NovelToon NovelToon

Hasrat Terlarang [Suka Sama Suka]

Memutuskan untuk menikah

"Ren, emang kamu udah siap untuk menikah?apa gak terlaru terburu-buru? "terdengar ibu berkata dengan nada yang sedih.

" Siap 100%, bu. Lagipula aku dan mas Rangga sudah pacaran empat tahun lamanya. Gak ada salahnya kan kalo aku ingin dihalalin ama mas Rangga secepatnya? "Ucapku sambil menatap wajah ibu dengan tatapan serius.

" Ibu sih senang kalo kamu nikah nak. Hanya saja masih sulit rasanya melepaskan kamu dari sisi ibu. Kan kalo udah nikah, pastinya akan ninggalin ibu dan mengikuti suamimu. "Ucap Ibu dengan raut kesedihan.

" Udahlah bu, jangan sedih begitu dong, kayak aku bakal pergi jauh aja. Walaupun nanti sudah menikah, Renata janji, akan selalu kesini untuk menemui ibu. Lagipula kan masih ada Reni yang temani ibu disini. "Ucapku mencoba menghibur ibu agar tak bersedih lagi.

Yah, seminggu lagi aku akan menikah dengan pacarku. Ada rasa bahagia, kala mas Rangga sebulan yang lalu datang melamar ku. Sehingga akhirnya keluarga kami masing-masing menyarankan agar bulan ini tepatnya pada minggu depan, diadakan pesta pernikahan yang hanya akan dihadiri oleh keluarga saja. Maklum lah yah, dengan dunia sekarang yang lagi kurang sehat akibat covid-19, tidak boleh berkerumun.

Walaupun yah, ibuku seperti tak rela melepaskan ku karena kuakui, ibu sangat sayang padaku.Padahal, walaupun nanti aku pergi mengikuti suami,kan masih ada Reni.Oh iya, Aku dua bersaudara loh. Adik aku yang bungsu baru saja lulus dari sekolah SMA. Kalau dilihat, dia lebih dekat dengan bapak. Jadi impas yah, gak berebutan kasih sayang orangtua.

"Kakaku sayang, nanti kalo udah nikah harus pintar masak yah? biar suami betah dan ingin cepat-cepat pulang dari kantor." Ucap adikku pandang enteng dengan keahlianku dalam memasak.

"Hmmm, bener tuh kata adikmu. Selama ini, belum pernah loh ngeliat kamu memasak. Walaupun ada bibi, setidaknya bantuin sekalian belajar juga kayak adik kamu. Kan kalo bibi pulang kampung, gak bakalan kelaperan karena sudah tau resep memasak yang bener." Kali ini bapak ikut menceramahi juga bikin nafsu makan ilang begitu aja.

"Sudahlah, ngapain pada ngomongin itu sih. Gak apa-apa juga kalo Rena belum pandai memasak. Kan ada bibi yang nyiapin semuanya, kalo bibi pulang kampung gak perlu khawatir, tinggal pesan online aja kok repot. Sekarang mah sudah canggih,pak.tinggal mencet ponsel doang, makanan dianter ampe depan rumah. "Ucap Ibu yang membuatku senang karena sudah mendukungku. Terlihat, bapak dan Reni saling menatap lalu membisu tak bersuara lagi.

Setelah selesai sarapan,bapak seperti biasanya berangkat kerja. Adikku katanya akan merayakan kelulusan disekolahnya. Sehingga hanya ada aku dan ibu dirumah. Kupikir, ibu gak akan keluar rumah, ternyata pergi juga karena ada arisan dengan geng sosialitanya.Karena hanya sendirian, akupun memutuskan untuk istirahat dikamar saja.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Seminggu kemudian, acara pernikahan itu pun tiba. Jujur saja, aku sangat bahagia akhirnya perjalanan cinta kami dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Didalam kamar, aku dirias oleh MUA ternama dikotaku.Dari pantulan kaca, terlihat diriku begitu anggun menggunakan gaun pengantin, aghh, aku masih belum percaya, secepat ini akan menikah bersama mas Rangga.

Sejam kemudian, keluarga mempelai pria sudah datang dikediamanku.Yah, karena keadaan dunia yang tak sehat, pernikahan ini dilangsungkan dirumah saja, dan hanya dihadiri oleh keluarga masing-masing. Akupun keluar menuju ketempat prosesi, lalu duduk disamping mempelai pria.

"Kita mulai yah, apakah nak Rangga sudah siap? "tanya pak penghulu dengan serius.

" Siap. "Ucap mas Rangga singkat, mungkin karena gugup.

Setelah mengucap janji suci..

" Bagaimana para saksi? Sah? "

"Sah.. "

"Alhamdulillah.. "

Aku segera memasang cincin dijari manis mas Rangga begitupun sebaliknya. Lalu kuraih tangan pria yang baru saja sah jadi suamiku tersebut dan menciumi punggung tangannya.Dia pun mencium kening ini sehingga terdengar sorak sorai dari semua tamu undangan,membuat jantung ini berasa mau copot.

Acara resepsi sengaja belum diadakan.Nanti saja menunggu waktu yang pas, dan pastinya kami sabar menunggu keadaan bumi ini pulih kembali.Yang paling penting, kami sudah sah dan bebas melakukan apa saja seperti malam pertama contohnya, hehe.

Malam ini, mas Rangga memutuskan untuk beristirahat dirumah orangtuaku, karena kan aku belum punya rumah dan selama ini masih numpang dirumah ibu dan bapak.Saat mau tidur, adik aku tuh ngeselin banget, masa mau tidur bareng kami?

"Boleh yah, tidur ama penganten baru? Plisss.. " Ucap Reni dengan manja di hadapan suamiku. Pengen ku tabok kepalanya gara-gara ngeganggu aja.

Mas Rangga hanya tertawa melihat tingkah adikku tersebut. Lalu melirik kearahku seperti meminta pertolongan untuk segera mengusir Reni dari hadapannya. Aghh, kelewatan amat sih Reni kayak bocah cilik ngerengek minta permen.

"Issh Reni, kamu tuh malu-maluin aja sih. Kayak bocah SD minta permen aja, sana masuk ke kamarmu! " Ucapku berkacak pinggang.

"Pokoknya, aku mau tidur ama kalian! "Ucap gadis itu lalu masuk begitu saja kedalam kamarku. Hufft, ngeselin amat.

Aku saling bertukar pandang dengan mas Rangga melihat sikap Reni yang tak punya sopan santun. Aghh, anak itu apa tak pernah diajarkan sopan santun oleh orangtuanya? Upsss, orang tuanya kan juga orangtuaku. Tuh kan, jadi nyalahin orangtua segala.

"Gimana nih, mas? " aku bertanya sambil melirik Reni yang sudah tiduran diatas ranjangku.

"Turuti aja gak apa-apa kok. Mungkin dia pengen dimanja sama kamu. Kan besok kamu udah ikut aku pulang kerumah orangtuaku." Ucapnya membuatku kaget mendengar kalimat rumah orangtuanya.

"Loh, mas.. Bukannya, kamu udah punya rumah sendiri? Mengapa harus tinggal dirumah orangtuamu? " Ku beranikan bertanya walaupun ragu takut dia tersinggung.

"Untuk sementara, kita tinggal dirumah orangtuaku yah? Sayang aja rumah segede itu tak ada yang nempatin. Orangtuaku, jarang pulang karena sibuk dengan bisnisnya." Ucap mas Rangga lalu mengajakku masuk kedalam kamar. Aku duduk disofa kamar dan diikuti oleh mas Rangga. Sedangkan Reni terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Bukannya ada adik kamu yah, mas? Kan ada dia yang dirumah itu. " Ucapku teringat pada adiknya karena katanya, dia mempunyai adik lelaki. Namun kami belum pernah bertemu, tadi aja pas nikahan kayaknya gak ada, atau mungkin ada tapi gak kenalan, entahlah.

"Nah, itu dia sayang. Aku kasian kalo dia sendirian dirumah. Dia kan terbilang masih bocah dimataku. Sama tuh kayak yang ada dikasur tuh! " Ucapnya sembari memiringkan bibir kearah Reni.

"Bodoh amat.. " Ucap Reni yang sadar sedang diomongin oleh kakak iparnya.

"Yah udah deh, aku nurut aja sama kamu, mas! " ucapku agar tak menciptakan perdebatan masalah tempat tinggal.

Aku menarik nafas panjang dan menghelanya, lalu melirik kearah bocah yang tak punya sopan santun, namun walau begitu aku sangat menyayangi nya. Mungkin benar kata mas Rangga, kalau Reni ingin bermanja denganku untuk terakhir kalinya. Karena kan, sebelum nikah, sering kami tidur bareng karena takut kalo ditinggal pergi ama bapak dan ibu.

Mas Rangga mengalah dan memilih tidur disofa sedangkan aku tidur bersama Renny. Malam pertamanya tertunda,sehingga akupun tertidur karena kelelahan. Entah jam berapa, aku terbangun karena haus melanda. Kamarku begitu gelap, aku pun mengendap-endap mencari saklar untuk menghidupkan kembali lampu yang dimatikan entah oleh siapa.

"Loh, mas Rangga dan Reni kemana? "

Aku bingung karena hanya diriku yang berada dikamar ini.Pikirku, mungkin Reni sudah balik ke kamarnya, dan mas Rangga mungkin lagi ditoilet atau lagi ngambil minum juga didapur. Tapi, kenapa tadi lampu pake dimatiin segala yah?apa mungkin, mas Rangga kalau tidur harus seperti itu?

Salah paham

Saat diriku melangkah kearah dapur, kulihat sosok lelaki yang tertidur disofa ruang tamu. Aghh, kenapa mas Rangga tidur disitu sih? karena tenggorokan terasa kering, kuputuskan mengambil air minum lalu ku teguk hingga rasa hausku sirna. Saat hendak kembali untuk membangunkan suamiku, tiba-tiba saja Reni keluar dari dalam kamar mandi. Alisku bertaut, karena merasa heran kok dijam seperti ini adikku itu sudah keramas.

"Reni, kok tumben jam segini udah mandi? " tanyaku sambil melihat kearah jam dinding yang berada di dapur.

"Aku juga heran kak, jam segini gerah amat mana AC pake rusak segala lagi. Akhirnya gak betah karena keringetan. Makanya aku putuskan untuk mandi sekalian keramas biar seger. " Ucapnya sambil melap rambutnya dengan handuk.

"Perasaan, hawanya dingin deh. Aneh amat sih kamu tuh, kesambet kali yah? " ucapku lalu meninggalkannya begitu saja dan menghampiri mas Rangga yang tertidur disofa.

Ku bangunkan suamiku itu dengan suara yang pelan sambil menggoyangkan lengannya agar terbangun dari tidurnya. Gak pake lama, mas Rangga langsung bangun sambil mengucek matanya. Kubiarkan diam sejenak, lalu aku duduk disampingnya sambil memijiti tangannya dengan lembut.

"Maaf yah, kalau mengganggu mimpi indahmu!" Ucapku karena sejujurnya aku tak enak hati sudah membangunkannya dijam seperti ini. Tapi kan, itu semua kulakukan agar suamiku itu pindah tidur dikamar. Gak enak aja kan, kalo orangtuaku melihat mas Rangga tidur diluar. Bisa dibilang istri durhaka lagi ama ibu dan bapak.

"Ehmm, gak perlu minta maaf dong. Aku yang salah karena tertidur disini. Soalnya tadi dikamar, gak enak aja ada adik kamu. "

Gara-gara Reni nih, mas Rangga malah tidur diruang tamu seperti ini. Coba saja dia gak ngerengek minta bobo bareng, kan ritual malam pertama kami sudah terlaksana, mungkin saja sudah sampai tujuh ronde. Emang diriku mampu melakukannya sebanyak itu? Aghh, merasakannya aja belum  pernah, mungkin saja baru satu ronde udah kelelahan. Ihh, otak ini kenapa malah mikir kesitu sih, ada-ada aja deh.

"Kok malah bengong? apa mau tidur disini bareng aku? " Ucap mas Rangga membuyarkan lamunanku.

"Ihh, kan punya kamar masa tidur disini sih mas? Ayo, kita masuk kedalam kamar! " ajakku lalu menggandeng tangan mas Rangga menuju kekamar tidur.

Saat didalam kamar, aku membaringkan tubuhku diatas kasur. Mas Rangga terlihat sedang memainkan ponselnya. Tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada yang menelpon.Saat melihat ke layar ponselnya,gak pake lama segera diangkatnya dengan wajah yang terlihat panik.

"Apa? emang gak bisa dikerjakan besok aja yah pak? " terdengar mas Rangga seperti terkejut mendengar ucapan lawan bicaranya ditelepon.

Entah apa yang dibicarakan lagi aku tak mendengarnya karena mas Rangga langsung keluar dari kamar begitu saja. Aku sih mengerti, mungkin saja itu obrolan penting dengan rekan kantornya jadi aku tak berhak ikut campur.

Selang berapa lama, mas Rangga kembali masuk kedalam kamar dengan wajah yang terlihat begitu khawatir. Dalam pikiran ini, mungkin ada masalah dalam pekerjaannya. Sehingga ku beranikan untuk bertanya,

"Ada apa mas? kok kamu tampak khawatir seperti itu? "

"Hmm anu, ehh bolehkah aku berangkat sekarang kekantor? Soalnya ada masalah penting yang harus ku selesaikan saat ini juga. Kalau gak, aku bakalan dipecat dari perusahaan. " Ucapnya panjang lebar sambil mondar-mandir membuatku pusing tujuh keliling melihatnya.

"Ini kan masih jam lima pagi, mas. Apa gak bisa ditunda dulu? " tanyaku menghampirinya lalu menuntunnya untuk duduk disofa kamar.

"Maaf yah sayang, aku harus pergi sekarang. Nanti jam makan siang, kamu tunggu aku jemput yah dan kita pindah kerumah orangtuaku. " Ucapnya lalu mengecup kening ini dengan mesra.

Setelah berganti pakaian, mas Rangga melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Aku pun berinisiatif mengantarnya sampai dipintu depan. Walaupun hati ini sedih sih, belum bisa merasakan malam pertama kami. Tapi mau gimana lagi, daripada suamiku dipecat,lebih baik mengalah aja.

Lagipula ini udah pagi, masih ada banyak waktu untuk bermanja pada suamiku yang tampan itu. Saat mobil milik suamiku itu berlalu, aku pun kembali masuk kedalam kamar untuk melanjutkan tidurku, siapa tau dapet mimpi yang indah.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Jam makan siang pun tiba. Aku yang sudah siap menunggu jemputan sedari tadi, akhirnya dijemput juga oleh pemilik hati. Jujur saja, aku sebenarnya belum siap pindah kerumah mertuaku. Apalagi, kata mas Rangga mereka sedang menunggu kedatangan kami. Pasti taulah yah rasanya saat serumah dengan mertua itu seperti nano nano. Semoga saja mereka baik sehingga membuat diri ini betah tinggal berlama-lama disana.

Sebelum pergi, aku memeluk orangtua dan adikku secara bergantian sambil menangis sedih karena harus berpisah dengan mereka. Sudah pasti nanti aku akan merindukan suasana rumah ini. Tapi gak apa-apa, toh nanti bisa main kesini sekedar melepas rindu bersama mereka.

"Kak, jangan males yah kalo udah dirumah mertua nanti! ntar ditendang loh ama ibu mertua kayak di sinetron itu loh. " Ucap Reni membuatku membulatkan mata sambil memanyunkan bibir menanggapi omongannya.

"Ibuku gak sejahat itu kali, Ren. Jangan samakan kayak di sinetron dong! " Ucap mas Rangga membuat kami semua tertawa mendengarnya.

"Kebanyakan nonton sinetron nih bocah. " Ucapku lalu mengacak rambut adikku itu sehingga terlihat berantakan.

"Yah udah yuk, kita berangkat sekarang!"

" Kami pamit yah, nanti bakalan sering main kesini kok jadi jangan bersedih yah! " Ucapku lagi lalu naik kedalam mobil.

Aku pun melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak maju. Saat dalam perjalanan menuju kerumah mertuaku, kami bersenda gurau lalu menceritakan kisah indah pertemuan kami dulu. Sedikit curhat, dulu aku kenal mas Rangga karena dicomblangin oleh adikku.Yah,siapa lagi kalo bukan Sih Reni biang kerok. Kalau diingat-ingat lucu juga awal pertemuan kami tersebut. Nanti lain kali lah aku ceritain.

Tanpa terasa kami pun tiba di sebuah rumah mewah milik mertuaku. Jantungku berdegup kencang saat melihat ibu mertua datang menghampiri kami di halaman depan dengan senyuman yang indah. Semoga saja, ibu mertuaku ini orang yang baik bukan kayak di sinetron seperti ucapan Reni tadi. Hmm, tapi beliau memang baik sih terlihat dari caranya tersenyum padaku.

"Akhirnya yang ditunggu datang juga. Ayo, kita masuk kedalam! " ucap Ibu mertua sambil cipika cipiki segala denganku,aku kan jadi gerogi dibuatnya.

Ibu mertua menggandeng tanganku lalu mengajak masuk kedalam rumah. Saat sampai diruang tamu, sudah ada bapak mertua dan bocah seumuran Reni yang kutebak adalah adik dari mas Rangga. Akupun memberikan senyuman termanis kepada mereka lalu meraih tangan bapak mertua dan mencium punggung tangan beliau.

Saat senyuman ini kuberikan kepada adik mas Rangga, eh dianya malah memiringkan bibir tanda tak suka padaku. Tapi masa bodohlah, yang penting ibu dan bapak mertuaku terlihat baik saat menyambut kedatanganku.

"Karena kalian sudah datang, sekarang giliran kami yang harus pergi. " Ucap Ibu mertua membuat mas Rangga terkejut. Kalo aku sih gak, malah bagus kalo mereka pergi biar gak gerogi seperti ini.

"Loh, secepat ini? gak bisa besok aja berangkatnya? kasian loh Renata baru juga datang, langsung ditinggal begitu saja. " Ucap mas Rangga membuatku kaget mendengarnya.

Aku hanya terdiam membisu mendengar obrolan mereka. Kan malu kalo ikut berbicara, nanti dibilang sok akrab. Jadi nikmati alurnya aja deh.

"Maafin kami yah, nak! sebenarnya ibu ingin berlama-lama disini dan mengobrol denganmu, tapi pekerjaan yang harus membuat kami pergi saat ini juga. " Ucap Ibu mertua dengan raut kesedihan.

Aku hanya mengangguk sebagai respon karena gak tau harus ngomong apa kepada ibu mertuaku tersebut. Walau ada raut kesedihan diwajah mas Rangga, tetap saja kedua mertuaku tersebut pergi meninggalkan rumah.

Sepeninggal mertuaku, kupikir mas Rangga akan mengajakku kekamar. Eh padahal dia juga pergi dengan alasan masih ada kerjaan yang harus diselesaikan. Harusnya yah, ajak dulu buat nunjukin letak kamar yang akan kami tempati, ini malah main kabur aja. Jadinya kan aku bingung, sehingga terus mematung diruang tamu.

"Gak capek yah berdiri mulu? " ucapan bocah itu mengagetkan ku saja. Akhirnya aku langsung duduk aja disampingnya karena gak tau harus ngapain.

"Kalo capek yuk kekamar? " Ucapnya membuatku terkejut bukan main.

"Ih, bocah ngapain ngajak kekamar segala?jangan pikir gak ada mas Rangga disini, seenaknya yah ngajakin kekamar bareng. Dasar otak mesum. " Ucapku dengan nada tinggi.

"Geer amat sih jadi orang. Aku tuh cuma mau nunjukin kamar bang Rangga biar kakak bisa istirahat.Belum tau kan letak kamarnya dimana? Aihh, kakak tuh bukan level aku juga kali. Nanti, kalo pengen istirahat, dilantai atas,ada dua kamar. Biar gak keliru lihat saja, yang ada tulisan Rendi dipintu,itu kamar aku. Jadi kakak masuknya dikamar yang gak ada tulisan namaku. "Ucapnya panjang lebar membuatku salah tingkah karena sudah salah paham padanya.

Ciuman adik ipar

Setelah adik mas Rangga meninggalkanku sendirian diruang tamu, tiba-tiba saja mbok Ijah datang menghampiriku dan ditangannya sudah ada nampan berisi es jeruk dan beberapa camilan. Aku hanya mengangguk ketika mbok Ijah menyuruh untuk meminum jus yang sudah berada diatas meja tepat nya dihadapanku.

Sebenarnya aku masih sedikit kesal kepada mas Rangga yang menurutku sungguh keterlaluan meninggalkanku sendirian dirumah ini. Walaupun ada mbok dan juga adiknya tapi kan aku belum terbiasa dengan mereka. Ditambah lagi, harus menanggung malu karena sudah menuduh bocah tadi punya niat yang gak baik kepadaku. Aduh, kenapa perkenalanku dengan adik iparku terkesan memalukan sih.

Pasti setelah kejadian tadi, dia gak akan pernah ngajak ngomong lagi deh. Padahal maunya, aku tuh ingin terlihat akrab dengan adik iparku tersebut,biar kalo ditinggal mas Rangga kekantor, gak rasa kesepian karena punya teman untuk sekedar diajak ngobrol.

"Non, diminum dulu jusnya! nanti setelah itu mbok anter kekamar biar istirahat. " Ucapan mbok membuyarkan lamunanku.

"Eh.. Hmmm iya mbok, makasih yah minumannya. " Ucapku lalu meneguk jus jeruk tersebut sampai tak bersisa.

"Pelan-pelan aja minumnnya, Non. "

Aku melirik kearah mbok yang menatapku sambil tertawa kecil. Pasti mbok mengira diriku sangat kehausan padahal diriku ini tengah kesal kepada mas Rangga. Jadi meminum jus jeruk seperti orang kesambet saking kesalnya.

"Mbok, tolong tunjukin kamar mas Rangga yah? soalnya aku belum tau dimana letaknya. " Ucapku lalu dianggukin oleh mbok Ijah.

"Harap maklum yah dengan keluarga barumu ini. Mereka memang suka begitu, mendadak pergi karena urusan pekerjaan. Nanti Non juga akan terbiasa. Mbok tau, pasti Non kesel karena baru pertama kali kesini sudah ditinggal lagi. " Ucap mbok yang hanya membuatku mengangguk menanggapinya.

Setelah tau letak kamar mas Rangga, akupun masuk dan langsung merebahkan tubuh ini diatas kasur empuk milik mas Rangga yang kini juga sudah jadi milikku sih. Karena bosan, aku pun membuka layar ponsel untuk melihat aplikasi layar biru. Yah, sekedar melihat postingan teman yang lewat di beranda.

Setelah bosan,lanjut melihat ke aplikasi layar hijau. Ternyata, disana ada beberapa chat yang belum kubuka. Salah satunya dari mas Rangga, lalu kubuka untuk membacanya,

[ Maaf yah sayang, aku langsung main pergi aja tadi. Soalnya, ada urusan mendadak bersama client dikantor. ] 

[ Sayang, nanti gak perlu nungguin aku pulang yah! Soalnya ada lembur, dan kemungkinan aku baliknya tengah malam. ]

Wah, ternyata sejam yang lalu mas Rangga mengirim chat kepadaku. Ternyata lama juga yah aku melamun diruang tamu tadi. Aku pun langsung menghubungi mas Rangga untuk sekedar melampiaskan  kekesalanku yang ditinggal begitu saja dirumah ini. Gak peduli, posisinya lagi dikantor, pokoknya aku ingin menceramahi nya panjang lebar. Saat panggilan tersambung,

"Hallo.. " Ucap lawan bicara di seberang telepon. Tapi kok, suara wanita yah dan sepertinya tak asing ditelinga.

"Maaf ini siapa yah, kok ponsel suamiku ada padamu? " tanyaku menyelidiki karena jujur ada rasa curiga yang hadir melandaku.

"Biasa aja kali kak. Ini aku Reni, kebetulan mas Rangga lagi ke toilet dan ponselnya ketinggalan dimeja makan." Ucapnya sehingga membuatku makin bingung, kok mas Rangga bisa bersama adikku sih?

"Loh, kok kalian bisa berada ditempat yang sama? " tanyaku penasaran.

"Iya, tadi kan aku ama temenku lagi makan di restoran, dan secara kebetulan suami kakak ada disini juga bersama rekan kerjanya. Jadinya, karena melihat aku, mas Rangga menghampiriku sekedar basa basi. Tapi, tak lama izin Ketoilet dan ponselnya gak kebawa. " Ucap Reni panjang lebar membuatku lega mendengarnya. Kupikir wanita lain yang sedang bersama suamiku tersebut.

"Yah udah deh, nanti bilangin ama mas Rangga buat nelpon balik ke kakak yah? Oya, kamu lagi ngedate yah ama pacar mu? pake ngomong temen segala. "

"Ih kepo.. "

"Sayang, habis ini kita kemana lagi? " Ucap seorang pria yang kudengar tampak jelas ditelinga dan seperti tak asing ditelinga akan suaranya tersebut. Tanpa aba-aba teleponnya terputus begitu saja.

Mendengar suara lelaki tadi yang kuyakin adalah suara mas Rangga, membuat pikiran ini seperti manaruh curiga terhadap adik dan suamiku. Tapi gak mungkin dong mereka bermain api dibelakangku? mungkin saja aku salah sangka, siapa tau kan itu suaranya teman adikku yang bersama dengannya. Akupun menepis jauh-jauh prasangka burukku.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Malam harinya, aku bosan sendirian dikamar gak ada teman ngobrol. Ingin menelpon mas Rangga tapi nomernya gak aktif dari tadi. Membuatku teringat pada kejadian tadi, diri ini seperti yakin itu suara mas Rangga, namun aku juga gak boleh asal menuduh, nantinya bisa bermasalah besar kalau aku menuduhnya bermain api dengan adikku sendiri.

Pukul 21.00 malam, ternyata hujan turun begitu deras. Suara guntur menggelegar dan kilat yang menyambar-nyambar membuatku takut. Mana mas Rangga belum juga pulang. Tiba-tiba saja lampu padam membuat penglihatan ini sangat gelap.

Aku berteriak histeris karena sungguh, aku takut berada dalam kegelapan. Aku menangis tersedu-sedu berharap lampu ini kembali menerangi ruangan ini. Mana ponselku juga yang tiba-tiba mati total karena lupa mengisi daya.

"Kak, kakak gak apa-apa kan? " terlihat adik iparku berdiri dihadapanku dengan cahaya yang berasal dari ponselnya.

Aku hanya mengangguk pelan, namun kemudian terdengar lagi suara guntur menggelegar sehingga secepatnya aku berdiri dan memeluk erat tubuh adik iparku tersebut tanpa rasa malu. Masa bodoh kalau aku dikatain apa saja oleh adik iparku tersebut, jujur ketakutanku lebih besar saat ini.

Aku merasakan dia menuntunku keatas kasur sehingga membuat tubuh kami begitu lekat karena aku tak mau lepas dari pelukannya. Terasa dia melepaskan tanganku yang sedang memeluknya tersebut. Dan tau apa yang dilakukannya kemudian? tanpa aba-aba adik iparku tersebut berani menciumku.

Aku tersontak kaget, lalu melepaskan tautan bibir kami dan aku ingin memarahinya karena sudah tak sopan kepadaku. Tapi belum sempat bicara, kembali diciumnya kembali bibir ini untuk membungkam mulutku. Anehnya,yang pada awalnya menolak, tapi entah mengapa diriku seperti terhipnotis sehingga membalas ciuman darinya.

Kami melakukannya cukup lama, dan jujur aku belum pernah merasakan sensasi berciuman seperti ini. Tapi aku segera tersadar bahwa ini adalah kesalahan, sehingga aku pun mendorong adik iparku tersebut agar menjauh dariku.

"Maaf kak kalo aku udah lancang. " Ucapnya membuatku turut sadar karena tak seharusnya aku melakukan hal itu dengan adik iparku sendiri.

"A-aku juga minta maaf, tak seharusnya aku memelukmu. Tadi aku hanya takut, anggaplah yang tadi itu tidak pernah terjadi. Sekarang kembalilah ke kamarmu. "

" Boleh aku minta nomer WA kakak? "tanyanya yang menurutku mengalihkan pembicaraan.

Karena tak mau hal tadi terjadi lagi, langsung saja ku berikan nomer WA ku agar dia segera kembali kekamar nya sendiri. Lagipula lampunya sudah terang kembali dan rasa takut juga sudah berkurang dan hujan juga tak sederas tadi lagi.

Sebelum adik iparku keluar, dia kembali menatapku sehingga membuatku salah tingkah. Kuakui wajahnya sedikit mirip dengan mas Rangga. Ya iyalah, namanya juga adik kakak pasti bakal ada sedikit kemiripan. Jantung ini berasa mau copot tatkala tangannya menggenggam erat tanganku lalu seenaknya main cium kening segala. Sakit yah nih bocah bersikap aneh pada kakak iparnya sendiri.

"Kamu kan bukan suamiku, kok malah begini sih? " Ucapku sedikit menjauh darinya.

"Ini namanya adik ipar yang menghormati kakak iparnya. " Jawabnya sambil terkekeh.

"Mana ada? sana tidur, kamu tuh masih bocah gak seharusnya memperlakukan kakak iparmu seperti seorang istri. Ingat, aku istri abangmu loh? " Ucapku agar dia sadar diri dan tak seenaknya memperlakukan aku dengan mesra.

"Aku bukan bocah, kakak bisa panggil aku Rendy. " Ucapnya sambil mengusap kepalaku lalu berlalu meninggalkanku.

Kok aneh amat sih, ada apa dengan diriku yang ikut terlena dengan ciuman yang diberikannya tadi. Harusnya yah aku menolak dan segera mengusirnya dari kamar ini. Eh, malah menikmati dan ikut membalas ciumannya.

Pasti bocah itu berpikir yang aneh-aneh tentangku, bisa saja nanti dia mengatakan hal ini pada mas Rangga sehingga hubungan kami retak kan mungkin saja dia gak suka aku menikah dengan abangnya sehingga menyusun rencana ini agar abangnya menendang aku keluar dari rumah ini.

"Sayang, kok bengong sih? " lamunanku buyar ketika mas Rangga mengelus pipi ini dengan lembut.

"Eh, mas Rangga udah pulang? " Ucapku gelagapan.

"Lagi mikirin apa sih, sampai gak tau aku masuk?" tanyanya dengan alis bertaut.

"Anu mas, tadi kok nomer kamu gak aktif? terus, sore tadi kenapa ponselmu ada pada adikku? " tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Iya tadi gak sengaja ketemu di restoran yang sama. Jadinya, aku menghampiri adik ipar ku tersebut sekedar untuk basa basi doang. Lagipula tadi juga dia ngenalin aku pada teman cowoknya. " Ucapnya sambil garuk-garuk kepala.

Aku pun lega karena kecurigaan ku meleset. Lagipula gak mungkin juga kan adikku nikung kakaknya sendiri. Yang jadi masalahnya sekarang, aku tak bisa tidur karena terngiang-ngiang pada kejadian saat mati lampu tadi bersama adik iparku. Kalo mas Rangga sampai tau, mampuslah diriku. Semoga saja bocah itu tak menceritakan semuanya kepada mas Rangga.

Aku menoleh kearah suamiku, lalu memeluknya dan meminta jatah malam pertama kepadanya. Sungguh, aku ingin melakukannya dan menyerahkan mahkota ku kepada suamiku. Kemarin kan sempat tertunda karena ulah adikku.Untungnya suamiku merespon sehingga malam pertama kami pun terwujud.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!