NovelToon NovelToon

Kesatria Eldania S2

00

...Era dimana manusia, dewa, iblis, monster, berjalan sesuai dengan takdir keberadaan mereka...

...____________________________________________...

Rambut pirang tersebut, kini sepenuhnya sudah basah.

Awan kelabu yang menghiasi langit, merubah lautan yang awalnya menampilkan sebuah keindahan yang menakjubkan untuk mata yang memandang, kini berubah menjadi pemandangan yang mengerikan.

Sebuah pertunjukkan yang begitu ganas, tidak membuat orang ini pergi meninggalkan tempat ia duduk itu.

Badai yang lebat ini pun mengguyur lautan luas itu.

ZRASHHHH...........

ZRASHHH............

ZRASHHH...........

Hujan yang begitu amat deras, lalu disertai kilatan demi kilatan yang disusul dengan dentuman keras dari petir menjadi pengisi situasi saat itu.

Tidak ada jeda yang lama untuk menghasilkan petir berikutnya dan berikutnya...

JDERR............

Deburan ombak yang begitu besar juga kasar akhirnya menemui sang penghalang, menerjang sebuah batu tebing yang tinggi, membuat gelombang dari air laut tersebut seketika itu juga pecah. Hal itu sukses menciptakan sebuah

Cipratan air yang meninggi, sampai pada akhirnya menerpa tubuh dari pria ini.

Air hujan yang mengguyur dari ujung kepala lalu mengalir menyusuri wajahnya dan berakhir ke ujung dagu dengan sebuah tetesan.

TES........

TES........

TES........

JDERRR...........

Seakan langit pun tahu.

Bahwa sekarang saatnya untuk menangis.

Mata yang awalnya terpejam itu perlahan membuka kelopak matanya. Menampilkan siluet dari iris mata berwarna merah dengan dengan bentuk layaknya mata reptil.

Tatapan matanya yang sendu, terpaku pada seseorang yang sedang ia pangku di atas kedua pahanya.

Seseorang yang selalu menyembunyikan separuh wajahnya dengan selembar cadar tipis berwarna coklat yang senada dengan warna rambutnya.

Lingkar kepala yang terhias oleh sebuah ikat kepala berwarna merah, kerudung putih yang menutupi ujung kepalanya hingga belakang punggungnya.

Dan dimana sebuah gaun berwarna hijau tua, yang mana satu lengan bagian kiri memiliki lengan panjang dan di bagian kanan memperlihatkan bahu nya yang putih bersih.

Tapi kulit yang semula putih itu perlahan menjadi pucat.

Gaun yang biasanya melekat dengan sebuah keindahan di tubuhnya, kini.......sudah ternodai oleh darah berwarna merah segar di bagian perut.

Wanita dari pemilik rambut berwarna coklat yang memiliki ketaatan yang melebihi dirinya.

Kini..........

Mulut yang selalu mewakili keterdiaman-nya ketika malas bicara.

Ocehan perintah dan saran tegas yang selalu diutarakan oleh wanita ini, membuat pria sebagai pemilik jabatan tertinggi ini tidak bisa melawan ucapannya.

Dia......

Si pemilik bibir mungil yang selalu terhias oleh sebuah senyuman yang cantik dan memukau.

Dan wanita pemilik dari sepasang mata coklat yang menawan itu, akhirnya sudah tidak akan dapat dia lihat lagi.

Wanita di pangkuannya benar-benar sudah terlelap tidur, menutup mata untuk selama-lamanya.

Tapi........

Kapan terakhir dia melihat wajah di balik cadarnya ini?

Sejak kapan dan kenapa?

Tangan pria ini yang hendak membuka cadar tipis itu pun terhenti di udara. Sekalipun samar-samar dengan wajah aslinya, tapi....

Hatinya ternyata tetap tidak mengizinkan untuk membuka cadar itu, karena sama saja melukai kehormatan wanita ini.

Pria ini akhirnya menghentikan niatnya itu, sampai pada akhirnya dia hanya menarik tangannya lagi sambil mengepalkan tangannya dengan erat.

Jadi, dia pun hanya memandangnya terus dalam diam.

Karena ini adalah pertemuan untuk terakhir kalinya, juga merupakan perpisahan di antara mereka berdua.

ZRASHHH..............

ZRASHHHH...........

ZRASHHHH.........

Pria bersurai emas ini kemudian mendongak ke atas, menatap gumpalan awan kelabu yang berada di atas kepalanya.

Wajahnya yang diterpa langsung oleh hujan yang lebat. Gemuruh petir yang tiada henti, ombak besar tak habis-habisnya menerjang tebing dari batu karang, yang akhirnya menciptakan keributan yang teramat sangat berisik.

Inikah yang namanya alam mengikuti kesedihan yang dialaminya?

Lalu bibir itu bergerak, mengucapkan untaian kalimat pendek. Ucapan terakhir untuk wanita yang tidak akan pernah bisa dia lupakan itu.

" ...-...-...-...-...-...-...-.... "

Disinilah, tempat terakhir untuk pertemuannya dengan wanita yang selama ini berada di sisinya.

Kenangan terakhir ini tidak akan lama lagi akan berubah menjadi sebuah masa lalu, masa lalu yang terus tertimbun waktu demi waktu tiada henti.

Sekaligus akan menjadi waktu yang teramat sangat panjang untuk pria ini.

I

I

I

I

Membuka telapak tangannya yang berlumur darah.

Tangan yang awalnya ternodai oleh darah milik wanita itu, kini perlahan sudah bersih terbilas air hujan itu sendiri.

Pria ini, kini sudah berdiri.

Dia berdiri di pinggir tebing dan mulai memandang sebuah cakrawala yang bisa ia pandang dengan kedua matanya sendiri.

Mulai saat ini, wanita itu sudah tidak akan ada lagi.

Di detik ini, jalan hidupnya akan ia tempa sendiri...

Yah.....

Sendirian.

Di Bawah terpaan hujan lebat yang terus mengguyur wilayah kekuasaannya, meski matanya tidak menangis tapi hujan inilah...alam ini yang menggantikannya menangis atas kepergiannya.

Banyak yang merasa kehilangan atas kepergiannya, tapi hanya dirinya seorang yang bisa berada di sisi wanita ini setelah tubuh wanita ini sudah tidak berisi nyawa lagi.

Dan hanya dia seorang yang bisa membawanya ke tempat ini, sebagai pesan dari impian wanita yang belum terwujud itu.

Impian bisa melihat laut bersama dengannya.

Meski memang terlambat, pria ini akhirnya tetap berusaha untuk mengabulkan permintaan kecil tersebut, walau pada akhirnya mata cantik itu sudah terlambat untuk menyaksikan keindahan dari laut yang selama ini di idam-idamkan.

Hasilnya apa?

Setidaknya...

Wanita ini, akhirnya bisa pergi dengan ketenangan karena sudah sukses menyelesaikan tugas terakhir, sebagaimana mestinya wanita ini bertugas dan tak lain adalah karena melindungi kehormatan pria ini.

Sebagai satu-satunya wanita yang selalu berdiri di sampingnya yang berani ikut mengemban tugas berat demi membantu pekerjaannya sebagai penguasa tanah ini.

Ocehan perintah yang selalu tegas dan membuat pria ini tidak bisa melawan ketegasan atas ketaatan dari wanita ini, meski dianya memiliki status di bawahnya, semuanya ikut menghilang karena kepergiannya.

Dan bagaimana untuk kedepannya?

Untuk kedepannya, tidak akan ada satu orang pun yang bisa menggantikan posisi dari wanita ini.

Hanya ada satu hal yang salah.

Wanita itu pada akhirnya meninggalkan bekas di pikiran serta hati untuknya.

Apakah semua itu adil?

Dia sudah pergi, tapi beraninya meninggalkan pesan terakhir yang tidak terduga itu.

Wanita itu pergi meninggalkan satu hal, hal yang tidak akan pernah pria ini balas karena dia sudah tiada untuk selamanya.

ZRASHHH.........

ZRASHHH..........

Jadi apa yang harus dia lakukan dengan hati yang sudah dibuat berlubang oleh wanita itu?

Sebuah keputusan mustahil, itulah yang akan dia lakukan, yang tak lain adalah menunggu.

Bertahan dan menjalani hidupnya sampai melebihi umurnya.

Mengarungi waktu demi waktu, hanya untuk mendapatkan kepastian dan membalas apa yang sudah diperbuat wanita itu selama ini.

Tapi.................

Sampai berapa lama?

l

l

l

l

Kelopak matanya yang perlahan terbuka itu, akhirnya menampilkan mata reptil berwarna merah.

SYUHHHH..............

Aroma asin itu kini tercium jelas oleh indera penciumannya, meninggalkan bekas akan masa lalu yang sudah lama berlalu ditelan waktu.

Angin kencang  segera menerpa tubuhnya, membuat surai emas itu menari mengikuti gerak angin yang datang. Jubah kain merah yang melekat di pinggangnya pun ikut berkibar.

Ini seperti masa lalunya.

Itulah kenapa dia beberapa kali datang ke sini, itu semua demi mendapatkan bekas luka masa lalunya lagi.

Dia berusaha untuk terus mengingat alasan kenapa sampai sekarang dirinya masih hidup dan bisa berdiri di sini.

Pria ini berdiri di pinggir tebing dan keberadaannya pun sudah menjadi fakta nyata, bahwa dia adalah pria yang mempunyai pesona orang bermartabat meski hanya berdiri saja.

Tapi.

Meski begitu tidak dengan tatapan matanya.

Siluet mata merah yang dingin itu sebenarnya menampilkan kilatan dari masa lalu, membuat tangannya tiba-tiba menerima sebuah kalung kristal berwarna biru yang keluar dari cahaya emas yang merupakan kekuatan miliknya.

Ekspresinya berubah datar saat menatap kalung itu, yang bisa tahu apa yang sedang di pikirannya hanya dirinya seorang.

Menggantikan bibir yang awalnya terdiam rapat dengan sebuah seringaian tipis mencibir, lalu menggenggam erat kalung itu.

"Memanggil rohnya ke dunia ini sebelum......kesempatan terakhir ini berakhir begitu saja. Pada akhirnya, kami hanyalah pion di atas papan caturnya. Sungguh permainan dewa yang menyebalkan." Pria ini berkata dengan sebuah cibiran.

Detik-detik waktu yang sulit pada akhirnya sudah dilewati dan hasilnya adalah kini keberadaannya sudah ada di dunia yang sama dengannya.

Setelah selesai dengan keperluannya, dia pun berbalik melangkah menjauhi tebing itu dan kemudian menghilang dengan sangat senyap bagai ikut masuk ke dalam kabut yang pelan-pelan datang.

...__________________...

...Takdir akan kenyataan pahit yang membuat mereka berdua terpisah sekian lama akhirnya berakhir....

...Dan keberadaan masa lalu membuat mereka berada sampai di titik ini, itu juga merupakan takdir yang sudah diputuskan oleh langit....

...Sebuah kisah masa lalu dan masa kini....

...Kisah yang terukir di dunia penuh dengan cerita mereka....

01 : Eldania : Masa lalu

...Empat tahun yang lalu....

...Kehidupan sebelumnya....

...Saat malam yang gelap jauh lebih biru dari yang sekarang....

Di bawah langit malam, kegelapan hutan tidak lebih mengerikan ketimbang kehadiran derap suara langkah orang-orang yang terus berlari.

Suara tembakan demi tembakan tidak pernah lepas dari kehadiran mereka yang terus berusaha untuk mengejar seseorang di depan jauh sana.

Jika hari ini adalah siang hari, maka terlihat sudah bahwa sekelompok orang yang terdiri dari puluhan pria ini memakai setelan celana dan jas berwarna hitam. Tetapi apa yang di bawa di tangan masing-masing dari orang ini tidak lain adalah pistol.

Sampai akhirnya, suara tembakan kembali terdengar.

DORRR......!

Peluru yang keluar dengan melesat sangat cepat justru hanya mengenai salah satu batang pohon yang dijadikan tempat berlindung dari orang yang sedang mereka kejar.

Seakan itu adalah tembakan peringatan bahwa orang yang dijadikan target perburuan mereka malam ini untuk segera berhenti.

"Alinda!" Panggil pria ini dengan sedikit lantang.

Setelah keluar dari bayangan hitam dari deretan pohon, pria tinggi dengan tubuh dibalut sebuah mantel hitam ini, dia terus berjalan ke depan dan berhenti tepat di jarak kurang dari dua puluh meter dari satu-satunya orang yang menjadi alasannya berada di dalam hutan ini. Seseorang yang kini sedang berdiri di balik pohon jauh di depan sana.

Sedangkan pemilik dari nama ini segera menjeling ke samping kanan belakang dan bertanya. "Ada apa?" dengan kedua tangan sudah bersiap dengan pistolnya sendiri.

"Setelah sekian lama tidak menerima kabar darimu, akhirnya kita bertemu. Alinda......ada satu pertanyaan yang terus menggangguku, apa alasanmu keluar dari organisasi? Apa kau tahu, aku masuk juga karenamu, tapi kenapa kau tiba-tiba keluar?" Tanya pria muda awal dua puluh tahunan ini kepada seorang wanita yang masih bersikap siaga di balik pohon sana.

Sepuluh orang pria lainnya hanya berdiam diri memberikan waktu laki-laki yang statusnya lebih tinggi dari mereka ini berbicara pada wanita yang bersangkutan. Namun tangan mereka tidak pernah lepas dari memegang senjata mereka.

"Kau tanya karena penasaran?" tanya Alinda dengan keringat sudah mulai membanjiri wajah lelahnya.

Apa alasan mereka termasuk satu pria itu datang dan mengejar-ngejarnya?

Apa lagi kalau bukan mereka sedang mengejar seorang buronan. Dan itu adalah dia sendiri....

Alinda.

Maka dari itu bagi Alinda hari ini adalah hari yang cukup sial. Padahal hari ini adalah hari di mana dia sedang mengikuti outdoor training, tapi siapa yang menyangka bahwa deretan orang-orang yang sedang berdiri di belakangnya itu adalah orang-orang yang sebenarnya harus dihindari.

Karena mereka semua berasal dari satu organisasi yaitu mafia.

Dan Alinda?

Dia hanyalah seorang gadis yang baru menginjak umur sembilan belas tahun, dia sedang mengikuti outdoor training karena sekarang dia baru saja masuk dalam organisasi pemerintah, yaitu militer angkatan darat.

Tetapi siapa yang akan mengira bahwa sebenarnya Alinda adalah satu-satunya orang yang memiliki latar belakang paling gelap di antara mereka semua. Namun sekarang, dia hanyalah seorang mantan mafia dari organisasi yang biasa bergerak di malam hari itu.

Tetapi hari ini dia sedang bernasib buruk.

Orang-orang ini sekarang sudah berhasil menemukan dia setelah satu tahun ini berhasil sembunyi dengan baik. Tapi sebaik-baiknya Alinda sembunyi dan menghindari pengawasan dari mereka serta mantan bos-nya, ia sudah tahu bahwa suatu saat pasti akan ada momen di mana dia akan ketahuan juga.

Dan itu adalah hari ini.

Sedangkan pria muda si pemilik rambut pirang dengan iris mata biru itu adalah hanya salah satu di antara beberapa orang yang pernah Alinda selamatkan dari beberapa kasus yang pernah Alinda tangani sendiri. Dan pria ini sekarang ada di sini juga tidak lain sebab perintah dari bos-nya.

"Tentu saja."

Alinda melihat wajah pria itu sedang diliputi rasa penasaran, membuatnya mau tidak mau harus menjawab.

"Aku keluar dari sana, cuma karena ingin." jawab Alinda singkat membuat pria itu terdiam sejenak. "Sekalipun bos memerintahmu untuk menyeretku dengan paksa karena dulu kau adalah orang yang paling dekat denganku, aku akan tetap dengan pendirianku. Apa ada yang salah jika aku tiba-tiba keluar? Jadi tidak perlu mengatakan kau masuk karena ku, seolah aku yang menyuruhmu ikut masuk menjadi seorang mafia. Atau aku yang salah mengira, kau tiba-tiba masuk demi mengikutiku karena satu alasan lain?"

" ................ " Pria ini terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Benar. Sebenarnya aku masuk sebab aku ingin bisa bersamamu karena aku menyukaimu. Tapi belum satu tahun aku bekerja di sana, kau tiba-tiba keluar" Pungkas pria ini dengan cepat. Sebuah ekspresi serius ditunjukkan dari wajah tampannya.

[Blak-blakan sekali dia.] Hal itu membuat Alinda menghela nafas sejenak, dia berusaha mengatur pikirannya dan kembali menjawab. " ..................., Ernald, itu hakmu. Seseorang punya hak untuk menyukai orang yang disukainya. Tapi rasa sukamu padaku itu terasa seperti dia. " Lalu Alinda menjeling ke arah Ernald lagi. "Bos menyukaiku karena aku adalah orang bisa dimanfaatkan dengan sangat baik. Dan kamu, menyukaiku adalah bentuk dari rasa tertarik seorang pria yang suka wanita, memang sih.......terdengar ada perbedaan, tapi......aku tidak punya perasaan yang sama denganmu. Sebab semua perasaan ini terus menganggap bahwa tujuan pria itu sama saja, manfaat dan memanfaatkan.  Apa jawabanku memuaskan rasa penasaranmu?" 

Tidak ada yang tidak pernah dia rasakan dan dia lihat. Semua hal yang berhubungan antara pria dan wanita yang saling menyukai, Alinda mengetahuinya dengan jelas.

Baginya, pria adalah keberadaan yang melengkapi dari keberadaan seorang wanita. Tetapi di dunia ini, di zaman seperti ini kata 'Menyukai' tidak lebih dari sebuah obsesi belaka.

Itulah kenyataan dari sudut pandang perempuan ini.

"Tuan." satu panggilan dari salah satu orang di sekitarnya segera menarik segala pemikiran pria yang di panggil tuan dan di panggil Ernald oleh Alinda.

"....................., jadi begitu ya?" sepasang matanya sekilas berubah menjadi sendu. sambil menatap gadis di depan sana, Ernald memberikan senyuman tipis yang bahkan hampir seperti tidak ada senyuman, karena langsung menghilang begitu saja.

" ...................." Membuat mereka berdua akhirnya melakukan kontak mata untuk beberapa waktu yang sangat singkat itu.

"Aku cukup puas, bisa mendengarnya langsung darimu. Dan puas rasanya........mengetahui sudut pandangmu tentangku" Kata Ernald lagi.

Namun ekspresi wajah apa yang bisa diberikan Ernald kepada perempuan ini, tidak lain adalah wajah sedih penuh dengan rasa kecewa. [Apa aku salah?] batin Alinda.

Menyembunyikan kembali tubuhnya dari balik pohon, di saat itulah ketika salah satu tangan Ernald terangkat semua anak buahnya kembali beraksi.

"Tangkap dia." Perintah Ernald dengan sorotan mata yang seolah terus tenggelam dalam kegelapan, wajah dinginnya pun menjadi jawabannya. Mau tidak mau melanjutkan tugasnya yang tadi sempat tertunda karena sebuah perbincangan.

"................!" Mendengar sebuah perintah untuk menangkapnya, Alinda sontak langsung kembali berlari ke depan. Dengan tangan kanan diarahkan ke belakang, ujung jari telunjuknya langsung menekan pemicunya.

DORR.....!

Hutan yang biasanya dalam posisi hening, untuk malam ini, ada yang berbeda.

Hutan lebat itu akhirnya diisi dengan berbagai suara.

Dari tembakan, suara langkah kaki yang banyak, teriakan yang memilukan, serta burung gagak yang sudah bersiap di tempatnya untuk menyambut kedatangan mangsa mereka yang satu-persatu tumbang hanya gara-gara satu orang gadis.

Kian waktu berlalu mereka semakin masuk lebih dalam.

"Kalian semua cukup gigih juga." gumam Alinda. Dia terus berlari untuk menghindari mereka semua. Sekalipun sadar bahwa hanya dengan berlari tidak akan mungkin membuatnya terus bertahan, maka tidak ada pilihan lain Alinda jadi terpaksa menumbangkan satu per satu dari mereka.

DORRR.......

DORRR.......

"Akh....!" Dari sepuluh orang pria yang sedang mengejar gadis itu, di antaranya sudah berhasil dilumpuhkan dengan menembak antara kaki maupun bahu si korban.

Pada akhirnya dia tetap mengotori kedua tangannya.

Alinda mengetahui itu, tapi karena insting dari seorang manusia yang ingin bertahan maka hasilnya adalah ini.

Kedua tangannya terus refleks bergerak untuk melawan musuh yang kiranya cukup mengancam.

[Bagus, tapi mereka tetap saja masih banyak.] pikir Alinda. Sekalipun tidak melihat ke belakang lagi, dia tetap tahu bahwa jumlah orang yang mengejarnya masih saja banyak. Makin lama jika seperti itu terus maka dia sendiri akan terpojok.

Maka dari itu untuk sesaat niatnya adalah ingin berhenti dan melawannya satu per satu sampai tuntas.

Tapi si Ernald.......

Ketika Alinda mendongak ke atas, entah sejak kapan pria itu sudah berada di atas pohon tepat di atas kepalanya.

".....................!" mendapatkan sebuah bahaya, otomatis tangannya dia arah kan ke atas dan sebuah tembakan kembali terjadi.

DORR......

Tetapi Ernald lebih dulu dapat menghindari pelurunya, sekalipun di dalam hutan adalah area yang gelap. Dan Ernald yang lebih cepat, segera turun menerjang ke arahnya.

Sontak Alinda segera berjalan mundur.

"........................., pada akhirnya kamu masih dengan mudah melukai orang lain." Tiba-tiba Ernald angkat suara.

DEG...............

Dengan senyuman getir Alinda menjawab. "Aku tahu. Itu terpaksa sebagai reaksi pertahanan diri."

"Memang." Ernald memejamkan matanya sesaat dan kembali menjawab. "Tapi kamu salah mengartikan satu hal. Itu bukan tindakan yang dilakukan karena terpaksa, tapi itu adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging. Kebiasaanmu tidak akan hilang dengan mudah Alinda, sampai...........kapan pun." Ucap Ernald dengan akhir kalimat yang cukup lirih. Namun kalimatnya tetap berhasil sampai di telinga yang bersangkutan. "Sekalipun menahan diri, kebiasaanmu untuk melukai orang tidak akan pernah menghilang dari dirimu, karena itulah jati dirimu." Peringat Ernald kembali.

"................., kalau kebiasaanku memang tidak bisa dihilangkan, aku hanya perlu menggunakan kebiasaan itu untuk hal lain yang lebih jelas dan bermanfaat." Jelas Alinda.

Dari awal dia sudah bertekad untuk keluar dari organisasi yang gelap itu karena ada satu alasan yang sebenarnya dia miliki. Itu karena seseorang berhasil memberikan cahaya kepadanya.

Dan jika memang kebiasaannya dalam melukai maupun membunuh tidak bisa di hilangkan, dia hanya perlu mencari alasan yang tepat dari tindakannya.

Apakah tindakannya berdasarkan niat untuk sebuah kebaikan atau untuk kejahatan?

Hanya itulah pedomannya untuk Alinda saat ini.

".................." Ernald sejujurnya tertegun dengan jawaban yang diucapkan oleh Alinda. Jadi pada akhirnya Ernald tidak bisa membuat perempuan ini merubah pikirannya di kala perempuan ini punya masa-masa yang gelap. "Aku memang salah. Seharusnya waktu itu aku mengulurkan tanganku untuk membawamu keluar, bukan mengikutimu masuk ke dalam dunia yang gelap dan menyuruhmu kembali ke dalam organisasi ini."

Ernald juga memiliki satu kesalahan. Dari awal, dia harusnya menarik keluar perempuan ini dari dunia gelap dari organisasi mafia, bukannya ikut masuk ke dalam organisasi dan ketika tahu Alinda keluar, Ernald menyuruhnya masuk kembali.

"Hidup memang penuh dengan keegoisan. Tapi Alinda, aku tidak bisa menentang perintah bos. Kembalilah selagi aku masih bicara baik-baik." tawar Ernald lagi sambil mengulurkan tangannya ke arah Alinda.

Tetapi tanpa perlu pikir panjang, Alinda menolaknya dengan cara menodongkan pistolnya ke depan Ernald.

"Jawabanku tetap sama. Apapun cara yang akan kau lakukan, lakukan saja Ernald. Tidak perlu sungkan." Kata Alinda.

" ..................." Ernald yang sudah mendapatkan sebuah kepastian dari tindakan dan sorotan mata serta dari jawabannya Alinda, Ernald pun mau tidak mau pada akhirnya menggunakan cara kasar.

02 : Eldania

Suara dari pukulan, tembakan, terdengar dari dalam hutan. Dua orang ini saling beradu kekuatan karena tekad masing-masing.

"Alinda.......aku mohon padamu. Aku benar-benar tidak mau melukaimu." Pinta Ernald di sela-sela pertarungannya, dengan perempuan bernama Alinda ini.

Ernald yang sudah melepaskan dasinya, dia gunakan untuk melilit pistol yang ada di tangan Alinda, lalu menariknya.

Mendapati pistolnya sudah terlepas dari tangannya, Alinda melompat mundur, sembari menjawab ucapannya Ernald yang terlihat sungkan dalam bertarung dengannya. "Kalau tidak mau melukaiku, biarkan aku pergi."

"Itu juga tidak bisa." Ernald merasa menyerah jika sudah berhadapan dengan satu-satunya perempuan yang dia sukai justru menjadi alasannya tidak mau membiarkannya pergi lagi dan malam ini harus dia dapatkan.

Kalau tujuan sebenarnya adalah membawa perempuan ini kembali ke dalam pangkuannya Bos-nya, namun yang lebih penting lagi dalam diri Ernald, tujuannya terus membujuknya adalah, dia ingin perempuan ini tidak mengambil langkah dengan resiko besar itu.

Kenapa?

Sebab sang Bos, pasti akan melakukan banyak hal demi mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Ernald, kau terlalu lembek." Hingga satu suara segera menyapa mereka semua.

Alinda yang sudah mengenali siapa pemilik dari suara barusan, selagi Ernald teralihkan dengan orang yang ada di belakangnya, Alinda langsung mengambil langkah lebar.

Dia kembali berlari menuju satu-satunya tempat paling berbahaya yaitu jurang.

[Kenapa dia di sini juga? Rudolf.] Alinda merasa terancam dengan kehadirannya. Satu masalahnya di sini dia sudah membuang segala tenaganya dari pagi untuk mengikuti outdoor training, tapi di malam harinya dia diberikan main kejar-kejaran oleh mereka dan sempat bertarung dengan Ernald.

Walaupun sementara, tapi tidak akan mendapatkan keuntungan jika bertarung juga dengan lelaki bernama Rudolf.

Tepat di jarak kurang dari lima belas meter Alinda langsung bersiul keras. Dia benar-benar harus menghindar pria itu, di saat-saat seperti ini. Itulah yang dipikirkan oleh Alinda.

Tak berapa lama Alinda akhirnya disambut oleh dua ekor burung elang yang cukup besar.

KWAKK..........

Di detik langkah terakhirnya menginjak tanah Alinda langsung melompat ke dalam jurang sedalam lima puluh meter itu. Namun dari dua ekor burung itu salah satunya langsung menangkap tangan Alinda dan sukses membuat Alinda ikut terbang bersama mereka.

Dia melakukannya demi menghindari pria itu.

Sebab jika Alinda adalah tangan kanan mantan bos-nya satu tahun lalu dan Rudolf saat itu adalah tangan kiri bos-nya, sudah ada kemungkinan kalau sekarang lelaki itu sudah mengambil posisinya menjadi tangan kanan Bos Devon.

Walaupun dari wajahnya terlihat seperti orang yang pendiam, namun jangan salah sangka. Dia adalah pria yang sama seperti dirinya yang akan melakukan hal ekstrim demi mendapatkan apa yang diinginkan bos-nya.

Ketika menoleh ke belakang di saat tubuhnya sedang dibawa terbang oleh burung peliharaannya itu, dia segera melihat dua orang itu. Ernald dan Rudolf segera berhenti di ujung tebing sambil melihat ke arahnya.

"Jika mau memburu rubah betina jangan lakukan dengan setengah-setengah." Ucap Rudolf memperingatkan Ernald.

"Apa yang akan kau lakukan?." Ernald merasa tersinggung dengan ucapan Rudolf yang menyebut Alinda sebagai rubah betina. Dan merasa ikut terancam sekaligus janggal dengan kehadiran pria pendiam ini.

"Aku sudah tahu, kau sudah menanamkan pelacak pada tubuhnya. Tapi yang bos Devon inginkan adalah malam ini dia harus dibawa kembali. Jadi..........." Sengaja menggantungkan kalimatnya, Rudolf segera mengulurkan tangan kanannya ke belakang. "Berikan itu." pinta pria ini kepada anak buahnya yang berdiri di belakangnya.

Ketika Ernald melirik ke belakang, seketika matanya membulat lebar. Sebuah senjata cukup besar, sudah ada di tangan Rudolf. "Rudal stinger?!."

"Jika dia terbang, maka tinggal patahkan sayapnya." Ucap Rudolf, langsung memikul senjatanya di atas bahu sebelah kanan. Rudolf tidak ambil pusing lagi dengan keputusannya itu.

"Kau akan membunuhnya!" Pekik Ernald. Saat ingin merebut senjata itu dia justru dihalang oleh anak buahnya dengan mengunci kedua tangannya dan kedua kakinya sampai akhirnya tubuh Ernald terjatuh ke tanah dan tubuhnya ditindih oleh mereka berempat.

BRUGHH...........

Rudolf tanpa basa-basi mengatur posisinya agar tepat sasaran pada target yang sedang diincarnya.

"Rudolf!" Panggil Ernald. Tapi Rudolf tidak mempedulikan namanya dipanggil dengan lantang seperti itu karena sekarang...

"Tenang saja, aku sudah memodifikasinya agar ledakannya tidak begitu besar." Sela Rudolf di detik itu juga.

KLIK.........

Tepat di ucapan terakhirnya itu Rudolf menarik pemicu-nya dan rudal itu langsung melesat terbang ke angkasa menuju di mana tiga makhluk hidup yang sedang terbang bebas di atas hutan di depan sana.

"Alinda!" Ernald berteriak frustasi dengan keputusan gila dari Rudolf.

Mematahkan sayap burung? Dengan senjata sebesar itu justru hasilnya akan membunuh mereka bertiga!

Alinda yang menemukan sesuatu sedang melesat dengan cepat ke arahnya hanya memberikan senyuman tipis. Walaupun tidak akan ada yang melihat senyuman itu, wajah dengan ekspresi polosnya seolah membuktikan bahwa dia akan menerima hadiah dari Rudolf itu.

Dan dalam seketika hutan malam yang harusnya sunyi itu segera diisi dengan suara ledakan besar.

DHUAARRR.....................

Ledakan yang sekaligus menghiasi angkasa malam dengan perpaduan bulan purnama yang terlihat lebih besar dan lebih biru dari biasanya menjadi pemandangan terakhir untuk Alinda.

[Ah.........bulan biru yang indah. Warnanya cukup indah seperti matanya.] Batin Alinda di detik di mana kesadaran terakhirnya justru di isi dengan bayangan dari sepasang mata biru milik Ernald.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Apakah kematiannya kali ini adalah sebuah penebusan dosa?

Kira-kira seperti apakah tubuhnya sekarang setelah menerima serangan brutal seperti tadi?

Kedua burung peliharaannya apakah mati juga?

Berbagai pertanyaan langsung terlintas di dalam pikirannya dan segala momen baik dari kenangan kecil hingga di detik terakhir itu, semua tampilan atas segala perbuatannya selama dia hidup langsung di tampilkan di di dalam ruangan gelap tak berujung.

Dia seolah terus terjatuh ke dalam jurang tanpa batas dan semua memori yang dia punya ditampilkan begitu saja bagai film di tv.

Itu untuk mengingatkannya bahwa semua jalan yang sudah dipilih pada akhirnya membuatnya berada di titik ini.

Semua tampilan seperti layar tv itu akhirnya kian berlalu dan membuatnya kian masuk ke dalam kegelapan yang cukup dingin.

[Sendirian..........di disini.] Tubuhnya terasa sangat ringan, tapi apa gunanya itu di saat dia hanya sendirian di dalam kegelapan itu?

Alinda kemudian meringkuk memeluk lututnya, dia menginginkan kehangatan.

Namun kehangatan itu berasal dari hati yang tulus.

Apakah dia bisa mendapatkannya?

Setidaknya sekali saja.

|

|

|

Dan keheningan yang seolah terjadi cukup lama membuatnya kemudian memejamkan matanya.

[Ngantuk.....aku ingin tidur.] Itulah yang dikatakan oleh hati kecilnya.

Hati kecilnya tidaklah berlubang, tapi sayangnya hatinya sangat kosong dan cukup untuk dijadikan alasan kalau hatinya ingin di isi oleh sesuatu yang belum pernah dia dapatkan.

Hingga akhirnya dia tiba-tiba samar-samar mendengar kalimat.

'...........masa lalu, kebaikan dan ............, penuntun dari ................ ,............. Datanglah pada ............. Aku.........., memanggil namamu. ......... penuhilah ............., dari.......... hidup yang harus kau penuhi. .........................sudah kau tinggalkan padaku. Datanglah.....'

[Suara siapa itu?] Batinnya.

Lalu perlahan dia merasakan kulitnya terasa semakin merasakan dingin namun juga rasa sakit di seluruh tubuhnya. Dan di sisi lain ada sentuhan yang mendarat di atas dahinya, membuat Alinda semakin diliputi rasa penasaran, hingga di detik itu pula ada kalimat...

'Aku menantikannya.'

Menjadi sebuah kalimat terakhir sebelum akhirnya Alinda menerima wajahnya menerima banyak tetesan air.

Ketika membuka matanya yang dia lihat adalah derasnya hujan yang terus menerjang ke tubuhnya.

__________________________

[Awannya cukup hitam.] sepasang matanya langsung menatap langit di atas sana. [Aku mengingat kali pertama aku datang ke dunia ini, seperti inilah suasananya.]

Awan hitam berakhir dengan turunnya hujan yang cukup deras. Namun jika dulu dia tersadar berada di antara tumpukan mayat, maka kini dia sedang berada di tengah-tengah ladang gandum.

[Kenapa aku tiba-tiba mengingat kembali ingatan itu?] menundukkan kepalanya, kini nama Alinda bukan lagi namanya.

Sebab kini dia memiliki nama baru, yaitu......

Eldania.

Eldania menatap kedua tangannya sendiri dengan seksama. Apa saja yang sudah dilakukan dengan menggunakan kedua tangannya itu?

Banyak hal yang sudah dia lakukan dan apa sajakah itu?

Semuanya.

Kebaikan dan kejahatan.

Dia pernah menerima dan mengeluarkan dua sifat itu.

Namun.........

Apakah Eldania pernah mengulurkan perasaan cintanya pada seseorang?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!