“Arghhh!!” rasa sakit yang tak tertahankan kini dirasakan oleh Athena. Tanpa pemanasan, Ziel langsung memasukkan miliknya dan membuat rasa perih seakan menjalar ke tubuh dan membuat tulang-tulangnya terasa ngilu.
Tanpa henti Ziel terus saja menghentakkan tubuhnya, sementara Athena terus meringis dan menahan rasa sakit yang menderanya. Malam itu, tak hanya sekali Ziel melakukannya, tapi berkali-kali, hingga membuat Athena serasa mau mati.
Flashback on
“Athena, panggil saja Anna,” kata Athena memperkenalkan diri.
“Ziel.”
Kedua orang tua Athena dan Grandpa Roman kini tengah mengadakan sebuah jamuan makan malam. Mereka akan menjodohkan kedua penerus mereka. Raut wajah bahagia tercipta di wajah keluarga Greene. Siapa yang tak akan bahagia jika putri keluarganya dipilih oleh Keluarga Alexander yang terpandang dan kaya raya sebagai calon menantu.
Mereka makan malam dengan sangat akrab, bahkan Keluarga Greene sangat senang melihat pembawaan Ziel yang begitu baik. Mereka merasa tak salah menjodohkan putri mereka.
Sepulang dari acara makan malam,
“Grandpa bangga padamu Ziel. Kamu bisa menerima perjodohan ini dengan hati yang lapang.”
“Tapi ingat, Grandpa tak boleh melanggar janji Grandpa.”
“Tenang saja, Grandpa akan segera mengurusnya besok. Yang terpenting kamu benar-benar menikah dan memberikan penerus Keluarga Alexander secepatnya.”
“Baik, Grandpa,” kata Ziel.
Hari sudah malam, Grandpa Romano Alexander kembali ke kamar tidurnya untuk beristirahat. Sementara itu, Ziel terus berkutat dengan ponsel yang ia acuhkan sejak makan malam dimulai tadi.
Flashback off
**
“Bagaimana malam pertamamu, Ziel?” tanya Evan, sahabat sekaligus asisten pribadi Ziel.
“Tentu saja panjang. Aku bahkan menggunakan obat perangsang untuk membuat milikku on sampai pagi,” jawab Ziel.
“Kamu gila! Tapi, apa dia masih segel?”
“Tentu saja. Aku bisa merasakan saat milikku menembus pertahanan miliknya, benar-benar luar biasa.”
“Itu pasti sangat menyakitkan untuknya, Ziel. Ia pertama kali melakukannya dan kamu sudah langsung membombardirnya dengan serangan yang bertubi-tubi,” kata Evan.
“Bukankah itu harus ia terima sebagai akibat dari menikahi pria kuat dan gagah sepertiku. Ia juga harus melayaniku dengan sebaik-baiknya karena aku akan memberikan kemewahan padanya.”
“Kamu itu benar-benar! Apa kamu yakin kalau dia hanya mengincar hartamu saja?” tanya Evan.
“Tentu saja, aku yakin kalau wanita manapun yang ingin bersamaku, pastilah hanya menginginkan kekayaan dan kekuasaan Keluarga Alexander,” jawab Ziel.
“Terserah padamu saja, tapi kalau bisa janganlah terlalu kejam. Bisa saja dia hanya mengikuti keinginan kedua orang tuanya.”
“Jika memang seperti itu, seharusnya ia melawan. Wanita yang hanya bisa menurut seperti itu tidak pantas untuk seorang Ziel Alexander.”
Mereka akhirnya berkutat kembali dengan segala pekerjaan di Perusahaan Alexander.
**
Athena mengerjapkan matanya. Ia melihat sinar mentari yang begitu terang dan rasanya mungkin ini sudah sangat siang sekali. Tubuhnya terasa sangat pegal dan bagian inti miliknya begitu sakit.
Athena melihat ke arah samping, kosong! Ia tak menemukan keberadaan Ziel di sana. Pagi pertama setelah menikah pun terasa begitu menyakitkan bagi Athena karena Ziel yang tak ada di sampingnya.
Ia memegang kepalanya dan memejamkannya sebentar agar matanya bisa menyesuaikan dengan cahaya. Ia kembali teringat apa yang terjadi semalam, seketika hatinya terasa begitu sakit mengingat bagaimana perlakuan Ziel padanya.
Mengapa dia begitu berbeda? Semua perlakuannya begitu kasar, tak lembut seperti saat aku pertama kali mengenalnya. - pikiran Athena kembali teringat masa-masa di mana ia pertama kali berkenalan dengan Ziel.
Tubuhnya terasa remuk, bahkan untuk bangun dan membersihkan tubuhnya pun rasanya ia tak sanggup. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut dan dengan sangat perlahan ia berjalan ke arah kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, beberapa kali Athena meringis menahan rasa perih di area inti miliknya. Ia bahkan takut sekali melihat kondisi inti miliknya karena terasa bengkak.
Sakit, sakit sekali. Apa setiap kali berhubungan akan sakit seperti ini? - Athena mulai bertanya-tanya di dalam hatinya.
**
Athena yang baru selesai membersihkan diri, berjalan perlahan menuju lemari di mana tas miliknya diletakkan. Setelah mengganti pakaiannya, ia mencari tas kecil miliknya di mana dompet dan ponsel biasa ia letakkan.
Namun, ia tak menemukannya, padahal ia berjalan dengan susah payah karena masih menahan rasa sakit.
“Di mana tas-ku?” gumam Athena.
Pada akhirnya Athena membereskan semua barang miliknya. Yang membuatnya bingung, ia tak menemukan barang-barang milik Ziel. Athena menghela nafasnya pelan.
Ia keluar dari kamar tidur di sebuah penthouse itu sambil menarik koper kecil miliknya. Ia menoleh ke belakang memandang kamar penthouse tersebut dan kembali membayangkan malam pengantinnya yang benar-benar tak sesuai dengan ekspektasinya.
Dengan menggunakan taksi, Athena akhirnya meninggalkan hotel. Ia tak tahu harus ke mana, hingga akhirnya ia meminta supir taksi untuk membawanya ke rumah kedua orang tuanya.
“Sebentar ya pak,” kata Athena. Ia harus masuk dulu ke dalam untuk mengambil uang, karena ia tak memegang uang sama sekali.
Saat Athena turun, supir taksi membantunya menurunkan koper. Sementara Athena menghampiri petugas keamanan dan meminjam uang darinya terlebih dahulu.
“Ini pak,” Athena menyerahkan uang kepada supir taksi. Athena pun mengambil alih kopernya. Petugas keamanan pun membantu Athena membawa koper, hingga masuk ke dalam rumah.
Saat Athena masuk ke dalam Kediaman Greene,
“Anna?! Apa yang kamu lakukan di sini?”
🌹🌹🌹
Kedua orang tua Athena mengantarkan Athena ke Kediaman Keluarga Alexander. Hal itu tentu saja membuat Grandpa Roman langsung menghubungi Ziel.
“Kamu sengaja ya supaya aku dimarahi oleh Grandpa?!” tanya Ziel pada Athena.
Mereka kini telah berada di kediaman mereka sendiri. Grandpa Roman memang membelikan sebuah rumah yang cukup besar untuk ditempati oleh Ziel dan juga Athena. Itu semua pun atas permintaan Ziel. Ia beralasan ingin hidup mandiri setelah menikah dan hal itu tentu saja membuat Grandpa Roman bahagia.
“Maaf.”
“Maaf?! Kedua orang tuamu dan juga Grandpa Roman menyangka aku meninggalkanmu, padahal aku hanya pergi sebentar ke kantor karena ada sesuatu yang perlu kuselesaikan!” Ziel berbicara dengan nada sedikit tinggi pada Athena.
Athena hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tak pernah mengira tindakannya akan berdampak pada Ziel seperti ini. Ia jadi merasa bersalah.
“Sekarang masuk ke dalam kamar dan bereskan semua barangmu!”
“Di mana kamarmu?” tanya Athena.
“Kamarku? Untuk apa kamu menanyakan kamarku?” Ziel balas bertanya.
“Tentu saja untuk meletakkan barang-barangku,” jawab Athena.
“Kamarmu di sana dan kamarku di sini. Kita akan tidur secara terpisah.”
“Terpisah? T-tapi aku ini istrimu,” kata Athena sedikit kaget.
“Ya, tapi pernikahan kita kan hanya berdasarkan perjodohan, jadi aku masih perlu waktu untuk menyesuaikan semuanya denganmu. Tapi tenang saja, jika aku memerlukan wanita, aku akan langsung menemuimu. Kita akan bermain di kamarmu,” kata Ziel dengan santai, tanpa rasa bersalah sama sekali.
“K-kamu … kamu menganggapku seperti wanita panggilan? Yang akan kamu datangi jika kamu membutuhkan kehangatan?”
“Bukankah itu memang tugasmu? Kamu juga berada di Keluarga Alexander hanya untuk menikmati harta keluargaku bukan?”
Degg
Nafas Athena seakan tercekat. Apa yang dikatakan oleh Ziel terasa benar-benar menghinanya. Athena bukanlah dari keluarga miskin. Ia juga putri dari seorang pengusaha dan ia tak semaruk itu dengan harta.
“Aku tak seperti itu,” kata Athena membela diri.
Ziel tertawa seakan meremehkan Athena, “kalau kamu tidak seperti itu, keluargamu tak akan menerima sejumlah uang dari Grandpa untuk perusahaan keluargamu itu.
Deggg
Sekali lagi Athena tersentak. Ia tak tahu menahu tentang hal itu. Benarkah demikian?
“Secara tidak langsung kedua orang tuamu itu telah menjual dirimu pada Keluarga Alexander. Jadi, sudah sepantasnya kan kamu melayaniku layaknya wanita murahan,” kata Ziel.
Semua perkataan yang keluar dari bibir Ziel benar-benar menyayat hati. Ntah ia sengaja ataukah memang tak pernah belajar bagaimana caranya menjaga perasaan orang lain, terutama wanita.
**
Di dalam kamar tidurnya, Athena duduk diam di tepi tempat tidur. Ia menatap sekeliling dan bersyukur bahwa ia masih ditempatkan di dalam kamar tidur yang layak. Tanpa diminta, air mata keluar begitu saja dan mengalir di pipinya.
Pernikahan yang ia kira akan membuatnya perlahan mencintai Ziel, berdasarkan sikap Ziel yang begitu ramah saat mereka pertama kali bertemu, ternyata hanya sebuah topeng.
Athena akhirnya masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan dirinya. Meskipun di hotel tadi ia sudah mandi, tapi rasanya ia memerlukannya lagi untuk me-relaks-kan pikirannya.
Baru saja ia keluar dari kamar mandi, ia sudah melihat Ziel yang berada di tempat tidurnya. Secara reflek tangannya menutupi tubuhnya sendiri yang hanya berbalut handuk mandi sebatas pahha.
Melihat senyuman Ziel, Athena merasa bergidik ngeri. Tak ada lagi wajah Ziel yang lembut dan ramah seperti saat mereka pertama bertemu. Sekarang yang ada hanya wajah Ziel yang penuh dengan kekejaman.
“Ternyata kamu sudah bersiap-siap, pintar sekali. Aku suka wanita yang wangi,” kata Ziel yang kemudian berdiri dan berjalan mendekati Athena.
“Jangan sekarang, Ziel. Milikku masih sakit karena semalam.”
“Maksudmu aku tidak boleh meminta hak-ku?!” tanya Ziel dengan nada tinggi.
“Bukan begitu maksudku, hanya saja … Ahhhhh!!!”
Athena berteriak ketika dengan kasar Ziel membuka handuk yang ia pakai. Ziel langsung menarik dirinya dan menghempaskannya ke atas tempat tidur.
Ziel membuka pakaiannya sendiri, kemudian ia kembali membuka kaki Athena dan menuntaskan hassratnya pada wanita itu. Namun kali ini ia tak menggunakan obat perangsang seperti semalam.
Belum sembuh bagian inti milik Athena akibat permainan semalam, kini harus kembali terluka lagi. Ziel benar-benar tak melakukan pemanasan dan langsung saja memasukkan juniornya yang memang sudah terlihat menegang.
Setelah permainan selesai, Ziel kembali memberikannya minum, “Ayo minum! Aku tak suka melihat wanita lemah! Ini untuk menambah tenagamu.”
Dengan pasrah, Athena menerima minuman yang diberikan oleh Ziel. Ia tak ingin membantah Ziel yang berakibat pada marahnya pria itu.
“Sekarang istirahatlah. Kamu perlu tenaga banyak untuk melayaniku.”
Ziel keluar dari kamar tidur Athena dan meninggalkan wanita itu dalam keadaan polos, tanpa keinginan sedikitpun untuk menyelimutinya. Athena benar-benar terlihat seperti wanita murahan yang ditinggalkan setelah dipakai.
**
Athena yang sudah membersihkan diri, kini dengan berjalan perlahan ia mengitari rumah. Ia melihat sekeliling untuk mempelajari seluk beluk rumah yang ia tempati.
“Apa yang kamu lihat? Apa kamu sedang merencanakan bagaimana cara mengambil barang-barang mahal di rumah ini?” tanya Ziel.
“Mengapa kamu selalu berprasangka buruk padaku? Apa aku sehina itu di matamu?” tanya Athena.
“Memang! Wanita terhormat tak akan mau dijodohkan dan mengikuti begitu saja. Ia harus punya pendirian. Jadi jangan salahkan aku jika aku menganggapmu tak lebih dari seorang perempuan jallang!”
Baru saja Athena ingin berkata-kata, ponsel milik Ziel berbunyi hingga Athena tak meneruskan kalimatnya.
“Baiklah, aku akan segera ke sana!”
Tanpa mempedulikan keberadaan Athena, Ziel langsung masuk ke dalam rumah. Ia kembali keluar sambil membawa sebuah koper.
“Kamu pergi?”
“Bukan urusanmu!”
🌹🌹🌹
Hingga kini, pernikahan mereka sudah berjalan selama 8 bulan. Selama itu pula Ziel selalu menjadikan Athena sebagai pelampiasan hassratnya.
Ziel juga sering bepergian keluar kota ataupun keluar negeri untuk perjalanan bisnis. Athena selalu menampakkan wajah bahagia jika berada di hadapan Grandpa Roman dan juga kedua orang tuanya. Tentu saja itu semua karena ancaman Ziel.
Jika mereka bersama, keduanya akan tampak sangat mesra, layaknya pasangan pada umumnya. Hal itu membuat kedua orang tua Athena dan juga Grandpa Roman sangat senang, mengingat pernikahan mereka berdua karena perjodohan.
“Kapan kalian akan memberikan kami cucu?” tanya kedua orang tua Athena dan juga Grandpa Roman, saat mereka sedang berada dalam jamuan makan malam bersama.
“Cucu? Tenang saja, kami giat membuatnya. Hanya mungkin belum dipercayakan saja,” jawab Ziel dengan santai.
“Dasar cucuku ini. Baiklah, Grandpa menunggu kabar baik darimu. Grandpa sudah tidak sabar untuk memiliki cicit. Pikirkanlah Grandpa-mu yang sudah tua ini,” kata Grandpa Roman.
“Aku mengerti, Grandpa,” Ziel menggenggam tangan Athena yang berada di atas meja dan menoleh ke arah istrinya itu sembari tersenyum.
Sesampainya di rumah,
“Ziel …,” panggil Athena.
“Ada apa?!”
“Apa kita bisa memberikan cucu untuk kedua orang tuaku? Juga cicit untuk Grandpa Roman. Mereka pasti sangat menginginkannya. Aku bisa melihatnya dari sorot mata mereka.”
“Kamu menginginkan seorang anak? Atau kamu ingin mengikatku lebih dalam? Atau mungkin saja dengan seorang anak, akan lebih mudah bagimu mendapatkan harta milik Keluarga Alexander?!”
“Ziel! Kita sudah menikah selama 8 bulan, apa kamu masih menganggapku wanita seperti itu?” Athena benar-benar tak percaya bahwa Ziel tetap memandang dirinya rendah.
“Pandanganku padamu tak akan berubah. Kamu akan tetap menjadi wanita murahan bagiku! Kamu ingin anak, hah?! Baiklah, ayo kita membuatnya!” Ziel dengan kasar menarik pergelangan tangan Athena dan masuk ke dalam kamar tidur istrinya itu.
Dengan kasar ia menghempaskan tubuh Athena ke tempat tidur dan ia mulai membuka pakaiannya. Setiap kali mereka berhubungan, selalu seperti ini. Sikap kasar Ziel tak pernah berubah sedikitpun dan selalu menyakitkan bagi Athena.
Sebagai seorang anak yang berbakti, ia ingin memberikan cucu bagi kedua orang tuanya dan juga untuk Grandpa Roman yang begitu baik padanya.
Setiap mereka melakukan pergulatan panas, Ziel selalu mencapai puncaknya terlebih dahulu. Setelahnya, ia akan langsung meninggalkan Athena meskipun wanita itu belum mencapai puncak. Tak lupa ia memberikan minum pada Athena. Ntah karena dia peduli atau hanya sebuah kebiasaan.
Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan. Tetapi tak ada tanda-tanda kehamilan dari Athena meskipun ia terus mengorbankan dirinya diperlakukan kasar oleh Ziel setiap mereka berhubungan. Sudah hampir 1 tahun mereka menikah, tapi tak ada tanda-tanda.
“Aku pergi! Jangan ke mana-mana. Kamu juga tidak kuizinkan untuk pulang ke rumah orang tuamu. Aku tak ingin mereka berpikiran macam-macam dan mengadu pada Grandpa, mengerti?!” Kata Ziel dengan ketus.
“Ya, aku mengerti. Aku tak akan ke mana-mana,” kata Athena.
Setelah kepergian Ziel, Athena pergi ke taman belakang. Ia duduk di sofa di teras belakang sambil memandang ke arah taman dan kolam renang. Rumah itu begitu besar dan memiliki fasilitas yang lengkap. Jika Ziel bersikap baik layaknya seorang suami, mungkin orang-orang akan mengatakan bahwa Athena sungguh beruntung dan bahagia.
Setelah dari teras belakang, kaki Athena melangkah menuju ke sebuah ruangan yang dinamakan perpustakaan. Ia sering menghabiskan waktunya di sana karena ia tak memiliki pekerjaan lain.
Namun kali ini ntah mengapa matanya tertuju pada sebuah lemari yang ada di dalam ruangan itu. Lemari itu terlihat berbeda karena ditutup rapat dan terkunci.
Athena yang penasaran pun mulai mencari kunci. Ia menemukan sebuah kunci di dalam laci meja yang ada di dalam perpustakaan itu. Dengan perlahan, Athena membuka lemari itu. Ia melihat begitu banyak dokumen di sana, terlihat warna yang agak usang yang artinya sudah berusia tua.
Alisnya menaut ketika ia melihat sebuah map yang begitu bersih dan masih baru. Ia pun mengeluarkannya dan meletakannya di atas meja. Rasa keingintahuannya yang besar membuatnya berani memeriksa.
Surat perjanjian?
Athena membaca surat tersebut dan menutup mulutnya tak percaya. Ternyata pernikahannya diikat oleh sebuah perjanjian antara Ziel dengan Grandpa Roman.
“Ia akan menceraikanku?” gumam Athena. Dalam perjanjian itu, Ziel akan menceraikannya jika ia tak bisa memiliki anak dalam waktu 1 tahun dan … Grandpa Roman menyetujui hal itu.
“Ini gila! Ini gila! Mereka menganggapku apa?” teriak Athena tiba-tiba.
Dengan cepat Athena mengembalikan map tersebut ke dalam lemari dan tak lupa menguncinya. Ia tak mau diceraikan begitu saja. Ia harus melakukan sesuatu.
Athena pun kembali ke dalam kamar tidurnya. Ia berganti pakaian, kemudian mengambil tas miliknya. Ia akan pergi ke dokter kandungan dan memeriksakan dirinya. Jika ia memang sehat, ia harus melakukan sesuatu agar cepat hamil.
“Aku tak akan membiarkan kalian mempermainkanku! Aku tak akan mau dicerai begitu saja!”
🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!