Pagi- pagi sekali Lusiana sudah sampai di kantor tempatnya bekerja yang merupakan perusahaan kecil di kota Pangkalpinang tempat tinggal Lusiana.
Setelah menyapa Pak Surya, satpam yang bekerja di sana, Lusiana segera masuk ke ruangan kantor bersiap - siap untuk bekerja.
Baru beberapa langkah masuk, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seseorang yang menabraknya.
" Matamu kau taruh kemana hah? jalan ga liat- liat!"
Lusiana dalam hati sangat geram, pagi- pagi sudah dibentak oleh si bos arogan, Hendra sang putera pemilik perusahaannya bekerja.
" Orang situ yang nabrak aku, kok malah situ yang marah" gumam Lusiana pelan.
"Apa kamu bilang? apa kamu kira saya ga dengar kamu bergumam apa, sudah berani kamu ya!"
" Maaf Pak, saya ga ngomong apa-apa."
"Sudah salah berani ngeyel kamu ya, nanti saya potong gaji kamu!"
"Jangan Pak, mau makan apa saya kalau gaji saya bapak potong."
" Sudah pergi sana, lama-lama bisa darah tinggi saya lihat kamu lama-lama".
Lusiana langsung ngacir daripada nanti gajinya benar- benar dipotong.
" Dasar galak, untung ganteng", kata Lusiana dalam hati sambil mengurut dada lega karena udah jauh dari si putera bos yang arogan, sombong, dan sukanya marah - marah.
Beberapa menit kemudian, beberapa teman Lusiana mulai berdatangan. Dalam satu ruangan ada tujuh pegawai saja, biarpun perusahaan kecil tapi omzet perusahaan tersebut lumayan besar.
Pada waktu istirahat, Rosa sang sekretaris dan juga sahabat Lusiana
memanggil Lusiana, "Lus, kamu dipanggil ke ruangan bos, ada yang mau dibicarakan sama si bos."
Lusi mengerutkan keningnya kebingungan.
" Ada apa Ros, ga biasanya si bos manggil aku, apa aku bikin salah?"
" Ga tau ya Lus, mungkin mau ngajak ngedate kali. he...he..."
" Jangan bercanda ah, aku jadi deg-deg an nih."
" Buruan sana gih, entar kelamaan malah tanduk di bos keluar".
Lusi segera ke ruangan Hendra dan mengetuk pintu.
" Masuk!"
Lusi membuka pintu dan perasaannya bertanya- tanya ada apa gerangan tak ada angin tak ada hujan tiba- tiba dipanggil si bos arogan. Apa karena kejadian tadi pagi. Entahlah.
" Malah bengong, mau tetap berdiri di situ atau mau duduk?" Ketus Hendra.
" Ma af Pak" , gagap Lusiana
" Ada apa Bapak memanggil saya?"
" Mau motong gaji kamu" jawab Hendra.
" Serius Pak, bukannya tadi pagi saya sudah minta maaf?" Tolong jangan dipotong pak gaji saya, kasian ibu saya di rumah".
" Apa hubungannya sama ibu kamu?"
" Ya ada lah Pak, kalau gaji saya dipotong, bagaimana ibu saya mau makan, saya kan yang menghidupi ibu saya Pak, nanti ibu saya ga bisa makan, lalu sakit mikirin terus darah tingginya kumat. Gimana dong Pak, kalau ibu saya.....
" Sudah... sudah....pusing saya denger kamu ngomong ngerocos ga berhenti" ketus Hendra.
"Tolong Pak, saya minta maaf, saya janji akan patuh sama Bapak, saya akan kerja yang rajin asalkan bapak jangan potong gaji saya".
" Baiklah kamu yang berjanji akan patuh sama saya, sekarang saya minta kamu nanti malam temani saya".
" Kemana Pak? asal bapak jangan macam-macam sama saya, saya ikut".
" Kamu siap- siap nanti malam saya jemput jam tujuh malam ke rumah kamu".
" Oke Pak siap".
" Nanti share loc posisi rumah kamu!" Sekarang kamu boleh keluar".
"Tapi sebenarnya bapak mau ajak saya kemana?"
" Nanti malam saya kasih tau, kamu ikut saja".
" Siap Pak asal jangan potong gaji saya, saya permisi dulu Pak".
Lusiana keluar dari ruangan si bos, dalam hati bertanya-tanya apa sebenarnya mau si bos, apa mau ngajak ngedate. Lusiana menggelengkan kepala, ga mungkin lah Lusiana cukup tau diri dan ga mau kegeeran.
Sebelum jam tujuh malam, Lusiana sudah bersiap-siap. Setelah mengirimkan lokasi rumahnya melalui hp nya, Lusiana merias wajah seadanya. Ia memang gadis yang jarang menggunakan make up. Gadis berkulit putih bersih, berhidung bangir, bermata ga terlalu besar tetapi ga sipit juga ini mempunyai kecantikan alami walaupun tanpa riasan.
Lusiana bertanya- tanya dalam hati, sebenarnya apa maksud Hendra memintanya ikut ke suatu tempat yang kata si bos nya nanti baru dikasihtau.
Lusiana juga bingung ketika mamanya menanyakan kemana bosnya akan mengajak Lusiana pergi ketika Lusiana meminta izin.
Jam tujuh malam tepat, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah Lusiana. Lusiana segera keluar, dan benar ternyata Hendra sudah sampai di depan rumahnya. Dengan pakaian kasual dan rambut tersisir rapi, Hendra terlihat tampan. Lusiana sampai bengong melihatnya.
" Saya ga dipersilakan masuk dulu? malah bengong di situ".
" Eh, iya iya Pak, maaf silahkan masuk dulu", Lusiana tergagap sambil menggaruk tengkuknya untuk menghilangkan groginya.
"Selamat malam Tante", sapa Hendra sopan ketika melihat ibu Lusiana yang sedang duduk di ruang tamu.
Hendra segera menyalami ibu Lusiana dengan sopan. Ibu Lusiana tersenyum.
"Silakan duduk dulu Nak Hendra".
" Maaf Tante, saya mau izin mengajak Lusiana ke pesta nikahan teman saya".
Dalam hati Lusiana berkata tumben nih bos sopan begini, biasanya kalau di kantor suka seenak jidat, marah-marah ga jelas.
" Oh iya Nak Hendra, silahkan tapi tolong jangan pulang terlalu malam ya karena Lusiana besok kan juga harus bangun pagi".
" Baik Tante, kalau begitu kami pergi dulu ya, selamat malam".
Setelah berpamitan, Hendra dan Lusiana segera menuju ke mobil yang terparkir. Hendra membuka pintu depan buat Lusiana. Lalu Hendra juga masuk ke mobil.
" Sebelum pergi ke pesta nikah teman saya, kita mampir dulu ke butik mama saya".
" Emang mau ngapain Pak?"
" Mau makan", ketus Hendra.
" Ke butik ya mau ambil baju buat kamu, emang kamu mau ke pesta dengan baju kayak gitu".
Lusiana menelan salivanya, dia lalu menunduk melihat penampilannya sendiri yang hanya memakai kaos santai yang dipadu dengan celana jeans.
" Dan satu lagi, panggil saya dengan mas Hendra kalau lagi di luar jam kerja seperti sekarang, mengerti kamu?"
Lusiana bergumam," galaknya keluar".
" Apa kamu bilang?"
" Gak Pak eh mas, saya ga bilang apa-apa".
Sesaat kemudian, Hendra memutar mobilnya dan berhenti di depan sebuah butik.
" Ayo turun, kamu ganti baju dulu".
Mereka sudah disambut oleh Niken, pegawai kepercayaan ibu Hendra.
" Selamat malam Pak Hendra, semua sudah saya siapkan, silakan mbaknya ikut saya".
" Ini Lusiana dan ini Niken", Hendra memperkenalkan Lusiana dan Niken.
Lusiana lalu mengekor di belakang Niken masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan gaun- gaun yang indah.
" Pak Hendra sangat perhatian sama mbak Lusiana, dan sudah meminta saya untuk menyiapkan gaun yang cocok buat mbak Lusiana, ayo kita coba dulu ya, ini gaunnya dan ruang gantinya di sana. Silahkan mbak ", kata Niken ramah.
Lusiana segera masuk ke ruang ganti sambil membawa gaun yang diberikan oleh Niken. Ia segera mengganti pakaiannya, dan melihat ke cermin yang ada di situ. Lusiana takjub melihat dirinya sendiri di depan cermin. Dress simple berwarna merah maroon yang dipakainya sangat cocok dan membuatnya semakin terlihat cantik dan anggun.
Lusiana keluar dari ruang ganti dan Niken pun terlihat takjub.
" Cantik sekali, sekarang saya bantu poles wajah dan rambut mbak Lusiana sedikit ya, silahkan duduk mbak", tunjuknya ke kursi yang ada di situ.
Lusiana duduk, dan Niken pun dengan gesit memberi tambahan polesan di wajah Lusiana kemudian mengeblow rambut Lusiana. Tak makan waktu lama, Niken menyelesaikan pekerjaannya. Dan hasilnya luar biasa, Lusiana bak seorang putri yang sangat cantik.
" Sudah selesai mbak, cepat temui Pak Hendra biar ga telat ke pestanya. baju mbak tinggalkan saja di sini".
"Terima kasih Mbak Niken, saya pamit dulu".
Lusiana segera menemui Hendra yang menunggunya di sofa depan, Hendra melihat Lusiana dengan takjub.
" Cantik sekali", gumam Hendra tak berkedip melihat Lusiana.
" Maaf Pak, kita jadi pergi?"
" Eh iya, ayo takut telat. Niken kami pergi dulu dan terima kasih bantuannya", kata Hendra kepada Niken yang sudah berdiri di belakang Lusiana.
" Sama-sama Pak, hati-hati di jalan"
Tak lama kemudian, Lusiana dan Hendra sampai ke pesta resepsi pernikahan yang kata Hendra adalah pesta pernikahan temannya. Pestanya diadakan di salah satu hotel mewah yang ada di pusat kota Pangkalpinang, sebuah kota yang ada di Pulau Bangka. sebagai tambahan, walaupun masuk ke pusat kota, perjalanan ke kota itu selalu lancar dan tidak perlu memakan waktu yang terlalu lama seperti halnya di Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya.
Lusiana dan Hendra segera masuk ke ruangan pesta yang ada di lantai tiga. Di depan hall ada banyak karangan bunga ucapan selamat. Lusiana langsung bisa menebak, yang menikah pasti bukan orang biasa- biasa saja, terlihat dari banyaknya karangan bunga ucapan selamat kepada pasangan pengantin dan indahnya dekorasi ruangan pernikahan yang terlihat sangat mewah. Lusiana membaca nama pengantin Andine dengan Raffa.
Hendra mengisi buku tamu dan memasukkan angpao di tempat yang tersedia.
Hendra menggamit tangan Lusiana dan menariknya pelan menuju ke arah pesta. Beberapa orang menoleh ke arah mereka berdua dan menghampiri mereka.
"Hai Hendra, akhirnya kamu nyampe juga, ternyata udah berhasil move on juga", sambil tersenyum salah satu teman Hendra yang bernama Andi menatap ke arah Lusiana.
Teman- teman Hendra yang lain menepuk bahu Hendra dan sambil nyengir semua melihat ke arah Lusiana.
" Kenalin ini pacar gue, Lusiana", Hendra memperkenalkan Lusiana pada teman-temannya.
Lusiana menelan salivanya, pipinya memerah", " Apaan sih si galak, emang aku pacar dia, enak aja". Lusiana hanya bisa berkata dalam hati.
" Cantik juga pacarmu bro, si Andine mah lewat", bisik salah satu teman Hendra tetapi masih bisa didengar yang lain.
" Gue ikut seneng lu bisa move on dari Andine", teman yang lain menambahkan.
" udah, gue kasih selamat dulu ke Andine dulu ya, abis ini kita bisa lanjut ngobrol. Ayo sayang", Hendra langsung memegang tangan Lusiana dengan mesra.
Lusiana ingin menolak, tapi Hendra menatap Lusiana dengan tatapan yang Lusiana ga tau itu tatapan apa, tatapan yang penuh ancaman atau apa, entahlah. Lusiana terpaksa menurut, jemari tangannya digenggam erat. Lusiana yang selama ini belum pernah yang namanya pacaran, mengeluarkan keringat dingin di telapak tangannya. Ia mengikuti Hendra sambil menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan kencang.
" Ya Tuhan, ada apa ini. Tolong tenangkan hati hamba ya Tuhan", doa Lusiana dalam hati.
Hendra menyalami kedua mempelai, mempelai wanita yang sudah diketahui Lusiana ternyata mantan pacar Hendra yang bernama Andine menatap Hendra dengan pandangan yang sulit diartikan.
" Din, selamat ya atas pernikahan kamu, semoga bahagia. Dan kenalin ini cewek saya namanya Lusiana. Cantik kan cewek gue?"
Lusiana menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
" Hai Lusiana, gue Andine".
" Semoga bahagia ya mbak".
"Panggil Andine saja, terima kasih ya sudah berkenan hadir di pesta resepsi kita".
Hendra dan Lusiana lalu mengambil makanan yang sudah disajikan lalu menemui teman-teman Hendra yang berkumpul sambil makan.
" Bro, kapan nih undangan menyusul? jangan lama-lama bro nanti disamber orang kayak Andine, he...he...", celetuk teman Hendra yang namanya Andre.
Hendra cuma mesem-mesem sambil mengunyah makanannya perlahan. Takut keselek diledekin teman-temannya.
" Iya bro jangan mau kalah sama Andine, biar cepat momong anak. ha...ha..".
Teman-teman Hendra semua tertawa , Lusiana hanya bisa jadi pendengar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!