NovelToon NovelToon

Contract Marriage

Ban 1

Keluarga Sebastian sudah berada di depan rumah keluarga ku. Aku akan dijodohkan dengan anak bungsu dari keluarga tersebut.

Kakakku menggenggam tanganku agar tetap tenang dan ikhlas menerima perjodohan ini.

Aku yang berstatus dari anak keluarga Wijaya menuruni tangga dan menghampiri keluarga pria yang akan menjadi suamiku kelak.

Aku mencium punggung tangan kedua orang tua Steven dengan tersenyum manis kepada mereka.

Keluarga Sebastian tampak menyukaiku terkecuali Steven. Pria itu hanya menatap datar ke arahku.

"Ya Tuhan, dia cantik sekali," ucap Nyonya Sebastian memujiku.

"Terima kasih, Bu,"ucapku seraya tersenyum.

"Duduklah, Alina. Mereka yang akan menjadi mertuamu dan wanita yang ada di sebelah calon suamimu itu akan menjadi Kakak iparmu," ucap Nyonya Lely.

Namaku adalah Alina Saputri. Aku gadis yang begitu menyukai anak kecil. Aku selalu bertutur kata baik. Dan aku juga memiliki rambut hitam yang panjang.

Aku menatap ke arah Steven dan menundukkan kepalaku di saat pria itu memandang tajam ke arahku. Kedua keluarga meninggalkan kami di ruang tamu. Hanya keheningan yang ada diantara kami.

"Jangan pernah berharap jika aku akan mencintaimu. Menerima pernikahan ini saja, Aku terpaksa karena tidak ingin jatuh miskin." Jelas Steven yang sudah bosan dengan keheningan di antara kami.

Saat mendengar ucapan calon suamiku, hatiku terasa begitu teriris. Aku berusaha tersenyum dan tidak ingin memperlihatkan rasa sakit hatiku. Lagi pula pria itu juga tidak akan peduli,kan? Jadi aku tidak perlu memasang wajah kecewa di depannya.

"Setelah menikah kita akan membuat sebuah perjanjian. Tidak ada yang boleh mencampuri pribadi masing-masing. Dan juga tidak ada yang namanya bersentuhan secara fisik," ucap Steven dengan santainya dan menatap ke arah ku dengan tatapan tajam.

Aku hanya bisa diam dan menundukkan kepala. Steven mulai kesal karena melihatku tak merespon ucapannya. Ia mencengkram wajahku hingga memerah.

"Kau setuju atau tidak, hah! Kalau kau tidak setuju, aku akan mengatakan kepada orang tuaku untuk membatalkan perjodohan ini. Lagi pula aku juga tidak mencintaimu. Heh, Apa kau bisu?!" tegas Steven.

Steven berdiri dan akan menghampiri kedua orang tuanya yang berada di ruang keluarga. Namun, aku secepat mungkin menahan tangan calon suamiku. Tapi Aku tetap dalam posisi menundukkan kepalaku.

"A-aku... Aku setuju," ucapku singkat dan menahan kegugupan hatiku.

Pria itu langsung duduk di hadapanku yang setia menunggu jawaban darinya.

"Baiklah, setelah menikah denganku, kamu harus menandatangani kontrak perjanjian pernikahan kita," sambung Steven.

Aku hanya mengangguk. Lalu aku mengambilkan minum untuk calon suamiku.

Yang sudah menunjukkan pukul 08.00 malam. Keluarga Sebastian sudah berada di kediaman mereka. Mereka telah kembali dari kediaman rumahku.

***

Aku segera bergegas mengikuti kakakku ketika dia mengajakku untuk pergi ke toko perhiasan. Kakakku ini baru datang dari luar negeri karena ingin menghadiri pernikahan ku beberapa hari lagi.

Dia ingin memberikan ku hadiah untuk kado pernikahan ku dengan membelikan ku sebuah perhiasan mewah.

Namun ketika di dalam toko perhiasan itu, dari kejauhan tak sengaja Aku melihat siluet Steven. Aku tertegun melihatnya. Calon suamiku itu sedang memanjakan seorang gadis dan terkadang dia juga mencium pipi gadis tersebut.

Aku tidak tahu sebenarnya siapa gadis itu. Tapi mereka terlihat sangatlah begitu mesra. Dan entah mengapa membuat hatiku begitu teriris melihatnya.

"Kesayangan, ada apa? Kenapa berhenti?"

Aku terkejut saat mendengar suara kakakku. Ku tarik saja tangan kakakku agar tak melihat Steven yang sedang bersama seorang gadis dengan begitu mesranya.

"Kak, Aku lapar," rengek ku.

"Kamu lapar?" tanyanya dan dengan cepat Aku mengangguk.

"Baiklah, kita makan. Tapi Aku ingin membelikan mu perhiasan dulu."

"Tapi Aku sudah sangat kelaparan lho ini, Kak." a Aku memberengut membuat Kak Roy terkekeh.

Akhirnya kakakku ini luluh. Aku tahu jika kak Roy tidak akan pernah bisa menolak apapun yang ku inginkan. Akhirnya kami berjalan menuju cafe yang ada di dekat Mall dan langsung memesan makanan.

Namun Aku rasanya tak berselera. Aku mengajak kak Roy karena ingin menghindari bertemu dengan Steven.

Sementara otakku terus saja terpikirkan oleh Steven yang terlihat begitu mesra bersama seorang gadis tadi. Dan itu semua membuat ku sangat tidak berselera.

"Katanya lapar, kenapa tidak di makan makanannya?" Suara kak Roy menyadarkan ku.

"Ah, maaf kak. Iya Aku makan," ucap ku tersenyum terpaksa. Aku memaksa memakan makanan yang sudah kami pesan itu.

***

Hari ini adalah hari yang di nantikan oleh keluarga Sebastian dan juga keluarga Wijaya. Kedua anak mereka akan menikah di depan penghulu dan juga para tamu.

Berada di posisi ini membuat ku begitu gugup. Tapi syukurlah semuanya berjalan dengan lancar. Setelah Steven mengucapkan ijab Kabul, Aku mencium punggung tangannya pria yang kini sudah berstatus sebagai suamiku.

Entah mengapa, Aku bahagia dengan pernikahan ini. Ku tatap suamiku dan ku tampilkan senyum manis ku padanya. Namun Steven menatap ku seolah malas. Dan itu membuat ku teringat akan ucapnya beberapa hari lalu tentang dirinya yang tidak mencintai ku. Apalagi setelah ini nanti akan ada sebuah perjanjian antara kita. Tapi Aku terus berharap jika Steven tak serius dan ucapannya waktu itu.

Setelah acara pernikahan selesai, Steven membawa ku untuk tinggal di rumah pribadi miliknya.

Aku mulai melakukan tugasku sebagai seorang istri. Ku rapikan baju-baju suamiku dan ku letakkan di dalam lemari pakaian.

Namun Aku di buat terkejut saat suamiku melemparkan sebuah map coklat ke arahku.

"Cepat tandatangani! Aku sudah begitu muak melihat mu!" teriak Steven dan itu membuat ku begitu ketakutan.

Aku langsung memandangi surat perjanjian itu dan memberikannya kepada suamiku dengan perasaan hancur.

"Baiklah. Tidak akan pernah ada sentuhan fisik, Kau paham! Kita tetap akan tidur dalam satu kamar dan satu kasur yang sama. Tapi jangan pernah berani menyentuh tubuh ku!" seru Steven dan langsung keluar dari kamar.

Aku mencoba menahan rasa sakit ini sendirian. Rasanya begitu sesak mengingat sikap Steven padaku.

Ku putuskan untuk turun kebawah dan membuatkan makan malam untuk suamiku. Tapi Aku menghentikan langkahku ketika melewati ruang tengah.

Tubuhku tercekat melihat pemandangan yang membuat lutut ini seolah tak dapat menopang tubuh ini. Hatiku hancur seketika melihat suamiku yang bercumbu mesra bersama seorang gadis di depan mataku.

Tanpa sengaja gadis itu menyadari ku yang berada di sana. Gadis itu tersenyum menyeringai dan menatap ku begitu remeh. Gadis itu dengan sengaja membalas setiap ciuman dari suamiku dan memamerkannya kepada ku.

Tak kuasa melihat semua itu, Aku segera berlari menuju kamar dan menutupnya. Lutut ku melemah, air mataku sudah tak terbendung lagi.

"Kenapa terasa begitu sakit sekali? Kenapa mereka begitu tega padaku? Apa salah ku di masalalu, Tuhan?" Aku menangis mengingat yang terjadi.

Tiba-tiba Steven masuk kedalam kamar tanpa melihat ku yang sedang menangis akibat perbuatannya. Steven langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur dan tertidur pulas. Sementara Aku berdiri dan melangkah ke arah suamiku yang sudah terlelap di atas kasur.

Aku menyelimuti tubuh suamiku karena Aku tak ingin dia terganggu oleh ku.

"Apa Kamu melupakan ku, Steve? Dulu Kau pernah berjanji akan menikahiku dan akan menjagaku saat kita sudah dewasa. Secepat itukah Kau melupakan kata-katamu?" ucap ku menahan tangis.

***

Bab 2

Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Aku terbangun dan mulai memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri. Aku menyiapkan baju kerja suamiku yang akan ia kenakan nanti.

Aku mulai menyiapkan sarapan pagi dan kutunggu Suamiku di meja makan. Ketika suamiku turun ke bawah dan memakai baju yang sudah kusiapkan, membuatku begitu senang.

Namun senyumku meredup Kalau suamiku tak melihat ku dan melewatkan sarapannya. Dia langsung pergi dari sana tanpa menyapaku yang sejak tadi memberikan senyuman termanis ku padanya.

"Kamu tidak makan dulu?" tanyaku mengikuti langkah suamiku dari belakang.

"Makan saja sendiri. Aku malas makan masakkanmu. Mungkin saja Kau memberikan racun kedalam makananku," ketus suamiku.

Suamiku langsung pergi tanpa menoleh kearah ku. Luka hatiku semakin mendalam. Aku segera membereskan sarapan yang sudah tertata rapi di atas meja yang sudah ku buat dengan penuh cinta itu.

Setelah selesai, Aku melakukan pekerjaan layaknya ibu rumah tangga lainnya. Membersihkan rumah dan sebagainya.

***

Author POV

Sementara di kantor.

Seorang gadis berteriak memanggil nama kekasihnya yang baru saja turun dari mobilnya.

"Sayang!" teriak gadis tersebut.

Steven berlari dan langsung memeluk kekasihnya. Steven juga mendaratkan kecupan di bibir kekasihnya tanpa tahu malu saat karyawannya melihatnya.

"Ayo kita masuk, Sayang," ajak Steven.

"Tidak mau, sebelum Kau memenuhi janjimu," jawabnya.

Steven mengeluarkan kartu dari dompetnya dan memberikannya pada kekasihnya tersebut. Gadis itu tersenyum bahagia dan mengecup sekilas bibir Steven.

"Oke, Aku pergi. Sampai jumpa Sayang," ucap gadis tersebut dan langsung berlari kedalam mobilnya.

Steven menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Iapun melangkah masuk kedalam kantornya. Sementara para karyawan hanya geleng kepala menatap jijik pada sang atasan.

Sementara di sudut lain tempat itu, teman Steven yang juga bekerja di kantor milik Steven, menggelengkan kepala tak habis pikir dengan temannya itu.

"Steven Masih berhubungan dengan wanita mata duitan itu? Astaga, dia memang sungguh gila." Raja berdecak melihat kelakuan Steven yang ia tahu jika temannya itu sudah menikah dengan gadis bernama Alina.

"Apa dia tidak takut dengan istrinya jika mengetahui masih berhubungan dengan wanita ja.lang itu?" sambung Alfian yang juga teman Steven.

"Sudah! Jangan mencampuri urusan mereka. Lebih baik kita bekerja sekarang," ajak Nando berekspresi datar memasuki gedung yang menjadi tempat kerjanya.

Sementara Raja dan Alfian mengangguk setuju dan mengikuti Nando di belakang memasuki kantor tersebut.

***

Siang hari.

Ponsel Steven bergetar ketika sedang berada dalam meeting siang ini. Dia mengabaikan ponselnya dan meneruskan meetingnya. Ia ingin fokus pada meeting hari ini.

Ketika meeting telah selesai, Steven meraih ponsel miliknya dan menatap layar ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari sang kekasih.

Steven segera menghubungi nomor kekasihnya. Namun panggilannya selalu saja dimatikan dari seberang. Ia tahu jika kekasihnya saat ini tengah marah padanya. Pria itu bergegas keluar dari kantornya dengan terburu-buru mendatangi di mana sang kekasih saat ini.

Sementara teman-teman Steven yang melihatnya, sudah bisa menebak ke mana temannya itu pergi. Mereka hanya diam menatap kepergian Steven yang terburu-buru.

Mobil Steven berhenti di depan sebuah restoran di dekat kantornya. Pria itu langsung turun dan segera memasuki restoran tersebut.

Dari kejauhan terlihat seorang gadis sedang memberengut kesal sedang duduk di salah satu meja restoran. Steven pun menghampirinya dan memeluk Gadis itu dari belakang.

"Maafkan aku sayang. Tadi aku sedang meeting penting. Jadi aku tidak bisa menjawab telepon darimu," ucap Steven tulus dan jujur.

Gadis itu hanya diam dan mengabaikan ucapan Steven. Dari raut wajahnya Gadis itu masihlah tampak kesal.

Dimas tersenyum melihat tingkah kekasihnya. Dia tahu jurus jitu untuk menaklukkan sang kekasih. Diambilnya dompet miliknya, lalu dikeluarkannya sebuah kartu dan memberikannya kepada sang kekasih.

Raut wajah gadis itu menjadi begitu cerah ketika menerima kartu lainnya yang diberikan oleh Steven.

Gadis itu mengeluarkan kartu milik Steven yang tadi pagi diberikan kepadanya, lalu mengembalikannya kepada sang pemilik kartu.

"Kartu ini isinya cuma sedikit. Masa cuma beli beberapa perhiasan saja sudah habis," ucap gadis tersebut.

"Maafkan aku, sayang. Aku memang jarang menggunakan kartu ini. Jadi aku cuma mengisinya sedikit." Steven menjelaskan kepada sang kekasih seraya mencium keningnya.

Gadis itu tersenyum dan memeluk erat tubuh Steven. Kemudian Steven mulai duduk di samping tak kasihnya dan menatapnya dengan senyum manisnya. Senyum yang tak pernah Ia berikan kepada Alina, istrinya.

"Nah, begitu dong sayang. Jangan selalu marah-marah, nanti kau akan cepat tua dan kecantikanmu ini akan menghilang," sambung Steven.

"Steven! Sofia!" sapa seorang pria tampan yang langsung duduk di hadapan sepasang kasih tersebut.

Steven dan Sofia tersenyum saat melihat teman lamanya yang tidak pernah bertemu.

"Alka, bagaimana kabarmu? Kapan Kau kembali? Kenapa tidak mengabari kita?" Rentetan pertanyaan keluar dari mulut Steven dan Sofia pada teman lamanya.

"Hei, santai kawan. Aku sampai bingung dengan banyak pertanyaan yang kalian ajukan," ucap Alka terkekeh.

"Jawab semuanya lah," tandas Steven dengan melemparkan tawa renyahnya.

"Oke akan aku jawab. Kabarku baik, dan aku baru sampai 1 jam yang lalu. Maafkan aku tidak memberitahu kalian, karena ponselku sedang kondisi mati," jelas Alka.

"Apa kau tidak mengisi dayanya? Sungguh temanku satu ini memang sangat bodoh," rutuk Steven masih dengan tawanya.

"Eh iya, aku lupa. Sial! Kelihatannya kau dan Sofia bahagia sekali," jawab Alka.

"Jelas kita bahagia dong, memangnya kamu, bujang lapuk," sahut Sofia terkekeh.

"Dasar pasangan gila," umpat Alka menggelengkan kepalanya.

Sofia adalah nama dari kekasih Steven. Gadis itu adalah pelakor yang akan merusak pernikahan Steven dan juga Alina.

Alka belum mengetahui jika Steven telah menikah. Sebab dirinya tinggal di London dan 1 tahun terakhir ini sulit sekali untuk menghubunginya. Hanya Alka yang belum mengetahui pernikahan sahabatnya dari teman lainnya.

***

Alina POV

Aku menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Dan Suamiku belum kembali. Sungguh aku sangat cemas memikirkannya. Sedetikpun aku tak dapat memejamkan mataku. Hingga sebuah ketukan pintu membuatku segera turun dan membuka pintu depan.

Betapa terkejutnya aku saat melihat suamiku yang tak sadarkan diri karena mabuk. Saat ini dia diantar oleh kak Nando.

"Kak Nando, suamiku kenapa?" tanyaku begitu cemas. Aku langsung membantu Kak Nando menopang tubuh Suamiku.

"Biasa, mabuk sama itu perempuan sinting. Di mana kamar kalian? Biar aku mengantarkan suami gila mu ini ke sana," balas Kak Nando.

"Biar aku saja, kak. Terima kasih sudah mengantarkan suamiku pulang," ucapku.

Kak Nando menatapku begitu sendu. Dia memegang bahuku dan menatapku dengan sangat dalam.

"Apa kamu yakin bisa bertahan dengan sikap Steven yang seperti ini? Apa perlu aku memberitahu kakakmu tentang Steven yang masih menjalin hubungan dengan kekasihnya?" tanya Kak Nando sendu.

Aku membalas tatapan Kak Nando dan menggeleng kecil sebagai jawaban dari perkataannya. Kemudian Kak Nando mengusap bahuku pelan. Dia langsung meninggalkan kami menuju mobilnya dan meninggalkan pelataran rumah kami.

***

Bab 3

Aku menatap kepergian Kak Nando dalam diam. Kemudian aku segera membawa suamiku masuk ke dalam kamar.

Kubaringkan tubuh Suamiku di atas kasur, dan segera ku buka sepatu dan kaos kaki Steven dengan perlahan. Di saat aku mau membuka kencing baju suamiku, dia terbangun. Membuatku begitu terkejut, apalagi saat tangannya tiba-tiba menggenggam erat tanganku. Tentunya rasa takut mulai menghampiriku.

"Ma-maaf, Kak," ucapku dengan begitu gugup.

Suamiku hanya terdiam. Kemudian dia memelukmu dengan sangat erat lalu kembali tertidur dengan pulas. Entah dia sadar atau tidak dengan apa yang dilakukannya itu.

Aku hanya bisa diam Dan meletakkan tanganku di dada bidang milik pria yang kucintai. Tak ingin melewatkan kesempatan ini, Aku memilih untuk memanfaatkan situasi ini dan menyentuh suamiku walau hanya sebentar.

Ketika pelukan suamiku mulai melonggar, aku memilih untuk melepaskan tangannya dari tubuhku. Lagu selimuti tubuh suamiku dan menatapnya dari pinggir tempat tidur.

"Aku hanya bisa menatapmu di saat kau sedang tertidur. Istirahatlah, Kak Steven." Perlahan aku mengecup kening suamiku.

Rasa sakit yang ku rasakan akhirnya sedikit terobati ketika melihat wajah suamiku yang membuat hatiku begitu nyaman. Aku hanya bisa bersabar dan berdoa kepada sang pencipta agar pria yang sudah ku cintai selama ini dapat membalas cintaku suatu hari nanti.

***

POV author.

Matahari sudah menyinari di pagi hari ini.

Steven membuka kedua matanya dan memposisikan dirinya untuk segera duduk. Pria itu memegang kepalanya yang terasa pening karena minuman yang di berikan oleh kekasihnya waktu itu.

"Kenapa kepalaku begitu sakit sekali! Biasanya tak pernah sesakit ini. Kenapa sekarang rasanya kepalaku mau pecah?" Steven mendesis memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Tok..tok...tok...

Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar. Sebelum akhirnya seseorang yang menutupnya itu membuka kamar tersebut dan memasukinya.

Alina masuk ke dalam kamar dan membawa satu gelas susu agar alkohol yang ada di tubuh suaminya segera menghilang.

"Minumlah,agar sakit di kepalamu sedikit mereda, Kak." gadis itu berucap dengan hati-hati.

Stefan hanya terdiam menatap Alina yang menyodorkan satu gelas susu ke arahnya.

Steven mengambil gelas berisi susu itu dan langsung melemparnya ke dinding.

"Sudah pernah ku katakan bahwa Aku tidak memakan ataupun meminum apapun yang Kau berikan padaku! Apa Kau ini bodoh karena tak mengerti apa yang ku ucapkan waktu itu?!" Steven berteriak membuat Alina ketakutan.

Stefan mencoba untuk berdiri namun begitu kesulitan. Sebab kepalanya terasa begitu sakit.

Namun ketika Alina melihat Steven yang hampir terjatuh, ia merasa begitu kasihan.

"Aku bantu ya, Kak?" Alina memegang tangan Steven.

Namun reaksi pria itu malah begitu kasar. Dia menepis tangan Alina hingga gadis itu terjatuh. Tangannya terluka saat terkena pecahan gelas yang belum sempat di bersihkan olehnya.

"Aww," rintih Alina.

"Aku sudah mengatakan jangan pernah menyentuh ku! Apa Kau tidak membaca surat kontrak, huh!" tegas Steven dengan marah. Dia masih berusaha untuk berdiri.

Alina menunduk menahan tangisnya. Tak pernah ada orang yang membentak dirinya selama ini. Bahkan kedua orang tuanya, bahkan sang kakak tak pernah sekalipun membentak gadis tersebut.

Steven masih berusaha untuk berdiri dari tempatnya. Namun tetap saja pria itu selalu terjatuh ke atas kasur.

Melihat Alina yang masih menunduk, Steven tiba-tiba melemparkan bantal kepada Alina, membuat sang gadis terlonjak terkejut.

"Cepat bantu Aku ke kamar mandi! Aku sudah tidak tahan lagi!" Akhirnya Steven mau tak mau menyuruh istrinya untuk membantunya.

Alina langsung beringsut dari tempatnya. Gadis itu berdiri dan secepat kilat membantu suaminya berjalan menuju ke kamar mandi.

Steven menutup pintu kamar mandi dengan begitu kasar. Membuat Alina kembali terlonjak. Gadis itu tepat berada di depan pintu kamar mandi.

Alina memutuskan untuk membersihkan lukanya sebelum Steven memanggilnya kembali.

"Alina!" teriak Steven saat ini yang sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi.

Melihat sang gadis yang tidak ada di kamarnya, pria itu menjadi begitu kesal. Hingga tatapannya tertuju pada bercak darah yang terdapat di lantai.

"Apa gadis itu terluka?" gumamnya.

Kemudian dia melihat Alina yang kini kembali memasuki kamar. Pria itu hanya terdiam menatapnya.

Sementara Alina yang melihat suaminya berada di depan pintu kamar mandi dengan menyenderkan kepalanya di pinggir pintu, dia langsung bergegas mendekat dan membantu Steven menuntunnya duduk di sofa kamarnya.

"Bantu Aku mengganti pakaian ku," ucap Steven. Namun kali ini terdengar lebih lembut.

Ini kali pertamanya pria itu berkata lembut kepada Alina, membuat gadis itu sedikit bahagia dan langsung membantu suaminya memakai pakaiannya.

Alina mulai mengancingkan satu persatu kancing baju yang ia kenakan pada suaminya. Sementara Steven, pria itu hanya diam memperhatikan wajah cantik yang dimiliki oleh gadis yang menjadi istrinya itu.

Entah mengapa, Steven merasa tak asing dengan wajah Alina. Ia merasa seperti pernah bertemu dengan wajah tersebut. Namun Steven lupa pernah bertemu dimana.

'Kenapa wajahnya seperti tidak asing?' batin Steven.

"Sudah selesai," ucap Alina.

Steven tersadar dari lamunannya manakala mendengar ucapan Alina. Pria itu mencoba berdiri untuk mengenakan celananya. Namun badannya masih terasa begitu lemah.

"Sial! Sebenarnya alkohol apa yang Sofi berikan padaku? Kenapa tubuhku malah lemah seperti ini?" umpatnya pelan.

"A-aku akan membantumu jika kakak tidak keberatan," tawar Alina.

Mau tak mau Steven menerima tawaran dari istrinya. Dia pun menganggukan kepalanya.

Mendapatkan persetujuan dari sang suami, Alina dengan cekatan membantunya memakaikan celana untuk suaminya.

Perlahan Alina melepaskan handuk yang melilit di pinggang suaminya. Pipinya memerah saat melihat pemandangan yang tidak pernah di lihatnya. Gadis itu langsung menutup matanya, pipinya menjadi memerah. Namun tangannya masih setia membantu memakaikan celana tersebut untuk sang suami.

Steven menahan senyumnya ketika melihat tingkah Alina. Setelah selesai, ia menyuruh Alina kembali membantunya untuk keluar kamar.

Alina dengan senang membantu suaminya yang saat ini sangat membutuhkan bantuannya itu.

Ketika berjalan menuju ruang tengah, perut Steven berbunyi. Pria itu merasa begitu lapar. Dan itu membuatnya begitu malu.

Alina tersenyum melihatnya. Lalu dia menawarkan untuk membuatkan suaminya makanan.

"Aku buatkan sarapan untuk Kak Steve ya?" tawar Alina.

"Baiklah, karena perutku sedang lapar, jadi Kau boleh membuatkanku sarapan," ucap Steven.

Alina tersenyum. Ia membantu suaminya untuk duduk di kursi ruang makan. Kemudian Alina mulai membuatkan sarapan untuk suaminya.

Alina akan membuatkan nasi goreng telur untuk Steven. Karena makanan itu yang paling mudah dan cepat saat ini. Ia tak ingin suaminya kelaparan.

Steve memperhatikan sang istri yang dengan cekatan berkutat dengan masakannya. Pria itu menarik sudut bibirnya ke atas.

Tak berapa lama kemudian, nasi goreng telur buatan Alina telah matang. Ia segera membawanya ke hadapan suaminya.

"Hanya ini makanan tercepat yang bisa di masak. Tidak apa-apa kan, Kak?"

"Nasi goreng ini sudah cukup untukku. Yang penting bisa mengisi perut," jawab Steve.

Pria itu mulai menyantap makanan di hadapannya. Tampak Steven suka dengan masakan yang di buat oleh istrinya itu.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!