" jawab August gugup.

"aku tidak percaya" ucap Julia dingin.

"hey lepaskan aku. bagaimana nanti jika ada yang masuk kesini" ucap August lagi dengan penuh kekhawatiran.

"aku akan bilang padanya kau pria mesum yang mencoba mengintip aku" kata Julia dengan mengancam.

"A.. APA..!" ucap August panik.

August bingung dan salah tingkah. Ia tak mengerti mengapa Julia berubah menjadi agresif seperti ini.

"ada kata-kata terakhir?" tanya Julia dingin.

"ok.. ok.. aku akan berangkat ke kampus bersamamu lagi" kata August panik.

Julia tersenyum lalu melepaskan cengkramannya. lalu menepuk-nepuk kecil pundak August.

"baiklah mari kita sarapan aku yang traktir!" ucap Julia.

"Hah..!" August benar-benar tak percaya apa yang baru saja terjadi.

wanita ini benar-benar sangat mengerikan. batin August.

"Kenapa?! Gak mau?!" tanya Julia kembali dengan tatapan membunuh.

"Tidak.. tidak.. aku tidak menolak" jawab August pasrah.

Mereka berdua akhirnya sepakat menuju cafeteria namun ketika mereka ingin membuka pintu toilet. pintu itu terbuka sendiri.

Nora muncul dihadapan mereka. lalu melihat baju August yang berantakan dengan satu kancing terbuka

"Kalian melakukannya disini juga?!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!