NovelToon NovelToon

DENDAM & CINTA

01. KECELAKAAN HEBAT

Sebuah mobil limited edition di dunia yang hanya ada dua. Mobil mewah itu berwarna hitam melaju kencang dari arah atas puncak, tapi saat diturunan yang berkelok pemuda didalam mobil itu berusaha menginjak rem untuk mengurangi kecepatan mobilnya, tapi rem itu tak berfungsi. Pemuda itu semakin panik saat melihat didepannya banyak kendaraan berlalu lalang. Tak ada cara lain selain membunyikan klakson.

TIIIIIIINNNNNN. ...

TINNNTIIIIIIIINNN. . . .

TIIIINNTINNNNNN....

Semua kendaraan didepannya segera meminggirkan kendaraanya dan memberi jalan mobil hitam itu, mereka melihat dari kaca spion mobil hitam itu oleng. Tapi naas sebuah truk tronton dari arah berlawanan tak bisa menghindari mobil tersebut ketika ada ditikungan yang sangat tajam. Akhirnya mobil mewah berwarna hitam membanting stirnya kesamping jalan dan menerbos pembatas jalan dan masuk kedalam jurang dengan membentur batu dan pohon yang menjulang tinggi, mobil itu terombang ambing didalam jurang.

DUARR

Terdengar suara ledakan yang cukup keras. Ya mobil itu meledak. Banyak dari pengguna jalan itu berhenti dan sebagian dari mereka merekam kejadian tersebut untuk dishare ke media sosial. Melihat ada keramaian dijalan, polisi yang saat itu patroli berhenti dan melihat situasi disana. Setelah mengumpulkan beberapa keterangan dari saksi yang melihat kecelakaan itu. Polisi mengetahui jika plat nomor mobil B 555 NA adalah plat khas milik orang terkaya nomor dua dinegeri ini. Keluarga Pradana selalu menggunakan angka 555 disetiap kendaraan pribadinya. Sehingga tak heran jika polisi langsung mengenalinya.

Tok....

Tok....

Tok....

"Selamat siang, bisa bertemu dengan pak Prandana?" Tanya polisi itu kepada ART rumah tangga itu.

"Baik pak, silahkan masuk." ART itu mempersilahkan kedua polisi itu masuk. Tak lama pak Pradana muncul dengan ditemani oleh istrinya.

" Selamat siang pak," Pak Pradana datang dan menyalami dua polisi tersebut.

"Selamat siang pak" Jawab polisi tersebut dan berdiri dari tempat duduknya untuk menyambut pak Pradana.

"Silahkan duduk kembali pak" Kata Pak Pradana kepada kedua polisi tersebut kemudian mereka kembali duduk saat pak Pradana duduk di sofa mewahnya yang didatangkan langsung dari eropa juga limited.

"Begini pak, apakah benar jika mobil dengan plat nomor B 555 NA adalah mobil dari salah satu keluarga bapak?" Tanya polisi tersebut.

"Benar, pak itu adalah plat mobil anak saya." Pak Pradana menjawab dengan rasa yang curiga.

"Kalau benar, maka anak bapak mengalami kecelakaan. Mobil itu masuk dan meledak kedalam jurang." Polisi tersebut menjelaskan kepada pak Pradana. Pak Pradana langsung panik dan tak percaya akan hal yang menimpa anaknya.

"Andra,,,, Tidak mungkin Andra meninggal pa,,,Huhuhuhuhu" Istri pak Dana yang sedari tadi diam tiba-tiba menangis histeris. Pak Dana mencoba menenangkan istrinya.

"Tenanglah Ma, Andra pasti selamat. Dia adalah darah dagingku, hatiku bilang dia masih hidup." Pak Dana mengelus pundak istrinya.

"Tapi pa, mobilnya meledak tidak mungkin dia masih hidup. Pasti dia mati huhuhuhuhu" Tangisnya semakin keras.

"Apakah saya bisa lihat langsung ke TKP pak?" Pak Dana mengajak polisi untuk ke TKP, dia ingin mencari sendiri anaknya. Karena hati kecilnya mengatakan jika dia masih hidup.

"Baiklah pak, mari kita berangkat sekarang." Ajak polisi itu.

"Mari pak, ayo ma ikut papa ke TKP untuk mencari Andra." Pak Dana mengajak istrinya yang menangis histeris itu. Tapi istrinya masih setia pada tempat duduknya.

"Ayo ma, kita mencari bareng-bareng Andra." Sekali lagi pak Dana mengajak istrinya.

"Papa pergi saja sendiri, mama akan menenangkan diri dirumah ini. Walaupun Andra tak terlahir dari rahim mama tapi dia sudah seperti anak mama sendiri. Kepergiannya yang mendadak ini membuat hati mama sakit dan hancur" Dia menjelaskannya dengan masih terisak. Ya sepeninggal ibu kandung Andra, pak Andra menikah lagi dengan Rika, janda beranak satu dengan usia anaknya dua tahun diatas Andra yang bernama Billy

Ibu kandung Andra meninggal saat Andra masih berusia 5 tahun akibat kecelakaan.

"Baiklah, mama terus berdoa ya. Supaya Andra baik-baik saja." Kata pak Pradana saat memeluk istrinya.

"Baik pa," Dengan tatapan aneh saat dia memeluk pak Pradana. Dan melepasnya pergi.

Tak lama setelah kepergian pak Pradana, Billy datang dan memeluk mamanya.

"Ma,, kenapa mama menangis? " Tanya nya sambil memeluk mamanya.

"Andra kecelakaan" Bu Rika menatap Billy dengan tatapan yang tak bisa diartikan antara senang dan sedih itulah yang tertangkap diwajahnya.

"Oh,,, jadi dia kecelakaan" Billy menampilakan mimik wajah dengan satu sudut mulut yang terangkat, seperti senyum setengah yang sebenarnya menyeringai.

"Iya sayang, papamu masih ke TKP untuk mengetahui keadaan Andra." Tak terlihat lagi tangis dimatanya seperti tadi ketika ada pak Pradana.

"Oh, jadi papa kesana? Billy akan menyusul papa ya ma? " Billy segera pergi kembali dari rumah dan meninggalkan ibunya yang bingung dengan sikap anaknya.

"Aneh, Tumben sekali dia perhatian pada Andra." Bu Rika masuk kembali kekamarnya dia memainkan ponselnya. Berita akan kecelakaan Andra sudah membanjiri media sosialnya. Sungguh cepat sekali kabar ini tersebar.

Ada satu kabar yang menarik perhatiannya. Yaitu berita dari situs web berita yang sangat populer dan terpercaya. Isi berita itu adalah dugaan sabotase mobil Andra. Bu Rika membelalakkan matanya, ada sedikit kekhawatiran diwajahnya.

Tok....

Tok....

Tok...

"Nyonya, diluar ada banyak wartawan. Mereka ingin bertemu dengan nyonya." Kata asisten rumah tangga itu.

"Baiklah bi, saya akan segera keluar." Kata bu Rika.

Bu Rika keluar dengan mata sudah berair, dia terus menangis mengingat keadaan Andra.

"Nyonya Rika, menurut sumber apakah benar jika mobil tuan Andra ada yang menyabotase? " Wartawan itu nampaknya tak ingin berbasa-basi lagi.

"Entahlah,,, siapa yang tega melakukan itu pada anak saya." Bu Rika menjawabnya dengan suara tersedu-sedu.

"Apakah Nyonya Rika mencurigai seseorang? " Tanya wartawan yang lainnya.

"Entahlah, saya hanya minta doa dari semua yang ada disini, semoga Andra secepatnya ditemukan. Sekarang suami dan anak saya Billy sedang di TKP untuk mencari keberadaan Andra." Setelah mengucapkan hal itu bu Rika masuk kembali ke dalam rumahnya. Wartawan yang hendak ikut masuk dihalangi oleh security rumahnya itu.

"Dasar Wartawan sialan" Bu Rika menggerutu sambil menuju kekamarnya.

Di TKP

"Andra!!!! " Pak Pradana mencoba memanggil putranya.

"ANDRA!! Dimana kamu? Hiks Hiks" Billy tak kalah hebohnya menangis seperti mamanya.

"Pak, sepertinya jasad tuan Andra ikut hancur bersama mobilnya yang meledak." Pak Polisi memberi hormat kepada pak Pradana.

"Tidak pak polisi, hati kecil saya mengatakan jika Andra masih hidup." Pak Pradana tetap kekeh. Dengan pandangan kosong dia seperti orang yang frustasi.

"Sudahlah Pa, ikhlasin saja. Masih ada Billy disini" Billy mendekati papanya yang terguncang.

"ANDRA!!! Kamu tak boleh meninggalkan papa nak" Kini air mata pak Pradana tak bisa ditahannya. Billy hanya diam, dia mengangkat alisnya dan tatapannya tajam kearah lain.

02. KEPEDIHAN LISA

Ditengah gentol-getolnya pencarian jasad Andra, ditepi sungai nampak orang tak sadarkan diri dalam keadaan telungkup, dengan tubuh yang penuh luka, pakaiannya robek dipunggung dan lengannya. Begitu juga celananya yang sudah koyak.

"Bu, sepertinya disana ada orang tak sadarkan diri." Lisa gadis cantik yang baru saja pulang dari warung mie ayamnya bersama ibunya, melihat orang tak sadarkan diri tersebut.

"Iya nak, kita coba kesana yuk." Ibu Lisa mengajak anaknya mendekat.

"Bu, ini mayat atau orang ya?" Tanya Lisa yang masih enggan mendekati tubuh pria itu.

"Coba kamu lihat nak, semoga saja dia masih bernafas." Bu Mala menyuruh anaknya untuk mengecek denyut nadinya.

"Baiklah bu, " Lisa mendekat ke pria tersebut. Dia meletakkan tangannya keleher pria tesebut dan kemudian memegang pergelangannya.

"Dia masih bernafas bu, " Kata Lisa menoleh kebelakang. Bu Mala menghampiri anaknya untuk segera menolong pria tersebut. Lisa membalik badan pria tersebut tapi,,, Lisa segera berdiri dan menjauh dari tubuh pria itu.

"Rafiandra Pradana" Ucapnya lirih.

(Flashback)

"Pak,,, aku mohon jangan ambil tanah dan rumah saya" Tampak lelaki tua memegang kaki Andra.

"Aku tak mengambilnya, tapi membelinya." Dengan sombong dan kasar dia mengatakan hal itu.

"Tapi saya tidak merasa telah menjualnya pak" Kata lelaki tua itu yang masih memegang kaki Andra.

"DASAR TUA BANGKA!!! Nih lihat ada bukti tanda tangan kamu disini" Andra menghentakkan kakainya yang dari tadi dipegang oleh orang tua itu. Sehingga dia terdorong dan jatuh.

"Cukup!!! Kamu jangan bertindak seperti ini RAFIANDRA PRADANA! " Lisa datang dan membantu orang tua itu berdiri.

"Siapa kamu? Sok jadi pahlawan." Andra masih dengan sombongnya menatap tajam Lisa.

"Aku anaknya, dia adalah ayahku." Kata Lisa yang tak kalah kerasnya suaranya.

"Bagus deh kalau seperti itu. Nih lihat,bisa baca kan?" Andra melemparkan map yang berisi file yang sudah ditandatangani. Lisa melihat heran kearah ayahnya.

"Tolonglah tuan,,, jangan ambil tanah dan rumah saya, itu harta satu-satunya keluarga saya." Kini ayah Lisa bersujud ke Andra.

"Percuma saja kamu bersujud kepadaku, aku tak akan mengubah keputusanku untuk menggusur rumahmu, kamu telah tanda tangan." Dengan angkuhnya Andra berkata seperti itu.

" Ayah, sudah yah,,, jangan bersujud dihadapan orang sombong dan kejam seperti dia." Lisa menarik lengan ayahnya supaya berdiri dan tak lagi mengemis dihadapan Andra.

"Tapi nak,,, ayah sama sekali tidak pernah tanda tangan berkas penjualan tanah, hanya saja waktu itu ayah cuma menandatangani kertas kosong." Ayah Lisa mengingat-ingat kejadian seminggu sebelum tanah dan rumahnya hendak digusur.

"TUNGGU APALAGI KALIAN HAH!!! CEPAT ROBOHKAN BANGUNAN YANG ADA DISINI!!!!Bentak Andra kepada orang yang mengendalikan alat berat tersebut.

Dengan perlahan tapi pasti alat berat itu mendekat kerumah Lisa, dengan sekali hentak rumah itu roboh.

"Dasar Rafiandra licik!!! Awas saja kamu mendapat ganjarannya." Lisa murka saat melihat alat berat itu mulai merobohkan rumahnya,

"TIDAAAAAKKKK" Ayah Lisa berteriak sambil memegang dadanya dan kemudian ambruk bersama dengan ambruknya rumah yang selama ini dia jaga dengan baik. Rumah itu adalah rumah turun temurun dari nenek buyut ayah Lisa. Tak heran dia begitu menyayangi rumah itu.

"AYAAAAHHHHHH,,,, " Lisa memeluk Ayahnya, n ibunya yang dari tadi hanya diam kini lari kearah suaminya.

(FLASHBACK BERAKHIR)

"AYAH!!! " Lisa berteriak mengingat ayahnya.

"Lisa, ayo kita bawa dia kerumah sakit." Bu Mala heran melihat anaknya yang berteriak nama ayahnya.

"Tidak bu,,, dia adalah orang yang telah membunuh ayah. Lisa tidak bisa memaafkan dia, Lisa gak akan menolongnya" Lisa hendak pergi dari sana, tapi ibunya dengan cepat menahan tangan anaknya.

"Nak, tidak baik menyalahkan takdir. Ayah kamu meninggal itu sudah takdir, bukan dia yang membunuhnya." Kata ibunya menasehati Lisa.

"Gak bu, jika saja dia tak bersikap kejam menggusur rumah kita, ayah pasti masih bersama kita." Lisa menangis mengingat bagaimana ayahnya meninggal.

"Sudah nak, jika kamu tak mau menolongnya. Itu sama saja kamu seperti dia. Kejam!! Ayo bantu ibu, kita bawa dia ke Rumah sakit depan." Kata bu Mala memaksa anaknya. Dengan terpaksa Lisa membantu ibunya untuk memapah tubuh Andra sampai ke Rumah sakit yang memang jaraknya dekat dengan sungai. Dia tinggalkan sepedenya disamping sungai.

***

Satu minggu berlalu, pencarian Andra dihentikan dan berita kematiannya pun sudah tersebar, di satu sisi Andra baru sadar dari komanya, dia tidak mengingat siapa dirinya. Hal ini dimanfaatkan Lisa untuk balas dendam. Dia mengatakan bahwa Andra adalah Erick pelayannya diwarung mie ayamnya. Andra yang memang tak mengingat apapun tentang dirinya, dia percaya begitu saja dengan Lisa.

Setelah kondisinya pulih, Lisa mengajaknya pulang. Dia mengajaknya tinggal dirumah seorang janda tua, Lisa bilang pada Andra jika janda tua itu adalah ibunya. Janda tua itu telah kehilangan anak dan juga suaminya karena ulah Andra. Suami dan anaknya meninggal saat mereka mencoba berontak saat rumah dan tanahnya diambil paksa oleh Andra. Tapi antek-antek Andra memukuli mereka berdua dengan sangat brutal sampai mereka berdua tewas mengenaskan. Lisa sebelumnya sudah menjelaskan pada janda tua itu tentang rencananya, dan dia sangat senang karena ada yang menggantikan anak dan suaminya untuk mencari nafkah.

"Ini rumahku? " Erick tampak heran saat masuk kedalam rumah yang beralaskan tanah, dengan dinding terbuat dari bambu yang dianyam beratapkan seng. Entah mengapa jiwa mesombongannya tiba-tiba muncul, dia tidak percaya jika dirinya hidup dirumah kumuh ini.

"Iya, ini rumah kamu. Dan kamu lihat perempuan tua ini, dia adalah ibumu. Bu Surti." Lisa mendekati bu Surti yang dari tadi hanya diam saja. Dia datang dan memeluk Andra, entah kenapa air matanya mengalir. Mungkin dia teringat dengan anak dan suaminya.

"Ini ibu aku?" Erick tampak bingung, tapi dia membalas pelukan bu Surti.

"Ibu kenapa menangis? Aku sudah sehat bu, lihatlah! " Erick menghapus air mata bu Surti. Bu Surti mengangguk dengan tersenyum tapi air matanya terus mengalir.

"Baiklah, aku pergi dulu. Bu Surti saya pamit dulu ya bu. Oh ya mulai besok kamu masuk kerja ya, kamu kan sudah sehat." Kata Lisa. Erick hanya menganggukkan kepala.

"Nak, ayo kita makan dulu ya. Ibu tadi masak sayur asem sambal terasi lauk tempe goreng." Erick mengikuti ibunya kedapur dan duduk dibawah dengan alas plastik yang sudah ada robekan disana sini.

Erick menatapnya heran, dalam hatinya apakah dia semiskin ini. Bu Surti menata nasi beserta lauknya dan menghidangkan pada Andra.

"Nak ayo dimakan. " Kata bu Surti menyerahkan piring yang sudah berisi nasi dan lauk serta sayur.

"Iya bu, " Andra menyendokkan makanan kemulutnya, tapi tiba-tiba dia mengeluarkan kembali nasi dari mulutnya.

"Bu, ini masakan apa? Kok asem gini?" Katanya heran. Wajarlah dulu ketika dia hidup sebagai Andra tak pernah dia makan makanan yang seperti ini. Makanan yang dia makan sehari-hari adalah makanan yang dimasak oleh koki internasional. Hanya masakan luar negri yang dia makan. Bu Surti yang melihat tingkah Andra tak mampu lagi menahan tawanya.

"Hahahaha kamu ini sedang bercanda ya? Yang namanya sayur asem ya pastilah asem. Sudah ah ayo makan, atau kamu akan kelaparan nanti." Katanya sambil terus tertawa. Andra akhirnya memakan masakan bu Surti. Setelah makan, bu Surti menyuruh Andra untuk beristirahat dikamarnya. Sekali lagi Andra dibuat tak percaya.

"Bu, apakah ini tempat tidurku? Hanya papan kayu ini? Gak ada kasur gitu bu?" Lagi-lagi jiwa songong Andra muncul.

"Ternyata rumah sakit telah merubah semuanya ya nak,,, pertama kamu menghina rumah ini, kemudian masakan ibu dan sekarang kamar kamu sendiri. Padahal kamar inilah tempat kamu melepas lelah saat kamu pulang kerja. " Bu Surti kini berakting menangis, melihat hal itu Erick mendekat ke ibunya dan bilang minta maaf dengan memeluknya. Bu Surti kemudian menghentikan tangisnya.

"Maafkan Erick bu, baiklah Erick akan beristirahat dulu." Ucapnya. Bu Surti meninggalkan kamar Andra dan berlalu kearah dapur untuk mencuci piring kotor bekas mereka makan tadi.

Dikamar Erick yang hendak tidur tidak bisa tidur karena dia gerah, dan banyak nyamuk yang menyerangnya. Tapi dia tidak boleh mengeluh karena selama ini dia juga tak pernah mengeluh ada disini.

"Nak,,,, ini obat nyamuknya." Bu Surti masuk dengan membawa obat nyamuk bakar tapi tiba-tiba Andra terbatuk-batuk karena asap dari obat nyamuk itu.

" Maaf bu,,,, Erick tidak butuh obat nyamuk itu. Uhuk uhuk uhuk" Katanya, dan bu Surti membawa keluar obat nyamuk itu.

"Ya Tuhan,,, kenapa aku sangat betah tinggal dalam keadaan seperti ini." Erick mulai mengeluh.

Entah karena capek bertarung dengan nyamuk atau memang dia sangat ngantuk akhirnya dia tertidur pulas.

"Hahahahahah hahahahah" Terdengar suara Lisa tertawa puas dirumahnya.

03. DENDAM

"Terus bu,,, bagaimana si Andra yang songong itu" Tanya Lisa kepada bu Surti yang malam itu bermain kerumah Lisa untuk melaporkan Andra. Rumah Lisa dan bu Surti berdampingan. Bu Surti menceritakan semua yang telah terjadi, mulai dari makan sampai kejadian obat nyamuk itu. Lisa tertawa puas.

"Ini masih belum seberapa tuan Rafiandra Pradana. Kita lihat saja nanti, kamu akan merasakan bagaimana sakitnya menjadi orang kecil." Lisa menatap ke depan dengan tatapan tajam.

Keesokan harinya, Erick (Andra) bangun dengan badan yang terasa pegal-pegal terlihat badannya kemerahan akibat gigitan nyamuk. Ya bagaimana dia tidak berasa pegal sekarang dia harus tidur dengan beralas papan kayu yang sempit. Beda saat dulu dia tidur dibed empuk, lebar dan dengan kamar yang ber Ac.

"Bu,,, ada minyak kayu putih tidak? Ini badanku merah-merah." Erick mencari bu Surti yang dari tadi ada didapur.

"Minyak kayu putihnya habis, ibu lupa membelinya. Nanti saja ya ibu belinya karena ibu tidak memegang uang sama sekali. Semenjak kamu ada dirumah sakit, tidak ada uang masuk." Bu Surti memasang wajah sedih.

"Baiklah bu, Erick sekarang akan pergi kerja. Semoga saja nanti Erick dapat uang ya." Jawab Erick memegang bahu ibunya, dia menatap bu Surti dengan kasih sayang.

"Ayo kita sarapan duli, nanti kamu telat lagi." Bu Surti mengajak Andra sarapan.

Tepat pukul sembilan Andra dan Lisa sudah sampai di warung mie ayam milik ibunya. Semua karyawan wanita disana menatap Andra dengan tatapan kagum. Pantas saja mereka kagum dengan Andra, dia memiliki tubuh atletik dengan tinggi badan 180 cm, dada bidang dan terlihat otot yang keras dibalik lengan bajunya. Kulitnya putih, hidung mancung, alis mata tebal dan warna bola matanya coklat pekat. Sungguh dia adalah pria yang sempurna.

"Ngapain kalian bengong??? Cepat lanjutkan bersih-bersihnya." Lisa memarahi karyawannya yang dari tadi cari muka ke Andra.

"Baik mbak." Mereka segera melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.

"Maaf mbak, pekerjaan saya apa disini? " Tanya Andra pada Lisa.

"Kamu lupa apa pekerjaan kamu?" Tanya Lisa. Andra menganggukkan kepala.

"Oh ya, aku lupa jika kamu amnesia. Pekerjaan kamu disini adalah untuk mencuci piring kotor dan perlengkapan kotor yang lainnya." Jawab Lisa, Andra begitu kaget mendengar ucapan Lisa.

"Apakah benar begitu? Aku hanya tukang cuci piring disini? " Andra tak percaya.

"Iya, memang ada masalah? Mau bagian apa disini? CEO? " Lisa membentak Andra. Mendengar kata CEO, kepalanya tiba-tiba pusing.

"Kamu kenapa?" Tanya Lisa

"Entahlah kepalaku tiba-tiba pusing setelah mendengar kata CEO" Andra tampak masih memegang kepalanya. Lisa yang awalnya jutek, kini berubah panik. Dia takut jika Andra mengingat identitasnya.

"Baiklah, kamu jangan berpikir keras. Sudah sana lanjutkan bekerja atau nanti gaji kami akan aku potong." Kata Lisa kemudian dia berlalu dari hadapan Andra.

"Lisa,,, kamu tega banget menyuruh dia cuci piring, pasti dirumahnya dia tak pernah melakukannya." Kata ibu Lisa bersuara lirih saat Lisa datang kekasir menemani ibunya.

"Biarin saja bu, biarkan dia merasakan bagaimana kerasnya hidup." Jawab Lisa.

Erick bekerja dengan sangat rajin, dia bahkan melakukan pekerjaannya dengan rapi, selain cuci piring dia juga membantu mengambil piring kotor dari meja. Hari ini warung mie ayam bu Mala sangat ramai pembeli. Disana hanya ada dua karyawan perempuan satu bagian menyiapkan mie kedalam mangkok dan yang lain memberikan pesanan kepada pelanggan. Bu Mala bagian memasak mie dan Lisa memegang kasir. Melihat mereka kewalahan Andra sigap membantu. Melihat Andra yang cekatan, bu Mala merasakan kasihan padanya. Tapi dia tidak mungkin membongkar kebohongan putrinya.

"Ini, kamu makan dulu dan juga ini minumnya." Bu Mala memberi makan Andra saat dia duduk disamping bak cuci piring.

"Oh, baiklah. Trimakasih ya bu" Kata Andra menerima semangkuk mie ayam dan minuman teh hangat.

"Iya sama-sama. Kamu makan dulu gih, keburu dingin. Nanti saja setelah selesai makan kamu lanjutkan cuci piringnya." Perintah bu Mala. Andra menuruti bu Mala, dia mencuci tangannya dan makan semangkuk mie tersebut.

***

Disebuah rumah megah, Billy mengamuk pada mamanya.

"Ma, sudah lebih dari seminggu kematian Andra. Kenapa papa tak mengumumkan pengganti Andra.!!! " Billy tampak menarik kasar rambut depannya.

"Sabar sayang,,, nanti juga papa kamu akan mengumumkannya. Dia masih berduka atas kematian putra kesayangannya." Bu Rika tersenyum licik dan menenangkan putra tercintanya itu.

"Sabar! Sabar! Sudah cukup ya sabar ku ma, dari dulu aku selalu diperlakukan tak adil olehnya. Andra diberi kepercayaan memegang perusahaan induk sedangkan akau apa? Aku hanya diberi perusahaan kecil. Apalagi Andra telah mempermalukan aku." Billy tampak murka.

(Flasback)

"Apa ini kak!!?? " Andra melemparkan map kearah Billy.

" Apa?" Billy membuka map tersebut dan membacanya.

"Lihat baik-baik. Beraninya kakak menggunakan uang perusahaan." Andra menatap Billy dengan amarahnya.

"Oh, ini. Memangnya kenapa? Toh aku punya hak juga kan terhadap perusahaan yang aku pimpin?" Billy masih belum mengakui kesalahannya.

"Tidak bisa begitu dong!!! Kakak sudah mendapatkan bagian kakak kan? Kakak gak bisa dengan seenaknya menggunakan uang oprasional perusahaan. Jika sikap kak Billy seperti ini yang ada perusahaan kak Billy akan bangkrut." Andra mencoba menjelaskan tapi amarahnya masih menguasainya.

"Jangan sok pintar kamu Ndra,,, aku lebih tua dari mu. Ingat itu!!! " Suara Billy tak kalah kerasnya.

"Oh baiklah, mulai detik ini kak Billy tak lagi menjabat sebagai CEO diperusahaan itu. Aku akan mengambil alih semuanya." Andra mendekatkan wajahnya ke wajah Billy.

"Jangan seenaknya kamu Ndra, kamu gak berhak seperti itu. Itu adalah perusahaanku." Billy tampak tak terima.

"Kakak ingat, perusahaan kakak adalah cabang dari perusahaan yang aku pimpin sekarang. Masih mau bilang aku tak punya hak? Andra menatap Billy yang masih emosi dengan senyum Licik.

" Gak bisa berkata lagi kan kamu? Jangan sekali-kali kamu bilang kepada papa jika perusahaanmu sudah kuambil alih. Jika tidak aku tak segan-segan mengatakan semuanya pada papa. Aku masih mentolerir kesalahanmu ini." Andra membisikkan ditelingan Billy.

"Kamu masih bisa bekerja kok, tapi posisimu kali ini dibagian pemasaran. " Andra kemudian membuka pintu ruangan Billy dan membukanya

"Kak Billy,,, silahkan keluar dari ruangan ini, karena ruangan ini bukanlah ruangan kamu" Lanjutnya sambil memberi isyarat untuk keluar dari sana.

"Kak tunggu!!! " Andra menghentikan langkah Billy

"Untuk semuanya harap diperhatikan!!! Mulai detik ini Tuan Billy tak lagi menjabat sebagai CEO. Tapi dia akan menjadi manager pemasaran. Hanya itu dari saya, Kalian bisa melanjutkan pekerjaan kalian.! " Kata Andra kepada semua karyawan kantornya.

"Ingat kak, bekerja yang semaksimal mungkin. Jangan membuat masalah lagi, jika tidak!!! Aku tak segan-segan melempar kakak keluar dari perusahaan ini." Andra kembali membisikkan ketelinga Billy dengan senyum liciknya. Kemudian dia pergi dari ruangan itu.

Billy yang dipermalukan seperti itu marah dan sangat emosi. Dia mengeratkan gerahamnya dan tangannya mengepal.

"Bersiaplah Rafiandra Pradana. Sebentar lagi kamu akan menerima akibat dari perbuatanmu." Katanya lirih dengan penuh emosi saat Andra tak lagi didepannya.

(Flashback berakhir)

"Sayang,,, jangan bertindak gegabah atau nanti kita yang akan hancur. Tinggal sedikit lagi, kita akan menguasai semuanya." Bu Rika menatap anaknya dengan mata yang menyeramkan.

"Baiklah, rencana ibu apa? " BillyBilly, dia menatap kearah ibunya.

" Bu Rika membisikkan sesuatu ditelinga anaknya." Mata Billy langsung berbinar mendengarkan ucapan bu Rika.

"Wah,,,, bagus sekali ma ide mama,,, kita akan segera menguasai kekayaannya hahahahahaha. " Billy tertawa jahat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!