NovelToon NovelToon

ISTRIKU SEPERTI PARANORMAL

BAB 1 - PERMULAAN

Jum'at pagi di sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi dan terletak di kawasan Ibukota Jakarta, terdengar dering panggilan telepon yang datang dari sebuah ponsel yang berada di atas meja di salah satu ruang kerja yang ada di gedung tersebut.

Dering panggilan telepon itu lantas mengalihkan perhatian seorang pria berusia 26 tahun yang penampilannya tempak acak-acakan.

Ya, tiga kancing bagian atas dari kemeja yang dikenakan pria itu telah terbuka, sabuk celananya telah terlepas, dan ada seorang wanita seksi di pangkuan pria itu. Pria itu memperlakukan wanita di pangkuannya dengan begitu mesra.

Pria itu adalah Leonardo Sasongko. Wajahnya tampan, dengan tinggi tubuh hampir mencapai 180 centimeter, dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ibunya seorang wanita yang berprofesi sebagai fashion designer, dan ayahnya adalah Pemilik Sasongko Group.

Sasongko Group adalah perusahaan besar di Indonesia yang bergerak di bidang Resort-Hotel. Cabang perusahaannya berada hampir di seluruh Indonesia dan beberapa Resort-Hotel-nya berada di beberapa negara asing. Leo yang sebelumnya ditugaskan di kantor cabang di daerah Bandung, selama satu tahun ini telah ditugaskan di kantor pusat dan menjabat sebagai manajer operasional di perusahaan itu.

"Tunggu sebentar," ucap Leo menghentikan cumbuannya, tetapi wanita di atas pangkuannya terus saja mencoba menggodanya. Hal itu membuatnya sedikit risi dan menatap wanita itu dengan tajam.

Wanita itupun akhirnya diam.

Leo lantas mengambil ponselnya dan memeriksa, siapa sebenarnya yang sudah mengganggu kesenangannya?

Leo tiba-tiba terdiam, dia menahan napasnya sejenak setelah melihat siapa yang kini menghubunginya.

'Astaga ... dia selalu menggangguku di saat aku ingin bersenang-senang!'' batin Leo, kemudian mengembuskan napas sedikit kasar.

Seketika mood-nya menjadi berantakan. Keinginan untuk melanjutkan kegiatannya bersama wanita yang masih berada di pangkuannya pun langsung sirna.

"Menyingkir!" ucap Leo seraya memberikan isyarat dengan kepalanya agar wanita itu turun dari pangkuannya. Nada bicaranya juga terdengar tak senang sehingga membuat wanita itu bergegas turun dari pangkuan Leo.

"Kenapa, Pak? Apa yang terjadi?" tanya wanita berusia 24 tahun itu, yang tak lain adalah sekretaris yang sudah satu tahun ini bekerja dengan Leo.

Leo mengayunkan tangannya ke arah pintu, mengisyaratkan agar sekretaris bernama Sisilia itu keluar dari ruangannya.

"Apa sekarang Anda mengusir Saya, Pak?" tanya wanita yang biasa disapa Sisil itu, nada bicaranya terdengar terkejut.

"Rapikan pakaianmu, dan kembali ke mejamu. Mulailah bekerja!" ucap Leo terdengar dingin.

Sisil menghela napas dan bergegas merapikan pakaiannya yang sempat acak-acakan karena ulah atasannya itu. Setelah penampilannya rapi, Sisil pun mengembuskan napas sedikit berat.

"Kalau begitu, apa Anda butuh sesuatu? Kenapa Anda terlihat kesal?" tanya Sisil.

"Keluar, Sisil!" ucap Leo terdengar tak senang. Dia bahkan enggan menatap Sisil.

Sisil pun sedikit terkejut dengan itu. Atasannya itu menjadi sangat dingin setelah sebelumnya memperlakukannya dengan begitu mesra.

"Kalau begitu, panggil Saya jika mood Anda sudah jauh lebih baik," ucap Sisil dan Leo mengabaikan apa yang Sisil katakan. Leo memilih pergi ke kamar mandi dan Sisil bergegas keluar dari ruang kerja Leo.

'Siapa, sih, yang membuatnya kesal? Aku yakin dia menjadi marah setelah melihat panggilan telepon itu. Benar-benar membuatku tak semangat bekerja!' batin Sisil menggerutu di tengah langkah menuju meja kerjanya.

Bagaimana tidak kesal? Suhu di dalam tubuhnya telah memanas, tetapi Leo justru mengabaikannya sebelum dia bisa mendapatkan sentuhan yang lebih jauh. Bagaimanapun, dia seorang wanita normal. Entah bagaimana awalnya dia bisa sedekat itu dengan Leo, tetapi meski tahu siapa Leo, dia benar-benar tak bisa menghindari pesona Leo. Jantungnya akan berdebar lebih cepat setiap kali dia dekat dengan Leo. Sisil rasa, semua wanita di dunia ini akan menyukai pria tampan dan kaya raya seperti Leo.

Sementara itu di ruangan Leo, setelah keluar dari kamar mandi, Leo pun mengambil ponselnya dan menghubungi kontak yang sebelumnya menghubunginya. Tak lama, panggilannya pun dijawab oleh orang itu.

'Halo, Sayang,' ucap Leo terdengar begitu tenang.

'Di mana?' tanya orang itu, yang tak lain adalah seorang wanita.

Leo menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan perlahan. Setiap kali dia bicara di telepon dengan wanita itu, selalu saja wanita itu mengajukan pertanyaan yang sama. Apakah wanita itu tak bosan terus menanyakan di mana? Pikir Leo.

'Tentu saja aku di kantor, aku baru akan memulai pekerjaanku. Ada apa?' ucap Leo yang lagi-lagi terdengar tenang.

'Oh ya?' ucap wanita itu terdengar meragukan apa yang Leo katakan.

Leo pun memutar bola matanya dan bersiap untuk bicara. Namun, belum sempat dia bicara, wanita itu sudah kembali bicara.

'Aku harap kamu memang benar-benar bekerja, Leo. Jangan sampai aku datang ke kantormu dan melihatmu sedang melakukan hal tidak-tidak bersama sekretarismu yang genit itu!' ancam wanita itu.

'Ayolah, Sayang. Apa maksudmu bicara begitu? Siapa yang akan melakukan hal tidak-tidak dengan wanita yang kamu bilang genit? Itu bukan seleraku,' ucap Leo.

'Baiklah, aku hanya ingin mengingatkanmu agar kamu mengingat statusmu sekarang. Jadi jangan macam-macam, bekerja saja dengan benar,' ucap wanita itu dan telepon berakhir.

Leo terdiam sejenak, setelah itu dia mengembuskan napas kasar.

'Dia terus saja mengingatkanku tentang itu, siapa juga yang lupa tentang statusku? Lagipula, aku hanya sedikit bersenang-senang di luar rumah, toh pada akhirnya aku tetap menjadi suaminya!' batin Leo kesal.

Leo tiba-tiba teringat kembali pada kejadian dua tahun lalu, ketika wanita yang baru saja bicara di telepon dengannya datang ke kantornya dan membuatnya terkejut setengah mati.

Flashback cerita 2 tahun lalu.

"Are you serious?" pekik Leo merasa sangat shock di depan wanita yang saat ini sedang duduk seraya menangis di atas sofa di ruang kerjanya.

Leo shock bukan main ketika wanita yang bertemu dengannya 1 bulan yang lalu itu tiba-tiba datang ke kantornya dan memberikan testpack dengan hasil dua garis padanya.

Wanita itu positif hamil setelah satu bulan lalu berhubungan badan dengan Leo, dan anak itu adalah nak Leo. Ketika wanita itu berhubungan dengan Leo, itu adalah pengalaman pertama bagi wanita itu. Wanita itu tak pernah melakukannya dengan pria manapun selain dengan Leo.

___

'Dia bisa membuatku gila jika terus bersikap seperti ini. Apa selain seorang istri, sekarang dia juga beralih menjadi paranormal? Kenapa juga dia seakan tahu apa saja yang aku lakukan?' batin Leo heran.

Ya, wanita itu kini adalah istri Leo. Wanita cantik berambut panjang bergelombang, dengan tinggi tubuh semampai, dan berusia 26 tahun itu bernama Liliana. Wanita itu dinikahi oleh Leo setelah perbuatan Leo mengakibatkan wanita yang biasa disapa Lili itu mengandung.

Semuanya berawal ketika Leo menghadiri acara reuni SMA dua tahun lalu. Saat itu Leo diberikan tantangan oleh dua orang teman prianya untuk mendekati Lili yang di masa SMA terkenal sangat dingin dan tak pernah berbaur dengan pria manapun. Lili bahkan hanya terlihat dekat dengan satu orang siswi SMA.

Saat itu, Leo diminta untuk mendekati Lili dan harus mengantar Lili pulang. Jika Leo berhasil melakukannya, maka sebagai imbalannya Leo akan mendapatkan jam tangan sport yang berharga fantastis dari temannya. Jam tangan itu telah menjadi incaran Leo saat itu sehingga Leo mencoba menerima tantangan itu.

Siapa sangka, dengan begitu mudahnya Leo justru berhasil memenuhi tantangan yang diberikan oleh teman-temannya. Namun, bukannya mengantar Lili ke rumah, Leo justru membawa Lili ke sebuah hotel. Dalam keadaan mabuk, kejadian itupun tak terelakan.

Leo yang saat itu masih memiliki kekasih, pada akhirnya tetap menikahi Lili demi mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kini, pernikahan Leo dan Lili telah berjalan 2 tahun, dan usia anaknya bersama Lili 1 tahun 3 bulan.

Sebenarnya, setelah menikahi Lili dan hidup bersama Lili, Leo sempat jatuh cinta pada Lili. Meski Lili memiliki sikap yang tegas, tetapi Leo masih bisa menerima Lili. Namun, sejak anaknya bersama Lili lahir, sikap Lili benar-benar memuakkan. Terlebih ketika Lili sudah mengajukan banyak pertanyaan setelah dia kembali dari bekerja, ataupun setelah dia kembali dari perjalanan bisnis ke luar kota. Benar-benar membuat Leo kesal.

Perhatian Leo teralihkan ketika mendengar notifikasi pesan dari ponselnya.

'Jangan pulang terlambat, kuharap hari ini kamu tak melupakan sesuatu.'

Leo terdiam bingung setelah membaca pesan itu, pesan itu dikirim oleh Lili.

'Memangnya ada apa hari ini?' batin Leo bertanya-tanya.

BAB 2 - KENAPA DIA SANGAT SENSITIF?

Leo pun menggidigkan bahunya.

'Lihatlah, wanita selalu begitu. Kenapa wanita tak bisa secara langsung memberitahu inti dari pesan yang disampaikannya? Aku juga tak mengerti, ada apa sebenarnya hari ini?' batin Leo. Dari pada pusing memikirkan apa yang dimaksud oleh Lili, lebih baik dia benar-benar memulai pekerjaannya, pikirnya.

Leo mengambil cangkir kopi di mejanya dan merasakan kopi itu tidak cukup hangat sehingga dia tak ingin menikmatinya. Dia lantas menekan panggilan menuju telepon di meja Sisil dan meminta Sisil untuk membuatkan secangkir kopi yang baru untuknya.

Selang beberapa menit, Sisil memasuki ruangan Leo seraya membawa kopi yang diminta oleh Leo tadi.

"Pak Leo, Saya ingin mengingatkan Anda bahwa, malam ini Anda akan menghadiri pesta hari jadi PT. Green House yang ke 15 tahun. Apakah Anda membutuhkan sesuatu untuk pergi ke pesta nanti? Saya akan menyiapkannya untuk Anda," ucap Sisil.

Leo terdiam sejenak. Melihat itu, Sisil pikir Leo masih dalam keadaan mood yang buruk seperti sebelumnya.

"Begini, Pak. Saya pikir akan sangat membuang waktu jika Anda harus pulang dulu ke rumah, karena acaranya dimulai pukul 19.30 malam nanti," ucap Sisil.

PT. Green House adalah perusahaan properti yang memiliki konsep perumahan hijau. Misalnya, perumahan-perumahan kelas menengah atas yang lebih mengutamakan taman luas nan hijau.

"Saya ada jas baru di mobil, kamu bisa mengambilnya sekarang," ucap Leo di tengah kegiatannya. Dia sedang melihat sesuatu di dalam laptopnya.

"Baiklah, bagaimana dengan Saya?" tanya Sisil, sontak Leo kembali terdiam.

Leo kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya, dan memperhatikan Sisil. Dari ujung kaki hingga rambut Sisil tak luput dari perhatian Leo.

'Bagaimana jika aku ajak Lili saja?' batin Leo.

Ya, Leo justru terpikirkan Lili. Dia pikir, mungkin akan menyenangkan jika dia mengajak Lili bersamanya. Entah kapan terakhir kali dia mengajak Lili pergi keluar.

"Ini acara kantor 'kan, Pak? Jadi, apa Anda akan mengajak Saya juga?" tanya Sisil, sontak Leo tersadar dari lamunannya.

Tiba-tiba Leo memikirkan tentang anaknya yang masih bayi. Meski ada pengasuh, sepertinya tak mungkin Lili mau meninggalkan bayinya. Sejak Lili melahirkan, alasan Lili selalu saja enggan meninggalkan anak ketika Leo mengajak Lili pergi keluar berdua saja.

"Atur saja olehmu," ucap Leo dan kembali melihat laptopnya.

Tentu saja jawaban Leo membuat Sisil senang. Memang ini bukan yang pertama kalinya dia menemani Leo pergi keluar kantor, sebelumnya dia juga pernah menemani Leo ke acara pesta. Dia benar-benar jatuh hati pada Leo, meski Leo hanya bersikap baik ketika memiliki keinginan terhadap dirinya.

Setelah keinginan Leo terpenuhi, Leo akan kembali bersikap dingin seperti sekarang. Namun, justru itulah yang membuat Sisil merasa senang dengan Leo, baginya menaklukan hati Leo lebih menantang dibandingkan menghadapi klien perusahaan yang merepotkan.

"Kalau begitu, Saya akan segera siapkan apa yang Anda butuhkan. Bisakah Saya mengambil kunci mobil Anda sekarang?" ucap Sisil.

"Ke mana matamu? Kunci mobil Saya sejak tadi ada di atas meja!" ucap Leo terdengar begitu dingin. Namun, bukannya kesal, Sisil justru terkekeh mendengar jawaban Leo. Hal itu membuat Leo kembali melihat Sisil.

"Apa yang kamu tertawakan?" tanya Leo seraya menaikan satu alisnya. Tatapannya terlihat tak senang, tetapi itu justru tak menghentikan kekehan Sisil.

"Leo ..."

Leo semakin menatap Sisil tak senang ketika mendengar Sisil justru memanggilnya dengan sebutan nama.

"Maaf, aku hanya ingin membuatmu tak terlalu tegang," ucap Sisil.

Leo menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan sedikit kasar. Setelah itu dia mengambil dompetnya dan mengambil salah satu kartu kredit di dalam dompet tersebut.

"Panggil Saya yang sopan, bagaimanapun kamu tetap bawahan Saya!" tegas Leo, membuat Sisil terdiam.

"Ambil ini, beli gaun untukmu dan temani Saya malam ini!" perintah Leo.

Sisil tersenyum dan mengambil kartu kredit itu.

"Ngomong-ngomong, Le ..." Leo lagi-lagi menatap Sisil tak senang ketika Sisil hampir saja menyebut namanya.

"Maaf, Pak. Maksud Saya, gaun seperti apa yang Anda inginkan untuk Saya pakai malam nanti?" tanya Sisil.

Leo menahan napasnya sejenak dan mengembuskannya dengan sedikit berat.

"Kenapa kamu bertanya pada Saya? Apa kamu pikir Saya fashion stylist-mu?" tanya Leo heran.

"Bukan begitu, Saya tak ingin mempermalukan Anda nanti malam, jadi Saya pikir Saya membutuhkan saran Anda. Atau mungkin Anda memiliki permintaan khusus?" ucap Sisil, kemudian tersenyum.

Leo tiba-tiba bangkit dari duduknya dan menatap Sisil dengan marah. Sisil pun menjadi tegang melihat tatapan Leo.

"Sisil, seharusnya kamu tahu bahwa Saya atasanmu, jadi jangan tanyakan hal konyol seperti itu pada Saya!" kesal Leo.

Sisil akan mengatakan sesuatu, tetapi Leo justru kembali bicara.

"Istri Saya bahkan tak pernah menanyakan hal seperti itu, lalu kenapa kamu justru menanyakan hal seperti itu pada Saya? Apa kamu sedang mengejek Saya? Kamu pikir Saya pria macam apa, ha? Saya tak mengurusi masalah gaun!" geram Leo.

"Maaf, Pak. Maksud Saya bukan begitu, Saya hanya ingin membuat Anda tak merasa malu ketika mengajak Saya menghadiri pesta nanti malam, jadi Saya meminta saran An ..."

"Kalau begitu jangan mempermalukan Saya! Isn't it that simple?" geram Leo.

Sisil akan mengatakan sesuatu, tetapi Leo lebih dulu membuatnya bungkam dengan mengayunkan tangannya ke arah pintu.

"Ambil kunci mobil Saya, dan keluar dari ruangan Saya. Mengganggu saja!" kesal Leo dan kembali duduk di kursi kerjanya.

Sisil pun bergegas keluar dari ruangan Leo. Begitu dia menutup pintu ruangan Leo, dia menggenggam kartu kredit yang Leo berikan tadi dengan erat.

'Dia tak perlu marah-marah begitu 'kan? Aku kan hanya bertanya. Lagipula, aku melakukannya untuk dirinya sendiri. Benar-benar keterlaluan, kenapa dia sangat sensitif? Kenapa juga dia membandingkan aku dengan istrinya? Benar-benar sudah gila!' batin Sisil kesal.

Sisil pun bergegas menuju mobil Leo dan mengambil jas baru Leo. Jam makan siang nanti, dia akan izin pada Leo untuk membeli gaun baru sesuai yang Leo perintahkan. Dia berpikir, malam ini dia akan membuat Leo sampai enggan berpaling darinya.

***

Waktu berlalu, hari sudah menjelang petang.

Di sisi lain, tepatnya di sebuah rumah berlantai dua, Lili sedang memeriksa persiapan makan malam. Makan malam kali ini spesial baginya, karena itu dia ingin memastikan bahwa tak ada sedikitpun kesalahan. Makan malam kali ini juga akan berlangsung dekat kolam renang yang ada di kediamannya.

Di bawah ini gambaran rumah Leo dan Lili, ya, menteman.

Ada dua orang asisten rumah tangga yang membantu menyiapkan makan malam tersebut.

"Bagaimana, Nyonya? Apa masih ada yang belum sesuai?" tanya salah satu asisten rumah tangga bernama Ani.

Lili meletakan jari telunjuknya di dagu, dia tampak sedang berpikir. Sedetik kemudian dia teringat pada Leo.

"Tolong ditutup semuanya, pastikan tidak dihinggapi apapun. Saya akan menunggu suami Saya pulang," ucap Lili dan bergegas memasuki rumah.

Lili pergi ke kamar dan mengambil ponselnya. Dia lantas menghubungi kontak Leo. Panggilan itu tersambung, tetapi Leo tak menjawab panggilannya.

'Apa dia masih dijalan pulang?' batin Lili bingung.

Biasanya, saat sedang mengemudi Leo takan menjawab panggilan. Namun, dari pada memikirkan tentang kemungkinan itu, entah mengapa Lili justru merasa khawatir Leo takan mendengarkan permintaannya tadi siang agar Leo tak pulang terlambat ke rumah.

Ya, Lili khawatir dan justru merasa gelisah makan malam spesial yang telah disiapkan untuk dinikmati bersama Leo akan sia-sia.

Lili akhirnya mengetik pesan singkat.

'Apa kamu sudah dijalan pulang? Kenapa tak menjawab teleponku?'

Lili menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan perlahan setelah mengirimkan pesan tersebut.

'Kuharap dia tak mengecewakanku,' batin Lili cemas.

BAB 3 - KUPIKIR KAMU MATI

Sementara itu di sisi lain, tepatnya di kantor Leo.

Leo baru saja selesai mengganti pakaian yang dia kenakan hari ini dengan jas yang sebelumnya Sisil ambil dari mobilnya. Dia lantas keluar dari kamar mandi dan mendekati meja kerjanya. Tak lama pintu ruangannya terbuka dan ternyata Sisil lah yang memasuki ruangannya.

"Pak Leo ..." Sisil memanggil Leo, tetapi Leo justru mengabaikan Sisil.

Leo sedang mencari sesuatu di laci meja kerjanya. Sisil pun melangkah semakin mendekati meja kerja Leo.

"Apa Anda sudah siap, Pak? Apa yang Anda cari?" tanya Sisil begitu sampai di depan meja kerja Leo.

Fokus Leo menjadi beralih ke kaki jenjang Sisil yang tampak terekspos, dia lantas memperhatikan kaki itu hingga akhirnya matanya menangkap gaun merah yang begitu cantik terpasang di tubuh Sisil.

Leo menutup laci meja kerjanya dan menatap Sisil yang sedang menggigit bibir bawahnya.

Leo lantas mengambil ponselnya dan mulai melangkah mendekati Sisil. Dia pun berhenti sangat dekat dengan Sisil dan menatap Sisil yang juga menatapnya.

"Em ... Pak," Sisil lagi-lagi menggigit bibir bawahnya dan bersiap untuk bicara. Namun, belum sempat bicara, dia sudah dibuat terkejut oleh Leo.

Sisil berbalik dan melihat Leo yang membuka pintu ruangannya.

Ya, Leo justru mengabaikannya begitu saja dan keluar dari ruangan itu.

"Apa mood-nya belum membaik? Kenapa dia pergi begitu saja? Ya ampun ..." gerutu Sisil dan bergegas menyusul Leo.

Begitu sampai di mobil, Sisil duduk di sisi Leo. Malam ini, Leo mengemudikan mobilnya sendiri. Mereka lantas pergi menuju sebuah hotel, di mana hotel itu adalah tempat acara berlangsung.

Sesampainya mobil di depan hotel, Leo bersiap keluar dari mobil. Namun, dia berhenti sejenak sebelum benar-benar keluar dari mobil. Dia lantas melihat Sisil.

"Saya suntuk sekali, Sisil. Sebenarnya, Saya malas sekali datang ke pesta itu," ucap Leo.

Sisil mengerutkan dahinya. Akhirnya Leo mau bicara dengannya.

"Tapi kita sudah sampai di sini, Pak. Tak mungkin bukan kita pergi dari sini? Bahkan kita baru saja sampai," ucap Sisil.

"Ya, kamu benar. Kalau begitu, selesai menghadiri pesta itu, kamu temani Saya dulu," ucap Leo.

Sisil tersenyum begitu anggun. Namun, dalam hatinya dia benar-benar antusias.

"Saya akan melakukan yang terbaik, tentu saja hati atasan Saya tak boleh merasa suntuk," ucap Sisil dan mengerlingkan matanya.

Leo menghela napas dan meminta Sisil untuk keluar dari mobil. Setelah Sisil keluar, Leo pun menyusul keluar dari mobil dan memberikan kunci mobilnya pada petugas valey. Setelah itu, dia memasuki hotel bersama Sisil.

Keduanya pergi menuju ballroom hotel tersebut dan ruangan itu terlihat sudah dipenuhi oleh tamu undangan.

Leo pun menghampiri tuan acara dan mengucapkan selamat pada tuan acara. Mereka berbincang sebentar, setelah itu tuan acara pamit pada Leo untuk menyapa tamu undangan lainnya.

"Apa Anda ingin minum, Pak?" tanya Sisil.

"Boleh," ucap Leo.

"Kalau begitu, tunggu sebentar di sini. Saya akan ambilkan," ucap Sisil dan pergi menuju meja minuman. Dia mengambil dua gelas minuman dan kembali menghampiri Leo.

"Untuk Anda," ucap Sisil seraya menyodorkan satu gelas minuman ke hadapan Leo.

Leo pun mengambilnya dan menyesapnya. Tak lama setelah itu acara pun dimulai. Leo terlihat benar-benar bosan. Dia terlihat tak bisa menikmati pesta tersebut meski pestanya terlihat meriah. Seharian ini juga dia merasakan sesuatu yang berbeda, dia merasa ada sesuatu yang dia lupakan. Namun, entah apa itu? Dia benar-benar tak tahu.

Leo melihat Sisil yang justru tampak senang berada di pesta itu, Leo pun mendekati Sisil dan membisikan sesuatu di telinga Sisil.

Sisil lantas melihat Leo dan mengerutkan dahinya.

"Apakah kita akan pergi sekarang?" tanya Sisil.

"Ya, Saya duluan. Susul Saya setelah Saya keluar dari sini," ucap Leo dan memberikan gelas di tangannya pada Sisil. Setelah itu, Leo meninggalkan ballroom.

Sisil lalu meletakan dua gelas minuman yang dia ambil tadi di atas meja, dan keluar dari ballroom. Sebelumnya, Leo membisikan nomor kamar padanya. Dia benar-benar tak menyangka, diam-diam rupanya Leo telah memesan kamar di hotel tersebut. Leo bahkan memintanya datang ke kamar itu.

Begitu sampai di depan kamar, Sisil mengetuk pintu dan begitu pintu terbuka, Leo langsung menarik tangan Sisil dan menyerang Sisil dengan gerakan agresif nan sen*ual.

"Pak, tenanglah. Kenapa Anda bersemangat sekali?" ucap Sisil. Sisil hampir saja terjatuh karena sikap Leo yang agresif secara tiba-tiba.

Leo berhenti sejenak, dan menatap Sisil.

"Bukankan kamu sengaja ingin menggoda Saya? Bahkan kamu melakukannya sejak kita masih di kantor," ucap Leo.

"Anu ... Itu ..." belum sempat Sisil menyelesaikan ucapannya, Leo sudah lebih dulu membungkam Sisil dan mau tak mau Sisil pun melayani perbuatan Leo. Keduanya perlahan meninggalkan posisi sebelumnya dan mendekati tempat tidur. Setelah itu, keduanya terjatuh ke tempat tidur dan kini Sisil berada di bawah kungkungan Leo.

Leo pun semakin agresif, tangannya bergerak liar menyusuri lekuk tubuh Sisil.

Setelah merasa cukup, Leo menghentikan perbuatannya dan menopang tubuhnya dengan kedua lututnya. Dia lantas melepaskan jasnya.

Tatapan Leo tak lepas dari Sisil yang terlihat begitu pasrah di bawahnya. Leo pun mulai melepas satu-persatu kancing kemejanya dan bersiap mencumbu Sisil kembali. Tubuhnya semakin memanas, dia benar-benar ingin melampiaskannya sekarang. Namun, belum sempat memulai kegiatan inti, perhatian Leo menjadi sedikit buyar ketika ponselnya tiba-tiba berdering.

Sejenak Leo berhenti, setelah itu dia mencoba mengabaikan panggilan telepon itu. Dia membiarkan panggilan itu berakhir dengan sendirinya. Namun, setelah panggilan itu berakhir, ternyata dering telepon itu kembali terdengar. Kali ini Leo benar-benar tak bisa fokus dan menjadi kesal sendiri.

Leo lantas bangkit dari posisinya dan mengambil ponselnya yang sebelumnya dia letakan di atas nakas di sisi tempat tidur.

'Halo!' kesal Leo tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

'Di mana, Leo?' tanya seorang wanita. Sontak Leo melihat layar ponselnya dan terkejut setelah melihat bahwa, Lili lah yang menghubunginya.

Leo bergegas memberikan isyarat pada Sisil agar Sisil diam setelah Leo sadar Sisil akan mengatakan sesuatu.

'Bukankah aku memintamu tak pulang terlambat?' tanya Lili.

'Aku sedang menghadiri pesta di luar,' ucap Leo.

'Apa katamu? Pesta?' ucap Lili terdengar shock.

'Ya, aku lupa mengabarimu tentang itu, hari ini aku sibuk sekali,' ucap Leo.

'Oh lupa, ya? Pantas saja, tak heran jika kamu juga melupakan bahwa hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita,' ucap Lili.

Leo mengerutkan dahinya dan melihat layar ponselnya, dia mencoba melihat tanggal dan ternyata tanggal di mana dua tahun lalu dia menikahi Lili adalah hari ini.

Leo mengusap wajahnya dan mengembuskan napas sedikit berat.

'Sayang, aku ...' Leo mencoba bicara, tetapi Lili sudah lebih dulu membuat Leo bungkam.

'Tak masalah jika hari pernikahan kita tak penting bagimu, tapi aku pikir kamu masih memiliki hati agar orang rumah tak khawatir memikirkanmu. Aku pikir, kamu mati di pelukan wanita lain karena sejak tadi tak menjawab panggilan, ataupun membalas pesanku,' ucap Lili.

Leo pun tercengang ketika panggilan itu tiba-tiba berakhir.

'****, dia marah padaku!' batin Leo.

"Apa Anda baik-baik saja, Pak?" tanya Sisil, dan mencoba menghampiri Leo. Namun, Leo justru mengabaikan Sisil.

Leo mengambil jasnya dan bergegas menuju kamar mandi.

Hal itu membuat Sisil bingung.

'Dia kenapa lagi, sih? Apa dia akan meninggalkanku lagi?' batin Sisil. Sisil sempat mendengar saat Leo bicara di telepon, Leo lalu menyebut nama Lili.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!