NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Zi Wei

Bab 1

Bab 1

Seorang gadis kecil berlarian ke sana ke mari dengan pengawalan sebanyak dua dayang di belakangnya. Gadis yang mengenakan hanfu kecil berwarna hijau kebiru-biruan itu dalam suasana hati yang tak menentu, karena ia baru saja dihukum oleh ayahandanya. Sering melewatkan pelajaran di Istana Wei membuat gadis yang bernama Zi Wei itu harus memupus angannya untuk bermain dengan para hewan peliharaannya.

Zi Wei adalah putri dari Penguasa Negara Wei di Utara. Sebagai putri dari Raja Dinasti Wei, Ayah Zi Wei sangat berharap jika sang putri bisa membawa perdamaian bagi negara Utara. rakyat Utara juga hidup dengan makmur di bawah kepemimpinan Xuan Yui. Yui yang dikenal adil dan bijaksana harus memikirkan bagaimana nasib rakyatnya. Ia tidak ingin jika salah satu kebijakan yang dibuat bisa menyengsarakan rakyat Utara.

Negara Wei sendiri adalah sebuah negara Tiongkok kuno yang pernah berdiri pada Periode Negara Perang. Wilayahnya diapit oleh Negara Qin dan Qi. Awalnya ibu kota negara ini terletak di kota Anyi, tetapi kemudian dipindah ke Daliang (kini dikenal dengan nama Kaifeng) pada masa kekuasaan Raja Hui dari Wei untuk menghindari ancaman dari Qin. Semenjak itu, Negara Wei juga dikenal dengan sebutan Liang.

Dinasti Utara dimulai pada 439 ketika Wei Utara menaklukkan Liang Utara untuk menyatukan Cina utara dan berakhir pada 589 ketika Dinasti Sui menumpas Dinasti Chen. Ini dapat dibagi menjadi tiga periode waktu yakini Wei Utara, Weis Timur dan Barat. Qi Utara dan Zhou Utara . Wei Utara, Timur, dan Barat bersama dengan Zhou Utara didirikan oleh orang- orang Xianbei sedangkan Qi Utara didirikan oleh etnis Han.

Meski perang telah usai bergejolak. Namun, Raja Negara Wei tetap harus waspada dengan adanya pengacau ataupun pengkhianat yang mungkin bisa mengkudeta dirinya.

Oleh karena itu, Xuan Yui ayah dari Zi Wei berkeinginan menikahkan putri pertamanya dengan pangeran pertama dari Selatan. Pangeran Shen yang berumur lebih tua sepuluh tahun dari Zi Wei adalah calon penerus tahta ayahnya. Selain menginginkan Zi Wei agar menjadi permaisuri negara Selatan, Xuan Yui juga bermaksud ingin menstabilkan konflik Utara dan Selatan yang pernah terjadi.

Dengan adanya rencana pernikahan ini, Yui berharap jika pernikahan koalisi ini membawa kemakmuran bagi semua pihak.

Gayung pun disambut, pihak Selatan menerima usul Yui dan menyetujuinya. Bahkan sang Raja telah mengirimkan hadiah kesetujuannya ke pihak Utara.

"Bagiku, yang terpenting Zi Wei bahagia." ujar Permaisuri. Ia berharap jika anaknya bisa akan selalu dilimpahkan kasih sayang di manapun ia berada.

Permaisuri sangat tahu seperti apa watak anak pertamanya. Zi Wei memiliki hati sekeras baja. Bahkan jika nanti ia tahu, "Mungkin, Wei er akan menolak?" Ayah Zi Wei sempat dilema. Namun, tanggung jawabnya sebagai pemimpin negara membuat pria itu harus mengubur dalam-dalam kesusahan hatinya.

Sedangkan Zi Wei sendiri, gadis itu diharapkan bisa mengikuti seperti apa bijaknya sang ayah. Dan hal itulah yang membuat gadis muda seusia Zi Wei merasa tertekan dengan peraturan di Istana. Tak jarang, kenakalan Zi Wei membuat kedua orangtuaku harus mengerutkan alis. Putri kesayangan mereka berkali-kali membuat onar dan sering menyelinap ke luar istana tanpa sepengetahuan penjaga.

Maka dari itulah, Xuan Yui bertekad mendisiplinkan sang anak dengan banyak mendatangkan guru ke Istana.

Pada era Dinasti Utara dan Selatan yang berlangsung dari tahun 420 hingga 589, setelah era penuh gejolak dari Enam Belas Kerajaan dan negara-negara bagian Wu Hu. Periode ini terkadang dianggap sebagai bagian akhir dari periode yang lebih lama yang dinamakan Enam Dinasti (tahun 220 hingga 589).[1] Meskipun terjadi perang saudara dan kekacauan politik, periode ini merupakan masa berkembangnya seni dan budaya.

Oleh karena itulah, sang raja ingin agar Zi Wei memiliki kelebihan di bidang seni serta budaya. Xuan Yui membayar mahal seniman dari berbagai daerah untuk mengajari sang putri. Tak ayal, jika Zi Wei mudah menerima pelajaran seni.

Dengan latarbelakang itulah, Zi Wei tertarik mendalami seni, ataupun yang berhubungan dengan seni.

**

Lima belas tahun mendatang ...

"Ayah, sebentar lagi ulang tahunku." ucap Zi Wei pada suatu sore ketika ia menemani sang ayah di tepi kolam ikan koi yang berada di samping aula Guang.

"Hmm ... Wei er, anakku! apa yang kau inginkan pada ulang tahunmu mendatang? Umurmu sudah mencapai tujuh belas tahun." Sang Raja menanyakan keinginan putri pada hari lahirnya nanti. Beliau berniat menghadiahkan kado terindah yang diinginkan oleh putri kesayangannya.

Zi Wei menatap kedua mata sayu ayahnya seraya menggenggam dua tangan Raja Yui. "Wei ingin ayah dan ibu mengizinkan Wei berkelana, Wei ingin menjadi seniman teater musikal."

"Tidak, Wei er ... ayah tidak akan mengizinkanmu keluar Istana. Kalaupun kau keluar Istana, itu pasti karena kau menikah."

Deg ... jantung Zi Wei terasa berhenti berdetak. Dadanya sesak karena tak mendapatkan restu untuk menggapai impiannya. Selain itu, Raja juga berniat menjodohkan Zi Wei dengan pria pilihannya.

"Aku belum mau menikah, Ayah. Jadi jangan paksa aku!" Zi Wei menolak keinginan ayahnya agar ia tidak dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya.

Raja telah mengambil keputusan dan Zi Wei tidak bisa lagi menolaknya. Bahkan Ayah Raja mengatakan jika dalam waktu dekat ini, mereka akan melaksanakan prosesi pertunangan.

**

Menjelang hari bertambahnya usia, Zi Wei terus mengurung diri dari aktivitas. Tidak seperti Zi Wei pada umumnya, kini Zi Wei tak lagi berminat melakukan semua hal yang sering ia lakukan.

Bahkan Yang Mulia permaisuri pun kesulitan meyakinkan Zi Wei untuk menerima perjodohan tersebut. "Tapi, Ibu Zi Wei tidak mau menjalani hidup seperti itu."

Permaisuri sangat mengerti keadaan putri kesayangannya, ia sangat memahami keluh kesah Zi Wei. Tetapi, Permaisuri juga berharap jika Zi Wei bisa tumbuh dewasa dengan begitu banyak rasa tanggungjawab. Negara Wei hanya memiliki satu orang putri dan putra mahkota yang berumur di bawah Zi Wei. Hal tersebut menjadi salah satu alasan Permaisuri sempat menolak rencana perjodohan itu.

"Yang Mulia, apa tidak ada cara lain untuk mendamaikan kedua belah pihak selain dengan pernikahan? Zi Wei adalah putri kita satu-satunya, tidak bisakah Yang Mulia mencari jalan lain?" keluh Permaisuri ketika bersama dengan Raja Yui seusia menemui putrinya Zi Wei.

"Tidak, ini adalah satu-satunya jalan agar kedua wilayah bisa bersatu. Yakni dengan hubungan pernikahan." Tekad Yang Mulia telah bulat, bahkan Permaisuri saja tidak bisa menggagalkan keinginannya.

**

"Ibu tidak bisa membantuku, dan ayah juga semakin mengekangku. Lalu apa yang harus aku lakukan?" Zi Wei berjalan mondar-mandir dalam kamar pribadinya. Gadis remaja itu memikirkan cara supaya perjodohan itu tidak terlaksana.

Dalam kesunyian malam, Zi Wei terus saja memutar otaknya. "Apakah aku harus kabur? Bagaimana jika aku tertangkap lagi oleh pasukan keamanan Istana?"

Zi Wei berjalan dengan bersedekap, matanya terpejam. Namun, kesadaran tetap berjalan. Ia menimang berbagai cara dan risiko yang mungkin bisa terjadi. "Aku harus keluar dari Istana ini, harus!"

Bab 2

Bab 2

Tepat pada hari kelahirannya, Zi Wei berhasil melarikan diri dari Istana Negara Wei Utara. Zi Wei lebih memilih kabur dari Istana daripada harus merelakan dirinya menjadi seorang istri pangeran Shen, putra pertama dari Penguasa Negara Selatan.

Zi Wei berhasil kabur melalui pintu Istana tanpa ada seorang prajurit pun yang mencurigainya. Karena, Zi Wei menyusup ke dalam kereta yang mengangkut bahan makanan ke Istana sebelum fajar. Dengan ide gila itulah, Zi Wei berhasil lolos dengan sempurna. Bahkan para pengawal Istana tidak memeriksa ke dalam peti-peti yang ditarik oleh kereta kuda. Putri Zi Wei bersyukur bisa dengan mudah keluar dari Istana dan tak perlu lagi harus melakukan prosesi lamaran dengan pangeran pertama negara Selatan.

Selain ingin mengejar mimpi-mimpinya, Zi Wei juga enggan harus masuk ke lingkungan Istana Selatan. Zi Wei juga ragu dengan perlakuan negara itu. Karena yang ia tahu selama ini, negara Selatan sering mengkonfrontir ayahnya.

Kereta pengangkut bahan makanan itu membawa Zi Wei ke tempat yang tak diketahui oleh Putri Zi Wei. Kereta itu tiba di sebuah kota yang bernama Daliang. Zi Wei melompat keluar dari kendaraan yang membawanya.

Putri Raja yang baru saja keluar ke dunia luar itu cukup kagum dengan kota yang baru saja didatangi olehnya. Meski tak sebesar kota Anyi yang menjadi pusat negara Wei, kota Daliang cukup banyak pedagang yang menjajakan barang jualannya.

Dinasti Wei mampu meningkatkan dan menstabilkan perekonomian kerajaan mereka. Dengan penyatuan utara, Wei menguasai oasis dan pusat perdagangan terkemuka yang melayani rute perdagangan ke Asia Tengah . Ada banyak perdagangan antara Cina selatan dan utara juga. Tetapi perubahan paling penting yang dilakukan oleh dinasti Wei adalah di bidang reformasi tanah.

Setelah perang penaklukan, sebagian besar penduduk asli melarikan diri ke selatan, meninggalkan sebagian besar lahan subur yang tidak digunakan. Wei menanggapinya dengan memaksa deportasi petani dalam skala besar. Relokasi besar-besaran ini memiliki beberapa tujuan—para petani dapat memperoleh kembali tanah yang tidak digunakan, sehingga meningkatkan hasil pertanian; dinasti mampu mendiami daerah-daerah sepi di sekitar Pingcheng dan Shanxi, para petani dapat memiliki sebidang tanah mereka sendiri; deportasi membantu penyebaran budaya Cina ke seluruh kekaisaran; dan akhirnya, dengan mengangkut para petani dan budak, dinasti Wei dapat mematahkan kekuatan perkebunan besar yang begitu bergantung pada populasi budak mereka. Dampak perpindahan penduduk ini sangat besar.

**

Kabar kepergian Zi Wei, dengan cepat merebak ke seluruh penjuru Istana Utara. Bahkan Kaisar Wei menugaskan anak buah terbaiknya untuk segera membawa pulang putri sebelum utusan Selatan tiba di Istana Wei ini.

"Lakukan apapun agar Zi Wei kembali ke sini! dan jangan sampai pihak Selatan tahu berita ini. Jika tidak, mereka bisa kembali menyerang karena merasa telah kita bodohi." Ayah Zi Wei murka karena anak perempuannya lebih memilih keluar Istana seperti yang Wei inginkan.

Jika di Istana sedang berada pada fase kritis. Maka tidak dengan Zi Wei. Gadis itu sungguh girang karena berhasil menghirup udara bebas layaknya burung nuri yang terbang bebas di dunia luar.

Bukan tanpa membawa perbekalan sama sekali, Zi Wei telah membawa berbagai aksesoris yang akan ia gadaikan untuk biaya hidup. Cara ini cukup instan jika memerlukan uang tael tanpa harus bekerja.

Seusai menghadai salah satu koleksi gelang giok miliknya, Zi Wei berjalan menyusuri pusat kota Daliang untuk menyantap sesuatu sebagai pengganti energinya yang telah terkuras tadi.

Oleh karena itu, Zi Wei mendatangi kedai penjual bakmi di pusat kota. "Ini adalah hari ulang tahunku, meski tidak ada yang memasakkan mie panjang umur, setidaknya aku bisa makan mie."

Kedai yang menjual mie tersebut tampak sepi. Mungkin karena masih pagi atau memang tidak laku, Zi Wei tidak peduli. Ia hanya ingin makan saja tanpa harus mengkomentari bisnis seseorang.

"Nona, kau mau pesan apa?"

"Apa yang paling laris di sini?" Zi Wei berbalik bertanya kepada si pemilik kedai.

"Mie bekicot, apa kau mau?"

"Boleh saja,"

Pemilik kedai itu lalu beranjak meninggalkan Zi Wei untuk menyajikan pesanan Zi Wei.

Belum juga Zi Wei menyantap makanannya, di luar kedai mie terdengar suara ribut. Hingga membuat Zi Wei keluar untuk memeriksa.

Zi Wei mengecek ke arah depan, rupanya di depan kedai sudah banyak orang yang berkumpul. Mereka mengelilingi seorang pria yang tengah dirundung oleh pria berbadan kekar.

Putri negara Wei itu mendengar dari salah satu orang di dekatnya yang bergosip jika pria itu tertangkap basah telah mencuri di tempat minum arak yang berada di depan kedai mie.

"Apa semua pencuri dihukum seperti ini?" tanya Zi Wei pelan pada salah satu orang yang berkumpul.

"Ini masih untung, yang lebih parah ada hingga dipotong jari tangannya." jelas orang yang ditanyai oleh Zi Wei tadi.

"Tunggu!" larang Zi Wei.

Gadis itu ingin menginterogasi si pencuri. Bisa jadi dia hanya korban salah tangkap saja.

"Apa yang kau lakukan, Nona? Kau ini menganggu saja!" sergah pemilik kedai karena Zi Wei menghalangi tubuh pria yang diduga pencuri itu agar tidak dipukul lagi.

"Kita bisa bicara baik-baik? Barang apa yang dia curi?"

Si pemilik kedai mengklaim jika salah satu pelanggannya mengeluh kehilangan sekantong uang. Dan menemukannya di balik baju pria menyedihkan itu.

Zi Wei tak tega melihat pria yang babak belur dihakimi oleh orang-orang. Dan mengatakan jika sudah dikembalikan uangnya, ia bisa memaafkan.

Namun, bukan rasa terimakasih yang Zi Wei dapatkan, melainkan cemoohan karena ia telah ikut campur dan menyuruh Zi Wei untuk pulang saja. "Gadis kecil, pulanglah! kembalilah ke rumahmu."

Salah satu Preman yang sempat memukul tadi, bahkan tak segan mengancam Zi Wei dengan sebilah pisau. Zi Wei bergidik ngeri.

"Pergi jika kau masih menyayangi nyawamu!"

Zi Wei menelan ludahnya karena ketakutan, pria itu semakin berani mengancamnya. Hingga sebuah batu melayang dan mengenai kepala preman itu.

"Siapa yang berani melemparkan batu ke arahku?" Gerombolan orang tidak satupun ada yang mengaku.

Hingga datanglah, seorang pria tinggi dengan topi yang hampir menutupi wajahnya melambaikan tangannya ke udara. "Aku ... lalu apa yang akan kau lakukan?"

Preman itu murka dan bersiap menyerang si pelempar batu. Perkelahian pun tak dapat terhindari. Selain preman tadi, pemilik kedai juga tampak membantu untuk menyerang pria asing itu.

Zi Wei hanya melihatnya dari tempatnya berdiri. "Siapa dia? Apa dia pahlawan?"

Tanpa senjata apapun, pria asing itu mampu mengalahkan orang jahat yang telah mengancam Zi Wei. Dan Zi Wei mendatangi pria itu sambil mengucapkan terimakasih. "Terimakasih, Tuan!"

"Kau bukan orang kota ini? Sebaiknya tinggalkan kota ini!"

"Tapi, Tuan? Aku harus ke mana?"

Bab 3

Bab 3

Senin pagi di sebuah perusahaan penyedia pelakon di dunia hiburan sedang menggeliat seperti biasanya. Perusahaan yang bernama Big Star tersebut merupakan perusahaan yang menaungi banyak Idol, aktor ataupun aktris. Sebagai tempat menampung sumber daya yang mumpuni, Big Star dituntut untuk profesional dalam pekerjaannya.

Seperti pada hari ini, pemimpin mereka mengumpulkan jajaran produser serta manager senior untuk membahas mengenai penandatangan kontrak penyanyi pria yang bernama Shen Jun atau yang akrab dipanggil China Sweet Heart. Selain wajah tampannya, Jun juga memiliki suara khas yang setiap kali bernyanyi orang yang menutup mata saja mampu mengenalnya.

Beberapa hari ini, rumor mengatakan jika Shen Jun akan berlabuh ke Big Star. Kini, pemimpi Big Star mengkonfigurasi rumor tersebut. Pria tua berkepala botak itu cukup bangga dengan hasil kerjanya perusahaannya. Karena bisa membawa Shen Jun yang menjadi idola paling digemari saat ini.

"Hari ini, aku hanya ingin membahas masalah Shen Jun saja. Kalian semua tahu bukan jika Jun baru saja menandatangani kontrak dengan pihak kita? Jadi ... aku berharap kalian bisa melambungkan namanya setinggi mungkin." Pidato singkat dari ketua Huang pemilik rumah para artis Big Star.

Para jajaran karyawan saling bertepuk tangan menyambut kabar baik ini. Hanya satu orang saja yang tampak murung mendengar kabar baik ini. Dialah Zi Wei. Salah satu manager senior yang baru saja dipromotori menjadi salah satu produser di Big Star Entertainment. Zi Wei adalah wanita pekerja keras yang berjuang dari bawah. Karena kerja keras serta keuletannya, Zi Wei mampu bertahan hingga naik ke posisi ini.

Tetapi? Kenapa Zi Wei begitu ragu dengan kabar baik ini? Adakah yang salah dengan bergabungnya Shen Jun ke Big Star Entertainment?

"Dia? Kenapa langit selalu mempermudah aku dengannya?"

"Nona Wei? Apa ada masalah?" tegur ketua Huang pada Zi Wei yang tampak memendam sesuatu pada rapat pagi ini.

"Ti-tidak, Pak!" sahut Zi Wei dengan terbata.

"Apa kau sakit, Zi Wei?" tanya salah satu anggota rapat adanya.

"Saya hanya sedikit kurang tidur, promosi Chen Mo membuat tim kami lembur." jelas Zi Wei berdalih dengan membela dirinya.

"Aku tahu kau sangat berdedikasi pada perusahaan, Nona Wei. Tapi, mohon jangan tugaskan timmu terlalu berlebihan." Ketua Huang yang biasanya sangat mengagungkan materi, tiba-tiba hari ini begitu berbelas kasih. Kenapa?

Apakah karena demam Shen Jun?

"Baik, Pak--"

"Untuk tugas selanjutnya, aku akan menjadikanmu Shen Jun di bawah arahanmu, silakan kau atur semua pekerjaan Shen Jun." imbuh ketua Huang pada Zi Wei.

Atas tugas baru ini, dada Zi Wei terasa sesak. Jangankan bekerjasama dengan Jun, melihat foto atau gambar produk yang diiklankan oleh Jun saja bisa membuat gula darah Zi Wei naik.

Zi Wei meremas dokumen di depannya dengan pelan, ingin rasanya ia berteriak dan menolak tugas baru ini. Tetapi, jika Zi Wei tidak mencobanya, ia tidak akan tahu selanjutnya. "Tapi, Pak .. saya masih harus melanjutkan promo album Chen Mo?"

Tentu saja Ketua Huang tidak milih Zi Wei secara sembarangan, dia sangat tahu seperti apa cara kerja Zi Wei. Salah satu pegawainya itu dinilai sangat kompeten mengurus artis-artis Big Star.

"Banyak manager yang bisa membantu Chen Mo, kau fokus saja pada Shen Jun. Ingatlah Nona Wei, Jun adalah bintang besar kita!"

Rapat ditutup, Zi Wei menerima banyak ucapan selamat dari rekan sekantornya karena akan mengurus Shen Jun.

"Tenang Zi Wei, dia hanya manusia biasa. lagipula dia tidak ada hubungannya dengan kehidupan terdahulumu."

Sekitar pukul 11 malam, Zi Wei keluar dari kantor dan segera memacu kendaraannya ke rumah yang selama ini ia sewa. Selama ini, Zi Wei menjalani hidupnya dengan baik. Tanpa ragu melakukan apapun. Wanita karir itu telah banyak melalui ujian pada kehidupan sebenarnya.

Sebelum pulang, Zi Wei mampir membeli beberapa kaleng bir dan buah segar. Selian itu, Zi Wei juga membeli ayam goreng pedas sebagai teman minimnya.

Zi Wei sering minum di rumah karena tak memiliki waktu luang untuk hangout bersama teman sebayanya. Sibuk bekerja untuk melupakan luka hati membuatnya jarang berkumpul bersama teman.

Wanita itu membuka satu persatu bir kaleng yang ia beli, Zi Wei juga memakan anggur hijau untuk menyegarkan mulutnya. Ia banyak minum sebelum akhirnya tertidur.

**

"Tidak! kenapa kau lakukan ini padaku?" Seorang wanita dengan pakaian kerajaan menitihkan air matanya. Tepat di atas kepalanya, Wanita itu melihat orang yang ia cintai menghunuskan sebilah pisau untuknya.

"Kau ingin tahu? Inilah jawabannya!" Pria itu menusuk tepat di jantung wanita cantik itu hingga tewas.

Zi Wei terbangun dari tidurnya, air matanya kembali mengalir mengingat mimpi buruk itu. Mimpi yang selama ini tak pernah ia bayangkan. Mimpi yang akan selalu ia ingat seumur hidupnya.

"Kau tega melakukan ini padaku, jangankan bekerjasama denganku, melihatmu saja aku keberatan."

Meski di luar tampak tegar. Namun, kenyataannya Zi Wei tetaplah seorang wanita lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa. Penolakannya pada tugas yang diberikan oleh pemimpin perusahaan, tak digubris sama sekali. Bahkan semakin menjadi, Zi Wei ditunjuk sebagai ketua tim untuk menangani Shen Jun. Dengan kata lain, Zi Wei harus bersua dengan orang yang pernah membunuhnya di kehidupan sebenarnya.

Zi Wei terlahir kembali dalam alam manusia dengan membawa sebagian ingatan dari kehidupan sebenarnya. Selain masih membawa ingatan, Zi Wei juga masih membawa luka dan juga dendamnya pada pangeran Shen, putra mahkota sekaligus suaminya.

Keputusan Ayah Zi Wei menikahkan gadis itu untuk perdamaian antara Utara dan Selatan nyatanya berakibat ketidaksetiaan. Putra Mahkota Selatan telah membodohi Zi Wei hingga tega membunuh dirinya. Meski berstatus sebagai putri mahkota, Zi Wei tak lantas memiliki hidup tenang layaknya seorang Putri Raja. Hidupnya di Istana Selatan, tidak semulus yang dibayangkan oleh Ayahnya. Dianggap pemberontakan dan pengkhianat, membuat Pangeran Shen gelap mata hingga tega membunuh Zi Wei sendiri, parahnya pembunuh itu dengan tangan Pangeran Shen sendiri.

Bagaimana tidak hancur hati Zi Wei, pria yang ia cintai dan ia anggap sebagai pelindungnya, ternyata tega mengkhianati dirinya.

Zi Wei tidak bisa menerima semua itu, bahkan dalam kehidupan ini, jika ia melihat wajah Shen Jun luka itu kembali menganga parahnya, membuat Zi Wei trauma.

Wanita itu berjalan ke arah dapur dan mengambil sebotol air dari lemari pendingin. Napasnya kini telah teratur meski dadanya masih sesak jika memimpikan kejadian mengerikan itu.

"Aku tidak bisa melakukan ini, kurasa aku harus berhenti dari pekerjaanku saja. Baru membayangkan wajahnya saja hatiku terasa sakit, apalagi bertemu dengannya?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!