NovelToon NovelToon

After One Night

[Kagum]

Namanya Cheryl Arsya Kiehl Miller, saat ini gadis cantik berusia delapan belas tahun itu sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu universitas ternama negara London Inggris.

Hari demi hari Cheryl lalui dengan riang kegembiraan, persahabatan, dan tak lupa pula cinta terpendam.

"Lo mau kemana?" Ciko nama gadis itu, Ciko teman baik Cheryl sedari masih SMA. Di negara ini pun mereka tinggal di apartemen yang sama.

Yah, unit apartemen biasa, bukan Penthouse seperti kebiasaan anak orang kaya. Cheryl putri cantik semata Dhyrga ini memang sesederhana itu.

"Gue mau ke, ..."

"Dateng ke lapangan basket lagi hah?" Ciko memotong tak suka.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Cheryl, setiap jam pulang kuliah, Cheryl menonton latihan basket senior sombong yang tidak patut dikagumi.

"Sumpah deh, Gue nggak bisa tidur kalo belum liat muka tu orang!" Sanggah Cheryl.

"Serah Lo deh." Cemberut, Ciko mengemasi buku-buku miliknya. Kemudian membiarkan sahabat seperjuangan ngeluyur begitu saja.

Cheryl tersenyum, langkah larinya menjadi pusat perhatian semua pria yang terkagum dengan kepribadian dan kecantikan alaminya.

Cerdas, cantik, seksi, baik, terlebih dia juga satu-satunya anak perempuan dari CEO tampan pengembang real estate. Bibit bebet bobot Cheryl mencapai penilaian sempurna.

Seperti biasa Cheryl berhenti di depan mesin minuman. Ia menggesekkan kartu kredit setelah menekan beberapa tombol.

Satu kaleng minuman dingin tergelincir ke bawah. Cheryl mengambilnya untuk kemudian dibawa masuk ke dalam lapangan basket kampusnya.

Gema teriakan para pemuda mulai terdengar di telinga, Cheryl duduk pada salah satu kursi stadion. Bibirnya tersenyum, tangannya menyangga dagu, ia menatap kagum pemuda tampan yang saat ini berlarian sambil memainkan bola oranye.

Badai Laksmana, nama pemuda berparas tampan berusia dua puluh tahun itu. Hidung mancung, bibir manis, kulit putih bersih, wajah oriental khas Asia. Tubuhnya tinggi bidang, tak dipungkiri Badai sangatlah rupawan.

Badai lahir dan besar di Indonesia, dari SMP, SMA mereka satu sekolah, kini keduanya kuliah di kampus dan negara asing yang sama.

Ini bukan kebetulan semata, Cheryl selalu mencari tahu di mana Badai melanjutkan pendidikan lalu mengikutinya.

"Ekm Ekm, tu minuman buat Gue?"

"Eh, ..." Cheryl menoleh pada pria tinggi rupawan yang duduk di sisinya.

"Kak Sandy." Cheryl menyengir pada sahabat setia Badai Laksmana.

"Tu minuman buat Gue? Atau masih sama, buat dia?" Sandy mengulang pertanyaan.

"Buat dia dong." Cheryl menyengir kembali. Sungguh manis senyum nyengir seorang Cheryl. Sandy akui, ia tertarik pada gadis ini.

Sandy mengikat tali sepatu sembari bergumam pelan. "Badai udah tahu setiap hari Lo pasti dateng beliin minuman buat dia, tapi sejauh ini dia nggak respon ke Lo kan?" Tanyanya.

Cheryl menggeleng. "Nggak apa-apa kok, Cheryl nggak ngarep banyak. Cukup diterima aja minuman Cheryl, Cheryl bahagia kok." Katanya.

"Lo kagum? Atau mencintai?" Kembali Sandy menoleh pada gadis cantik itu.

"Hehe." Cheryl menyengir. Pertanyaan Sandy cukup menyentil cengiran gigi putihnya. "Apa pun namanya, Cheryl suka sama Badai."

"Jadi?"

"Titip lagi." Seperti biasanya Cheryl menyodorkan kaleng minuman pada Sandy.

"Ok." Setelah siap dengan tali sepatu yang terikat rapi, Sandy mengacak kecil puncak kepala gadis itu, ia berdiri membawa serta minuman kaleng milik Cheryl untuk diberikan pada Badai.

"Badai!" Teriak Sandy. Cheryl tersenyum saat Badai menoleh padanya setelah menerima lemparan minuman dingin dari tangan Sandy.

"Semangat." Cheryl memberikan dukungan dengan mengudarakan tinju kecil.

Badai berpaling acuh. "Buat Lo aja!"

Senyum Cheryl meredup ketika Badai melemparkan minumannya pada teman yang lain. Memang dingin sekali sikap pemuda tampan itu. Setiap hari Cheryl perhatikan tapi tak pula merespon ataupun hanya sekedar membalas sedikit senyuman manisnya.

...✴️🔸🔸🔸✴️...

Hari sudah mulai gelap, Cheryl cukup terlambat untuk pulang. Hanya karena ingin melihat latihan fisik Badai, ia harus rela tertinggal teman-teman lainnya.

"Taksi!" Sembari menilik arloji miliknya, Cheryl berlari menuju kendaraan umum itu.

Brugh.... Buku-buku Cheryl terjatuh berserakan. Ia mendongak, cacian dingin ia dapati lewat tatapan sinis seorang Badai.

"Jalan bukan cuma pakai kaki, tapi pakai juga matamu." Suara teguran dari pemuda itu.

Mengusung tatapan tidak ramah, Badai berdiri di hadapan Cheryl. Satu persatu Cheryl memunguti buku-buku miliknya kemudian kembali berdiri tegak menatap wajah tampan idolanya. "Tapi barusan Kak Badai yang menabrak ku bukan?"

Badai tersenyum getir. "Apa aku harus minta maaf padamu?" Meski kedengarannya dingin, tapi Cheryl suka dengan sebutan aku kamu.

Cheryl menggeleng. "Tidak perlu, aku tidak gila ucapan maaf." Ujarnya.

"Taksi!" Cheryl beralih meneriaki satu lagi taksi lain yang kemudian berhenti tepat di depan tubuhnya.

Cheryl menarik handel pintu, lalu Badai meraih lengannya hingga gadis itu menoleh seketika. "Kau menyukai ku bukan?"

Pertanyaan macam apa ini. Cheryl mengulas kerut di keningnya. "Maksud mu?"

"Biasanya, orang yang menyukai laki-laki, akan rela melakukan apa pun, termasuk mengalah untuk jasa taksinya."

Cheryl mendecak lidahnya. "Hari sudah gelap, apa lagi sudah akan turun hujan. Kalau mau kita pergi sama-sama saja, bukankah apartemen kita berdampingan?" Katanya.

Badai terkekeh samar. "Jadi kau berharap aku mau duduk satu mobil dengan mu?"

"Tidak pun tak apa, tapi aku tidak akan mengalah karena aku seorang gadis, apa lagi hari sudah gelap." Cheryl masuk ke dalam taksinya, yang mana membuat Badai kesal.

"Sial!" Pemuda itu memutari mobil, segera ia memasuki pintu lainnya. Benar kata Cheryl, hari sudah mulai gelap, mungkin akan sulit mendapat taksi lain.

Cheryl tersenyum saat Badai duduk di sisinya dengan jarak yang sangat dekat. "Gitu kan enak, kita sama-sama." Tegur nya.

"Kau beruntung kali ini!” Badai bergumam lirih. Acuh dan sombong adalah perangainya.

Badai melipat tangan ke depan dada. Lantas Cheryl membuka tas selempang miliknya, ia meraih ponsel dan mengutak-atik gawai pipih.

Pesan teks berdesakan masuk, sejumlah pertanyaan khawatir dari Ciko pun telah Cheryl dapati.

Sebentar lagi akan turun hujan, seluruh media telah mengabarkan cuaca ektrim sore ini. Tapi Cheryl yakin dia akan sampai apartemen sebelum hujan turun.

"Sejak kapan kau mulai terobsesi padaku?" Setelah cukup lama saling berdiam diri Cheryl menoleh pada pemuda yang menyeletuk kan pertanyaan itu.

"Apa kau sudah tahu aku menyukai mu?"

Badai terkekeh sumbang. "Tentu saja semua orang tahu! Setiap hari kau mengikuti ku ke mana pun aku pergi."

Cheryl tergelak kecil. "Tapi kamu tidak pernah sedikitpun merespon ku. Aku kira, kamu tidak tahu."

Badai menoleh sinis. "Bukankah seharusnya kamu memanggil ku Kakak?"

Cheryl terkikik. "Baiklah, Kakak." Ucapnya cengengesan.

Berpaling lurus ke depan, Badai menarik ujung bibir. "Tidak perlu saja, Kakak lebih terdengar aneh." Ralat nya.

"Aku rasa, panggilan Sayang lebih terdengar mesra." Cheryl menyengir melihat raut kecut seorang Badai Laksmana.

"Jadi kau tidak memiliki kekasih karena seumur hidupmu hanya mengagumi ku, begitu?" Badai mencibir cucu pertama Raka Rain ini.

Cheryl mengangguk. "Mungkin iya."

"Sayangnya kamu tidak termasuk dari jajaran wanita ideal ku."

"Aku tahu." Cheryl meredup senyum, lalu matanya beralih menatap ke arah jendela.

Hujan mulai turun tipis-tipis, hatinya kian menghangat setelah kata demi kata penolakan terucap dari mulut dingin Badai Laksamana.

...✴️🔸🔸🔸✴️...

...Note. Tidak seperti cerita Queen yg komedi romantis, cerita ini sedikit bikin merinding bergetar berdenyut denyut bahkan sesak juga dan tentunya berbeda dari sebelumnya....

[Yakin?]

Mobil taksi itu berhenti tepat di parkiran basement apartemen milik Cheryl dan Badai. Yah, keduanya memang tinggal di hunian elit yang sama.

Badai membayar taksi lalu keluar dari mobil dengan wajah acuhnya. Cheryl menyusul turun, kemudian berlari mensejajarkan langkahnya dengan kaki-kaki besar milik Badai yang mulai memasuki sebuah lift.

Di depan pintu masuk mereka langsung menemui alat transportasi vertikal yang sudah langsung terbuka dan kosong.

Ting ... Pintu lift tertutup.

Cheryl menyengir, matanya acap kali berkedip saat memandangi wajah Badai dari samping, ia menyandarkan punggungnya pada permukaan dinding lift, menikmati keindahan ini. Jarang-jarang Badai mau satu lift dengannya meski tinggal di apartemen yang sama.

"Jangan menatapku seperti itu!" Badai menghunus kerlingan menyayat pada Cheryl.

"Cuma menatap, nggak ngarep memiliki kok, jadi di mana letak kesalahannya? Bukannya semua orang punya hak asasi manusia? Termasuk menatap sesuatu yang dikagumi." Sanggah Cheryl.

Badai memutar bola mata kemudian berjalan mendekati gadis itu. Cheryl tersenyum saat kedua tangan Badai berada di sisi kiri dan kanan lengannya.

Untuk pertama kalinya, ia memiliki kedekatan yang cukup tipis dengan pemuda idamannya, jantung Cheryl berdebar kencang hingga saliva turun ke tenggorokan begitu lancar.

Badai sedikit membungkuk. "Kau yakin tidak ingin memiliki ku?" Bisiknya. Sengaja Badai bermain-main dengan gadis stalker ini.

"Cheryl cukup sadar diri saja, Cheryl bukan tipe mu." Sambung Cheryl. Dan Badai hanya tersenyum sekilas.

Badai menyadari sesuatu yang pasti, detik ini juga ia tahu bahwa kecantikan seorang Cheryl terlihat dominan setelah disaksikan seksama.

Cheryl cantik dengan mata birunya, hidung mancungnya, bibir merahnya, terlebih ukuran pipi yang pas, tidak terlalu tembam juga tidak terlalu tirus.

Cheryl memiliki tinggi yang pas, tidak pendek tapi tidak juga terlalu tinggi, yang ada dalam benak Badai adalah tubuh seksi Cheryl nyaman untuk dipeluk.

Manik matanya sedikit turun menatap kedua bukit kembar yang menyembulkan belahan indah di sana, putih mulus dan cukup terawat.

"Kamu sudah pernah pacaran?" Badai bertanya dengan suara berbisik pelan.

Cheryl gugup, ini kali pertama Badai menganggap dirinya ada dan begitu mesra terasa. "Belum." Geleng nya.

Badai semakin mengikis jarak diantara mereka. Entah ke mana perginya penghuni apartemen ini, kenapa tak ada yang menaiki lift dan menyelamatkan degup jantung Cheryl.

"Apa tidak ada lagi pemuda yang kau kagumi selain aku?" Tanya Badai. Wajahnya kian sejajar, bahkan napas keduanya saling bertabrakan.

"Tidak ada." Cheryl mulai terbata-bata.

Aroma napas Cheryl seperti balita. Badai laki-laki normal, tentu saja ia memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi terhadap gadis cantik seperti ini. Bertahun-tahun ia mengabaikan Cheryl, entah angin dari mana yang mampu membuat dirinya luluh untuk berdamai.

"Kau yakin tidak akan pernah menerkam ku? Meski aku di hadapan mu seperti ini?" Seringai kecil terbit di sudut bibir Badai.

Cheryl memejamkan mata setelah cukup nyaman menghela aroma napas pemuda idamannya. Inginnya tak tergiur, karena ia sadar Badai tak pernah menyukai dirinya.

"Kau yakin tidak mau mencium ku, hmm?"

"A-aku." Terbata-bata, Cheryl mencoba menekan rasa canggungnya. Dadanya naik turun, deru napas mulai kacau, gejolak dan gairah mudanya mendominasi diri.

Badai terkikik kecil. "Kamu belum pernah ciuman?" Tanyanya.

"Be-belum."

Badai berbisik di telinga. "Aku beri gratis kalau kau mau."

Detik berikutnya Cheryl membuka mata, tatapannya terarah luruh pada bibir sensual milik Badai.

Bag tersihir oleh wangi permen yang Badai telan sebelumnya, Cheryl menempelkan bibirnya pada bibir pemuda tampan itu.

Mata Badai mendelik penuh, tak dinyana Cheryl yang terkenal cantik dan polos ini mau memberikan ciuman pertama padanya.

Badai melerai kecupan Cheryl. Secara seksama ia menatap dalam-dalam netra biru gadis itu. "Kau tidak takut padaku?"

"Ti-tidak."

"Tapi kau bergetar." Badai dibuat penasaran hingga raba tangannya sampai pada perut kecil gadis itu. "Kau tidak takut aku menginginkan mu?"

"Ti-tidak." Entah setan apa yang merasuki, Cheryl nyaman dengan sentuhan lembut yang terasa asing bagi tubuhnya.

Badai memainkan tangannya, mengusap dan menggelitik pinggang ramping Cheryl. "Kau bahkan belum pernah berciuman, bagaimana kalau ternyata aku ingin lebih dari ini."

Badai menyelusup kan tangannya hingga masuk menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak boleh ia sentuh.

Cheryl mendongak, deru napas itu membuat rasa penasaran Badai semakin tinggi. "Aku akui kamu cantik. Tapi kau terlalu polos untuk ku."

"Ahh." Cheryl tak kuat menahan desah. Di bawah sana jemari-jemari Badai telah mengutak-atik sesuatu yang sangat sensitif.

Cheryl meletakkan kedua tangan mungilnya pada tengkuk leher Badai. Ia menjingkat kakinya agar mudah meraih bibir pemuda tampan itu.

Badai mundur. Ia lepaskan tangannya dari milik Cheryl. Bibirnya tersenyum getir memandangi wajah kecewa Cheryl.

"Kamu bukan tipe ku." Badai keluar dari lift setelah pintu terbuka di lantai unit milik mereka.

Cheryl meredup raut wajahnya. Langkah pelannya menyusul Badai keluar lalu berjalan menuju pintu unit apartemen miliknya. Perasaan cinta yang lama ia junjung tinggi kini berhasil menghempas dirinya jauh-jauh.

"Stalker!"

Suara Badai membuat Cheryl menoleh, seketika matanya membulat saat pemuda tampan itu meraih tengkuknya untuk menyatukan kedua bibir mereka.

Badai memejamkan mata menikmati setiap kecapan yang begitu hangat. Sebelah tangannya membuka pintu apartemen miliknya. Lalu, detik berikutnya Badai menarik tubuh Cheryl agar masuk ke dalam apartemennya.

Pergulatan bibir masih terlaksana, dan dengan rakusnya Cheryl mengikuti permainan romansa Badai. Mungkin Badai hanya bercanda saat mengatakan dirinya bukan tipe ideal. Buktinya, Badai begitu menikmati setiap detik kebersamaan yang menggairahkan ini.

"Aw." Cheryl terduduk di sofa saat tak mampu menepis serangan tubuh Badai yang lalu menindih dirinya.

"Cheryl."

"Hmm?" Keduanya saling menatap penuh hasrat. Ini hal tergila, dan benar-benar gila bagi kehidupan seorang Cheryl. Pertama kalinya ia mendapat respon dari Badai, hingga dengan mudahnya ia merelakan ciuman pertamanya.

"Pulanglah. Aku takut menerkam mu."

Badai beranjak dari posisinya. Ia duduk menunduk saat menyuruh gadis polos itu pergi. Setidaknya, sebelum gairah mudanya kembali bergejolak.

"Aku menyukai mu Badai. Aku menyayangimu. Dan aku mau menjadi pacarmu." Cheryl menyentuh lengan Badai.

Pemuda itu menoleh. Wajah ayu Cheryl cukup mampu meruntuhkan sikap arogan yang menghalangi hasratnya, ia tahu rasa ini tidak akan lebih dari keinginan satu malam saja. Selama bertahun-tahun dikagumi Badai tak pernah mau melirik gadis itu.

"Pulang atau aku melakukan sesuatu yang mengerikan padamu." Usir nya.

"Aku tidak masalah."

Badai mengernyit. "Kau yakin tidak takut padaku hmm? Kau yakin mau melakukannya dengan ku? Kau yakin kau juga menginginkannya?"

Cheryl bahagia hanya mendapatkan tatapan mata seperti ini saja. Apa lagi jika sampai kulit-kulit mereka bersentuhan kembali. Lama sudah Cheryl memimpikan hal ini.

"Aku yakin aku menginginkan mu." Badai kembali menyambar bibir Cheryl setelah mendapat anggukan kepala gadis itu.

Inilah dunia fana, indahnya begitu terasa saat setan menjadi bagian dalam pesta lenguh para remaja. Desah Cheryl terdengar merdu bahkan membuat Badai candu.

[Just for fun]

Visual Cheryl. Sebagian dari kalian pasti tahu kenapa visual Cheryl bule, karena memang silsilah keluarganya blasteran.

Visual Badai. Asli Asia tepatnya di negara Indonesia. Ibunya Chinese, dan ayahnya masih berdarah campuran Indonesia Eropa.

NB. Dan karena ini prekuel SW, jadi akan ada sambungannya dengan kehidupan masa lalu dari keluarga Badai dan keluarga Cheryl.

...✴️🔸🔸🔸✴️...

Pagi hari yang sedu sedan, Cheryl terbangun dari tidur pulas. Tubuhnya tergolek polos di atas ranjang empuk milik seorang pria. Ada rasa nyeri yang berdenyut di area bawahnya.

Meringis, ia beranjak dari gulungan selimut tebal berwarna putih. Cheryl memunguti satu persatu pakaian miliknya, ia pakai sembari tersenyum.

Ingatan manis saat Badai memperlakukan dirinya dengan intim membuat gadis bukan perawan itu bahagia. Sakit yang ia rasakan saat ini tak sebanding dengan rasa nikmat yang Badai berikan padanya semalam tadi.

Cheryl lengkap dengan pakaiannya. Ia kemudian berjalan keluar dari kamar Badai. Di dapur minimalis modern berwarna hitam silver itu, Badai tengah menyiapkan sarapan pagi.

Cheryl tersenyum. Mungkin seperti ini rasanya menjadi kekasih Badai, setelah dibuat melayang pemuda itu menyuguhkan makanan.

Tubuh atletis Badai terlihat saat hanya mengenakan kaos dalam ketat dan celana jeans pendek. Tak lagi canggung, Cheryl memeluk hangat pemuda itu dari belakang.

"Aku mencintaimu." Ucapnya tulus.

"Hmm?" Setelah cukup lama terdiam, Badai meletakkan spatula miliknya, ia berbalik menatap Cheryl dengan wajah dingin. "Kau tidak berharap lebih dari hubungan ini kan?"

"Maksudmu?" Sontak, Cheryl mengulas kerutan kening tipis. Pertanyaan tidak masuk akal Badai terdengar menyakitkan.

Badai tersenyum samar. "Dari awal kau tahu kau bukan tipe ideal ku Cheryl. Lagi pula, kau juga tahu aku sudah memiliki kekasih. Kejadian diantara kita satu malam tadi, just for fun." Ujarnya enteng.

"Apa?" Bag tersambar petir Cheryl ternganga. Lalu apa arti robeknya selaput dara yang ia korbankan hanya untuk pemuda ini? Apa semudah itu baginya?

Badai terkekeh. "Kita berada di era maju Sayang. Kau pasti tahu kehidupan sehari-hari para remaja di kota ini bukan?"

"Kau merenggut keperawanan ku lalu bicara santai seperti itu?" Sergah Cheryl. Tiba-tiba ia berani meninggikan suaranya di depan perenggut kesuciannya ini.

Semalam Badai masih terlihat manis saat menikmati inci demi inci lekukan tubuh seksi dan wajah cantiknya.

Badai tersenyum. "Ayolah Sayang, kita masih muda bukan? Senang-senang seperti ini jadikan hal yang biasa, bukankah kita melakukannya atas dasar suka sama suka?"

Setelah cukup lama terdiam, Cheryl kembali menganggukkan kepalanya. "Iya benar, dari awal hanya aku yang menginginkan mu."

Badai tersenyum. "Gadis pintar. Sekarang kita sarapan. Kau pasti lapar setelah berjam-jam bersama ku." Ajaknya.

"Tidak perlu repot-repot melayani ku. Aku bisa mengurus perutku sendiri." Datar, Cheryl menolaknya.

"Cheryl." Berbisik lirih, Badai meraih lengan wanita pertama yang tidur bersamanya. "Jangan membuat ku tidak nyaman karena raut wajahmu."

Cheryl tersenyum, manik birunya menatap dalam-dalam netra legam pemuda itu. Sebelum hancur lebur hatinya, beberapa menit yang lalu ia memiliki harapan tinggi pada Kakak seniornya ini.

"Terima kasih atas ciuman gratis mu, terima kasih juga untuk satu malam yang kau berikan padaku." Ucap Cheryl dengan senyum getirnya. "Meski singkat, kau berhasil membuat ku bahagia, Badai."

"Ryl."

"Permisi." Cheryl meraih tas selempang miliknya, lalu pergi.

Badai bergeming menatap berlalunya punggung mungil gadis itu. Sebelumnya ia sama sekali tak menginginkan tragedi ranjang ini. Tapi kemudian dia tak mampu menepis hasrat terlarangnya saat gadis cantik itu seolah menyerahkan diri.

...✴️🔸🔸🔸✴️...

Melangkah pelan, Cheryl keluar dari apartemen milik Badai, ia kemudian memasuki unit apartemen miliknya sendiri.

"Aaaaa!" Teriakan keras ia lepaskan seketika pintu itu ia tutup dengan punggungnya. Bahkan setelah merelakan hal yang paling berharga dalam hidupnya. Pemuda brengsek itu tak menganggap perasaannya penting.

"Maafkan Cheryl Mam." Punggungnya menyusuri permukaan pintu hingga ia terduduk di lantai.

Kacau kondisi rambutnya. Terlebih hati yang tak mampu ia tahan sesaknya. Mungkin bagi laki-laki keperjakaan tidaklah penting tapi bagi perempuan keperawanan ini bentuk dari cinta dan pengorbanannya.

"Maafkan Cheryl Daddy." Hanya rasa senang sesaat membuat perempuan berstatus gadis itu tak lagi benar-benar gadis.

Cheryl berteriak sekeras-kerasnya. Berusaha melampiaskan kemarahan yang tidak boleh orang lain dengar.

Kriiiiiing...

Ponsel dari dalam tasnya meminta pengindahan. Sebuah nama tertulis Sandy. Segera Cheryl menggeser tombol terima dan meletakkannya di telinga.

"Ya Kak." Isak nya setelah itu.

📞 "Hey, Lo nangis Cantik?" Setelah cukup lama terdiam Sandy kembali bersuara.

📞 "Kenapa? Ada apa?"

Cheryl terkikik sumbang. "Nggak apa-apa Kak. Cheryl cuma lagi rindu Mommy Daddy Cheryl." Ujarnya.

📞 "Oh." Sandy tertawa. "Sudah, jangan cengeng gitu, Gue punya sesuatu yang mengasyikkan."

"Apa itu?" Cheryl berusaha tak lagi menangis.

📞 "Ada konser Light blue kesukaan Lo. Gue punya beberapa tiket buat kita nonton rame-rame secara ekslusif."

"Benarkah?"

📞 "Yah, Lo pasti mau kan? Light blue jarang loh ngadain konser ekslusif kayak gini."

"Cheryl coba pikir-pikir dulu yah. Cheryl masih belum dapat izin dari Mommy Daddy." Bukan soal izin, sejatinya hati gadis itu masih kacau karena brengseknya seorang Badai.

📞 "It's okay." Sandy terkekeh.

Cheryl menutup sambungan telepon setelah mendapat kata pamit dari seberang sana. Ia bangkit dari duduk kemudian memasuki kamar miliknya.

...✴️🔸🔸🔸✴️...

Di meja makan berbentuk kotak minimalis modern milik Badai. Pemuda itu hanya mengaduk-aduk makanannya. Seharusnya pagi ini ia sarapan bersama Cheryl, tapi gadis itu pergi begitu saja setelah ia mengatakan kejujurannya.

Bermalam panas dengan Cheryl bukan lah cita-citanya. Meski tak dipungkiri Cheryl berhasil membuatnya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Seumur hidup, ini kali pertama Badai menyetubuhi seorang gadis.

Klik...

Benda pipih berdering sekilas, Badai melirik pada layar ponsel miliknya. Tertulis Baby di sana yang memberikan ucapan selamat pagi dengan emoticon love.

Tak mau membalas secuil pun pesan dari kekasihnya, Badai bergegas meninggalkan meja makan yang diisi dua piring nasi goreng spesial.

Sia-sia dia membuat sarapan pagi ala warga Indonesia, Cheryl pergi, terlebih dia pun menjadi tak berselera.

Langkahnya berlanjut sampai ke kamar. Ia masih perlu membereskan tempat tidur yang berantakan karena ulah Cheryl semalaman.

Sebercak warna merah menodai selimut putih miliknya. Badai menarik kain tebal itu lalu melipatnya. Akan ia anggap setitik darah ini sebagai kenang-kenangan dari gadis yang bertahun-tahun lamanya mengagumi dirinya.

"Sudah ku bilang gadis polos seperti mu bukan tipe ku. Dan sampai kapan pun kita tidak mungkin bersatu. Kau gadis bodoh yang pernah aku kenal Cheryl Arsya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!