NovelToon NovelToon

My Husband Badboy

Bag 1

Disini, di ruang BK (Bimbingan Konseling) Dimas berada bersama dua sahabatnya yaitu Gilang dan Reno. Hampir setiap hari mereka memasuki ruangan ini. Entah karena kangen guru nya atau kangen ocehan guru pembimbingnya. Entahlah hanya mereka bertiga yang tau.

Sedikit perkenalan Dimas Fabian Aaron adalah anak tunggal dari keluarga Damian Aaron dan Terry Aaron. Keluarga yang sangat terpandang.

Meskipun sekolah ini milik keluarganya tetapi Dimas tetap saja mendapatkan hukuman yang sama seperti kebanyakan muridnya. Karena keluarganya lah yang menyuruh setiap guru di sekolah untuk memperlakukan Dimas seperti murid pada umumnya.

Seperti sekarang,ketiganya masih setia mendengar ceramah panjang dari ibu Sri selaku guru BK di SMA Mutiara. Padahal ketiganya tahu, ujung-ujungnya hukumannya pasti hanya disuruh lari lapangan 10 putaran. Lihat saja nanti.

"kalian ini!! kapan sih kalian berubah? sehari aja gak buat kasus. emang nya gak bosen dateng kesini terus? ibu aja bosen liat kalian lagi kalian lagi" cerocos Bu Sri.

"udah tau bosen kenapa pake segala dipanggil kesini bu? bukan biarin aja" sahut Reno.

"nah RT banget" timpal Gilang.

RT\=Retweet

"ibu bosen? sama kita juga bosen. lain hal nya kalo ibu itu sexy,cakep beh kita gak akan bosen bu masuk sini. ini mah apaan modelnya kaya gini" celetuk Dimas.

"Dimas!! kamu jangan kurang ajar ya sama saya. sekarang kalian lari ke lapangan 10 putaran. khusus Dimas 15 putaran" teriak Bu Sri karena sudah habis kesabarannya.

"segitu doang bu?" ucap mereka serempak.

"SEKARANG!!!!" teriak Bu Sri.

Ketiganya mulai berjalan keluar dari ruangan terkutuk itu. Saat sampai di lapangan dengan kondisi yang sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung membuat ketiganya bernafas lega. Karena jika mereka lari di jam istirahat atau dengan keadaan sekolah sedang ramai bisa di pastikan mereka akan menjadi bahan tonton dan berakhir dengan serbuan minuman dingin untuk mereka.

Pernah waktu itu,mereka kena hukuman di saat jam istirahat. Banyak siswi yang mendatangi mereka sambil membawa minuman. Yah resiko kost wanted sih.

"untung sepi. kalo engga mah mereka bisa ngeliat wajah tampan gue dengan banjiran keringet di jidat gue" ucap Reno dengan sombongnya.

"lebih tepatnya lihat gue sih" ucap Dimas tak kalah sombong.

Memang sih diantara mereka bertiga Dimas lah yang paling ganteng. Meski keduanya juga ganteng. Cuma sepertinya Dimas lah yang sering menjadi incaran para wanita. Bagaimana tidak, keluarganya kaya raya. Siapa juga yang tidak mau dengan pewaris tunggul meskipun kelakuannya sangat minim akhlak. Itu bisa di bicarain nanti. Hehehe

Mereka mulai melakukan hukumannya karena Bu Sri sudah meneriaki mereka dari depan ruangannya.

"Gila tuh guru, gak sakit tenggorokan apa ya teriakin tidak terus." gerutu Gilang.

Reno dan Gilang sudah selesai dengan 10 putarannya. Tinggal Dimas yang masih sisa 3 putaran lagi. Sayangnya bel istirahat sudah berbunyi. Banyak murid yang mulai berhamburan menuju kantin. Dan banyak siswi yang sengaja berhenti hanya untuk melihat dewa nya sedang keringatan.

*ah gila Dimas makin hari makin ganteng.

kak Dimas sini aku elapin keringetnya

pasti badannya gak bakal bau tuh

beliin minum ah siapa tau di terima*

kira-kira begitulah cuitan para siswi yang melihat Dimas sedang menyelesaikan hukumannya. Jika saja bu Sri tidak mengawasi mereka. Bisa di pastikan mereka sudah kabur sejak tadi.

"ayo Dim gc,keburu kita diserbu ini" teriak Gilang.

"GC nape Dim,gue males ketemu cewek-cewek alay" teriak Reno.

*GC\= Gerak cepat*

Dimas diam tak menjawab perkataan sahabatnya. Tinggal satu putaran lagi,dan yaps finish. Dimas mendudukkan dirinya disamping kedua sahabatnya. Nafasnya masih tersenggal. Sebenernya bagi mereka hukuman ini adalah hal gampang. Karena hampir satu minggu sekali mereka melakukan gym bersama. Lihat saja bentuk tubuh mereka bertiga. Nikmat mana yang engkau dustakan.

Setelah beristirahat sejenak, akhirnya mereka bertiga memutusakan untuk ke kantin. Padahal tadi sudah ada hampir 10 orang yang memberi mereka minum. Dan naas nya minuman itu diberikan kepada siswa yang lewat.

"Dim mau pesen apaan?" tanya Gilang.

"samain aja sama lo" jawab Dimas.

"Lo Ren?"

"samain juga" jawab Reno.

Gilang berjalan menuju stand makanan untuk memesan makanan untuk mereka bertiga,tidak lupa dengan minumannya. Tak lama Gilang kembali. Tetapi tidak membawa apapun.

"mana makanannya bloon?" tanya Dimas.

"itu" tunjuk Gilang ke arah laki-laki cupu yang sedang membawa nampan ke arah tempat duduk mereka bertiga.

Yaps Gilang menyuruh orang untuk membawakan pesanan mereka. Dan mengapa Gilang cepat sekali mendapat makanannya padahal kantin sedang ramai. Yah karena sifat premannya keluar saat memesan makanan tadi. Yah tidak mau di selak dengannya akan ia ganggu selama satu minggu. Akhirnya mereka pada mengalah dari pada harus berurusan dengan Badboy sekaligus most wanted.

"In..iii kak makanannya." ucap siswa cupu itu saat sudah sampai di meja mereka bertiga.

Saat hendak pergi tetapi tangannya di cegat oleh Dimas. Dan kalian tau siswa itu gemetar ketakutan. "Lo kenapa gemeteran gitu? Belom makan? Hah?" tanya Dimas saat melihat siswa itu gemeter.

"Saya permisi dulu kak." Pamit siswa itu tanpa menjawab pertanyaan Dimas tadi.

"Lo mau kemana sih buru-buru gitu. Mending sini gabung sama kita, gue traktir deh." ujar Dimas santai.

Kejadian ini tak luput dari penglihatan seluruh siswa yang berada di kantin. Tak terkecuali dua sahabatnya.

"Dimas mau ngapain tuh anak?" tanya Reno pada Gilang dan hanya di jawab dengan angkatan bahu.

"Saya mau ke perpustakaan kak." ujar cowok itu takut. Memang sih Dimas terlihat biasa saja tetapi aura nya tetap mencekam.

"Ih ngapain ke perpus? Mending sekarang tolongin gue. Ntr gur traktir deh." ujar Dimas.

"Tapi kak say-"

"Lo berani ngelawan gue?" Suara Dimas tak lagi tenang seperti tadi kali ini sedikit keras sampai semua mata menoleh ke arahnya. Membuat siswa itu semakin ketakutan.

"Bersihin tuh sepatu gue, kotor banyak debu karena tadi lari di lapangan. Abis itu lo pijitin kaki gue baru lo boleh pergi." Perintah Dimas yang membuat siswa itu menatapnya tak percaya. Kedua sahabatnya hanya bisa menelan saliva nya sambil menahan tawa.

"Gila tuh bos lo, anak orang di jadiin babu dadakan." ujar Gilang.

"Namanya juga bos." sahut Reno.

Semua mata memandang siswa itu kasihan. Padahal pemandangan ini cukup sering mereka lihat. Yah ini bukan kali pertama Dimas menyuruh orang melakukan apapun yang dia inginkan. Maklum anak tunggal kaya raya yang apapun selalu di turuti makanya seperti ini.

Kita lihat nanti, apakah ada seseorang yang berani melawan Dimas?

Bag 2

Setelah selesai makan ketiganya berniat untuk kembali ke kelas. Tetapi saat di perjalanan tiba-tiba saja ada yang menabrak mereka. Lebih tepatnya menabrak Dimas. Dimas menatap gadis didepannya ini dengan garang. Sedangkan gadis ini tidak berani menatap orang didepannya.

"Lo punya mata gak sih?" tanya Dimas menusuk.

"maaf kak,aku buru-buru soalnya" ucap gadis itu takut.

"gausah alesan lo, pasti lo mau moduskan?" tanya Gilang.

"bener kak saya lagi buru-buru. Sekali lagi maaf kak" ucap Gita.

Perkenalkan namanya Gita Putri Safira. Gadis cantik berambut sebahu dengan wajah polos tanpa make-up dan sederhana. Gadis yang selalu menjadi incaran para teman sekelasnya atau bahkan kakak kelasnya untuk dibully. Padahal dirinya tidak pernah punya masalah dengan siapapun.

"mending lo pergi sekarang,dari pada gue buat lo malu disini" ucap Dimas tajam.

Buru-buru Gita pergi dari hadapan mereka bertiga. Lalu ketiganya melanjutkan jalannya menuju kelas 12 IPS 2.

Di kantor guru.

Gita yang tengah berada di kantor guru pun tau apa maksud wali kelasnya memanggil dirinya kesini. Pasti tentang SPP yang sudah menunggak beberapa bulan. Untung saja Gita adalah murid teladan yang sering mengharumkan nama sekolah karena kejuaraannya dibeberapa Olimpiade. Coba saja jika Gita adalah murid biasa,bisa dipastikan ia sudah didepak dari sekolah ini.

"Git, bagaimana uang tunggakan SPP kamu? sudah hampir 6 bulan loh kamu nunggak nak" ucap Bu Lina selaku wali murid kelas 11 IPA 1.

"iya bu maaf,tapi orangtua saya belum punya uang untuk bayar,tapi secepatnya saya akan lunasin bu, saya janji" ucap Gita lirih.

"oke kalau begitu,ibu tunggu janji kamu ya,kalau bisa kamu cicil sedikit-sedikit supaya tidak makin banyak" ujar bu Lina.

"iya bu,nanti saya bilang ke orang tua saya"

"yaudah kalau begitu,kamu bisa kembali ke kelas"

"baik bu,saya permisi" pamit Gita.

Setelah itu Gita keluar dari ruang guru. Dan otaknya berpikir keras supaya bisa menghasilkan uang tanpa harus minta ke ibu nya. Yaps hanya ibu nya lah yang bekerja. Ibunya mempunyai warung nasi didepan rumahnya. Ayahnya tidak bekerja. Bahkan ayah nya lebih sering meminta uang ibu nya hanya untuk mabuk,jika tidak di kasih pasti ia akan marah-marah sampai memukuli ibunya. Bayangkan bagaimana jika kalian menjadi Gita.

"gue harus cari kerja" gumam Gita.

Gita berjalan menuju kelasnya,karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Setelah sesampainya di kelas ia tak menemukan dimana tas miliknya. Dan sudah di pastikan jika teman-temannya lah yang menjahili dirinya.

Gita mencari kesana kemari tas nya,tak ada satupun dari mereka yang memberi tahu padanya. Hingga bel tanda masuk sudah berdering. Gita rasanya ingin menangis saat ini. Bagaimana bisa ia mengikuti pelajaran jika tas nya hilang begini. Ingin melapor kepada guru ia tak mempunyai keberanian.

"yaallah" gumam Gita.

Tak lama guru mata pelajaran Matematika yang terkenal dengan killer nya masuk kelas. Dengan perasaan takut ia mengangkat tangannya berniat memberi tahu bahwa tas nya hilang.

"maaf bu,tas saya hilang" adu Gita.

"bagaimana bisa tas kamu bisa hilang di dalam kelas? coba kamu cari dulu. Yang lain bantu cari tas milik Gita" ucap bu Reni.

Semua mata tertuju pada Gita,lebih tepatnya menatap Gita garang. Bisa dipastikan setelah ini mereka akan balas dendam dengan Gita lebih parah.

Semuanya pura-pura bergerak mencari tas milik Gita,namun hanya bergerak tidak ada niat mencari. Saat semua sibuk mencari tiba-tiba saja pintu kelas berdecit dan membuat perhatian mengalih ke arah pintu semua.

Dan....

"permisi,saya mau kasih tau itu di tong sampah ada tas,siapa tau punya kelas ini" ucap Dimas yang kebetulan lewat kelas Gita karena habis dari toilet. Yah kelas mereka bersebelahan.

"coba Gita kamu lihat,itu tas kamu apa bukan di tong sampah" instruksi Bu Reni.

Gita berjalan ke arah tong sampah depan kelasnya. Dan benar saja,tas nya sudah berada di dalam tong sampah itu. Jahat sekali mereka.

"ini tas saya bu, kak makasih ya udah kasih tau" ucap Gita pada Dimas.

Dimas hanya diam tak menanggapi.

"yaudah saya permisi" ucap Dimas. Gini-gini dia juga masih bisa sopan pada orang yang lebih tua. Jika mood nya baik,jika tidak jangan harap.

Setelah beres dengan urusan tas, akhirnya pelajaran dimulai. Sayangnya kali ini Gita tidak fokus pada apa yang sedang bu Reni terangkan di papan tulis. Ia masih terus memikirkan bagaimana caranya ia mendapatkan uang.

Bel pulang berbunyi sekitar 10 menit lalu,tetapi Gita masih di dalam area sekolah. Tekad nya sudah bulat,ia akan mencari kerja sepulang sekolah ini. Setelah beberapa saat melamun akhirnya ia melangkahkan kaki nya keluar kelas yang sudah kosong.

Tetapi lagi-lagi kesialan datang padanya. Saat keluar kelas ia malah menabrak seseorang. Hampir saja ia yang akan terhuyung ke belakang kalau dirinya tidak bisa menopang tubuhnya.

"aduh maaf kak,saya buru-buru" ucap Gita takut. Pasalnya ia melihat siapa yang tadi di tabraknya. Yah orang yang sama seperti tadi pas istirahat.

"alesan lo cuma buru-buru aja? gak ada yang lain hah?" ucap Dimas.

"saya benar-benar lagi buru kak,maaf banget"

"gue gak terima maaf lo" ucap Dimas lalu meninggalkan Gita dan di ikuti oleh kedua sahabatnya.

"kenapa sial mulu sih gue" batin Gita.

Gita kembali berjalan menuju halte bus. Karena memang jam pulang sudah lumayan lama jadilah halte sudah lumayan sepi. Gita menunggu bus untuk ia tumpangi ke arah yang akan ia tuju. Ia akan mencoba melamar pekerjaan lebih dulu barulah pulang.

Bus yang ditunggu Gita akhirnya datang. Ia segera menaiki bus itu dan duduk di bangku paling belakang. Setelah hampir 15menit akhirnya ia sampai dimana tempat yang ia tuju. Ia mendapatkan informasi dari internet bahwa di restoran ini ada lowongan pekerjaan. Jadilah ia akan mencoba.

"permisi pak,saya ingin tanya,apa benar di sini membutuhkan karyawan?" tanya Gita pada satpam yang menjaga.

"iya benar,kamu mau melamar kerja? coba saja langsung ke dalam biar lebih jelas" jawab satpam itu.

"baik, terimakasih pak"

Satpam itu hanya tersenyum. Gita mulai melangkah masuk ke dalam restoran itu. Suasana restoran itu sangatlah ramai. Dan dilihat memanglah sepertinya membutuhkan beberapa karyawan lagi agar perkerjaannya tidak terteter seperti ini.

"permisi pak,saya ingin melamar berkerja part time disini apakah bisa?" tanya Gita.

Dan pas sekali yang ia tanya adalah supervisor restoran ini.

"kamu beneran mau melamar kerja disini? kamu lihat sendirikan bagaimana perkerjaannya?" tanya supervisor itu yang bernama Fahri.

"iya pak,saya butuh uang untuk bayar SPP sekolah,jadi apakah saya di terima pak?"

"kamu saya terima,3 hari masa training kamu. kamu kerja setelah pulang sekolah hingga jam 6 sore. bagaimana? kamu bisa?"

"bisa pak bisa,jadi saya mulai kerja kapan?"

"besok saja,kamu siapin diri kamu dulu agar tidak kaget"

"baik pak, terimakasih banyak. kalau begitu saya permisi" pamit Gita lalu meninggalkan restoran tersebut.

Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padanya. Ia berjanji akan berkerja bersungguh-sungguh untuk membantu ibu nya. Gita melangkahkan kaki nya menuju halte dan berniat untuk pulang karena ia sudah sangar lapar.

Saat sedang menunggu bus yang tak kunjung datang tiba-tiba saja hujan mulai turun membasahi bumi. Gita merapatkan dirinya agar tidak kena air hujan. Ia takut sakit dan besok tak bisa untuk berkerja.

Gita berdiri sambil memeluk dirinya sendiri. Tiba-tiba saja ada mobil lewat dan melindas genangan air didepan halte. Hal itu membuat seragam sekolah Gita basah bahkan ada bercak coklat.

"arghhh sial" batin Gita.

Saat sedang sibuk membersihkan baju seragamnya,mobil yang tadi mencipratkan air ke seragamnya sudah berada didepannya. Ingin rasanya ia marah-marah pada pemilik mobil itu. Tetapi ia urungkan saat tau siapa pemiliknya. Pemiliknya keluar dari mobil dengan sedikit berlari.

"Lo lagi?" ucap Dimas tak percaya.

Gita diam tak berani menjawab.

"kalo tau itu lo mah gue ogah muter balik" sarkas Dimas.

"cantik beneran ternyata" batin Dimas.

"itu balasan karena udah nabrak gue dua kali" ucap Dimas.

Bersamaan dengan berakhirnya omongan Dimas,bus yang di tunggu Gita sejak tadi akhirnya datang. Ia segera meninggalkan Dimas disana. Tetapi sebelum dirinya naik ke bus,Gita mengucapkan sesuatu yang membuat hati Dimas teriris. Entah mengapa.

"oke gapapa kak,makasih buat balasannya. Jadi aku gak ada utang salah sama kak. aku duluan kak,kakak hati-hati" ucap Gita lalu menaiki bus.

"kok nyess yah?" gumam Dimas.

Bag 3

Dimas sudah berada dirumahnya,lebih tepatnya di kamar pribadi nya. Pikirannya melayang ke gadis yang baru saja ia cipratkan air comberan. Kenapa rasanya sesak saat gadis itu berbicara seperti tadi? Rasanya Dimas merasa bersalah pada gadis itu.

"arghh" frustrasi Dimas.

Dimas melangkahkan kaki nya keluar kamar,dan menuju ruang makan. Sepi. Rumah sebesar ini sepi. Jam segini hanya ada dirinya dan pembantu,supir serta tukang kebun. Kedua orangtuanya pulang sore hari atau bahkan malam hari. Maklum orang sibuk.

"mau di buatin apa den?" ucap Bi Asih.

"makanan sama minuman yang seger aja bi,aku lagi kusut banget ini" curhat Dimas.

"tumben kenapa tuh? masalah pacar?"

"pacar aja gak punya bi,gak tau nih perasaan lagi terombang-ambing aja"

"lagi jatuh cinta ya den?" goda bi Asih.

Dimas hanya diam. Ia tak tau harus menjawab apa. Masa iya dia benaran jatuh cinta? cinta pada pandangan pertama? sungguh sangat sulit di percaya. Btw kenapa Dimas asik banget curhat dengan pembantu nya? karena bagi Dimas,bi Asih adalah ibu kedua setelah Terry. Karena bi Asih lah yang mengasuh Dimas sejak kecil. Jadi percakapan seperti ini sudah sering terjadi.

"nih buat aden yang sedang jatuh cinta" ucap bi Asih membuyarkan lamunan anak majikannya itu.

"terimakasih bibi cantik" ucap Dimas.

Dimas mulai acara makannya,tetapi pikirannya masih saja ke cewek yang sudah dua kali menabraknya. Ia merasa kalau cewek itu tak asing untuknya. Tapi ia sendiri tak ingat itu siapa.

Setelah selesai,Dimas kembali ke kamarnya. Dan menghubungi kedua sahabatnya untuk berkumpul di cafe biasa. Sepertinya dirinya butuh hiburan.

Dimas bersiap-siap setelah selesai mengirimi Gilang dan Reno pesan untuk bertemu di tempat biasanya. Setelah di rasa siap dirinya melangkah keluar kamar menuju keluar rumah dan menunggangi mobil merah miliknya. Tapi tidak lupa sebelum Dimas keluar rumah,ia pamit lebih dulu ke Bi Asih.

Hampir 25menit bermacet ria bersama pengendara lain,akhirnya ia sampai di tempat mereka janjian untuk kumpul. Dan bisa di pastikan kedua curut itu akan ngaret. Dan itu sangat biasa.

Dimas mengambil tempat duduk di pojok dekat kaca lalu memesan minuman ke sukaannya. Menunggu hampir 15menit akhirnya Gilang dan Reno hadir. Mereka mulai bercanda ria,sampai sesekali dilihati oleh pengunjung lain,bukannya malu malah cuek bebek.

Pagi hari. Gita yang sedang bersiap-siap untuk sekolah terganggu karena mendengar suara ribut diluar kamarnya. Gita mengintip sedikit,dan betapa sedih nya Gita melihat kejadian ini dipagi hari. Meski hampir setiap hari ia melihat kejadian itu tetapi hatinya masih saja sakit.

"ibu.." ucap Gita lirih.

Dengan keberanian yang sudah terkumpul ia maju untuk melindungi ibu nya dari sang ayah yang tengah memukuli ibunya.

plak

Suara tamparan itu menggema keseluruh ruangan yang ada dirumah sederhana ini. Gita mengusap pipi nya pelan. Bisa dipastikan ada tanda merah dipipi nya yang baru saja ayah nya tempelkan.

"bangun kamu anak sialan! ayah belum puas mukulin ibu kamu!" teriak Gio.

"pukulin aja Gita yah,jangan ibu. Ayah gak kasian sama ibu! yang udah banting tulang cari duit"

"nakk.." lirih Ratih.

"biarin Bu,biarin ayah mikir kalo selama ini dia itu cuma nyusahin ibu!"

"kurang ajar kamu!"

plak

Tamparan kedua.

Panas. Sedih. Kecewa. Sakit semua jadi satu saat ini yang Gita rasa. Gita sering bertanya pada dirinya sendiri 'kenapa bisa keluarganya seperti ini? padahal dulu sangatlah harmonis' selalu begitu.

"dasar istri gak berguna!" teriak Gio lalu keluar dari rumah menyisakan tangisan Gita dan Ratih di dalam.

"maafin Gita ya bu,maaf Gita gak bisa jaga ibu setiap waktu" ucap Gita yang masih memeluk Ratih.

"ibu gapapa sayang,sekarang kamu siap-siap untuk sekolah nanti terlambat" ucap Ratih pelan sambil tersenyum miris kepada anak perempuannya.

Gita mengangguk,lalu bangun menuju kamarnya untuk melanjutkan acara prepare nya. Setelah selesai Gita berpamitan dengan ibu nya untuk pergi ke sekolah.

"ibu Gita berangkat dulu dan kayanya aku bakal sering pulang lebih sore,karena banyak tugas yang harus aku kerjakan,ibu gapapa kan?" pamit Gita. Yah mulai hari ini ia akan berkerja di cafe yang kemarin dirinya melamar.

"ibu gapapa nak,kamu yang rajin belajarnya ya,kalau ibu guru kamu nanyain uang SPP bilang saja secepatnya ya"

"iya Bu,yaudah Gita berangkat assalamualaikum"

"waalaikumsalam"

Gita menghilang dari penglihatan Ratih,dan membuat Ratih kembali menangis melihat anaknya yang sudah beranjak dewasa tetapi malah keluarganya seperti ini.

maafin ibu nak,ibu belum bisa bikin kamu bahagia ucap Ratih pelan.

****

Disekolah.

Dimas yang sedang dikantin bersama kedua sahabatnya sambil menikmati siomay dihadapan mereka plus es jeruk. Duh segerrrr.

Sesekali mereka bercanda membuat semua perhatian tertuju pada ketiga cowok tampan tapi sayang brandal. Ketiganya tertawa asik seperti tanpa beban.

Sedang asik bercanda,tiba-tiba ada seorang cewek datang ke tempat duduk mereka, seketika keadaan menjadi hening.

"Lo ngapain?" sinis Gilang.

"gue mau ngomong sama Dimas" ucap Yura. Yah Yura,satu angkatan dengan Dimas yang berstatus sebagai mantan Dimas. Cewek cantik dan populer disekolah.

"Lo sama Dimas udah selesai,jadi ngapain lagi?" sarkas Reno.

"gue gak ada urusan sama lo berdua! Dim,aku mau ngomong sama kamu" ucap Yura melembut saat bicara dengan Dimas.

"ngomong aja disini emang kenapa?" sahut Dimas acuh.

"Dim,ini masalah kita,aku mohon sebentar aja" mohon Yura.

Drama ini tak luput dari penglihatan warga di kantin. Semuanya terus memperhatikan. Dulu mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi entah kenapa mereka memutuskan hubungannya.

Dimas bangkit dan berjalan lebih dulu ke arah taman belakang sekolah dan Yura mengikuti kemana Dimas. Sesampainya di taman sekolah,Yura mulai menangis dalam diam.

"cepet ngomong,gue gak ada waktu" ucap Dimas.

"aakuu..hamil..Dim hiks..hiks" ucap Yura lirih.

Dimas menoleh ke arah Yura yang sudah berbanjir air mata. Yura hamil? Dimas menggeleng tak percaya.

"maksud lo apa?hah?" bentak Dimas.

"ini anak kamu Dim,aku cuma ngelakuin itu sama kamu" tangis Yura pecah.

"gak,gak mungkin! yang udah pake Lo itu banyak! bukan gue doang!"

"ini anak Lo!" teriak Yura sambil menunjuk perutnya.

"gue tau Ra pekerjaan Lo buat bayar SPP! jangan kira gue gak tau,Lo lupa siapa gue?"

"makanya gue pacarin lo,gue pengen tau seenak apa tubuh lo,ternyata b aja" lanjutnya.

Tangis Yura makin pecah,ia tak menyangka Dimas setega ini. Tetapi yang di katakan Dimas memang benar,ia bekerja sebagai pemuas para laki-laki hanya untuk membiayai dirinya. Sebenernya Yura orang ada,namun sayang karena orang tuanya tidak peduli jadi ia salah pergaluan. Uang yang tiap bulan dikirim orang tuanya pun jarang ia pakai.

"Lo bener-bener tega Dim,gue bakal laporin Lo ke orangtua Lo!" ancam Yura.

"silahkan gue gak takut" ucap Dimas santai lalu meninggalkan Yura yang masih menangis.

Saat akan berbalik ia tak sengaja melihat perempuan yang kemarin menabraknya selama dua kali. Bisa di pastikan perempuan itu mendengar semua apa yang Dimas dan Yura tadi bicarakan. Dengan cepat Dimas mengejar gadis itu.

mampus gue batin Gita. Gita terus melangkah agar tidak tertangkap oleh Dimas. Namun sayang,hasilnya nihil. Dimas lebih dulu membekap mulutnya dan menyeretnya ke belakang sekolah lagi yang disana masih ada Yura sedang menangis.

bruk

Suara hentakan itu berasal dari Dimas yang menjatuhkan Gita ke tanah. Sakit. itulah yang sedang Gita rasakan.

"Lo mau pergi? setelah apa yang udah Lo denger? hah" maki Dimas.

"enggak kak,aku gak denger apapun" elak Gita.

"masih berani bohong ya lo?"

Gita diam tak menjawab.

"oke sebagai hukuman karena lo udah lancang,mulai sekarang lo jadi pacar gue!" ucap Dimas dengan gaya sok cool.

Yura yang sedang menangis sambil melihat adegan didepannya langsung membulatkan matanya. Bagaimana bisa Dimas mempunyai pacar baru sedangkan Yura tengah mengandung anak Dimas. Astga ini rumit.

Gita segera menggelengkan kepala setelah melihat ekspresi dari Yura. Gita tak mau bernasib sama seperti Yura. Gita masih ingin mencapai cita-citanya.

"enggak kak,saya gak mau. Kakak boleh hukum aku apapun tapi jangan jadi pacar kakak" pinta Gita.

"gak ada penolakan! Lo gak tau siapa gue?"

"tapi kak-"

Ucapan Gita terpotong karena Dimas sudah lebih dulu mengangkat tubuhnya dan menggendongnya ala bridal style ke UKS. Karena siku Gita mengeluarkan darah setelah apa yang tadi Dimas lakukan tadi. Tangisan Yura makin pecah, sebenarnya Gita tak tega melihat itu. Namun bagaimana, Dimas sangatlah tidak bisa dibantah. Ia juga masih memiliki rasa takut.

Lamunan Gita menghilang karena banyak teriakan dari warga sekolah yang melihat idolanya menggendong gadis cupu yang sering kena bully.

*yaallah kak Dimas gak salah gendong debu

kak Dimas aku mau juga dong di gendong

itu kuman bisa banget ya modusnya,awas aja lo nanti*

Begitulah kira-kira cuitan warga sekolah yang melihat Dimas dan Gita.

alamat gue bakal kena bully abis-abisan ini mah batin Gita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!