NovelToon NovelToon

Penyesalan Zaidan

Rumah Sakit

Bab 1

"Penyesalan Zaidan"

Seorang laki-laki bertubuh atletis dengan wajah yang begitu rupawan, tampak sedang berlari di koridor rumah sakit.

Napas nya begitu memburu, terlihat rasa cemas di wajah nya karena rasa takut di hati nya, jantung nya berdegup begitu kencang, tapi tiba-tiba lari nya terhenti saat berada di lorong ICU.

Tungkai kaki nya terasa lemas, napas nya seakan tercekat di tenggorokan, saat melihat isak tangis di depan ruang ICU.

Dia pun berjalan dengan langkah gontai mendekati orang-orang yang sangat di kenal nya, yang kini sedang menangis.

"Apa yang terjadi pada kakek.-??"Tanya lelaki itu saat sampai di dekat mereka.

Entah lah, mungkin karena terlalu sibuk menangis, mereka sampai tidak menyadari kehadiran Zaidan.

"Zaidan..."Ucap semua orang yang berada di sana dengan wajah terkejut, sambil mengusap air mata mereka.

"Zaidan sayang, kapan kamu sampai ke Indonesia nak..?-"Tanya seorang wanita yang terlihat masih cantik dan berpenampilan modis, walau pun sudah berumur.

Dan wanita itu mendekati lelaki rupawan yang bernama Zaidan, saat tangan nya ingin menyentuh wajah Zaidan, tapi Zaidan langsung menepis nya dengan kasar.

"Zaidan..!!!"Hardik lelaki setengah baya, yang terlihat masih gagah, dengan wajah terlihat penuh amarah, dan lelaki itu pun mendekati Zaidan.

"Jangan perlakukan kasar istri ku Zaidan, bagaimana pun dia itu mamah mu..."Ucap lelaki itu emosi.

Zaidan tidak menjawab, dia hanya menatap tajam ke arah sepasang suami istri itu, tentu saja dengan senyum smirk nya.

"Sudah, kalian jangan bertengkar ini rumah sakit.."Ucap seorang lelaki muda yang usia nya hampir sama dengan Zaidan.

Dia menatap sinis ke arah Zaidan.

"Selalu membuat keributan..."Ucap lelaki itu, masih dengan tatapan sinis nya.

Zaidan menanggapi perkataan lelaki itu, hanya dengan sebuah senyuman yang penuh arti.

"Maling teriak maling.."Gumam Zaidan, sambil menggelengkan kepala nya..

Tentu saja gumaman itu terdengar jelas di telinga mereka.

Lelaki itu pun langsung mengepal kencang telapak tangan nya, tampak wajah nya memerah menahan emosi, sedang kan Zaidan sudah bisa menguasai diri nya dari emosi, sehingga dia terlihat lebih tenang.

Tak berapa lama pintu ruangan ICU pun terbuka, dan terlihat seorang perawat berdiri di depan pintu.

"Ada yang bernama tuan Radthya Zaidan...???"Tanya perawat itu.

"Saya yang bernama Zaidan suster..."Zaidan berkata, sambil mendekat kan diri nya kepada suster.

Suster pun langsung melihat ke arah Zaidan, dia tidak percaya dengan pemandangan di depan nya.

"Apa ini yang di nama kan makhluk Tuhan yang paling sempurna..??"Tanya suster itu pada diri nya sendiri.

"Suster.."Panggil Zaidan dengan suara bariton nya.

Suster itu pun langsung terperanjat kaget, dan langsung mengerjap kan mata nya, menormalkan detak jantung nya, yang kini berdetak sangat kencang di batas rata-rata.

"T..Tuan Zaidan silah kan masuk ke dalam, tuan Radthya Purnama ingin bertemu dengan anda.."Ucap suster, mata nya hampir tak berkedip menatap wajah sempurna Zaidan.

Zaidan pun mengangguk, walaupun dada nya kembali berdegup sangat kencang, perasaan nya kembali tak karuan, tapi sekeras mungkin Zaidan tetap berusaha tenang.

Sementara ke tiga orang yang tadi berdebat dengan Zaidan, hanya diam terpaku, tidak percaya jika kakek yang sedang terbaring lemah di ruang ICU itu tahu kedatangan seorang Zaidan yang merupakan cucu kesayangan nya..

Sebelum masuk ke ruang ICU, Zaidan pun tersenyum penuh kemenangan ke arah mereka.

Dan setelah melakukan sterilisasi dan pakaian khusus ICU, Zaidan pun masuk ke dalam kamar di mana kakek nya di rawat.

Saat masuk ke dalam kamar perawatan, tampak sosok lelaki tua yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit.

Zaidan pun melangkah mendekati seorang laki-laki yang sudah berumur yang sedang terbaring lemah tak berdaya, dan terlihat di tubuh tua nya banyak alat-alat medis.

Ingin rasa nya Zaidan, berteriak dan berlari memeluk tubuh renta itu.

"Kakek, ini Zaidan sudah pulang untuk kakek..."Bisik Zaidan di telinga kakek nya yang bernama Radthya Purnama.

Nama depan yang sama dengan Zaidan, karena nama Radthya Zaidan adalah nama pemberian dari kakek nya.

Mendengar suara cucu kesayangan nya, berlahan sang kakek pun membuka mata nya, dan Zaidan pun langsung tersenyum bahagia.

"Kakek.."Panggil Zaidan sambil menggenggam jari jemari sang kakek.

"Z..z.zai..zaidan..."Ucap si kakek terbata-bata.

"Iya kek, ini Zaidan.."Zaidan berkata, dengan mata berkaca-kaca.

( Bukan nya Zaidan laki-laki yang cengeng ya, karena sekuat apa pun seseorang melihat orang yang di kasihi nya sedang kritis, pasti tidak mampu menahan kesedihannya, termasuk air mata )

"H..ha..handoko.."Ucap si kakek.

Zaidan mengkerut kan kening nya.

"Setahu aku Handoko adalah nama pengacara kepercayaan sang kakek..."ucap Zaidan dalam hati.

.

"Apa kakek ada niat untuk membuat wasiat...??,"Spekulasi Zaidan dalam hati.

"Ada apa dengan om Handoko kek..??"Tanya Zaidan, menatap nanar sang kakek.

Kakek hanya tersenyum, terlihat dari gerak bibir nya, walaupun terhalang selang yang berada di hidung nya.

Dan berlahan si kakek pun memejamkan mata nya.

Zaidan pun tersentak kaget, apa lagi saat layar monitor jantung tiba-tiba berhenti, dan mengeluarkan bunyi kencang, seperti mesin pencabut nyawa bagi Zaidan.

"Kakek..."Zaidan berteriak, sambil mencoba mengguncang kan tubuh kakek nya.

Dokter pun segera memeriksa keadaan sang kakek, di bantu oleh beberapa perawat, dokter pun langsung memasang alat pacu jantung atau pacemaker, tapi tetap tidak ada perubahan pada layar monitor walaupun sudah di lakukan cukup lama.

Akhir nya dokter pun menyerah, Radhtya Purnama sudah tidak ber napas lagi.

"Mohon maaf tuan Zaidan, tuan Radithya Purnama sudah meninggal dunia."Ucap dokter,nmenatap nanar Zaidan dengan wajah menyesal.

"Tidak mungkin, kalian pasti bohong.."Teriak Zaidan, sambil menarik jas putih sang dokter.

"Maaf kan kami, kami sudah berusaha semampu mungkin.."Ucap sang dokter.

"Akhhh..."Zaidan berteriak, sambil melepaskan tangan nya dari jas putih dokter, dia pun mendekati tubuh sang kakek yg kini sudah tidak bernyawa lagi.

Zaidan benar-benar tidak percaya, selama lima tahun dia berada di london, untuk meneruskan sekolah nya sekaligus mengembangkan bisnis keluarga besar Radthya.

Karena kesibukan nya, dalam waktu lima tahun hanya beberapa kali dia bisa bertemu dengan sang kakek, kadang dalam waktu yang lama dia baru bisa menghubungi sang kakek, melalui saluran telepon, itu pun hanya sebentar.

Sampai dia mendengar kabar, dari asisten pribadi sang kakek, jika sang kakek dalam keadaan kritis. tak terasa seorang Zaidan pun meneteskan air mata nya, air mata kedua setelah kematian mamah nya.

********.

Novel baru author nie, untuk lomba di "You are Writer Season 8"

Berikan dukungan ya buat Author.

Jangan lupa untuk mampir di dua novel author.

Surat Wasiat

Bab 2

"Penyesalan Zaidan "

Tak ada sepatah kata pun yang di ucap kan Zaidan, dia hanya menatap nanar ke arah tubuh kakek nya.

Menatap lekat, saat para perawat melepaskan semua alat medis yang berada di seluruh tubuh kakek nya.

"Tuan Zaidan, apa kah jenazah tuan Radthya Purnama mau langsung di bawa ke rumah duka..."Tanya dokter, dengan penuh hati-hati dan sopan.

Zaidan menjawab dengan sebuah anggukan.

"Baik lah tuan.."Ucap dokter.

"Saya turut berdukacita tuan Zaidan.."Ucap dokter lagi, sambil mengulur kan tangan nya.

"Terimakasih dok..."Akhir nya Zaidan mengeluarkan suara nya yang terdengar sangat parau, karena dia berusaha sekuat mungkin untuk menahan kesedihan di hati nya, dan dia pun membalas uluran tangan dokter.

Jenazah kakek Radthya Purnama pun keluar dari ruang ICU di ikuti oleh Zaidan dan dokter di belakang nya.

Saat pintu ICU terbuka, terdengar teriakan dan tangisan dari tiga orang yang dari tadi menunggu di luar.

"Papah..."Teriak sepasang suami istri itu bersamaan.

"Kakek..." Laki-laki muda yang seumuran dengan Zaidan juga ikut berteriak.

"Dokter, tidak mungkin papah saya meninggal.."Lelaki setengah baya itu berkata, sambil memeluk tubuh jenazah dan menatap tajam ke arah dokter.

Sedang kan Zaidan yang melihat tingkah ke tiga orang di depan nya merasa muak.

"Air mata buaya, bukan kah ini yang di nanti kan kalian..."Zaidan berkata dalam hati, sambil menatap tajam ke arah mereka.

"Maaf tuan Lion, kami sudah berusaha semaksimal mungkin..."Ucap dokter, dengan wajah menyesal.

"Papah ku jatuh sakit bahkan sampai meninggal, pasti karena kamu, dia terlalu memikirkan kamu..!!"Hardik lelaki setengah baya itu yang bernama Lion, dengan tatapan nyalang ke arah Zaidan.

"Suster, cepat bawa jenazah kakek saya ke ambulans, kasihan jika jenazah kakek saya ini, harus mendengar cacian dan kata-kata kasar..."Zaidan berkata, sambil melangkah pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Maaf pak, jenazah harus segera di bawa ke rumah duka.."Ucap salah satu perawat laki-laki kepada Lion.

"Sudah pah, kita akan buat perhitungan nanti, setelah proses pemakaman selesai.."Bisik lelaki muda itu, di telinga Lion.

"Ya kamu benar Dave.."Lion berkata dengan kilat penuh amarah di bola mata nya.

"Awas kau anak si**an..."Gumam Lion, sambil mengepal kuat telapak tangan nya.

"Ayo mah, pah.."Ajak laki-laki muda yang bernama Dave itu.

Mereka semua pun meninggalkan rumah sakit, menuju rumah duka.

**********

Sesampainya di rumah duka, prosesi memandikan, mengkafani dan shalat jenazah pun langsung di laksanakan.

Begitu juga proses pemakaman berjalan dengan lancar, Zaidan hanya mampu menatap gundukan tanah merah dengan sebuah nisan bertuliskan Radthya Purnama bin Radthya Anggara.

Zaidan memejamkan mata nya, berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis, karena dari dia kecil sang kakek mengajar kan nya untuk kuat, tidak boleh cengeng.

Zaidan pun mengingat kenangan bersama kakek nya, dari dia kecil sampai dia dewasa.

"Tuan Zaidan..."Sebuah panggilan membuyarkan lamunan nya.

Zaidan pun menoleh, tampak seorang laki-laki setengah baya, dengan memakai kaca mata dan memakai jas berwarna abu-abu, sudah berada di hadapan nya.

Zaidan mengerutkan kening nya, sambil berusaha mengingat siapa lelaki setengah baya yang berada di hadapan nya.

Lelaki setengah baya berkaca mata itu pun tersenyum, seolah tahu apa yang di pikir kan Zaidan.

"Perkenalkan saya Handako, pengacara dari almarhum tuan Radhtya Purnama..."Lelaki setengah baya itu pun memperkenalkan diri, sambil mengulurkan tangan nya ke arah Zaidan.

"Oh ya pak Handoko, terakhir menghembuskan napas, kakek sempat menyebut nama bapak..."Ucap Zaidan yang teringat perkataan kakek nya saat hembusan napas terakhir nya.

"Ya benar, kakek anda sudah membuat surat wasiat, enam bulan sebelum kepergian nya..."Jelas pak Handoko.

"Maaf pak, jika masalah surat wasiat saya tidak mau membahas nya sekarang, karena kakek saya baru saja di ke bumi kan.."Zaidan berkata dengan raut wajah yang sedikit kesal.

"Surat Wasiat itu harus secepat nya di bacakan..."Tiba-tiba terdengar sebuah suara milik Lion.

Kini Lion bersama istri nya yang bernama Wina, dan putra nya bernama Dave, sudah berada di belakang mereka.

Dengan wajah kesal dan malas Zaidan langsung melangkah pergi meninggalkan mereka.

Zaidan sangat kesal, baru saja kakek nya di ke bumi kan, mereka sudah membahas surat wasiat, yang pasti nya mereka berharap surat tersebut berisi surat warisan.

"Ayo, kita ke rumah sekarang pak Handoko, untuk membacakan surat wasiat itu.."Ucap Lion sambil mempersilahkan Handoko meninggalkan pemakaman.

Pak Handoko pun mengangguk, dan melangkah pergi meninggalkan pemakaman di ikuti oleh Lion dan istri nya, serta Dave putra nya.

***********

Sesampai nya di rumah utama yang sangat mewah keluarga Radthya, mereka pun segera berkumpul di ruang keluarga, untuk membahas surat wasiat dari kakek.

"Silahkan di baca kan sekarang pak Handoko..."Pinta Lion dengan wajah terlihat tidak sabar.

"Mohon maaf tuan Lion, tapi kita harus menunggu tuan Zaidan dulu.."Jelas pak Handoko.

Mereka bertiga pun mendengus kesal.

"Bi Jum, tolong panggil kan Zaidan .."Perintah wanita yang bernama Wina, yang merupakan istri dari Lion, ibu tiri Zaidan.

"Tidak perlu...!!"Suara bariton, yang tiba-tiba sudah muncul di hadapan mereka.

Semua mata pun menatap sinis ke arah Zaidan, kecuali pak Handoko yang tersenyum dengan kehadiran Zaidan.

Zaidan tidak peduli dengan tatapan mereka, dia pun segera duduk di sofa, di hadapan pak Handoko.

"Baik lah, kalau semua sudah berkumpul, saya akan langsung membacakan surat wasiat dari almarhum tuan Rathdya Purnama.."Ucap pak Handoko, sambil mengambil sebuah berkas di dalam sebuah amplop coklat besar.

"Langsung di bacakan saja pak Handoko.."Ucap Dave terlihat tidak sabar.

Zaidan hanya tersenyum sinis, mendengar ucapan Dave yang begitu ber nafsu dengan surat wasiat dari mendiang sang kakek.

Pak Handoko hanya menghela napas, mendengar perkataan Dave.

Kemudian pak Handoko membaca kan surat wasiat yang salah satu nya adalah surat warisan.

Ternyata harta dari keluarga Rathdya 70 % jatuh ke tangan Zaidan,.10 % di sumbang kan, 10 % untuk Dave, dan 10 % untuk Lion dan istri nya.

Tentu saja membuat Lion, Dave dan Wina terkejut, dan tidak terima dengan isi surat wasiat ini.

"Apa-apaan ini, tidak mungkin papah ku membuat surat seperti ini.."Ucap Lion dengan emosi.

"Mohon maaf tuan, memang seperti ini lah, isi surat yang di sampaikan almarhum.

"Pasti kamu yang telah menyuruh papah membuat surat wasiat yang tidak adil ini...!!"Geram Lion, menatap tajam Zaidan.

Zaidan tetap terlihat tenang, dia hanya membalas ucapan Lion, dengan tatapan yang sangat tajam.

"Maaf tuan Lion, apakah pembacaan surat wasiat ini saya terus kan atau tidak...!?"Tanya pak Handoko, yang terlihat kesal.

"Tenang dulu pah.."Ucap Wina sambil mengelus lembut pundak suami nya.

"Oke kalau begitu saya lanjut baca kan.."Ucap pak Handoko.

"Perusahaan "Radthya Angkasa Jaya" akan di kelola langsung oleh Zaidan, tapi dengan satu syarat..."Ucap Pak Handoko tak menerus kan.

*************

Syarat apa ya yang akan di terima Zaidan, sebagai pengelola perusahaan besar Radthya Angkasa Jaya...???

Yang menunggu kehadiran Amanda Maheswari, sabar ya 😁

Berikan dukungan dulu yuk, ke novel author yang sudah tamat dan sedang up👇

Sebuah syarat

Bab 3

"Penyesalan Zaidan"

"Syarat...????"Zaidan mengerutkan kening nya, menatap pak Handoko, meminta penjelasan dari wasiat yang baru saja di bacakan nya.

Lion, Dave dan Wina, hanya saling melempar pandang.

Pak Handoko menghela napas.

"Tuan Zaidan, anda akan bisa mengelola perusahaan "Radthya Angkasa Jaya", jika anda mau menikahi seorang wanita.."Jelas pak Handoko, sambil menatap Zaidan.

Perkataan pak Handoko, membuat mereka berempat terperanjat kaget.

"Menikah...???"Tanya Zaidan kaget.

"Maksud nya, saya harus mencari wanita yang harus saya nikahi...??"Tanya Zaidan lagi.

Dave yang tadi menyimak, ekspresi wajah nya pun berubah menjadi tegang.

"Gw ga akan rela jika Zaidan menikahi Devina, wanita itu hanya milik gw...!!"Geram Dave dalam hati.

Terlihat wajah nya memerah, terlihat tangan nya terkepal kuat.

"Tidak tuan Zaidan, tuan Radthya Purnama sudah menyiapkan seorang wanita untuk anda nikahi..."Jawab pak Handoko, dengan tersenyum ke arah Zaidan.

"Apa..??"Jadi kakek sudah menyiapkan calon istri untuk ku...???"Tanya Zaidan tak percaya.

Pak Handoko pun mengangguk, sambil tersenyum.

Dave ber napas lega, karena Zaidan tidak mungkin menikahi Devina, wanita yang sangat di cintai nya.

"Apa wanita itu dari keturunan terhormat...???"Tanya Lion, menatap Handoko.

Handoko kembali menghela napas.

"Mohon maaf tuan Lion, setahu saya almarhum tuan Radthya Purnama tidak pernah melihat seseorang dari status sosial nya..."Jawab pak Handoko, dengan tatapan tidak suka ke arah Lion, yang hanya menilai seseorang dengan harta nya.

"Tapi apa wanita itu cocok dengan Zaidan..??"Apa lagi Zaidan sebagai pewaris terbesar dan pemimpin perusahaan Radthya Angkasa Jaya..??"Wina yang dari tadi diam ikutan bertanya.

Diri nya tidak rela jika Zaidan menikah, karena dia sudah jatuh cinta dengan anak tiri nya ini.

"Maaf, saya tidak bisa menjawab lebih banyak, keputusan ada di tangan tuan Zaidan, saya hanya di beri kan amanat untuk menyampaikan surat wasiat ini..."Jelas pak Handoko.

"Anda bisa memikirkan nya dulu tuan Zaidan, jika anda sudah mempunyai keputusan, anda bisa menghubungi saya.."Ucap Handoko.

"Untuk surat warisan, saya meminta tanda tangan dari kalian semua, jika kalian setuju dengan keputusan yang tadi saya baca kan.."Ucap Handoko, sambil menyerahkan berkas yang harus mereka tanda tangani.

"Saya tidak akan menanda tangani surat warisan ini, karena ini tidak adil untuk kami..!!"Lion berkata dengan penuh marah.

"Kami akan melakukan gugatan dengan warisan ini.."Timpal Dave.

Pak Handoko menarik napas dan membuang nya kasar.

"Silah kan jika kalian ingin menempuh jalur hukum.."Ucap pak Handoko, mengambil kembali surat warisan itu.

"Mohon maaf tuan Zaidan, almarhum kakek anda juga berpesan, surat warisan dan surat hak perusahaan hanya bisa anda tanda tangani, jika anda sudah melakukan pernikahan dengan wanita pilihan dari almarhum kakek anda..."Jelas pak Handoko, sambil memasukkan semua surat warisan ke dalam tas nya.

Lagi-lagi Zaidan tidak percaya dengan pendengaran nya, dia tidak habis pikir kenapa almarhum kakek nya ingin sekali dia menikahi wanita itu.

"Siapa sebenarnya wanita itu..??"Seperti apa dia, sehingga membuat kakek begitu ingin aku menikahi nya..??"Tanya Zaidan dalam hati, sambil memijit kening nya.

Tidak percaya jika sang kakek, orang yang sangat menyayangi nya dan orang yang paling terdepan membela nya, tapi ternyata memberikan pilihan yang sulit.

Zaidan tidak pernah mempermasalahkan harta yang berlimpah dan perusahaan raksasa milik keluarga Radthya, tapi dia tidak ingin semua perusahaan dan harta jatuh ke tangan serakah Lion, Dave dan Wina.

Selain itu Zaidan juga memikirkan Devina, wanita yang sudah menjalin hubungan dengan nya dari SMA, yang terpisah karena Zaidan memutuskan untuk sekolah ke London, karena ada alasan yang kuat sehingga mengharuskan dia mengambil study ke london.

Sampai akhir nya hubungan mereka di lakukan dengan cara LDR.

Sampai saat ini Zaidan belum mengabar kan kepada Devina, tentang kepulangan nya ke Jakarta.

Zaidan pikir, selain dia melihat keadaan sang kakek, dia juga ingin memberikan surprise untuk kekasih nya itu.

Tapi realita nya, Zaidan harus menerima kenyataan yang menyedihkan, ternyata kakek tercinta pergi menghadap sang Khalik.

Dan sekarang Zaidan juga harus menerima realita, jika dia harus menikahi seorang wanita yang tidak di kenal nya sama sekali, jangan kan mengetahui wajah nya, nama wanita yang akan di jodoh kan dengan nya pun, Zaidan tidak tahu

"Kenapa semua menjadi rumit seperti ini.."Tanya Zaidan pada diri sendiri, sambil menarik napas dan membuang nya kasar.

"Baik pak Handoko, saya minta waktu untuk memikirkan semua nya..."zaidan berkata sambil mengusap kasar wajah nya.

"Baik lah, secepat nya anda kabar kan kepada saya, karena wasiat kakek anda, hanya memberi batas satu minggu, untuk anda berpikir tuan Zaidan...."Pak Handoko berkata, sambil memasukkan surat-surat wasiat yang tidak di tanda tangani mereka.

"Seminggu...??"Tanya Zaidan menatap pak Handoko.

Pak Handoko hanya mengangguk.

"Kalau begitu saya pamit dulu, saya harap kalian segera mengambil keputusan, jika tidak maka seluruh harta keluarga Radthya akan di sumbang kan ke panti asuhan, dan yayasan yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan..."Ucap pak Handoko tegas.

"Pak Handoko jangan mengada-ada ya..??"Geram Lion.

"Saya mempunyai kekuatan hukum tuan Lion, karena almarhum tuan Radthya Purnama, sudah menuliskan wasiat nya dengan tanda tangan di atas materai.."Pak Handoko berkata, sambil beranjak dari duduk nya.

Lion, Dave dan Wina pun ikut berdiri, menatap tajam pak Handoko, sedangkan Zaidan hanya duduk termenung di sofa, sambil memijit kening nya, dia tidak paham dengan pemikiran sang kakek semasa hidup nya.

"Pasti kakek saya melakukan semua ini, karena sebuah tekanan dari seseorang..."Dave berkata sambil menatap sinis pak Handoko.

"Kalau kalian keberatan dengan isi surat wasiat ini, silah kan kalian mengajukan gugatan.."Pak Handoko berkata dengan penuh penekanan, dia menatap satu persatu orang-orang yang berada di depan nya.

"Ternyata benar apa yang di katakan almarhum tuan Radthya Purnama, mereka semua hanya menginginkan harta..."Ucap pak Handoko dalam hati.

"Zaidan, aku harap kamu bisa mengambil keputusan yang tepat, sesuai dengan keinginan almarhum kakek mu.."Ucap pak Handoko lagi dalam hati.

Pak Handoko menghela napas.

"Saya rasa pembicaraan ini sudah cukup, seminggu lagi saya akan menemui kalian, saya permisi dulu.." Pak Handoko berkata sambil melangkah kan kaki nya, pergi meninggalkan kediaman keluarga Radthya.

"Pah, tidak adil, masa kita berdua hanya mendapatkan bagian 10%, itu juga di bagi 2.."Protes Wina sambil memegang lengan Lion.

"Dan lihat putra kita Dave, dia juga hanya mendapatkan bagian hanya 10%, dan dia tidak punya hak sama sekali di perusahaan "Radthya Angkasa Jaya"..."Wina berkata dengan nada tinggi.

"Aku akan mengajukan gugatan.."Geram Lion.

"Kalau kita mengajukan gugatan dan kita kalah, kita tidak mendapatkan apa-apa..."Ucap Dave, dengan wajah frustasi.

"Kenapa kakek sangat kejam kepada kita..??Apa salah kita..??"Tanya Dave, dengan suara dan wajah penuh amarah.

"Sudah di dalam kubur, masih saja membuat susah.."Ucap Dave lagi.

Saat Dave ingin berkata lagi, tiba-tiba...

Bug....

***********

Apa keputusan Zaidan, apakah dia akan menerima perjodohan untuk mendapatkan harta dan kekuasaan..???

Atau sebaliknya, apakah Zaidan lebih memilih cinta nya kepada Devina dari pada harta dan kekuasaan...??

Ikuti terus bab nya ya.

Aurhor akan berusaha membuat cerita ini seru, seperti dua novel author

Baca terus dua karya author 👇

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!