Desi yang baru saja pulang dari pasar langsung menuju ke dapurnya untuk memasak karna suaminya sebentar lagi akan bangun dan berangkat bekerja. Di tengah kesibukannya, sang suami memanggilnya.
“Desi!” Panggil Anton
Desi menghampiri suaminya yang berteriak-teriak memanggil namanya
“Ada apa sih mas, kenapa mesti teriak-teriak, aku lagi masak di dapur” ujar Desi
“Ini baju aku mana, baju warna biru kenapa tidak ada?” Bentak Anton
“Cuma perkara baju sampai teriak-teriak begitu, malu didengar tetangga mas” ucap Desi menenangkan suaminya
“Kamu ini tidak becus jadi istri, mana bajunya mau aku pakai”
“Itu bajunya aku gantung mas, kan kamu bilang mau dipakai sekarang jadi aku sudah setrika juga” Desi menunjuk baju hem biru yang sudah rapi
“Setelah ini aku mau makan” ucapnya berlalu ke kamar mandi
Desi menghela nafasnya, memang ini bukan yang pertama kali suaminya membentaknya tapi tetap saja hatinya merasa sakit jika suaminya selalu bahkan hampir setiap hari membentaknya. Desi kembali ke dapur menyiapkan makanan untuk suaminya.
Desi dan Anton sudah menikah selama 3 tahun, namun sampai saat ini mereka belum mempunyai anak. Ibu Anton selalu menanyakan kapan dirinya akan menggendong cucu, karna tetangga-tetangganya sudah menggendong cucunya.
“Sudah bertahun-tahun menikah tapi belum juga kasih mamah cucu, mamah juga ingin gendong cucu kayak tetangga-tetangga mamah, anak-anak mereka saja baru menikah beberapa bulan sudah hamil, lah kamu sudah 3 tahun belum ada tanda-tanda juga” bahkan setiap ibu mertuanya ke rumah kalimat itu seperti keharusan yang diucapkannya membuat hati Desi semakin sakit, apalagi sikap suaminya akhir-akhir ini berubah kasar dan seperti tak ada lembut-lembutnya lagi.
Desi bertahan karna ia yakin suaminya akan berubah, mungkin karna lelah bekerja sikapnya seperti itu. Entah sampai kapan ia harus bersabar lagi, jatah yang diterimanya pun semakin menurun. Tahun pertama Desi menerima jatah bulanan 1,5 juta, setelah tahun kedua jatah itu menurun alasan yang diberikan suaminya adalah untuk ibunya, agar ibunya tidak kesusahan, dan parahnya tahun ke 3 pernikahannya jatah yang diberikan Anton hanya 700 ribu, dan itu harus cukup untuk belanja dan bayar listrik serta keperluan lainnya.
Setiap kali ditanya, pasti ia bilang untuk ibunya padahal ibunya hanya tinggal sendiri, untuk belanja pun tidak terlalu banyak pengeluaran, beda dengan dirinya yang tinggal berdua dan Anton selalu meminta menu yang berbeda setiap harinya, membuat Desi harus pintar-pintar mengatur uangnya agar cukup selama satu bulan.
Jika bagi suaminya uang 700 ribu sudah sangat cukup untuk kehidupan selama satu bulan, karna ia belum tahu jika harga bahan-bahan, ikan dan sayuran sudah naik belum lagi gas yang harus ditukarnya selama lima hari sekali.
“Nanti aku pulang telat ya, lembur karna pekerjaan menumpuk” ucap Anton menyuapkan nasi pada mulutnya
“Kenapa lembur hampir setiap hari mas?” tanya Desi
“Ya namanya juga kerja, kamu bagaimana sih suami bekerja bukannya didukung malah dicurigai” ucapnya meninggi
“Bukan curiga mas, kenapa mesti setiap hari lemburnya”
“Aah sudahlah aku malas makan kalo kamu cerewet seperti ini, aku itu bekerja juga untuk kamu kenapa kamu malah jadi curiga kalo aku aneh-aneh, suami bekerja bukannya suport ini malah dituduh-tuduh sembarangan lebih baik aku berangkat saja” Anton berdiri dan pergi menaiki motornya
Desi hanya menatap kepergian suaminya, ia berniat mengecek ke kantornya nanti sore benarkah suaminya akan lembur, ia hanya memastikan saja, Desi tak mau hanya berjuang sendiri untuk mempertahankan rumah tangganya, jika memang suaminya sudah ada yang lain maka ia akan mundur, sudah cukup satu tahun ia sabar dengan perlakuan suami dan ibu mertuanya yang semakin tidak menghargai keberadaannya dirinya.
Setelah selesai membereskan semua makanan, Desi membersihkan kamar dan mencuci baju.
“Desi! Desi! Buka pintunya” teriak Ratna
Mendengar ada yang memanggil namanya Desi segera keluar dan membukakan pintu.
“Ibu, ayo masuk bu, sudah dari tadi ya bu?” ucap Desi
“Kamu ini ibu panggil-panggil ke mana saja sih suara ibu sampai habis gara-gara kamu. Ibu mertua datang bukannya disambut malah dibiarkan teriak-teriak menantu macam apa kamu ini” bentak Ratna
“Maaf bu tadi aku cuci baju jadi tidak dengar kalo ibu panggil, ayo masuk bu malu didengar orang kalo ibu teriak-teriak begini” jawab Desi
“Biar saja tetangga kamu tahu kalo kamu itu menantu tidak becus. Sudah sana lanjutkan cuci bajunya, lihat kamu begini kok cocoknya jadi pembantu bukan menantu, seharusnya kamu itu berpenampilan menarik agar suami kamu betah, kalo kamu begini bisa-bisa suami kamu malah melirik wanita lain” ucap Ratna
“Ibu kok bicara seperti itu sih, aku begini kan juga untuk mas Anton” jawab Desi
“Kamu dikasih tahu bukannya mikir menjawab ibu, setiap ibu ke sini jadinya malah kesal, bukannya disambut dengan baik malah melawan kalo dikasih tahu” ujar Ratna sinis
“Maaf bu, tapi ucapan ibu tadi menyakiti hati aku, seharusnya ibu senang kalo aku bisa mengurus mas Anton meskipun penampilan aku seperti ini, ini semua an juga karna mas Anton bu” ucap Desi sendu
“Ibu mau pulang saja kalo begini, malah bikin emosi” ucap Ratna pergi keluar
Ucapan ibu mertuanya itu melukai hatinya, lagi dan lagi hatinya harus terluka akibat ucapan ibu mertuanya yang tidak pernah sadar atas ucapannya sendiri.
Desi melanjutkan mencuci bajunya, ia menyelesaikan semua dan ia juga membersihkan dirinya agar lebih segar karna dari pagi sudah kucel akibat pergi ke pasar dan memasak untuk suaminya, tapi suaminya tak menghabiskan sarapannya.
Desi menjatuhkan air matanya, pernikahan yang ia harapkan bisa membuatnya merasa bahagia justru membuatnya tersiksa, dulu sikap suaminya yang lembut kini seperti singa yang ingin menyantap mangsanya. Tak ada keharmonisan, tak ada sapaan hangat bahkan pulang bekerja pun Desi tak tahu karna terlalu larut sehingga membuatnya tidur lebih dulu. Ia bahkan lupa jika dirinya belum sarapan karna sibuk dengan mengurus rumah. Desi ke meja makan untuk mengganjal perutnya yang sudah berbunyi.
Desi mengingat ucapan ibu mertuanya yang mengatakan kalo dirinya seperti pembantu hanya karna penampilannya yang tidak ia jaga. Padahal Desi melakukan semua itu untuk melayani semua kebutuhan dan keperluan sang suami, sampai ia tak sempat memikirkan penampilannya lagi.
“Oh iya nanti sore aku akan pergi ke kantor mas Anton untuk membuktikan apakah dia benar-benar lembur atau tidak” ucap Desi
Selesai melakukan semua pekerjaan rumah Desi beristirahat, tubuhnya terasa pegal-pegal karna tadi harus mencuci baju, ia tidak menggunakan meson cuci agar lebih hemat, karna uang yang diberikan selalu pas setiap bulannya.
Setelah bersiap-siap, Desi memesan ojek untuk mengantarkannya ke kantor suaminya, Desi akan menunggu di depan kantor sampai suaminya keluar dan akan mengikuti ke mana ia akan pergi.
“Pak kita berhenti depan kantor saja ya” ucap Desi
“Iya mbak” jawab tukang ojek
Setelah menunggu hampir 10 menit, suaminya keluar dari kantor dengan mengendarai motornya.
“Pak ikuti motor di depan ya, tapi jangan terlalu dekat nanti ketahuan” ucap Desi
Desi mengikuti motor suaminya, ternyata motor suaminya menuju sebuah Restoran.
“Untuk apa mas Anton ke Restoran? Apa bertemu dengan rekan kerjanya” batin Desi
Desi memperhatikan gerak-gerik Anton, ternyata Anton sedang menemui seorang wanita yang Desi tidak kenal, mereka terlihat sangat dekat bahkan sudah kenal lama, tapi Desi tak pernah tahu siapa wanita itu.
“Lama banget sih mas aku dari tadi di sini” ucapnya cemberut
“Maaf ya sayang tadi agak macet jadinya telat” jawab Anton
Deg
“Sayang? siapa dia mas kamu tega bermain dengan wanita lain di belakan aku” ucap Desi dalam hatinya bulir-bulir air mata lolos dari kelopak matanya
“Iya deh aku maafin tapi ini terakhir ya kamu telat”
“Iya sayang” Anton mengelus rambut kekasihnya itu
“Jadi ini yang kamu maksud lembur mas? Lembur dengan selingkuhan kamu” ucap Desi emosi
“De-desi, kamu ada di sini” ujar Anton gugup
“Kenapa diam mas jawab, jadi ini alasan kamu marah-marah sama aku, uang bulanan kamu potong dan kamu tidak betah di rumah, ini alasan kamu mas? Jahat kamu mas, selama setahun aku bersabar menghadapi kamu, menghadapi sikap kamu yang selalu membentak aku tapi ternyata ini balasan kamu mas” Desi terisak
“Ayo kuta pulang, malu dilihat orang” Anton menarik tangan Desi
“Kenapa malu? Kamu malu karna sudah ketahuan selingkuh biar saja semua orang di sini tahu kalo kamu itu suami tidak setia, istrinya sedang menunggu di rumah tapi ini enak-enakan sama selingkuhannya” ucap Desi yang sudah sakit hari dengan tingkah suaminya
“Ayo pulang” Anton menarik paksa Desi dan membawanya pulang
Sesampainya di rumah, pertengkaran yang sempat tertunda kini berlanjut, Desi yang sudah tersulur emosi meluapkan semua isi hatinya.
“Apa aku belum cukup untuk kamu mas? Apa kurangnya aku? Apa selama ini pengorbanan aku tidak cukup untuk kamu sehingga kamu mencari wanita lain” Desi menangis
“Aku memang mencintai kamu, tapi itu dulu sekarang memang masih ada cinta tapi sedikit. Kamu tidak bisa menjaga penampilan kamu, bahkan kamu seperti sudah tidak peduli dengan badan kamu” jawab Anton
“Aku melakukan semua itu karna kamu mas, aku bangun pagi-pagi untuk belanja ke pasar terus aku masak dan menyiapkan makanan untuk kamu, aku bahkan tidak memikirkan diriku karna aku terlalu sibuk melayani semua kebutuhan kamu, tapi kamu malah seperti ini” tangis Desi pecah setelah tahu alasan suaminya mencari wanita lain hanya karna penampilannya yang tidak terawat “Wajar jika aku tidak serapi dulu sebelum menikah karna aku sedang mengurus rumah, mengurus keperluan kamu, kamu tega mas, kamu jahat” Desi memukul dada suaminya
“Sudahlah Desi kamu harus terima semua kenyataan ini, aku tidak akan meninggalkan kamu karna aku masih sayang sama kamu, tapi jangan kamu larang aku bertemu dengan Resti”
Kata-kata macam apa yang didengarnya, bahkan suaminya masih ingin mempertahankan kekasih gelapnya itu, Desi tak habis pikir dengan kelakuan suaminya yang menginginkan keduanya.
“Kalo kamu lebih memilih selingkuhan kamu itu, aku akan mundur mas aku mau kita pisah. Aku tidak mau ada duri dalam pernikahan kita, ceraikan aku mas! Ceraikan aku!” ucap Desi dengan lantang
“Kamu dikasihani malah minta berpisah, seharusnya kamu terima “ ucap Anton
Desi berlalu meninggalkan suaminya dan masuk ke dalam kamarnya.
“Kamu kurang ajar ya, suami sedang bicara malah kamu tinggal. Kamu mau ke mana, kenapa baju kamu dikeluarkan” ucap Anton
“Aku mau pergi, aku menyerah mas. Aku selalu tahan saat kamu membentak aku, aku selalu sabar saat ibu kamu menghina aku tapi kesabaran aku sudah habis ketika kamu sudah melanggar janji kita” jawab Desi yang sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam tas
“Kamu merasa hebat ya mau pergi dari sini, kalo kamu melangkahkan kaki kamu keluar dari rumah ini, jangan pernah kembali lagi” teriak Anton
Desi yang baru melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya berhenti dan berbalik menghadap Anton
Anton yang melihat Desi berhenti tersenyum “Kamu pasti takut kan, sudahlah tidak usah pergi-pergi begitu” ucap Anton
“Aku tidak pernah takut berpisah dari kamu mas, aku cuma mau bilang besok aku akan mengurus surat cerai kita” setelah selesai berbicara Desi berbalik dan melanjutkan langkahnya
“Awas kamu kembali ke sini Desi, aku tidak akan menerima kamu lagi, dasar istri tidak tahu diuntung” ucap Anton
Desi tak menghiraukan ucapan Anton, ia masih terus melangkah sampai benar-benar keluar dari rumah itu, masih terdengar Anton berteriak-teriak mengucapkan sumpah serapahnya.
Tujuan utama Desi adalah rumah orang tuanya, di sana ada bapaknya yang tinggal sendiri karna ibunya sudah meninggal.
“Assalamualaikum pak” panggil Desi
“Waalaikumsalam, loh kamu pulang nal? Kok sendiri?” tanya Darto
“Kita masuk dulu ya pak, nanti aku akan ceritakan semuanya” ucap Desi
Darto mengikuti Desi duduk di ruang tamu.
“Aku pisah dengan mas Anton pak” ucap Desi
Darto terkejut mendengar penjelasan anaknya itu, selama 3 tahun menikah Darto tak pernah mendengar masalah dalam rumah tangga anaknya itu, tapi hari ini anaknya mengatakan berpisah dengan suaminya.
“Mas Anton selingkuh” ucap Desi menunduk menahan air matanya agar tidak jatuh “Aku sudah sabar menghadapi sikapnya yang kasar selama satu tahun ini, aku kira dia akan berubah ternyata aku melihat mas Anton sedang bersama selingkuhannya di Restoran” jelas Desi
Seketika air matanya lolos membasahi pipinya.
“Kamu yang sabar ya nak, setiap rumah tangga selalu ada ujiannya jadi kamu jangan pernah lupa untuk berdoa meminta petunjuk sama Allah” Darto memeluk putrinya
Hati seorang bapak yang tidak akan pernah tega melihat putrinya terluka, apalagi oleh suaminya. Darto merawat Desi dan menjaganya seperti berlian tapi suaminya membuangnya setelah ia merasa bosan dan mencari penggantinya.
“Apa bapak marah kalo aku berpisah dengan mas Anton?” ucap Desi yang masih terisak di pelukan Darto
“Kenapa bapak mesti marah, kalo memang kamu sudah merasa tidak sanggup dengan Anton bapak tidak akan memaksa kamu bertahan apalagi kalo tahu Anton bersikap kasar dengan kamu, bapak tidak akan membiarkan kamu terluka sedikit pun, apalagi oleh lelaki bajingan itu” ucap Darto
Pagi harinya Desi langsung mendatangi pengadilan agama, ia ingin segera berpisah dengan suaminya itu, meski masih ada perasaan di dalam hatinya tapi sakit hati yang diterimanya sudah cukup.
Setelah mengajukan perceraiannya, Desi pulang dan membantu bapaknya di kebun.
“Pak, kalo Desi bekerja lagi boleh?” tanya Desi pada bapaknya yang sedang memilah-milih hasil kebun
“Kenapa harus mencari bekerja? Kan kamu sudah bekerja, ini bantu bapak” ucap Darto
“Desi menarik nafasnya dalam-dalam “Desi mau bekerja pak bukan membantu, kalo seperti ini kan membantu bapak” Desi memajukan bibirnya
“Apa kamu yakin?” tanya Darto
“Yakin pak, Desi mau menyibukkan diri” jawab Desi
“Ya sudah terserah kamu saja” Darto pasrah pada keputusan Desi
Keesokan harinya...
Desi mendatangi sebuah perusahaan dan akan mencoba melamar, siapa tahu diterima.
“Permisi pak, apa di sini ada lowongan pekerjaan?” Tanya Desi
“Kebetulan, hari ini sedang dilakukan interview ibu boleh menunggu di sana untuk menunggu giliran diwawancarai” ucapnya
“Oh iya terima kasih ya pak” Ucap Desi
“Iya sama-sama” jawabnya
Desi menunggu giliran untuk melakukan wawancara, setelah menunggu beberapa orang sebelumnya kini giliran Desi untuk diwawancarai.
Beberapa menit berlalu, Desi pun sudah diwawancara. Desi keluar dan berjalan di lorong perusahaan, tak sengaja Desi menabrak seseorang
“Ma-maaf” Ucap Desi tak berani mengangkat wajahnya
“Kalo jalan itu yang benar” ucapnya ketus
Pria itu berlalu meninggalkan Desi.
“Apa semua orang kaya begitu” gumam Desi melihat sikap orang yang ditabraknya
Sesampainya di rumah, Desi melihat Anton yang tengah duduk seperti sedang menunggu.
“Mau apa kamu ke sini mas” ucap Desi
Anton berdiri dan melihat Desi yang baru datang dengan pakaian rapi.
“Maksud kamu apa, dengan surat ini?” tanya Anton menunjukkan surat panggilan dari pengadilan agama
“Kamu bisa baca kan? Berarti aku tidak perlu menjelaskan lagi” jawab Desi
“Sekarang kamu merasa hebat, berpakaian rapi seperti ini apa kamu baru datang berkencan dengan priamu” bentak Anton
“Kalo kamu hanya ingin membuat keributan lebih baik kamu pulang saja mas, aku malas bertengkar dengan kamu, dan perlu kamu tahu kita akan secepatnya bercerai dan kamu akan mudah bersama wanita kamu itu” ucap Desi tegas
Desi berlalu masuk meninggalkan Anton yang masih mengejarnya, namun pintu sudah ditutup dan dikunci oleh Desi.
Di luar rumah, Anton yang masih memanggil namanya dan berteriak untuk membukakan pintu tak dihiraukan oleh Desi.
“Desi! Buka!” teriak Anton
“Mau apa kamu?” tanya Darto yang baru pulang dari kebun
Untung saja dirinya langsung pulang, kalo saja ia masih di kebun mungkin Anton sudah melakukan sesuatu dengan Desi.
“Pak” Anton menyambut Darto dengan ramah dan mencium punggung tangannya, namun Darto menepis tangan Anton.
“Saya tanya mau apa kamu ke sini? Belum puas kamu menyakiti hati anak saya, apa kamu mau menyakiti fisiknya juga hah!?” bentak Darto
Emosinya tak terkontrol ketika melihat Anton, Darto tak pernah membentak atau memarahi Desi tapi Anton yang seharusnya melindungi Desi malah tega melakukannya.
“Pak, saya ke sini mau ketemu sama Desi untuk membicarakan semuanya agar tidak ada kesalah pahaman diantara kita” jelas Anton
“Kesalah pahaman kamu bilang? Sadar kamu itu sudah menyakiti anak saya, kamu bilang kesalah pahaman? Lebih baik kamu pergi atau aku akan bertindak sama kamu” ujar Darto
“Pak, aku butuh bicara dengan Desi. Desi tidak bisa mengambil keputusan seperti ini” ucap Anton kalang kabut
Buughh
Satu pukulan mendarat di pipi Anton, Desi yang mendengar suara keributan menghampiri bapaknya ia tak mau terjadi sesuatu dengan bapaknya.
“Mas Anton” ucap Desi yang baru membuka pintu
“Sekarang pergi atau aku akan benar-benar menghajar kamu, cukup anak saya kamu sakiti dan sekarang aku tidak akan membiarkan kamu membawa ataupun bertemu dengan Desi” teriak Darto
“Sudah pak, ayo kita masuk” Desi menuntun bapaknya yang sudah sangat emosi pada Anton
Anton meringis karna pukulan Darto cukup keras dan menyisakan bekas di pipinya.
Di dalam Desi menenangkan bapaknya.
“Bapak minum dulu” Desi memberikan segelas air putih “Bapak tidak perlu membuang tenaga untuk meladeni mas Anton, biar Desi yang selesaikan semua ini, mas Anton sudah menerima surat jadi insya Allah semuanya akan segera selesai dan Desi akan segera bercerai dengan mas Anton” ucap Desi
“Bapak hanya emosi melihat wajah lelaki itu, teganya dia menduakan kamu. Dulu dia meminta pada bapak dengan baik-baik tapi apa buktinya dia malah memulangkan kamu dengan seperti ini” ujar Darto
Setelah kejadian siang tadi, Desi menyiapkan makan malam untuk dirinya dan bapaknya.
Beberapa hari berlalu, namun Desi tak menerima kabar kalau dirinya diterima di perusahaan yang sudah ia lamar.
Akhirnya Desi memutuskan untuk kembali melamar di beberapa perusahaan dan toko namun mereka belum membutuhkan karyawan baru. Desi sempat menyerah, namun ia tetap semangat walau tidak sesemangat waktu awal ingin bekerja.
Mencari pekerjaan sekarang susah, jadi Desi harus bisa menerima jika dirinya ditolak bahkan menerima cibiran apalagi dirinya seorang janda yang terkadang banyak diremehkan oleh sebagian orang.
Hari ini Desi akan pergi ke sebuah perusahaan, Desi mendapat kabar bahwa di sana membutuhkan karyawan siapa tahu dirinya diterima agar Desi tidak terlalu membebankan hidupnya pada bapaknya. Meski Darto memiliki kebun tetap saja Desi tak bisa duduk bersantai hanya menunggu pendapatan dari Darto, yang terkadang naik turun.
Setelah beberapa lama Desi mencari pekerjaan, dan dirinya sudah menaruh berkas-berkas yang diperlukan di beberapa perusahaan hanya tinggal menunggu kabar apakah dirinya diterima atau tidak.
*
Hari ini Desi berada di rumahnya, ia menunggu kabar siapa tahu dari beberapa perusahaan yang ia datangi beberapa hari lalu menghubunginya.
Tiba-tiba ponsel Desi berdering
Triiing triiing
“Halo” ujar Desi
“Apa benar ini dengan ibu Desi Amalia?” tanya orang di seberang sana
“Iya benar dengan saya sendiri” jawab Desi
“Ibu diterima di perusahaan Jaya Abadi, jadi ibu bisa mulai bekerja mulai besok. Untuk mengetahui ibu ditempatkan di bagian mana, besok akan kami jelaskan dengan ibu” terangnya
“Benarkah pak? Saya diterima? Baik pak, besok saya akan datang ke perusahaan Abadi Jaya, terima kasih pak, terima kasih banyak” ucap Desi antusias
Desi menghampiri bapaknya dan ingin memberitahukan kabar bahagia yang ia dapatkan barusan.
“Pak, bapak” panggil Desi yang berlari kecil ke ruang tamu
“Ada apa Desi? Kenapa sampai buru-buru seperti itu?” tanya Darto
“Pak, Desi diterima bekerja pak dan besok bisa langsung bekerja” ucap Desi bahagia
“Alhamdulillah nak, bapak senang dengarnya” ucap Darto
“Hampir lupa, kita makan malam dulu pak, makanannya sudah siap tadi Desi mau panggil bapak untuk makan eh malah ada telepon jadi lupa. Ayo pak nanti keburu dingin” ajak Desi
Selesai makan Desi langsung mencuci piring, ia akan beristirahat karna adalah hari pertamanya bekerja setelah hampir 3 tahun tak bekerja. Desi belum tahu posisi apa yang ia dapatkan, karna memang perusahaan itu membutuhkan beberapa karyawan.
*
Pagi harinya selesai menyiapkan makanan, Desi langsung bersiap-siap untuk berangkat bekerja.
“Pak, Desi berangkat ya, bapak jangan terlalu capek di kebun kan sudah ada yang mengurus kebun” pamit Desi
“Iya nak kamu jangan khawatir, hati-hati ya” ucap Darto
“Ya sudah, Desi berangkat Assalamualaikum” ucap Desi
“Waalaikumsalam” jawab Darto
Desi berangkat menggunakan ojek agar lebih cepat.
Sesampainya di kantor Desi menghadap kepala bagian yang akan menjelaskan posisi apa yang akan diterimanya.
“Desi Amalia, posisi kamu sebagai sekretaris nanti saya akan jelaskan apa saja yang harus kamu kerjakan” ucap kepala bagian
“Sekretaris pak?” Desi tak menyangka posisi yang ia dapatkan
“Iya, kamu menggantikan bu Sita sebagai sekretaris pak Angga” ucapnya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!