NovelToon NovelToon

Tiba-tiba Dilamar

Beberapa tahun yang lalu

SMA Callaita, sekolah menengah atas khusus putri yang terletak di hilir kota tengah dihebohkan dengan berita jika salah satu siswi yang terkenal akan kehaluannya memberanikan diri menantang salah satu jagoan di SMA Graveyard, sekolah menengah atas khusus pria yang terletak di belakang gedung sekolah mereka. Banyak yang tidak tahu apa motif perkelahian yang nanti sore akan membuat heboh anak murid kedua sekolah, yang mereka dengar, jika si ratu halu dengan jagoan neon tersebut sudah mengibarkan bendera perang sejak seragam SMP masih melekat pada tubuh. Singkatnya, mereka sudah bermusuhan sejak masih bau kencur.

Tepat sepuluh menit setelah bel tanda berakhirnya jam sekolah berbunyi, semua murid segera bergegas menuju daerah perbatasan antar dua sekolah tersebut. Benar saja, garis perbatasan sudah ramai dipadati oleh segerombolan anak yang penasaran, dan tentunya, dua karakter utama sudah berdiri berseberangan sembari melemparkan tatapan tajam ingin segera menyerang.

Hening. Hanya suara semilir angin yang Terdengar. Daun-daun kering berterbangan seolah menjadi hitungan mundur dari pertikaian yang akan terjadi tak lama lagi. Para penonton pergulatan masih menyempatkan diri berbisik-bisik satu sama lain, taruhan siapa pemenang dari pertarungan sengit kali ini.

Si Raja Karate, sudah pasti.

Si Ratu Pembual, aku yakin.

Lama para penonton berdebat, sampai akhirnya, mereka semua kembali terdiam tatkala sebuah suara masuk dalam pendengarannya.

"Apa maksudmu berkata seperti itu?" Si ratu pembual yang dikenal dengan nama Alfira Mesya itu membuka suaranya dengan tangan yang sudah berkacak pada pinggang rampingnya.

Si Raja Karate, Caesar Ricardo, berdecih, tertawa mengejek dan mengintimidasi gadis sok berani di depannya. "Memang kenyataannya seperti itu. Dimana letak kesalahannya?" Si lelaki menyahut dengan percaya dirinya, membuat si penerima sahutan merasa sakit hati.

Tidak ada yang salah katanya? Cih, sialan. Fira menggeram, mengepalkan kedua tangannya kuat hingga urat-uratnya menyembul keluar.

"Hei! Asal kamu tahu, oppa-oppa ku sangat pantas mendapatkan Daesang atas kerja kerasnya! Seenaknya saja mulutmu berkata jika kami menerima Daesang sumbangan!" Fira maju selangkah, mendekat ke arah Caesar yang masih menatapnya dengan tatapan merendahkan. Lelaki di depannya ini sungguh sialan dan tidak memiliki rasa bersalah ataupun niat untuk meminta maaf karena telah menyinggung hati si gadis.

"Pantas katamu? Sudah jelas nuna-nuna ku yang pantas mendapatkan Album of The Year! Oppa jelekmu hanya berhasil menjual lima ratus ribu copy album, sedangkan nuna kami enam ratus ribu copy!" sungut Caesar tidak terima. Ia bahkan sudah mengecek kembali keabsahan data yang tersebar di internet, dan memang benar! Oppa-oppa jelek yang digemari oleh kutu air ini tidak pantas untuk menyabet gelar Album of The Year.

Bayangkan saja, dalam penjualan album, grup yang Caesar sukai jelaslah unggul seratus ribu copy. Seharusnya, grup kesayangannya berhasil menyabet dua grand prize sekaligus. Namun, faktanya? Waah, ada apa dengan acara penghargaan sekarang ini?

"Hanya karena nuna mu lebih unggul seratus ribu copy dari album oppa kami, fandom mu sampai meyakinkan diri jika akan menang penghargaan untuk album? Hei, jangan lupakan penilaian dari para experts," telunjuk Fira sudah mengarah pada hidung mancung Caesar. Selangkah lagi ia mendekat, maka kuku tajamnya sudah pasti akan mengelupasi kulit hidung si bocah lelaki.

"Oppa kami? Cih, muka seperti gayung plastik saja digemari," kekeh Caesar, menoleh ke belakang guna memberi sebuah kode. Dan tak lama kemudian, tertawaan para anak laki-laki mulai terdengar. Anna semakin naik pitam dibuatnya.

"Hei, asal kamu tahu, Gradiands lebih baik daripada Dark Pain yang kamu bangga-banggakan. Hanya joget-joget letoy sambil lipsync, kami para gadis pun bisa! Iya, kan?" Fira mencari pembelaan, dan tentu saja kerumunan gadis yang masuk ke dalam fandom Grand-L mulai bersorak, membenarkan.

"Kamu kira kami, para lelaki, tidak bisa membuat perut kami kotak-kotak seperti oppa-oppa bancimu? Hanya berbekal roti sobek saja para gadis sudah histeris. Hii, menjijikan." Caesar bergidik, suaranya pun dibela mati-matian oleh kaum lelaki yang mengidolakan Dark Pain.

"Wah, sialan kamu Caesar Ricardo!" teriak Fira, lalu mulai menjambak rambut batok kelapa Caesar yang ditata mati-matian sejak pagi oleh si laki-laki guna memikat hati para gadis.

"Aish, apa pun gendermu, aku tidak akan kalah, Alfira!" balas Caesar, ikut menarik rambut panjang Alfira hingga kuncirannya terlepas.

Yaa ... begitulah. Caesar dan Alfira saling mengibarkan bendera perang hanya karena masalah sepele—berbeda grup yang disukai.

Terkadang, inilah bahayanya jika kehidupan perfandoman dibawa sampai ke kehidupan nyata.

Bersambung ....

Hai, Lee di sini, ini cerita mengandung unsur KPop, sebenarnya mau pakai BLACKPINK dan EXO, tapi aku tahu, pasti nggak bakalan lolos kalau terdapat hak cipta di cerita ini. Jadi aku buat nama grup sendiri, yang pastinya nyeleneh🤣

Enjoy, this story.

One

Alfira Mesya, gadis yang baru saja ulang tahun 3 hari yang lalu, adalah tipikal fans yang loyal terhadap idolanya. Terbukti sekarang, walau usianya sudah menginjak dua puluh lima tahun, ia tetap setia mendukung oppa-oppa yang setiap hari namanya selalu ia elukan. Terhitung sudah tujuh tahun ia menggemari boyband Gradiands yang semakin dikenal oleh dunia dimulai sejak SMA kelas Tiga. Fangirls goals, begitulah teman-teman memanggilnya.

Sudah pernah datang ke konser begitupun fanmeeting, terlalu beruntung sehingga pernah tiga kali datang ke fansign, punya segala macam perintilan boyband kesayangannya. Ibaratnya, Alfira Mesya tidak akan bisa bernapas jika satu barang yang dikeluarkan agensi tempat bernaung boyband nya ia lewatkan.

Terkadang pun, ibunya sudah emosi dan memilih untuk menyembunyikan semua perintilan yang memadati kamar sempit anak gadisnya. Terlebih ayahnya yang tanpa ba-bi-bu langsung membakar poster 18+ yang tertempel di dinding kamar anaknya, poster yang memarkerkan perut kotak-kotak.

Terlalu fanatik, sampai terkadang, ia memilih untuk mengurung diri di kamar sendirian, mendengarkan lagu-lagu galau yang tengah booming, menangis semalaman suntuk dengan tissue yang berhamburan di ubin lantai, hanya karena biasnya terkenal skandal dating.

Parah? Ada yang lebih parah! Alfira pernah mogok makan sampai kehilangan lima kilo berat badan hanya karena memikirkan bagaimana nasib boyband kesayangannya setelah Lim Jin meninggalkan grup. Kala itu dunia peridolan tengah panas dikarekanakan berita hengkangnya Lim Jin. Pria itu memang sering terlibat suatu kasus- termasuk kasus dating yang ditangis-tangisi Alfira.

Namun setidaknya, sekarang ini, kefanatikannya tidak terlalu membabi buta lagi. Di usianya yang sudah menginjak dua puluh lima tahun, ia meminimalisir pengeluaran untuk membeli segala macam perintilan dan anak perintilan yang dikeluarkan Gradiands ataupun barang di mana idolanya menjadi brand ambassador. Ya, walaupun persentase bias is mine beberapa persen masih melekat.

"Ahh Ma ... kenapa tidak membangunkanku?“ Alfira mengacak-acak surai hitamnya gusar. Seragam kerjanya terpakai dengan tidak rapi, sama seperti dirinya berantakan. Sang ibu yang baru saja selesai menghidangkan secangkir kopi untuk sang ayahanda pun menoleh singkat, menggeleng pelan ketika ekor matanya berhasil mengidentifikasi anak gadisnya dari atas sampai bawah.

"Kamu 'kan sudah besar. Untuk apa ibu bangunkan? Belajar bangun sendiri dan jadilah pribadi yang mandiri serta tak kekanakkan!" Ibunya berkata dengan nada menyindir, dan berujung dengan Alfira yang tidak mengindahkan setiap kata yang keluar dari birai ibunya. Dengan cepat, ia segera meraih toast buatan ibunda, mengulumnya, dan kemudian segera duduk di sebelah ayahnya. Bergelayut manja di lengan si pria paruh baya.

"Pa—"

Belum sempat sang ayah menjawab sapaan Fira, ibunya sudah lebih dulu menyahut. "Jangan terlalu memanjakan anakmu! Lihat dia sekarang, tumbuh menjadi pribadi yang manja!" cerocos sang ibu, sedangkan Fira hanya bisa cemberut dan tetap melanjutkan aksinya untuk merebut hati sang ayah. Benar, sang ayah memang seringkali memanjakannya. Wajar, anak gadis satu-satunya, sedangkan anaknya yang lain-kedua kakaknya Fira- berjenis kelamin pria, dan sekarang sudah menetap di kota lain bersama dengan keluarganya masing-masing.

"Kenapa? Papa tahu, pasti ada maunya," timpal sang ayah yang kerap disapa Pak Ferdi oleh tetangga sekitar. Mendapati itu, Fira segera tersenyum lebar, sebab apa yang ayahnya katakan adalah suatu kebenaran. Ia memang sedang ada maunya, apalagi sekarang, jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh.

"Papa tahu sendiri ‘kan jika hari ini Fira bangunnya siang. Nah, kebetulan, mobil Papa di dalam garasi sudah seminggu tidak dipanaskan. Daripada nanti mesinnya rusak, bukankah lebih baik jika Fira yang mengendarainya? Tidak setiap saat, untuk hari ini ataupun hari-hari lainnya. Papa 'kan superman nya Fira yang paling baik. Papa memberi izin 'kan?" Fira berbicara dengan nada manja yang dibuat-buat, seolah ia adalah anak SMA yang meminta izin pada sang ayah untuk pergi menonton konser bersama teman-teman.

Ferdi berdehem, meraih tangkai cangkir, mendekatkan, dan kemudian menyesap kopi hitam tak manis buatan istri tercintanya. Ia berdehem dan kemudian menjawab, "Daripada naik mobil, lebih baik naik sepeda, 'kan? Papa baru saja memperbaiki sepeda lamamu yang nyatanya masih cukup bagus. Daripada tidak terpakai, lebih baik kamu gunakan kembali. Bersepeda itu menyehatkan loh, Nak.“ Ferdi memerhatikan raut wajah anaknya yang cemberut, dan sepersekian kemudian, ia tersenyum. Tipikal ayah yang lembut pada anak gadisnya, tapi bisa juga menjadi pribadi yang keras jika anaknya sudah berbuat diluar batas kewajaran. Berbanding terbalik dengan sosok ibunya yang mulutnya sepedas cabe rawit.

"Papa, Fira sedang tidak main-main. Fira serius," tukas sang anak, masih bergelayut manja di lengan kekar sang ayah.

"Papa pun serius, Fira." Suara berat yang dikeluarkan sang ayah sukses membuat Fira melepaskan lengan ayahnya. Waktu terus berjalan, jika ia belum berangkat sekarang, sudah bisa dipastikan dirinya akan terlambat datang ke sekolah.

"Mau sampai kapan kamu merengek di sebelah Papamu? Mau mendapat teguran yang kedua kali dari kepala sekolah? Atau kamu memang ingin berhenti menjadi seorang guru?" tanya sang ibu dengan sarkasnya, yang sontak membuat Fira langsung beranjak dari kursinya. Ia berusaha untuk membujuk ayahnya sekali lagi, tetapi tetap saja tidak berhasil dan membuatnya berdecak kesal.

"Oh, atau pergi bersama Caesar saja? Mama lihat dia baru saja keluar rumah, sekarang sedang memanasi mobilnya," usul Kirana dan langsung ditolak mentah-mentah oleh Fira.

Menumpang dengan Caesar yang kebetulan juga berprofesi sebagai seorang guru di sekolah yang sama dengan Fira adalah hal terburuk dalam sejarah. Sampai detik ini pun, Alfira Mesya tidak pernah mau mengeluarkan suaranya guna meminta tumpangan pada musuhnya.

Bersambung ....

Tolong tinggalkan komen dan likenya..

Two

Seperti yang ibunya katakan, di depan sana, terlihat Caesar yang sedang memanasi mesin mobilnya. Pria itu terlihat santai, seolah tidak ada beban. Padahal sebentar lagi bel masuk sudah berbunyi. Fira segera mengalihkan pandangannya saat Caesar tak sengaja menoleh ke arahnya. Gadis itu segera membuka garasi guna mengeluarkan sepeda butut yang ayahnya maksud. Jangan remehkan kemampuan telinga Fira! Sekecil apa pun suara, telinga gadis itu dapat menangkapnya. Buktinya, ia langsung melirik kearah Caesar dengan tajam tatkala suara tertawaan terdengar.

"Wah, mengejekku, hah? Mau kutimpuk pakai sepatu?" kesal Fira seraya mengarahkan telunjuknya langsung ke wajah Caesar. Pria itu tidak takut, tertawaannya tidak berhenti, hanya dikecilkan volumenya saja. Siapa coba yang takut dengan gadis manja seperti Fira? Semut pun sepertinya akan ikut tertawa dan tidak lari terbirit saat melihat gadis itu.

"Hei, kotoran kucing, masih zaman pergi bekerja naik sepeda?" ejek Caesar, sengaja berpose ala-ala model di depan mobilnya, agar memicu rasa iri dengki si gadis emosian yang pernah menonjok wajahnya kala mereka masih mengenakan seragam. Suasana hati yang sudah hancur kini makin bertambah hancur, Fira emosi.

"Apa urusanmu? Ya bagus aku pergi naik sepeda! Daripada kamu? Naik mobil yang cicilannya belum lunas!" Fira memelet ekspresi wajahnya membuat emosi Caesar bangkit. Lagi pula apa salahnya membeli sesuatu secara kredit? Yang penting mampu membayar perbulannya. Caesar paling benci diremehkan, apalagi yang meremehkannya adalah gadis tengil semacam Alfira Mesya.

"Hei! Asal kamu tahu, bulan depan cicilan mobilku lunas!" pekik Caesar, tetapi Fira tidak menggubris. Gadis itu tetap memandang rendah si pria. Sementara Caesar di depan sana masih sibuk mengomeli dan menyerukan ejekan-ejekan yang sudah sering dikeluarkan sejak dulu, Fira buru-buru segera menaiki sepedanya. Meladeni Caesar sama seperti meladeni orang kurang waras. Tidak akan berhenti sebelum Fira mengalah duluan untuk menghentikan perdebatan.

Tapi, baru saja sepeda Fira keluar melewati pagar rumah, tiba-tiba saja rantainya lepas, membuat Fira hampir kehilangan keseimbangan karena itu. Lantas, yang pertama kali telinganya dengar adalah tertawaan Caesar yang menyiratkan sebuah kepuasan. Sedangkan wajah Fira sudah mulai memerah karena tak bisa lagi menahan malunya.

Rasanya Fira ingin menangis. Ia tidak ingin mendapat surat teguran dari kepala sekolah untuk yang kedua kalinya. Sudah cukup semua guru menggosipinya sejak surat teguran pertama keluar. Jika ia memilih untuk naik bus, maka akan memakan waktu yang lama, sebab bus tidak datang lima menit sekali. Membenarkan rantai sepedanya pun butuh waktu juga, belum lagi gerakan ayahnya yang super lelet karena faktor umur. Diam-diam, Fira melirik Caesar yang kini mulai memasuki mobilnya. Tidak ada pilihan lain, lebih baik ia menurunkan gengsinya dan meminta tumpangan dari Caesar.

Tak ingin kehilangan kesempatan, Fira pun segera berlari menuju mobil Caesar. Mengetuk jendelanya dengan kencang selama beberapa kali sembari mempersiapkan kata-kata. Caesar yang memperhatikan tingkah Fira dari balik mobil pun tersenyum, dan kemudian segera menurunkan kaca mobilnya.

"Kenapa? Mau menimpuk kepalaku dengan sepatu tajammu?" tanya Caesar, hanya dibalas Fira dengan decihan.

"Boleh aku menumpang?" tanyanya, tanpa basa-basi.

"Oh, Tuan putri ingin menumpang? Tentu saja boleh, tapi-"

"Tapi apa? Kamu gila, ya? Masa memberi tumpangan harus ada syaratnya?" sentak Fira, sukses membuat telinga Caesar berdenging karenanya.

"Minta maaflah padaku dan akui ketampananku." Caesar tersenyum narsis, membuat Fira rasanya ingin mencengkeram seluruh wajah Caesar, lalu meremasnya seperti adonan roti.

Dan apa tadi kata Caesar? Minta maaf? Hah, selama beberapa tahun mereka mengibarkan bendera perang, Fira sudah bersumpah untuk tidak menjadi orang pertama yang mengeluarkan kata maaf. Lagi, memuji ketampanannya? Biar Fira tanya, sejak kapan ketampanan Caesar diakui? Jika disandingkan dengan oppa-oppanya, wajah Caesar tidaklah ada apa-apanya.

"Tidak akan pernah! Tch, memangnya salahku apa sampai harus minta maaf? Dan... Hah! Tampan? Dilihat dari ujung sedotanpun, simpanse lebih tampan daripada dirimu! Dasar pria sok narsis, cih," serang Fira, cukup sukses membuat amarah Caesar naik. Tapi pria itu tetap dapat mengontrol emosinya. Tidak baik pagi-pagi mengoceh tak jelas hanya karena tersulut api emosi.

"Tidak mau? Yasudah. Selamat menunggu surat cinta dari kepala sekolah." Caesar tersenyum, lalu melanjutkan. "Minggir, aku mau jalan!"

Melihat itu, Fira menutup kedua matanya dengan napas yang memburu. Tak berapa lama, kedua kelopaknya terbuka, katupan birainya pun ikut membuka. "Oke. Baiklah. Caesar Ricardo yang tampan, aku minta maaf jika selama ini aku banyak menyakiti hatimu. Jadi, sekarang.... bolehkah aku menumpang?" katanya dengan penuh penekanan. Sangat ketahuan tidak ikhlasnya. Namun tak apa, Caesar puas.

"Terima kasih pujiannya. Tapi maaf, mobilku tidak menerima kotoran kucing masuk." Si pria tersenyum sinis, sukses membuat Fira tercengang. Sialan! Caesar Ricardo mempermainkannya!

"Dasar dedemit sialan! Lihat saja di sekolah nanti!" teriak Fira setelah mobil Caesar meninggalkan pekarangan rumah, memecah keheningan di pagi hari yang tenang.

Bersambung ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!